Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

2 Jun 2015

NATAL BERSAMA DI GEREJA STASI ST. GREGORIUS AGUNG CAPKALA

Natal Bersama di Gereja Stasi St. Gregorius Agung Capkala

 

            
              Selasa, 30 Desember 2014 menjadi momen yang sangat  terkesan.  Pagi yang mendung tanpa adanya senyum mentari membuat perasaan dan suasana menjadi syahdu.  Kicau burung dan pemandangan indah seolah menjadi suara dan lukisan yang hidup bagi setiap orang yang mendengar dan melihatnya. Namun semangat yang ada untuk bertemu saudara/i dalam acara Natal bersama di Capkala tidak menggentarkan hati untuk lemah melangkahkan kaki menuju gereja Stasi Capkala tercinta.
                Tepat pukul 7 pagi rombongan umat Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang  berangkat bersama Pastor, Frater dan Bruder menggunakan bus yang disediakan oleh paroki. Perjalanan yang sungguh menyenangkan.
            Akhirnya, kami tiba di depan Gereja tempat perayan natal dilangsungkan, suasana yang semula syahdu menjadi mekar dan hidup bagai mawar segar, ratusan pasang mata menatap setiap langkah dan gerak kami serta tebaran senyum mengiringi perjalanan menuju gereja diiringi lantunan lagu-lagu rohani yang dibawakan oleh anggota koor dari paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang, yang mengindahkan serta menyejukan umat yang begitu antusias memeriahkan dan memuliakan Tuhan pada siang itu. Tak sampai di situ sambutan hangat serta keramahan umat Capkala membuat kami benar-benar merasakan kehadiran Tuhan.
             Usai perayaan misa Ekaristi, acara dilanjutkan dengan perayaan natal anak-anak yang dihadiri oleh ratusan anak dari berbagai tingkatan baik TK  maupun SD. Dengan  berbagi ratusan kado oleh figur yang ditunggu-tunggu kedatangannya yaitu Sinterklas serta sosok badut yang lucu sehingga membuat anak semakin terkesan dengan acara natal tersebut. Canda dan tawa hangat dari anak-anak membuat suasana Natal tahun ini semakin hidup dan memperkokoh semangat umat sebagai tiang gereja. Rangkaian acara diakhiri dengan digelarnya lomba koor dari beberapa stasi yang ada di wilayah Capkala dan sekitarnya. Lomba Koor dimenangkan oleh Sarangan (Harapan 1), Sei.Duri (Harapan 2), Setanduk (Harapan 3), Medang (Juara 3), Mandor (Juara 2) dan Capkala   (Juara 1). Selamat bagi pemenang. Tuhan memberkati. (SS)

MISA NATAL LANSIA 2014 : MENJADI LANSIA BERKARYA MELALUI DOA DAN KEHENINGAN

MISA NATAL LANSIA 2014 :

