Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

31 Mei 2015

MENGGALI ESENSI PERAYAAN MUSIM SEMI DARI PERSPEKTIF PASTOR TONI

MENGGALI ESENSI PERAYAAN MUSIM SEMI DARI PERSPEKTIF PASTOR TONI

Pribadi yang hangat, wajah memikat, dengan senyum sumringah senantiasa merekah kala menghadapi siapapun lawan bicaranya. Setidaknya kesan itulah menjadi gambaran awal ketika pertama kali obrolan ringan dilakukan di siang bergerimis tipis itu. Terlahir di Bumi Khatulistiwa pada 24 Maret 1964 dengan nama Tan Nyap Tek yang kini lebih dikenal sebagai Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap. Penikmat musik klasik yang berhasil membesut gelar doktoral dari Universitas Gregoriana Roma ini, berkenan membagi kisah Imlek masa kecilnya serta merta tinjauan mengenai hal serupa di usia matangnya.








Tradisi Imlek dalam kenangan slide masa kecil Toni seperti halnya bocah pada umumnya yang berkisar pada angpau, makanan enak, serta pakaian baru.  Kegembiraan penuh syukur dalam keluarga menjadi hal mutlak yang sungguh menawan ingatannya. Binar matanya tampak begitu cemerlang saat ingatannya seolah digiring pulang ke masa lalu, mengisahkan kenangan Imlek yang menjadi bagian memori jangka panjangnya. “Imlek semasa kecil hanya dirayakan di sekitar rumah saja, sekarang Imlek dirayakan  jauh lebih terbuka. Warga Tionghoa adalah bagian dari bangsa ini, interaksi harus ada, Tionghoa bagian dari Indonesia,” paparnya.
Seiring pertambahan usia, dibarengi kematangan jiwa, serta kemapanan tingkat pendidikannya, pergeseran makna Imlek dalam diri Pastor Toni semakin mengemuka. Kebermaknaan yang mendasar mengenai perayaan Imlek digali melalui garis sejarah dan dituturkan melalui perspektifnya imamatnya, “ Imlek esensinya Chun Jie yang berarti perayaan musim semi, awal kehidupan. Konsili Vatikan kedua mengintegrasi adat dan iman. Perayaan liturgi dalam nuansa Imlek senada merayakan syukur atas kelangsungan kehidupan sehari-hari. Tak pelak gereja menyeleksi adat dan budaya, dan perayaan Imlek dipandang sebagai suatu hal yang tidak bertentangan serta selaras dengan ajaran gereja, budaya positif perayaan syukur atas berkat selama musim semi.”
Kala ditelisik pandangannya mengenai keterkaitan perayaan Imlek dan masa pertobatan yang jatuh berdekatan, anak ke dua dari tiga bersaudara, pehobi olah raga jalan cepat ini dengan gamblang memaparkan, “Bahwasanya pertobatan merupakan kesempatan dan rahmat  untuk melihat kembali hidup di masa lalu, mengevaluasi, mengoreksi masa lalu, dan menyadari masih ada hal yang harus diperbaiki. Hal ini berkaitan dengan esensi Imlek sendiri yang merupakan perayaan musim semi, awal kehidupan. Dalam masa pertobatan kita berkesempatan mengevaluasi masa lalu yang akan kita jadikan titik tolak mengawali kehidupan yang lebih baik,” pungkasnya mengakhiri obrolan singkat. (Hes)
Riwayat Pendidikan dan Kegembalaan
TK Melati Pontianak, 1970
SD Melati dan Dahlia Pontianak, 1971 1976
SMP Bruder Pontianak, 1977 1980
SMA St. Paulus Pontianak, 1980 1983
Seminari Menengah Pematang Siantar, 1983 1984
Novisiat Kapusin Parapat, 1984 1985
STFT St. Yohanes, Pematang Siantar, 1985 1989
Tahun Orientasi Pastoral, Ngabang, 1989 1990
STFT St. Yohanes, Pematang Siantar, 1990 1992
Ditahbiskan di Pontianak, 24 Agustus 1992
Ditempatkan di Bengkayang, Agustus Desember 1992
Ditempatkan di Tebet,  Jakarta Selatan, Januari  Juni  1993
Melanjutkan studi S2 di Institut Kepausan Biblicum, Roma, Italia, 1993 1997
Mengajar sebagai dosen di STFT Santo Yohanes, Pematang Siantar, 1997 2004
Melanjutkan studi S3 di Universitas Gregoriana, Roma, Italia, 2004 2008
Mengajar sebagai dosen di STFT St. Yohanes, Pematang Siantar, 2008 2010
Dikirim ke Tiongkok untuk belajar bahasa dan budaya Tiongkok sekaligus bermisi, 2011 2013
Kembali ke Pontianak sebagai pastor rekan di Katedral Pontianak, 2014 sekarang.       
                           

