Allah Peduli!
“Allah mengerti, Allah peduli, segala persoalan yang kita hadapi. Tak akan pernah dibiarkannya, kubergumul sendiri, sebab Allah peduli”
Penggalan syair dari lagu Allah peduli itu, sudah ratusan kali terngiang di telingaku. Selama itu pula penggalan syair yang sudah sangat akrab denganku itu berlalu begitu saja. Bahkan aku sudah seringkali menyanyikannya. Tetapi kali ini syair lagu itu terasa lain. Seolah-olah ia mau menyampaikan sesuatu kepadaku. Sejenak aku dibawanya untuk berdiam diri, bermenung sebentar dan mengamini apa yang dikatakannya: bahwa Dia benar-benar hadir dan peduli kepada semua manusia, termasuk juga diriku.
Sangat mungkin nada lagu itu terasa berbeda dan sangat berbicara kepadaku karena dinyanyikan oleh warga binaan Lapas Singkawang. Padahal suara mereka tidaklah istimewa. Kalau boleh disebut malah jauh dari merdu. Apalagi hanya diiringi oleh petikan gitar yang kadang terasa sumbang. Tetapi boleh jadi karena warga binaan menyanyikannya dengan sangat ekspresif, mereka seperti menjiwai dan larut dengan isi dari lagu itu. Perasaan mereka terwakili oleh syair lagu Allah Peduli. Tanpa harus mereka katakan aku bisa membaca perasaan mereka bahwa dalam keterbatasan hidup di dunia lapas mereka sungguh mengalami kepeduliaan Allah. Di tengah keterpurukan hidup mereka tetap melihat adanya secercah harapan bahwa Allah tidak meninggalkan mereka. Sesekali kulirik dari meja altar terlihat beberapa warga binaan justru membawakan lagu itu dengan memejamkan mata, sambil menengadahkan tangan ke atas, seperti mau menggapai sesuatu nun jauh di sana.
Lagu Allah Peduli dibawakan saat jeda komuni, ketika umat yang hadir di kapel lapas sedang bersujud syukur atas kehadiran-Nya dalam rupa sakramen Ekaristi. Syair lagu itu menambah khusyuknya suasana doa. Sambil mendengarkan lagu itu, aku pun duduk diam dan bermenung. Dalam diamku aku mencoba berwawanhati dengan Tuhan. “Ah Tuhan, betapa sering aku melupakan diri-Mu. Aku tidak sadar bahwa Engkau sebenarnya peduli denganku. Sejatinya aku malu dengan mereka ini. Bagaimana mereka yang pergerakannya serba terbatas, hidup terkurung di balik jeruji besi, toh masih bisa merasakan dan mengalami kepedulian-Mu. Sementara aku yang hidup dengan bebas kadang malah tidak sadar bahwa Engkau sangat memperhatikan diriku. Ajari aku Tuhan, untuk sedikit mensyukuri kepedulian-Mu kepadaku”.
Lama aku berdiam diri, sampai aku tersadar bahwa lagu komuni itu telah usai. Dengan tenang aku pun melanjutkan tugasku mengakhiri misa Paskah bersama warga binaan. Aku yakin warga binaan yang beragama Katolik hari itu mengalami anugerah istimewa karena dalam masa Paskah ini mereka boleh menyambut tubuh Kristus sebagai Sang Pembebas yang sejati. Itulah kepedulian Allah yang sangat nyata mereka rasakan. Di sisi lain aku sendiri pun menimba pelajaran hidup yang sangat berharga. Lewat warga binaan aku diundang untuk selalu menyadari bahwa Allah sungguh peduli akan kehidupanku. Terimakasih Tuhan atas rahmat Paskah yang sangat istimewa ini. (Gathot)