MENJADI LANSIA BERKARYA MELALUI DOA DAN 

KEHENINGAN

                  Menjadi lansia (lanjut usia) acap kali merupakan hal yang mengkhawatirkan bagi banyak orang. Lansia sering dikonotasikan dengan tidak mampu secara fisik, kesepian, tidak punya banyak teman, penurunan daya pikir, finansial dan kesehatan. Tak jarang dalam kenyataan lansia tidak mampu melakukan aktivitas untuk diri sendiri dan harus dilayani orang lain. Sehingga secara psikis mereka merasa frustasi, kecewa dan marah pada diri sendiri. Realitanya, menjadi tua adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak.
                Gereja sebagai paguyuban orang yang saling berbagi kasih dan hidup berdasarkan kasih menyadari akan hal itu. Kasih Gereja St. Fransiskus Assisi kepada para lansia diwujudkan pada Misa Natal Lansia, Minggu 27 Desember 2014. Misa yang begitu istimewa ini dipimpin oleh dua orang Imam, yaitu Pastor Gathot, OFM.Cap dan Pastor Egidius, OFM,Cap. Saat homili Pastor Gathot, OFM, Cap mengajak para lansia untuk tidak berfikir menjadi lansia itu identik dengan tidak berdaya. Menjadi lansia itu masih bisa bekarya dan merasul. Karya kerasulan yang dapat dilakukan lansia yaitu membangun relasi yang akrab dengan Tuhan melalui keheningan doa. Doa tidak perlu diartikan harus pergi ke gereja dan berdoa berlama-lama. Doa Bapa Kami dan Salam Maria adalah dua doa yang sangat ampuh, yang akan menciptakan keheningan dan kedamaian hati. Inilah karya kerasulan lansia yang merupakan kerasulan gereja.
                Sebagai umat paroki Singkawang kita patut berbangga karena paroki kita memiliki rasa hormat dan cinta yang sangat besar kepada para lansia. Betapa tidak, setelah misa selesai, berderet dan berjejer kursi telah disiapkan oleh panitia untuk tempat duduk para lansia. Dibantu oleh Legio Maria dan WK, umat Kring Putra Daud mengarahkan dan menuntun para lansia duduk dengan tertib. Mereka duduk di depan Gereja seolah mengatakan kepada kita, merekalah perintis Gereja ini. Dalam kata sambutannya Pastor Gathot, OFM. Cap dan sesepuh lansia mengungkapkan betapa kita patut berterima kasih kepada umat dan Perduki (Persekutuan Doa Usahawan Katolik Indonesia) yang memberikan perhatian pada lansia.  Potret mengharukan ditampilkan kepada kita ketika lansia saling melayani dan dilayani ketika mengambil makanan santap siang. Yang bisa berjalan mengambil makan sendiri dan yang tidak bisa berjalan diambilkan. Sungguh perjamuan makan yang sangat indah. Pada saat itu, Yesus sungguh-sungguh dirasa lahir dalam hati para lansia dan umat yang hadir.
                Pada penghujung acara panitia membagikan kurang lebih 450 bingkisan (dari Perduki) kepada para lansia yang hadir. Bingkisan ini menjadi ungkapan cinta Gereja bagi para lansia. Sementara lansia yang tidak bisa hadir, bak Sinterklas, panitia melalui ketua kring  akan mengantarkan bingkisan-bingkisan itu ke rumah mereka ataupun pada saat pengiriman komuni. Seluruh rangkaian perayaan Natal Lansia kali ini mau menyampaikan pesan kepada kita “ Jangan takut menjadi lansia karena menjadi lansia tetap bisa berkarya dan merasul melalui doa dan keheningan. Menjadi lansia, menjadi makin dekat pada Tuhan.” Menegaskan kepada para lansia akan kebenaran Sabda Tuhan. “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”(Mat 28:20). (SHe)

MISA NATAL ANAK PAROKI ST. FRANSISKUS ASISI SENYUM DAN KETULUSAN KADO ISTIMEWA UNTUK BAYI YESUS

   MISA NATAL ANAK PAROKI ST. FRANSISKUS ASSISI 
 SENYUM DAN KETULUSAN KADO ISTIMEWA UNTUK BAYI YESUS


              Natal selalu identik dengan pesta, keceriaan, sukacita, dan hadiah untuk anak-anak. Bayi mungil Yesus disambut dengan kemeriahan dan suka cita yang dirayakan bagi 913 anak yang hadir pada Misa Natal di Gereja Santo Fransiskus Asisi Singkawang (Minggu 28/12/2014). Misa Natal yang bertepatan dengan Hari Raya Keluarga Kudus ini dipimpin oleh Pastor Gathot, OFM.Cap dengan perarakan meriah anak-anak. Prosesi memasuki Gereja diawali oleh malaikat Tuhan diikuti para gembala, para raja dari Majus dan tentu saja Bunda Maria dan Santo Yosef. Mereka memasuki Gereja dengan iringan paduan suara dari para anak Sekolah Minggu.
               Kemeriahan suasana Misa Natal Anak kali ini semakin semarak karena setiap anak yang ikut misa mengenakan topi Sinterklas yang dibagikan saat mereka memasuki Gereja oleh panitia. Tema “Kepekaan untuk Berbagi” dikemas oleh Pastor Gathot dengan amat menarik dalam sebuah dongeng tetang kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Dengan antusias semua anak mendengarkan pesan Natal yang disampaikan Pastor “Kado yang dinantikan Yesus adalah senyuman manis, alunan lagu, kegembiraan dan apapun yang diberikan anak-anak secara tulus kepada anak-anak lain yang membutuhkan.”, tutur Pastor Gathot. Sebuah lagu berjudul Bolehkah Yesus dinyanyikan sebagai kado untuk bayi Yesus dari anak-anak Sekolah Minggu.


