Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan

27 Okt 2021

Kondisi Pembangunan Terkini Gereja Stasi Sijangkung

 










Kondisi Pembangunan terkini Gereja Stasi Sijangkung yang sudah mencapai 90% tahap penyelesaian.

Siapa nih yang sudah tidak sabar menunggu peresmian Gereja Sijangkung?

5 Jun 2017

Baptis dan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala

Baptis dan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala



Minggu Prapaskah I, sore menjelang malam, 5 Maret 2017, Pastor Paroki, P. Stephanus Gathot, OFM Cap berkenan membaptis dan menerimakan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala. Walau perjalanan menuju Stasi tidak begitu mengenakkan, berbatu-batu tajam, lumpur, dan licin karena dari siang hingga sore sempat diguyur hujan deras, namun tidak menyurutkan semangat pastor untuk mengunjungi dan melayani umat yang sudah menanti kehadiran beliau di kapel. Sebanyak dua puluh lima orang dari anak-anak dan dewasa yang telah dipersiapkan oleh We’ Daniel, We’ Ronal, dan pak RT untuk menerima Sakramen Baptis dan Komuni Pertama, tetapi yang diberi kesempatan untuk komuni pertama hanya 20 orang, 5 orang sisanya ditunda untuk komuni pertama karena masih bayi dan anak-anak yang belum cukup dewasa. 



Pastor Paroki menekankan tentang tanda pertobatan kepada umat terutama kepada para peserta calon baptis dan komuni pertama bahwa jati diri manusia itu adalah debu seperti dalam lagu pembukaan yang telah dinyanyikan umat “Hanya debulah aku di alas kaki-Mu, Tuhan ….” Karena manusia itu lemah dan rapuh yang mudah tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Dengan itu orang berdosa hendak mengungkapkan penyesalannya dan memohon belas kasih serta pengampunan dari Allah dengan jalan berpuasa, berpantang, berdoa, dan beramal. Prapaskah adalah masa pertobatan di mana masa ini dimulai pada hari Rabu Abu. Pada hari itu dahi ditandai dengan abu. Pastor mengajak umat untuk menerima tanda abu di dahi sebagai tanda pertobatan dan percaya kepada Injil.

Masih dalam pengantarnya, pastor juga mengajak umat bersyukur karena telah mengantar mereka yang dibaptis sekaligus menyambut komuni pertama ini ke pangkuan gereja sehingga semakin bertambahlah umat di Stasi SP 1 Capakala yang masuk dalam komunitas Gereja Katolik. “Bagi mereka yang mempersiapkan dirinya untuk menerima Sakramen Pembaptisan dan   Komuni Pertama masa Prapaskah menjadi masa persiapan yang lebih mendalam untuk menjadi murid Yesus Kristus secara resmi, karena masa ini merupakan kesempatan untuk semakin mendalami dan menanamkan benih iman agar berkembang dan menghasilkan buah,” ujar pastor. 


Pastor juga mengingatkan dan mengajak umat untuk mengenang, merenungkan kembali kisah sengsara penyaliban dan wafat Yesus Kristus setiap hari Jumat di kapel atau di gereja pada waktu sore atau malam hari. Itulah tujuan mengapa gambar-gambar 14 peristiwa kisah sengsara Yesus dipajang pada dinding ruang kapel atau gereja. Sebagai pengganti khotbah, Pastor membacakan Surat Gembala APP Keuskupan Agung Pontianak 2017 yang bertemakan  Membangun Keluarga Kristiani Berdasarkan Nilai Rumah Panjang yang Injili Menuju Keutuhan Ciptaan. Usai membacakan Surat Gembala, Ekaristi dilanjutkan dengan prosesi pembaptisan. Suasana perayaan Ekaristi berlangsung khidmat dan berjalan baik hingga selesai. Dengan penuh kegembiraan dan sukacita umat bersalaman mengucapkan selamat kepada baptisan dan komuni pertama. Sebagai ungkapan rasa syukur, kegembiraan, terima kasih, dan sukacita itu dilanjutkan dengan makan bersama di rumah kediaman We’ Daniel.

