Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri pengertian gereja. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri pengertian gereja. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

5 Mar 2020

API PENYUCIAN; TAK TERBANTAHKAN, ACAPKALI TERABAIKAN

*Pendahuluan*

Ketika saya merenung, memikirkan tentang apa yang akan saya tulis, seketika terlintas dalam benak saya tentang sesuatu yang rasanya masih asing dan mengawang bagi pembaca. Memang sepintas dengar perihal yang akan saya bahas kali ini terkesan horor dan meremangkan rambut di tengkuk bagi awam. Namun, besar harapan saya, semoga usai membaca artikel yang saya tulis ini, kesan berbeda akan timbul dan mengubah paradigma pembaca. Pada kesempatan ini saya akan membahas tentang "Api Penyucian dalam Ajaran Gereja Katolik" 

*Tinjauan dari Etimologi Kata* 

Penyucian, bukan pencucian! Kata pertama berasal dari kata dasar suci yang mendapat awalan pe-N dan akhiran –an serta mengalami proses peluluhan kata, dan satu lagi berasal dari kata dasar cuci yang mendapat awalan pe-N dan akhiran –an. Namun dalam hal ini yang digunakan adalah kata penyucian. Meskipun mungkin dari khalayak ramai pada awalnya menyangka istilah api pencucian adalah yang benar dengan asumsi jiwa yang dalam proses perjalanan menuju keabadian harus melewati proses pencucian hingga membuahkan suatu hasil yaitu jiwa yang bersih ternyata yang benar adalah api penyucian. Esensi suci lebih tinggi dari sekadar cuci. Esensi suci adalah (1) bersih dalam arti keagamaan seperti tidak kena najis, (2) bebas dari dosa; bebas dari cela; bebas dari noda; maksum (3) keramat (4) murni (tentang hati, batin), sementara cuci sendiri memiliki arti proses membersihkan sesuatu dengan air dan sebagainya. (*sumber KBBI daring)
Sementara terjawab tentang istilah yang benar dan yang keliru selama ini. Yang benar adalah api penyucian, dan yang keliru adalah api pencucian. Sesudah membaca penjelasan di atas, semoga tidak ada lagi kekeliruan dalam penyebutannya. 

*Istilah Purgatorium*

Purgatorium atau istilah lain dalam Bahasa Indonesia yang sering kita sebut sebagai api penyucian (sekali lagi, bukan api pencucian) adalah suatu kajian pembahasan yang termasuk dalam pembahasan bidang teologi dalam ajaran Gereja Katolik.

Penggunaan kata "Purgatorium" mulai tersohor antara tahun 1160–1180 dan sempat menimbulkan pemikiran bahwa purgatorium adalah suatu tempat.
Saat kita membahas tentang Api Penyucian, kita harus mengerti terlebih dahulu konsep ketika manusia itu meninggal, setelah meninggal manusia akan dihadapkan akan tiga pilihan utama yakni, 1. masuk dalam kebahagiaan lewat api penyucian, 2. orang yang langsung masuk surga, 3. mengutuki diri sendiri untuk selama-lamanya.

*Pengertian Api Penyucian*

Neraka dalam konsep ajaran Agama Yunani dijelaskan sebagai Gehenna (api yang tidak terpadamkan), sedangkan purgatorium atau purgare berasal dari Bahasa Latin yang artinya menyucikan, (to purge).

Sebuah talk-show dari saluran EWTN di Filipina, pernah mengetengahkan sebuah topik mengenai api penyucian yang dibawakan oleh Mother Angelica. Ketika sedang membawakan acaranya, Mother Angelica menerima pertanyaan dari orang yang tidak percaya akan adanya api penyucian, karena kata itu tidak disebutkan dalam Alkitab.