           

         Semua anak yang hadir diberi kesempatan untuk memberi kado bagi bayi Yesus yang selanjutnya akan diberikan untuk anak-anak di stasi lain yang berkekurangan. Dengan demikian anak-anak mau belajar berbagi, belajar memberi kepada orang lain. Sebuah cara menjadi Sinterklas bagi orang lain. Setelah usai perayaan misa, dua orang badut dan 3 Sinterklas telah menanti mereka dengan berbagai acara hiburan di halaman Gereja. Dipandu oleh pembawa acara Kristiani Murty, S.Ag, Santo Satriawan dan badut yang lucu mengemaskan tidak lain adalah Bruder Flavius, MTB, berbagai acara disuguhkan secara sangat menarik. Acara hiburan ini dimeriahkan pula oleh aksi organ tunggal, atraksi kreativitas tari modern, balet, tari tradisional, musik angklung dari anak-anak Sekolah Minggu, TK dan SD Kota Singkawang. Terbukti mereka tidak beranjak dari halaman Gereja, duduk dan berdiri di depan panggung kendati hujan tiba-tiba mengguyur.
              Mereka mempersembahkan suka cita bagi bayi Yesus. Kegembiraan dan suka cita anak-anak merayakan Natal tahun ini semakin sempurna dengan berbagai door price yang diberikan, makanan-makanan dan kado dibagikan. Semoga kelahiran Yesus Sang Jurus Selamat selalu menghadirkan kebahagiaan pada diri anak-anak kita dan mereka pun bisa memberikan kebahagiaan itu kepada anak-anak lain melalui senyuman dan suka cita mereka. Ketulusan kita dalam memberi merupakan kado istimewa untuk bayi Yesus yang lahir di palungan. (SHe)

BERBAGI KEBAHAGIAAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BERBAGI KEBAHAGIAAN

 DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

 
              “Banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk berbagi bahagia”, kiranya ungkapan ini mengejahwantah di medio Desember 2014 lalu. Ketika  seksi sosial yang dibentuk panitia Natal 2014 bersama dengan kumpulan doa Legio Maria dan Wanita Katolik menyambangi Lapas Klas IIB yang beralamat di Jalan Tanjung Batu No.33, kecamatan Singkawang Selatan.  Tujuannya satu, ingin berbagi kebahagiaan Natal dengan para penghuni Lapas, khususnya yang beragama Katolik dan Protestan.




                        Kegiatan kunjungan yang digelar pada 31 Desember 2014 ini dimulai pukul 09.30 WIB.  Diawali dengan misa syukur yang dipimpin oleh Pastor Yeremias, umat nampak khusyuk mengikuti prosesi misa. Kekakuan suasana tampak di awal, namun setelah berjalan beberapa saat, terlebih ketika sampai pada acara hiburan, atmosfer hangat, gembira dan bahagia melingkupi kapel sederhana tempat berlangsungnya acara.
Berbagai bingkisan berupa kado natal dan paket sembako juga dibagikan dalam kesempatan ini.  Sufong, salah satu penghuni Lapas mengaku sangat gembira dengan digelarnya acara ini. “Mudah-mudahan acara seperti ini terus berlanjut ya, dan lebih meriah. Kita semua bahagia dan merasa diperhatikan.”, ungkap wanita berparas cantik ini. Kiranya kegembiraan natal dapat selalu menyambangi seluruh umat yang percaya akan penyelamatan-Nya tanpa sekat di manapun berada. (Hes)


  
                              