Semoga berkat Sakramen Baptis dan Komuni Pertama (Sakramen Ekaristi), semakin membuat umat rajin ke gereja setiap hari Minggu, rajin berkorban untuk sesama, dan mencintai Yesus di atas segala-galanya. Diharapkan juga dorongan, dukungan dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Jika orang tua tidak peduli dengan perkembangan iman anak-anaknya, maka iman mereka akan semakin kerdil, tidak berkembang, tak berbuah, layu, dan akhirnya mati.
Profisiat!  (Anton Martono)








































4 Jun 2017

Rekreasi Persaudaraan Keluarga Besar Fransiskan-Fransiskanes Singkawang

Rekreasi Persaudaraan Keluarga Besar Fransiskan-Fransiskanes Singkawang


Pada Senin, 1 Mei 2017, bertepatan dengan  hari libur nasional dalam rangka memperingati Hari Buruh Nasional (May Day), keluarga besar Fransiskan-Fransiskanes Singkawang, KEFAS yang terdiri dari para suster SFIC, suster SFD, Bruder MTB, Saudara Kapusin (OFMCap.) dan saudara-saudari dari OFS (Ordo Fransiskan Sekular) di Kota Singkawang, berkumpul dan memanfaatkan waktu liburan dengan mengadakan rekreasi bersama. Kebersamaan dalam persaudaraan Fransiskan ini didukung oleh kehadiran sejumlah besar peserta utusan dari berbagai komunitas dengan jumlah kurang lebih 60 peserta. Rekreasi kali ini tidak jauh berbeda dengan rekreasi tahun-tahun sebelumnya. Berbagai macam acara telah disiapkan oleh panitia kecil jauh sebelum diadakannya acara. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh panitia adalah menentukan tempat rekreasi. Tempat yang telah dipilih sebagai tempat pelaksanaan rekreasi persaudaraan kali ini adalah Pantai Kura-kura (Kura-kura Beach) yang terletak di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan, Kabupaten Bengkayang. 

Kegiatan-kegiatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah Misa Syukur. Misa Syukur menjadi sumber dan puncak iman Kristiani. Misa Syukur ini ditimba bersama oleh keluarga Fransiskan sebagai sumber kekuatan dan awal dari tugas perutusan dalam mewartakan kabar gembira kebangkitan Tuhan. Dalam misa syukur ini, persaudaraan Fransiskan mendapuk P. Agustinus Subagyo, OFMCap sebagai Selebran Utama. Dalam khotbahnya, P. Agus menggarisbawahi pentingnya kebersamaan dalam mengikuti Yesus yang bangkit. Kebersamaan ini bertujuan untuk memurnikan dan menyempurnakan motivasi sebagai pengikut Kristus. Terlebih dalam persaudaraan Fransiskan, kebersamaan bukan hanya sekadar ada dalam persaudaraan, melainkan pelengkap sekaligus penyempurna hidup sebagai satu keluarga yakni keluarga besar Fransikan.  Oleh karena itu, keluarga Fransiskan patut bersyukur, karena sampai saat ini, keluarga Fransiskan masih tetap utuh berkat kesatuan dan kebersamaan sebagai satu keluarga.


Setelah mengikuti perayaan Ekaristi bersama, kegiatan selanjutnya ialah Games and ice breaking alias permainan. Permainan kali ini dimotori oleh Br Gregorius, MTB dan Fr Diego, OFMCap. Kedua saudara ini telah mempersiapkan berbagai macam permainan dan dikuti oleh peserta rekreasi, di antaranya: baris-berbaris ala’ Fransiskan, estafet tali, estafet bola pimpong, estafet balon, dan balon dangdut. Permainan cukup menarik dan menantang. Semua larut dalam kegembiraan dan tentunya tetap berpegang pada satu titik tujuan yakni kebersamaan bukan persaingan. Inilah indahnya persaudaraan Fransikan, kegembiraan dan kebersamaan menjadi tolok ukur dan tujuan sebuah permainan, bukan kalah atau menang.