Surat Cinta Dari Pembaca


Surat Cinta Dari Pembaca 

Salam hangat,

Menjumpai pembaca Likes, beberapa waktu lalu redaksi menerima sepucuk ‘surat cinta’  dari yang terkasih Suster Pia, OSCCap. Sila disimak sapaan hangat beliau.
Sebuah tanggapan dan tawaran.

 

Ilustrasi Pengakuan Dosa


                Wah-wah luar biasa banget deh, Simbah jadi bangga, haru, kagum dan penuh syukur ikut baca buletin Likes edisi 001, Desember 2014 tentang berbagai kegiatan sosial dan seminar-seminar, melihat gambar, foto-foto yang ganteng, keren, dan cantik. Hanya entah mengapa, rupanya kacamata Mbah yang sedikit buram maka gambar agak sedikit bruwet. Soal apa yang di benakku/Mbah lihat wajah aslinya, kalian jauh lebih ganteng, keren, dan cantik, ya, iya dong tentu, kan kita adalah gambar-gambar  Allah yang hidup penuh gairah dan semangat untuk melayani.
Tapi hati ini juga menjadi tersentak, tersayat iba dan rasa prihatin ketika baca realita sekian banyak cucu di Singkawang jadi pengguna narkoba dan hal-hal yang negatif dibuatnya. Namun Mbah tidak tenggelam pada rasa doang, tapi kembali membuatku berefleksi. Dan, ah…! Mbah jadi lebih menyadari  bahwa tidak meras lebih baik dan hidup sudah safe, mbah juga seorang  residive lho…! Walaupun bukan dalam kasus pengedar dan pengguna narkoba. Tetapi residive sebagai seorang pendosa yang setiap kali jatuh dalam dosa dari sejak muda sampai tua, kasihan deh Mbah ini.
Memang sungguh benar, “Lebih exis tanpa narkoba tapi juga tanpa dosa,” di sana kita akan menjadi manusia-manusia yang memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang sejati sebagai anak Allah. Nah, cucuku! Apa yang membuat Mbah ingin ikut ambil bagian dalam berbagi sebagai salah satu umat di Gereja Katolik Singkawang, bukan membagikan harta yang Mbah tak punya, melainkan membagi pengalaman yang amat berharga bagi kehidupan yang amat berharga bagi hidup yaitu: habitus menerima sakramen tobat sejak masa muda . bahwa menerima sakramen tobat sungguh merupakan rahmat besar yang cuma-cuma diberikan oleh Bapa Surgawi lewat iman. Sulit untuk melukiskan dengan kata-kata, tapi mungkin bisa Mbah coba bahasakan dengan kata-kata yang berdampak: mendamaikan, melegakan, menggembirakan, meringankan, mencegah tindakan yang lebih negatif, menyembuhkan, menjaga, melindungi, menguatkan, mendandani hidup, menjernihkan suasana batin, dan lain-lain yang sangat membantu tumbuh kembang hidup beriman Katolik dan merasa dibimbing untuk berjalan pada roh kehidupan yang benar.
Ya, sungguh benar sakramen tobat adalah berkat dan anugerah besar bagi kita semua tanpa terkecuali sebagai keluarga universal Katolik. Lalu, apakah sakramen yang satu ini telah menjadi habitus bagi hidup kita di sini? Atau masih sebatas kewajiban ‘NaPas’? (Natal Paskah). Kalau sudah, syukurlah,. Kalau belum, Mbah ingin dengan rendah hati memberanikan diri untuk menghimbau/ mempromosikan, “Mari…! Jangan lewatkan, jangan abaikan kesempatan, biasakan diri untuk menerima sakramen tobat ini.” Di sini kita punya gembala-gembala yang baik, ya, sungguh baik. Tapi seandainya menurut kaca mata cucuku lain, lihatlah dengan kaca mata iman bahwa entah apapun dan bagaimanapun imam kita, Allah tetap memakainya secara utuh dan penuh untuk menyalurkan rahmat dan berkat-Nya juga memiliki gereja yang megah lengkap dengan kamar pengakuan. Kiranya kita perlu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jika kita bersama menghayai habitus sakramen tobat ini, dunia kita akan sungguh berubah. Mari kita berbaris melangkah maju ambil bagian untuk mempercantik diri berdandanan keselamatan. Pelan tapi pasti kita akan membentuk diri menjadi pribadi bermental dan berjiwa Kristiani yang handal dan militan. Juga akan jadi luar biasa sumbangan mental spiritual untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan bangsa. Inilah suatu hal kegiatan hidup menggereja secara internal, yang tidak kalah penting dari kegiatan-kegiatan apapun lainnya.
Semoga hal tersebut di atas mendapat respon positif, walaupun dalam setiap kali Ekaristi kita sudah mengaku bersama dan mendapat pengampunan, tetapi kita masing-masing ini sangat spesifik  dan sapaan kasih Tuhan juga sangat personal dalam sakramen tobat.
Semoga ya, semoga kita menjadi semakin seimbang dalam merias diri batiniah dan lahiriah.