BERBAGI ITU INDAH DAN MURAH

BERBAGI ITU INDAH DAN MURAH




              Selesai merayakan Misa hari Minggu di stasi, saya diundang oleh Ketua Umat untuk singgah di rumahnya. Begitu tiba di rumah, saya dipersilahkan menunggu di ruang tamu. Sambil menunggu si empunya rumah mata saya tak henti-hentinya mengamati ruang tamu yang mulai ditata dengan gua natal lengkap dengan pernak-perniknya. Maklum dalam hitungan hari saja natal akan segera tiba. Tengah asyik menikmati dekorasi ruang tamu, tiba-tiba seorang gadis cilik, berusia sekitar tiga tahun menghampiri saya. Tanpa mengucapkan sepatah katapun, dia langsung memutar-putar badan sambil kedua tangan mungilnya memegang ujung rok yang dikenakannya. Gadis cilik itu membayangkan dirinya seperti seorang peragawati yang sedang memamerkan busananya.
              “Deva pakai baju baru”, katanya kepada saya penuh kegirangan.
            “Waduh, bagus sekali bajunya. Deva seperti malaikat kecil ya. Cantik sekali!” Jawab saya sambil mengacungkan 2 jempol kepadanya.
             Mendengar pujian saya, sorot mata Deva makin berbinar-binar dan membalas acungan jempol saya dengan tersenyum.
               “Siapa yang beli baju untuk Deva?’”, tanya saya.
            “Mamak. Ni ada gambar Hello Kittynya”, Jawab Deva sambil menunjuk ke gambar yang dimaksud.
               “Mamak belinya dimana?”, tanya saya sekali lagi.
               “Tuh di gereja”, jawab Deva sambil mengarahkan telunjukknya ke arah gereja.
               “Deva senang ya pake baju baru ini?”
Deva hanya menganggukkan kepala. Peristiwa yang sangat mengharukan. Hati saya tersentuh melihat kegembiraan yang tulus dan tanpa dibuat-buat dari seorang anak kecil dengan “baju baru”-nya. Mata saya pun sempat dibuatnya berkaca-kaca.
             Dialog singkat dengan Deva mengingatkan saya akan peristiwa beberapa saat yang lalu. Berbeda dari biasanya, kala itu selesai perayaan Misa para pengurus stasi langsung menyulap pelataran gereja menjadi pasar kaget. Beberapa kantong plastik besar yang berisi pakaian pantas pakai sumbangan dari umat Katolik Singkawang langsung digelar.  Tanpa dikomando umat pun menyerbu, berusaha memilih dan mencari pakaian yang disukainya. Maklum harganya super murah. Setiap pakaian hanya dihargai dengan Rp2.000,00 per potong. Rupanya dari  peristiwa inilah berasal kegembiraan Deva.
               Dalam perjalanan pulang ke Singkawang saya merenungkan peristiwa indah yang saya alami hari itu. Kegembiraan Deva masih begitu jelas tergambar dalam ingatan saya. Bagaimana Deva berputar-putar seperti peragawati sambil memamerkan “baju baru” dengan sorot mata yang berbinar-binar kegirangan. Sangat indah dan sungguh menyentuh hati saya. Ternyata membahagiakan orang lain itu tidak perlu biaya mahal. Hanya dengan Rp2.000,00 seorang anak kecil seperti Deva sudah bisa mengalami sukacita yang luar biasa. Saya sangat yakin masih ada Deva-Deva lain yang juga mengalami sukacita karena boleh mendapat “berkat yang murah” dari umat Singkawang. Seuntai doa pun saya panjatkan kepada-Nya. Terimakasih Tuhan Engkau telah mengajari kami bahwa berbagi itu indah dan murah. (Gathot)