Dengan senyuman dan kata-katanya yang khas Mother Angelica menjawab, bahwa memang kata "api penyucian" tidak secara eksplisit tercantum di dalam Alkitab, seperti juga kata 'trinitas', atau 'inkarnasi'. Namun kita percaya maksud dari kata-kata tersebut. Yang terpenting itu ajarannya, bukan istilahnya. "Meskipun kamu tidak percaya, itu tidak berarti api penyucian itu tidak ada," ujar Mother Angelica.

Berdasarkan konsep ajaran Gereja Katolik dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK) 1030-1032 menyebutkan bahwa :
1. api penyucian adalah suatu Kondisi yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan persahabatan dengan Tuhan, namun belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian;
2. pemurnian di dalam api penyucian adalah sangat berlainan dengan siksa neraka;
3. kita dapat membantu jiwa-jiwa yang ada di api penyucian dengan doa-doa kita, terutama dengan mempersembahkan ujub Misa Kudus bagi mereka.

Allah menginginkan kita agar kita menjadi kudus dan sempurna (Mat 5:48). Maka, jika kita belum sepenuhnya kudus, pada saat kita meninggal, kita masih harus disucikan terlebih dahulu di api penyucian, sebelum dapat bersatu dengan Tuhan di surga.

*Sejarah Purgatorium*

Menurut History of Christian Doctrines, Paus Gregory Agung adalah orang yang menetapkan ajaran api penyucian sebagai kepercayaan yang wajib dipercayai. Sementara Gereja Katolik meresmikan ajaran api penyucian ini pada beberapa konsili yang diadakan oleh Gereja Katolik. Antara lain: Konsili Lyons II (1274), Konsili Florence (1439), Konsili Trent (1547).

*Poin Penting dalam Memahami Api Penyucian*

Ada tiga poin penting tentang api penyucian yang bisa atau dapat kita pahami, antara lain: 1. hanya orang yang belum sempurna dalam rahmat yang dapat masuk ke dalam api penyucian, 2. api penyucian ada untuk memurnikan dan memperbaiki, 3. api penyucian itu hanyalah sementara.

Bicara soal api penyucian, pasti ada yang berpikir dan bertanya bolehkah kita berkomunikasi dengan jiwa-jiwa yang ada di api penyucian?

Ketika saya menulis artikel ini, saya mencari dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari berbagai macam sumber dan jawabannya adalah jika kata komunikasi di sini diartikan sebagai komunikasi dua arah, maka jawaban singkatnya tidak boleh. Lantas apa yang boleh? Yang diperbolehkan dan diajarkan oleh Gereja Katolik adalah agar kita mendoakan jiwa-jiwa di api penyucian, dengan mengambil dasar utamanya (2 Makabe 12:38-45) dan ajaran tradisi suci. Sedangkan hal memohon  dukungan Doa Syafaat dari jiwa-jiwa di api penyucian, tidak diajarkan secara definitif oleh magisterium. Sehingga karena tidak/belum ditentukan, maka sebagai umat beriman, kita dapat memegang pendapat berdasarkan kesaksian Pribadi beberapa orang kudus, dan atas dasar "Common Sense".

*Mengapa Kita Harus Berdoa Bagi Jiwa-jiwa di Api Penyucian?*

Ketika kita dihadapkan dalam sebuah pertanyaan yang mungkin orang lain akan tanyakan kepada kita, kenapa Gereja Katolik mendoakan jiwa orang yang sudah meninggal?

Jawabannya sederhana, karena ketika kita berdoa bagi mereka yang telah meninggal dunia bukan saja untuk hal yang bermanfaat, tetapi juga amat penting. Hal ini diajarkan dan perlu diingat bahwa Gereja Katolik terdiri dari tiga bagian yang tak terpisahkan, antara lain :
1. Gereja Pejuang (yaitu kita yang masih hidup di dunia ini)
2. Gereja Menderita (jiwa-jiwa yang berada di api penyucian)
3. Gereja Jaya (para malaikat, martir, santo/santa serta para kudus yang di surga)
Ketiga gereja tersebut saling berpengaruh dan berkait satu sama lain membentuk tubuh mistik Kristus dalam menpertahankan pondasi gereja.