(Penulis Sr. Pia, OSCCap yang senantiasa haus akan keselamatan jiwaku sendiri dan jiwa semua cucuku) 
        

KEMAKMURAN DAN KEBERUNTUNGAN DI TAHUN YANG PENUH PENGHARAPAN


KEMAKMURAN DAN KEBERUNTUNGAN DI TAHUN YANG PENUH PENGHARAPAN


Pergantian masa selalu menuai cerita, perguliran waktu mutlak menyemai asa baru. Demikian peralihan tahun kuda kayu pada tahun kambing kayu yang mewarnai 2015. Senada dengan perayaan pergantian musim itu, gereja Katolik menggelar misa syukur perayaan Imlek yang pada tahun ini jatuh pada Kamis, 19 Februari 2015.
Ornamen bernuansa oriental menyemarakkan gereja Katolik. Pagi yang diwarnai gerimis itu tak menyurutkan antusias warga Katolik dengan latar belakang etnis Tionghoa maupun non Tionghoa untuk mengikuti misa syukur yang mendaulat Pastor Paulus Toni Tantiono, OFMCap sebagai  pemimpin misa. Dengan pembawaan tenang dan suaranya yang menyejukkan, Pastor Toni mencoba menyoroti  esensi perayaan Imlek dari sudut pandang gereja Katolik dengan pergantian tahun yang pada 2015 ini merupakan tahun kambing kayu. 
“Tahun kambing kayu diharapkan membawa kemakmuran dan keberuntungan. Hal ini dilatari pembawaan kambing  yang pada dasarnya bersifat tenang, berjalan tenang, makan tenang, diharapkan membawa dampak agar kita pun melakukan segala sesuatu dengan penuh ketenangan, pertimbangan, dan kebijaksanaan.” Masih di kesempatan yang sama, pastor jebolan Universitas Gregoriana Roma ini menuturkan, “Jika memiliki ketenangan dan kebijaksanaan, maka hidup kita akan lebih baik, karena dengan ketenangan akan dapat mengatasi permasalahan hari esok.”, pungkasnya. Pada akhir misa, kepada  umat dibagikan jeruk sebagai salah satu simbol perayaan Imlek yang disediakan panitia yang sebelumnya telah diberkati oleh pastor. (Hes)                    






       


29 Mei 2015

Misa Minggu Paskah 2015

Misa Minggu Paskah 2015








28 Mei 2015

Buletin Likes Paroki Singkawang

Buletin Likes Paroki Singkawang