Acara puncak rekreasi persaudaraan adalah santap siang bersama dan mandi-mandi di pantai. Acara santap siang bersama ini dipersiapkan oleh para saudara-saudari OFS dengan berbagai macam kuliner ala’ Fransiskan. Usai santap siang, saudara dan saudari Fransikan terlihat antusias dalam mengembangkan bakat-bakat petualangnya berenang di pantai guna menerapkan gaya hidup Fransiskan yang ramah lingkungan terlebih dengan alam ciptaan. Sekaligus menjawab salah satu tugas perutusan sebagai murid-murid Kristus yakni mewartakan semangat persaudaraan dan sukacita Fransiskan di tengah-tengah dunia zaman sekarang. Pace e bene. (Ditulis oleh Fr Diego, OFMCap.)

 


Karena Tuhan Lebih Dulu Setia

Karena Tuhan Lebih Dulu Setia

 
16 April merupakan ‘tanggal yang cantik’ bagi keluarga Fransiskan karena pada tanggal itu para pengikut Santo Fransiskus dari Assisi diperkenankan membaharui janji kesetiaan mereka kepada Tuhan dan Gereja. Tahun ini para Fransiskan/Fransiskanes kota Singkawang yang tergabung dalam KEFAS (Keluarga Fransiskan Singkawang) tidak mau ketinggalan momen yang sangat spesial ini. Mereka berkumpul bersama di kapel Rumah Sakit Khusus Alverno untuk membaharui janji yang pernah mereka ucapkan. Tetapi karena 16 April adalah Hari Raya Paskah, maka ‘hajatan’ tersebut ditunda sehari sesudahnya.

Kali ini Pastor Stephanus Gathot didaulat untuk mempersembahkan Ekaristi bagi KEFAS.  Dalam pengantarnya pastor Paroki Singkawang ini mengingatkan akan nilai dari sebuah janji. Menurut pandangan Kitab Suci nilainya tidak terletak pada banyaknya atau hebatnya isi dari janji itu. Tetapi lebih ditentukan oleh sejauh mana yang berjanji  itu berusaha menepati janji yang diucapkannya. 

 “Tidak ada gunanya menebar janji, jika tidak mampu menepatinya,” kata Pastor Gathot di awal pengantarnya. “Kita bisa merujuk Hakim Yefta sebagai inspirasi hidup kita. Sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Hakim-Hakim, Yefta berjanji untuk mempersembahkan kepada Allah apa saja yang pertama kalinya menyongsong dia bila ia berhasil mengalahkan Bani Amon. Ternyata Allah mengabulkan permohonannya dan ia berhasil mengalahkan Bani Amon. Ketika ia pulang ke rumah, yang keluar untuk pertama kali menyongsongnya adalah putri tunggalnya sendiri. Betapa hancur hati Yefta.  Pesta kemenangan berubah menjadi pesta kesedihan. Karena sudah menjanjikan, Yefta tetap berpegang teguh pada nazarnya. Ia mempersembahkan putri tunggalnya kepada Allah. Dan itulah nilai dari sebuah janji; menepati apa yang pernah dijanjikannya.”

Terkait dengan janji yang mau dibarui oleh para Fransiskan/Fransiskanes, Pastor Gathot mengajak semua yang hadir untuk sadar akan apa yang pernah diucapkan dan sekarang mau dibaharui. “Sebagai manusia yang tidak luput dari kelemahan, kemungkinan besar kita akan jatuh dan lebih sering tidak setia. Tetapi ini bukan alasan bagi kita untuk mundur karena sejatinya Allah telah lebih dulu setia kepada kita,” pungkas Pastor Gathot dalam pengantarnya.