*Lantas, Bagaimana Kita Menolong Jiwa-jiwa Menderita di Api Penyucian?*

1. Misa Kudus
2. Doa Rosario bagi keselamatan jiwa-jiwa di api penyucian: "Rosario Arwah"
3. Devosi Kerahiman Ilahi : Koronka
4. Perbuatan Baik, tindakan amal kasih, kurban dan silih. (Setiap kali melakukannya, ingatlah untuk mengatakan dalam hati, "Yesus, ini demi jiwa-jiwa di Api Penyucian"
5. Ibadat/Renungan Sengsara Yesus (Jalan Salib)
6. Indulgensi bagi jiwa-jiwa di purgatorium.

*Penutup*

Saudara-saudari terkasih, mengenai apa yang akan terjadi pada manusia setelah kematian dan seperti apa wujud alam setelah kematian itu sebenarnya? Hampir semua tradisi agama dalam kehidupan mengangkat pertanyaan-pertanyaan tersebut. Tetapi satu hal yang pasti bahwa mereka percaya adanya kehidupan atau alam yang lain setelah kematian, seperti contoh tradisi dalam Agama Mesir, Agama Hindu, Agama Buddha, Agama Zoroaster, dan Agama tradisional Yunani.

Mengakhiri tulisan ini, saya ingin mengutip perkataan dari Keith Ward, filsuf, teolog, dan Pastor gereja Anglikan, "Iman Kristiani pertama-tama bukan tentang hidup setelah mati, melainkan tentang hidup dalam relasi yang penuh cinta dan penuh kesadaran dengan Allah sekarang ini. Hal ini menguatkan dan menjelaskan kepada kita bahwa api penyucian adalah sebuah harapan, harapan bagi orang-orang yang sudah meninggal dalam keadaan rahmat tetapi masih perlu disucikan karena konsep surga adalah 100% kudus!"

Oleh karena itu mari, selagi kita masih hidup di dunia ini kita perbanyak amal dan berdoa agar kita bisa diberikan rahmat dan anugerah serta pengampunan atas dosa yang telah kita perbuat sehingga kita bisa masuk kepada kerajaan-Nya di surga. Lain dari itu kiranya kita tidak abai dan selalu meluangkan waktu mendoakan jiwa-jiwa yang masih berada dalam api penyucian agar jiwa-jiwa itu dapat segera bergabung dalam Gereja Jaya bersama para kudus di surga.

Sumber :
1. Katolisitas.org
2. Riwayat Api Penyucian dalam Kitab Suci dan Tradisi oleh Albertus Purnomo, OFM
3. Katolikmedia

(Ditulis kembali oleh Cinda Leo Morgan)