MENGGAGAS MAKNA HIDUP DARI SUDUT PANDANG SANG USKUP

MENGGAGAS MAKNA HIDUP DARI SUDUT PANDANG SANG USKUP





                   Berbincang dengan sosoknya yang ekspresif, membuatnya serupa magnet, begitu energik sekaligus menarik. Monsignor Agustinus Agus, terlahir pada 22 Oktober 1949 di Lintang, Kapuas, Sanggau, Kalimantan Barat. Sang gembala umat yang ditahbiskan pada 3 Juni 2014 sebagai Uskup Agung di Keuskupan Agung Pontianak menggantikan pendahulunya Monsignor Hieronymus Herculanus Bumbun, OFM.Cap. Sebelum berkarya dalam tangan Tuhan di Keuskupan Agung Pontianak, ia lebih dahulu menjabat sebagai Uskup di Keuskupan Sintang.
                 Tak hanya cerdas, kesan hangat pun terpancar dari sosoknya yang mengaku menggemari tembang-tembang dari grup musik Koes Plus, D’lloyd dan Panbers.  Hal ini tampak ketika di tengah wawancara yang dilakukan redaksi LIKES pada kesempatan itu, beliau begitu terbuka melayani permintaan umat yang ingin mengabadikan momen bersamanya dalam slide-slide foto. Tak mengherankan, jika suatu ketika Anda berkesempatan untuk bertukar pikiran dengannya, maka prinsip hidup dan keramahannya tergambar seperti sosok pastor Almeida di film layar lebar besutan Hollywood, berjudul  Stigmata. 
  Berbincang tentang awal ketertarikan pada kehidupan membiara, diakui segalanya bermula ketika ketakjuban itu muncul tatkala ia berhadapan langsung dengan sosok misionaris asal Belanda. Ia yang saat itu masih kecil begitu terpesona pada pengabdian pastor dari belahan bumi Eropa tersebut. Dunia batinnya seolah berbisik bahwa orang Eropa yang begitu hebat dan maju saja mau menjadi pelayan umat bagi sesama, maka serta merta pula panggilan suara Tuhan seolah nyaring menggema dalam relungnya.
                 Banyak jalan membantu orang lain yang kurang beruntung secara ekonomi, namun ia lebih memilih jalan menjadi pastor karena sosok pastor dipandangnya dapat lebih total dalam melayani umat. Mengutip langsung pernyataannya, “Memandang kehidupan dari sisi paling logis tanpa mengesampingkan rohani, tidak cukup hanya berupa nasihat-nasihat kudus. Kesucian itu berhubungan dengan Tuhan. Kesucian nampak dari perbuatan. Seperti yang tertera dalam Injil  Matius, Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
            Mata beliau beberapa saat sempat menerawang saat ditanya mengenai kerikil dalam perjalanan kegembalaannya. Lantas dengan suara lirih, Monsignor berusia 65 tahun ini memaparkan saat terberat itu menghampiri ketika keinginannya ditahbiskan sebagai imam dengan disaksikan ayahanda tercinta tak terwujud. Beliau sempat berujar, pada saat itu terlintas pemikiran paling manusiawi, “Jika Tuhan betul-betul memilih saya, biarkan ayah saya melihat pentahbisan saya sebagai imam.”, namun kiranya sang penguasa perasaan manusia berkendak lain. Di saat-saat paling getir itu, munculah penguatan dari sesama biarawan yang mengutip Injil Lukas 9:60, “Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah kerajaan Allah di mana-mana.”    
            Di akhir obrolan singkat namun hangat, sang gembala umat yang juga memiliki kegemaran bermain bulutangkis ini mengetengahkan harapannya yang berkaitan dengan nafas gereja Katolik, “Semoga  di masa-masa yang akan datang, gereja lebih mendekatkan diri dengan pemerintah, gereja dapat lebih mendunia sekaligus lebih membumi.”, pungkasnya. (Hes)

         

BE A BROTHER FOR ALL

BE A BROTHER FOR  ALL


Selayang Pandang OFM.Cap

               Be A Brother For  All (Menjadi Saudara Bagi Semua) merupakan motto dari OFMCap (Ordo Fraterum Minorum Cappucinorum) yang dapat diartikan sebagai ordo saudara-saudara  dina dari Kapusin menjadi denyut dan aura jiwa bagi penghayatan para pengikutnya setiap hari. Ordo ini  didirikan oleh Santo Fransiskus dari Assisi  (1882-1226), menjadi magnet pribadi banyak orang sekaligus maestro yang dikagumi di abad 21 sebagai Santo yang spektakuler dalam spiritualitas kemiskinan dan hina dina.
               Dalam perjalanan waktu Ordo ini berkembang menjadi Ordo pertama untuk laki-laki  (OFM, OFMConv dan OFMCap). Ketiga Ordo pertama ini menghidupi anggaran dasar yang disusun oleh Fransiskus dari Assisi dan disahkan oleh Paus Honorius III. Ordo kedua untuk perempuan (para Suster Klaris) dan ordo ketiga untuk awam maupun imam sekular (regular dan secular). Ordo Kapusin dimulai oleh Matheus dari Bascio dan resmi berdiri pada 3 Juli 1528 dengan Bulla Religionis Zellus oleh Paus clement VII. Adapun anggota Ordo Kapusin ini terdiri dari ‘klerus’ (imam) dan  ‘laikus’ yang biasa disebut bruder.