Pembaharuan janji kali ini dilakukan oleh para saudara Kapusin, Para Suster SFIC, para Bruder MTB dan para Saudara/Saudari OFS, minus para rubiah OSCCap. Kesempatan ini juga digunakan untuk beranjangsana kepada para sustser  SFIC yang berkomunitas di Susteran Alverno. Selamat membaharui janji. Semoga tetap setia dan bahagia dalam panggilan karena Allah telah lebih dulu setia. (Sgp)

“Ceng Beng” di Pemakaman Katolik Singkawang

“Ceng Beng” di Pemakaman Katolik Singkawang

 

 

Setelah memarkir sepeda motor atau mobilnya, satu per satu umat Katolik berjalan menuju patung dan salib yang menjadi sentral pemakaman Katolik Singkawang. Tangan mereka dipenuhi dengan aneka barang bawaan; rangkaian bunga segar atau bunga tabur, air mineral dalam kemasan, dan lilin. Barang bawaan itu dimaksudkan sebagai sarana untuk merayakan ibadat arwah di makam. Sebelum dibawa ke makam barang bawaan tersebut mereka letakkan di bawah kaki salib untuk diberkati. Sementara itu tiga gawang tenda hijau sudah terpasang mengelilingi salib sebagai tempat bagi umat untuk berhimpun. Maklum cuaca kota Singkawang sedang tidak bersahabat. Panasnya kadang sangat menyengat, atau tiba-tiba bisa saja hujan mengguyur dengan hebat.

Sore itu, Selasa 4 April 2017 memang terlihat adanya pemandangan berbeda di pemakaman Katolik Singkawang. Umat Katolik dari berbagai penjuru, bahkan beberapa ada yang berasal dari ibukota Jakarta, menyempatkan diri untuk hadir di pemakaman dengan satu tujuan yang sama; mendoakan arwah sanak keluarga yang sudah meninggal dan dimakamkan di pemakaman Katolik Singkawang. Menurut informasi yang sempat digali cikal bakal peringatan arwah ini ditemukan dalam tradisi orang Tionghoa yang merayakan sembahyang kubur atau yang biasa dikenal dengan istilah Ceng Beng. Pada perayaan tersebut banyak orang Tionghoa dari berbagai tempat pulang kembali ke Singkawang untuk berziarah ke pemakaman yang tersebar di kota Singkawang. Gereja Katolik Singkawang secara khusus memandang baik bahwa pada saat yang sama juga dirayakan ibadat arwah di pemakaman katolik Singkawang supaya para arwah yang disemayamkan di pemakaman Katolik juga didoakan. Perayaan ini memang tidak ditemukan dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Paroki Singkawang. 

Tepat pukul tiga sore ibadat arwah dimulai. Perayaan kali ini dipimpin oleh Pastor Stephanus Gathot. Dalam kotbahnya yang mengacu pada kisah kebangkitan Lazarus, Pastor Paroki Singkawang ini menunjukkan adanya harapan akan kebangkitan orang mati. Bahwa hidup manusia tidak hanya berakhir di dunia ini. Bagi orang beriman ada kelanjutan hidup ‘di seberang sana’, dan itulah hidup yang sebenarnya. Keyakinan iman ini didasarkan pada sabda Tuhan sendiri yang menunjuk diri-Nya sebagai kebangkitan dan kehidupan. Barangsiapa percaya kepada-Nya akan memiliki hidup abadi.

“Untuk itulah kita datang dan berziarah ke makam ini. Kita mau mengungkapkan iman akan kebangkitan dan kehidupan bagi saudara-saudari kita yang telah berpulang. Kita mengetuk pintu belas kasih-Nya supaya mengikutsertakan mereka dalam keabadian. Apa yang kita bawa sebenarnya merupakan simbol akan penghayatan iman tersebut. Bunga menjadi simbol akan keharuman amal saudara-saudari kita. Lilin-lilin yang nanti akan kita nyalakan merupakan harapan kita akan kehidupan kekal yang senantiasa bernyala. Dan air yang diberkati melambangkan sakramen permandian yang telah diterima oleh saudara-saudari kita,” kata Pastor Gathot mengakhiri kotbahnya.
Ibadat dilanjutkan dengan pemberkatan bunga, lilin dan air mineral. Lagu penutup menjadi tanda pungkasan ibadat.  Umat pun segera mengambil barang bawaannya yang telah diberkati. Dengan tertib mereka segera menuju ke makam saudara-saudarinya. Di hadapan nisan saudara-saudarinya mereka menghaturkan doa; memohon belas kasih Allah bagi saudara-saudari yang telah berpulang. 