20 Jun 2015

LEBIH EXIST TANPA NARKOBA

LEBIH EXIST TANPA NARKOBA



              Menyambut Natal tahun 2014, panitia Natal mengadakan beberapa rangkaian kegiatan sosial di Wilayah Paroki Fransiskus Asisi Singkawang. Kegiatan ini berupa Seminar  tentang Narkoba yang diadakan pada tanggal 29 November 2014, setelah misa kedua di aula SMP BRUDER yang dikhususkan bagi para pelajar. Kata sambutan dari Pastor Gathot (Pastor Paroki) mengatakan bahwa merayakan Natal 2014, kita sebagai umat bukan hanya tinggal di Gereja saja. Melainkan harus bertindak nyata dalam memberikan spirit Natal Tuhan kita Yesus Kristus dalam berbagi hidup.
             Penanggung jawab dari kegiatan “LEBIH BAIK EXIST TANPA NARKOBA” adalah Bruder Gregorius Budi, MTB. Beliau menjelaskan Gereja juga ikut terlibat dalam merasakan keprihatinan terhadap orang muda yang rentan terhadap bahaya Narkoba. Jumlah pengguna Narkoba di Kota Singkawang telah berada pada kisaran angka ±  1.500 orang. Pelajar dari kalangan SMP dan SMA lah sasaran paling rentan bahaya Narkoba.
           Peserta yang hadir dikatakan tidak terlalu banyak dari 300 orang yang menjadi harapan panita, ternyata hanya berjumlah 155 orang. Peserta yang hadir terdiri dari SMP Pengabdi : 40 orang, SMP Bruder : 36 orang, SMA St.Ignatius : 34 orang, SMP Tarsisius :19 orang, SMK Pratiwi : 5 orang, SMP N 06 Singkawang : 1 orang, SMA N 1 Singkawang : 1 orang, OMK Paroki Singkawang : 19 orang. 
          Pembawa acara yang keren dan heboh dalam acara tersebut adalah Bruder Flavius, MTB dan Ibu Kristiani Mukti, S.Ag. Mereka memberikan hiburan lagu dan beberapa permainan sebelum memasuki materi. Sehingga membuat suasana menjadi lebih hidup dan aura semangat terpancar dari wajah para peserta.  Kemudian, tiba saatnya memasuki sesi materi yang disampaikan oleh pembicara khusus dari Tim Pencegahan Kantor Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Singkawang yaitu Bapak Sabar Mauliate Tua, S.Ikom. Materi yang Beliau jelaskan dibagi menjadi 3 sesi yaitu pengertian Narkoba, Narkoba yang sering digunakan dan Skema Wajib Lapor.
           Adapun singkatan dari Narkoba adalah Narkotika, Psikotropika dan bahan adiktif lainnya. Narkotika merupakan zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik itu sintetis maupun bukan sintetis, dimana dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa pada tubuh. Psikotropika merupakan zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narokotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Bahan adiktif lainnya merupakan zat, bahan kimia, dan biologi, baik dalam bentuk tunggal maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung yang mempunyai sifat karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif, dan iritasi. Bahan berbahaya ini adalah zat adiktif bukan narkotika dan psikotropika atau zat-zat baru hasil olahan manusia yang menyebabkan kecanduan.  Narkoba yang sering digunakan adalah jenis shabu, ganja, ophium, kokain dan ekstasi.
          Dampak penggunaannya dapat merusak kesehatan, kehidupan sosial dan psikologi sehingga dapat berimbas terhadap kenakalan remaja. Menurut Peraturan Pemerintah No.25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor pecandu narkotika. Wajib lapor diartikan sebagai kegiatan melaporkan diri yang dilakukan oleh pecandu narkotika yang sudah cukup umur atau keluarganya, dan/atau orang tua wali dari pecandu narkotika yang belum cukup umur kepada instusi penerima wajib lapor untuk mendapatkan pengobatan dan perawatan melalui rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Pada Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 54 dinyatakan bahwa pecandu narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial. Masyarakat diharapkan dapat ikut serta memprakasrsai kegiatan wajib lapor ini agar terciptanya lingkungan bebas narkoba.