Nama Kapusin
                  Panggilan nama Kapusin berawal dari sorakan anak-anak yang melihat para saudara dina yang memakai jubah dengan kap panjang dan runcing. Mereka meneriakkan:  “Scapucini!, Scapucini!” (menggunakan kap). Dari teriakan inilah lahir nama Kapusin.  Ordo Kapusin sudah tersebar luas ke seantero dunia di 106 negara. Saudara Kapusin mulai berkarya di Indonesia sejak tahun 1905 dan pada Februari 1994 dimekarkan menjadi 3 Propinsi: Medan, Sibolga, dan Pontianak. Kapusin Propinsi Pontianak, dengan nama pelindung Santa Maria Ratu Para Malaikat, didirikan secara resmi pada tanggal 21 Februari 1994.
             Adapun wilayah karyanya yaitu: Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Palangka Raya dan Keuskupan Agung Jakarta, dan pastinya di Singkawang beralamat Pastoran Katolik,  Jln. P. Diponegoro No. 1 Singkawang. Para saudara Kapusin yang berada di lima keuskupan ini dipimpin langsung oleh Minister Propinsial.
Jenis Karya dan Ciri Khas Hidupnya
                  Para saudara Kapusin lebih memperhatikan karya dan pengabdianya dengan fokus pada: pelayanan pastoral parochial dan kategorial, pembimbing rohani dan retret, pendamping kaum muda, pengelola pertukangan dan bangunan, pengurus rumah tangga komunitas, pelayanan di bidang medis, pertanian, dan pendidikan, pengembangan masyarakat, pemelihara, dan pendukung seni budaya, berkarya di daerah misi dan pendamping kaum terlantar.
                  Adapun ciri khas hidupnya adalah : (1) hidup dalam persaudaraan – Fraternitas, (2) doa menjadi nafas hidup dan karya setiap saudara, (3) para saudara Kapusin menghayati kemiskinan dan kedinaan dengan hidup sederhana baik dalam penampilan maupun dalam tutur kata, dan berpihak kepada orang kecil dan miskin (option for the poor), (4) terbuka pada setiap tugas yang dibutuhkan oleh ordo maupun gereja lokal, ikut mempromosikan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (Justice, Peace and Intergrity of Creation).
Ajakan
            Anda terpanggil menjadi calon dan mau bergabung dengan mereka, hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut. Calon yang hendak melamar menjadi Kapusin haruslah seorang pria beriman Katolik (minimal 2  tahun setelah baptisan). Punya kemauan yang baik dan suci. Artinya, ingin mewujudkan dalam hidupnya cita-cita persaudaraan Kapusin. Sehat jiwa dan raga sehingga berdaya guna untuk mengemban salah satu jenis pengabdian dengan baik dan menggembirakan. Berpendidikan minimal SMU atau setingkatnya, demi menjamin mutu pemahaman atas cara hidup membiara dan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuan.
                  Untuk itu kami mengajak, “Hai Kaum Muda Katolik, mari bergabung bersama kami mengikuti Tuhan Yesus Kristus menurut teladan St. Fransiskus Assisi dalam Ordo Saudara Dina Kapusin Propinsi Pontianak.” Sertakan surat lamaran Anda: surat keterangan pastor paroki, surat kesaksian dari pembimbing, atau surat rekomendasi dari sekolah atau tempat bekerja. Riwayat hidup singkat, pasfoto 3x4 (3 lembar), surat persetujuan orang tua/wali. Kirim ke Minister Propinsial Kapusin Pontianak: Jl. Adisucipto KM 9,6 Tirta Ria - Sungai Raya, Kotak Pos 6300. Pontianak-Kalbar 78391 Telp. (0561) 722430/78391. Fax: (0561)-724012.E-mail: kapusin.pontianak@kapusin.org.
                   Bila ingin mengetahui lebih mendalam  langsung pada contact person: P. Joseph Yuwono, OFMCap - Tirta Ria (081251154671) - P. Chrispinus, OFMCap (081345766156) - Nyarumkop. Nah, tunggu apa lagi, mungkinkah Anda salah satu insan yang terpanggil saat ini?
(Ditulis kembali oleh Bruf dengan bersumber pada Brosur OFMCap)