           Tiba di penghujung acara, yang diwarnai dengan selingan tanya jawab dan pembagian door price kepada para peserta yang aktif dalam kegiatan seminar. Kesan dan pesan dari peserta rata-rata mendapat tanggapan baik. Beberapa dari mereka yang kami wawancarai Noviana Ire, Tania Vendra, Kevin dan Clarissa. Semuanya senang dengan diadakannya seminar karenakan acaranya yang heboh, banyak door price ,mendapatkan ilmu tentang narkoba dan cara penanggulangan di dalam kehidupan sehingga dapat membentuk karakter generasi muda yang anti Narkoba.
            Hasil wawancara kami kepada Nara Sumber pertanyaan tentang seputar narkoba.
Tanya    : Hal apa saja yang paling penting diketahui generasi muda kita tentang narkoba?
Jawab   : Para generasi muda dihimbau agar mengetahui jenis narkoba yang beredar dan efek dari pemakaiannya. Jika seseorang sudah terkena narkoba, bukan hanya saja otaknya yang rusak, jiwa dan psikisnya juga. Jadi, generasi muda jangan coba-coba yang namanya narkoba.
Tanya    : Bagaimana perkembangan kasus narkoba dewasa ini, dikalangan remaja khususnya Kota Singkawang? Berapa jumlah pecandu yang terkena bahaya narkoba?
Jawab     : Jumlah pecandu narkotika di kota Singkawan 1.500 orang, diantaranya 675 orang adalah pelajar dan 825 orang adalah dewasa. Narkotika yang paling banyak digunakan adalah shabu terutama untuk wilayah Singkawang Barat dan Singkawang Tengah. Narkoba menyerang semua orang segala umur, status sosial, pangkat, jabatan. Data untuk tahun 2014 bulan November adalah 34 orang tersangka yang sudah tertangkap.
Tanya    : Kiat - kiat apa saja agar penerus bangsa (pelajar) untuk tidak mudah terjerumus dalam hal-hal yang kurang baik dari bahaya narkoba?
Jawab    : Generasi muda saat ini yang harus kita jaga sehingga ada regenerasi. Ketika kita sudah tua, jika generasi penerus pecandu narkoba. Maka, untuk menyembuhkan mereka butuh waktu yang lama, sehingga mereka perlu diselamatkan. Kami dari BNN memberikan informasi dini tentang bahaya narkoba kepada mereka dengan melakukan penyuluhan, pendidikan, advokasi, pengkaderan, bahwa narkoba sangat berbahaya. Lingkungan juga berperan penting bagi pengaruh anak yang tidak baik atau tidak aman harus dijaga. Jika lingkungan dan kelompok/komunitasnya kurang baik, jangan ditemani. Selain itu,  pendidikan dalam keluarga yakni orang tua harus menjaga dan memperhatikan anaknya. Mungkin anaknya tidak kena narkoba tapi anak tetangga yang kena, sehingga dapat berimbas pada diri anaknya tersebut. Jadi, harus saling menjaga karena masalah narkoba bukan masalah keluarga, masalah polisi, masalah BNN. Bahwa narkoba ini masalah kita bersama masalah Indonesia. Jadi, kompleks sekali masalah narkoba khususnya di kota Singkawang.
Opini Orang Tua tentang narkoba (Bapak Hermanto Halim, SE)
Tanya     : Jika anak Bapak sudah terkena dampak dari narkoba, bagaimana cara Bapak menangani kasus seperti ini?
Jawab     :  Keterusterangan tentang berapa lama pemakaian rehabilitasi lewat lembaga yang berkompeten, dukungan keluarga dalam rehabilitasi anak, tidak dikucilkan, diskriminasi, agar       kembali ke kehidupan yang normal.
Tanya : Selain narkoba yang menjadi perusak generasi bangsa. Menurut Bapak apakah hal negatif lainnya yang paling merusak anak-anak bangsa kita?
Jawab : Pergaulan bebas, merusak fasilitas umum, bullying (orang yang mengganggu orang yang lemah baik dapat berupa tindakan penindasan, intimidasi, menghina, mencaci, ataupun pemalakan). Sangat diharapkan akan terus diadakan seminar-seminar yang bermanfaat kedepannya dapat meningkatkan karakter generasi bangsa menjadi positif, lebih bertanggung jawab dan saling menghargai satu sama lainnya.
Tanya : Apakah puas dengan diadakannya seminar ini bagi Bapak? Seminar seperti apa lagi yang Bapak inginkan untuk dapat meningkatkan pengetahuan generasi muda kita?
Jawab : Sangat puas anak-anak dapat pemahaman untuk bahaya narkoba. Seminar yang bermanfaat untuk perkembangan generasi muda.
              Kesimpulan makna kegiatan ini adalah memberikan edukasi tentang narkoba sedini mungkin kepada generasi muda. Diharapkan agar penerus bangsa sehat secara jasmani dan rohani. Dapat mencegah dan mengantisipasi hal-hal yang dapat merusak dan membahayakan diri mereka maupun lingkungan. (SHe)








15 Jan 2016

SETAHUN BERSAMA, LIKES SEBAGAI MEDIA DAN JURNAL PEMULA

SETAHUN BERSAMA, LIKES SEBAGAI MEDIA DAN JURNAL PEMULA




“………………………………..
Pena dan penyair keduanya mati, berpalingan.”

(Chairil Anwar dalam Nocturno (fragment))


Desember 2014 Edisi Perdana, Awal Tahap Belajar Bersama

Penggalan puisi di atas jika ditinjau dari kacamata sastra menunjukkan adanya keterkaitan besar pada kedua objeknya, pena dan penyair. Sekadar meminjam istilah saja, ketika hal serupa dihubungkan dengan penulis dan media. Seseorang belum dianggap penulis jika tulisannya belum dibaca orang lain. Persoalan tulisan yang dihasilkan berbobot atau tidak, maka kembali pada kemampuan penulisnya sendiri dalam mengemas pemikiran atau hal yang diberitakan dan merangkainya dengan estetika bahasa menjadi satu kesatuan yang layak baca. Hal serupa berlaku pula pada media yang memuat karya penulis. Suatu media akan diperhitungkan jika mampu memberikan kontribusi yang dibutuhkan guna memuaskan dahaga informasi pembacanya. Masih ada kaitan dengan penulis dan karyanya, media dan isinya, pada Desember 2014 lalu, menjadi satu langkah nyata dari sekelompok orang yang disatukan dalam ide pengejawantahan media informasi seputar paroki. Hanya dalam hitungan pekan, bermodal tekad dan kemauan, edisi perdana LIKES diluncurkan. Kala itu awak redaksi digawangi sebelas sukarelawan. Masing-masing dipercaya untuk menangani bidangnya. LIKES sendiri bagi redaksi tak lain sebagai wadah belajar dan media penyalur hobi menulis. Perkara edisi perdana muncul pada Desember 2014, LIKES lebih menekankan pada berbagai kegiatan gereja di masa Natal. 

Maju Bersama dalam Dinamika

Bukan perkara mudah menyatukan pemikiran dari beberapa kepala, bukan hal gampang mencocokkan waktu bertemu dengan beberapa individu, bukan masalah ringan membagi jadwal liputan dan kapling tulisan mengingat masing-masing personil memiliki beragam kesibukan. Mendewasa dalam dinamika, menyeimbang dalam sikap saling pengertian, menjadi eksis dalam kesadaran tentang konsistensi kebersamaan, hal tersebut menjadi landasan kuat untuk selalu mewujudkan setiap edisi buletin paroki. Berbagai  rintangan kecil menjadi aral penerbitan LIKES. Gejolak paling menjadi riak dalam proses penerbitan LIKES timbul manakala bongkar pasang personil yang menangani  pe-layout-an harus dilakukan. Dalam kurun waktu satu tahun, pada tujuh edisi yang telah diterbitkan, tercatat sudah empat layouters menanganinya. Hal tersulit dihadapi kala harus kehilangan selama-lamanya personil  layouters  untuk edisi kedua yang  berasal dari kalangan profesional. Kekalutan sempat benar-benar  melanda segenap awak redaksi LIKES, namun berkat Tuhan kiranya selalu melingkupi niat baik yang lantas dijawab-Nya dengan hadirnya layouters yang baru.           

Berat Sama Dipikul, Ringan Berdampak ‘Ampul’

LIKES, media sederhana wadah belajar bagi para penulis pemula, kini di usianya yang baru satu tahun  digawangi oleh 12 orang awaknya. Ada banyak keterbatasan yang dimiliki sebelas orang pencetus awalnya hingga dengan berbagai pertimbangan, redaksi mengajak rekan-rekan lain yang memiliki hobi dan potensi serupa penunjang kokohnya sebuah media untuk bergabung di dalamnya. Bongkar pasang personil menjadi hal tak asing bagi media yang tak dimungkiri masih penuh kekurangan di sana-sini.  Dengan digarap 12 orang kru, rasanya pekerjaan redaksi dalam mewujudkan eksistensi  informasi paroki semakin teratasi. Ya, beban berat yang sama dipikul tentunya akan berdampak ‘ampul’ (kecil dan ringan).     

Menyuguhkan Berita, Membaca  Pembaca

Selama setahun, berbagai hal berkaitan aktivitas lingkup Paroki Singkawang diberitakan. Tercatat enam edisi sebelum edisi terakhir yang kini berada di tangan pembaca ini diluncurkan. Dalam dinamikanya, sekali dalam sebulan awak redaksi dikumpulkan guna membahas isi buletin ke depan. Berbagai informasi yang diperoleh dari pastor paroki menjadi modal dasar lingkup pemberitaan kami. Tidak hanya itu, informasi kegiatan dari pembaca di seputar paroki pun menjadi ‘undangan’ khusus bagi  kru redaksi untuk mewujudkan suatu informasi.   

Tak Ada Gading yang Tak Retak, Tak Ada Donatur LIKES Tak Naik Cetak

Sebagai media berumur batita (bawah tiga tahun), LIKES tidak pernah lepas dari kekeliruan maupun kesalahan. Salah cetak, luput dari proses pengeditan, kekinian berita yang kadang  dipertanyakan,  hingga konsistensi waktu penerbitan sebuah media yang sifatnya berkala. Meski tercatat pernah satu kali mengalami keterlambatan penerbitan namun dengan segenap hati, tenaga dan pikiran, redaksi selalu berusaha menjumpai pembaca setia tepat pada waktunya. Tak dapat dimungkiri pada edisi perdana LIKES, kekurangan masih terserak di sana-sini, baik dari segi isi maupun tampilan, melalui tahapan mendengarkan masukan, saran dan kritikan dibarengi perbaikan, maka perubahan perlahan-lahan lantas dilakukan. Edisi perdana juga terbit berkat kegigihan dari seksi usaha dana yang harus ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Mencari pemasang iklan dahulu, barulah terbit kemudian.’ Dalam setahun perjalanan, lagi-lagi seksi usaha danalah yang menggeliat dalam sepak terjang. Ranum dan manis hasil yang didapatkan. Hingga tujuh edisi berjalan segala yang berkaitan dengan pendanaan disokong sepenuh-penuhnya oleh para donatur yang berperan. Di usianya yang pertama LIKES telah mengukuhkan diri sebagai salah satu bagian dari paroki.       

Di Kemudian Hari Ada Regenerasi

Menuntaskan dahaga informasi pembaca yang tak kenal batas ruang dan waktu sungguh menjadi kenikmatan tersendiri bagi redaksi. Terdapat kepuasan mana kala LIKES ditunggu dan dipertanyakan tentang waktu penerbitan oleh pelanggan, itu artinya kehadiran kami sungguh dinantikan. Namun tetap ada yang mengganjal mengingat keberlangsungan media yang terbit dua bulanan ini digawangi oleh generasi yang secara usia dapat dikatakan matang. Memang usia tidak bisa menjadi alasan untuk produktivitas seseorang, namun sungguh, mimpi kami dari pihak redaksi di kemudian hari  ada regenerasi, agar media informasi paroki berbanderol LIKES ini tetap kokoh berdiri. 

Pembaca Tak Hanya Membaca  

LIKES adalah media dan jurnal pemula. Sejak awal berdiri, redaksi tak putus-putus mengundang pembaca untuk ikut berkarya di dalamnya. LIKES bukan hanya milik redaksi. Seluruh pembaca memiliki hak berkarya di dalamnya. LIKES merupakan wadah penampung kreativitas, tempat belajar, dan media penyampai informasi. Didasari tujuan awal terbentuknya, maka redaksi mengajak pembaca untuk tidak hanya membaca, namun terlibat secara aktif dalam mewujudkan eksistensi media informasi tercinta kita ini. (Hes)