“Ceng beng” di pemakaman Katolik Singkawang menjadi ritual tahunan yang senantiasa dirayakan. Harapan yang selalu dilambungkan adalah semoga arwah saudari-saudari menikmati kehidupan kekal. (Sgp)




Pelantikan Pengurus PWK Santa Monika Singkawang Periode 2017-2020

Pelantikan Pengurus PWK Santa Monika Singkawang Periode 2017-2020



Minggu, 2 April 2017. Misa di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang digelar seperti biasa, dua kali, misa pertama pada pukul 6 dan misa ke dua pukul 8. Namun ada yang berbeda pada misa ke dua. Dalam prosesi misa diselipkan pelantikan para pengurus baru Warakawuri Santa Monica yang berdiri sejak 2014. 

Pergantian kepengurusan kali ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan para penggagasnya pada awal terbentuk perkumpulan single parent region Singkawang yang dapat dikatakan mengabdikan paruh waktunya bagi pelayanan terhadap gereja. Berikut adalah jajaran pengurusnya yang baru: 

Ketua: Emiliana Karsiyah
Wakil ketua: Agustina Swarni
Sekretaris: Marsiana
Bendahara: Veronika Agustina
Seksi Kerohanian: Suryati
Seksi sosial: Maria Yohana
Akomodasi: Yuliana Fan
Moderator: Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap.
Pendamping: Bruder Gregorius Petrus Boedi Sapto Noegrogo, MTB.
Penasihat: Teresia Istiarti

Pergantian dan pelantikan kepengurusan ini dilakukan dan dipimpin oleh Herkulana Louis Blaise, S.H., selaku Ketua PWK Katolik Santa Monika Keuskupan Agung Pontianak. Dalam rangkaian acara pelantikan ini para pengurus mengucapkan janji untuk bersedia mengambil bagian berkarya dalam rumah Tuhan di bawah payung PWK Santa Monika, usai janji diucapkan dan seluruh berkas ditandatangan, maka segenap pengurus diberkati oleh pastor paroki Singkawang. 

Ditemui usai misa dalam acara ramah tamah, wanita cantik paruh baya Ketua PWK Keuskupan Agung Pontianak ini  mengapresiasi jalannya pelantikan yang berlangsung lancar. Beliau juga menuturkan harapannya berkenaan dengan para pengurus PWK Singkawang yang baru, “Semoga kepengurusan yang baru ini dapat melayani umat terutama sesama anggota Santa Monika di wilayah Kota Singkawang sendiri dan mengedepankan pelayanan untuk gereja,” pungkasnya.

Senada dengan pernyataan Ketua PWK Keuskupan Agung Pontianak, ketua PWK Singkawang yang baru dilantik pun menggarisbawahi hal serupa, “Program kerja kami sederhana, tidak muluk-muluk, yang terpenting doa, rekoleksi, dan berbuat apa yang kami sanggup lakukan yang terbaik untuk gereja, melayani dengan membantu kegiatan-kegiatan sosial yang bersentuhan langsung dengan gereja.”   

Adapun pergantian kepengurusan ini menjabat hingga tiga tahun ke depan yakni periode 2017-2020. Akhirnya selamat bekerja dan berkarya bagi pengurus PWK Santa Monika Singkawang yang baru. Berkat Tuhan selalu menyertai. (Hes)

 

2 Mar 2017

Ekaristi Rabu Abu di Fransiskus Assisi

Ekaristi Rabu Abu di Fransiskus Assisi


Rabu, 1 Maret 2017. Memasuki masa puasa, seperti halnya gereja Katolik lainnya, Gereja St Fransiskus  Assisi Singkawang juga dipadati umat yang hendak mengikuti perayaan Ekaristi Rabu Abu. Misa Rabu Abu di gereja yang beralamat di Jalan P. Diponegoro No 1 tersebut digelar dua kali pada pukul 06.00 Wib dan pukul 18.00 Wib. Misa pagi hari dipersembahkan oleh Romo Gathot, OFMCap, sedangkan pada petangnya dipimpin oleh Pastor Yeri, OFMCap.

Pada misa yang digelar petang hari kurang lebih seribu umat memadati gereja. Dalam homilinya, pastor asal Belanda ini mengajak umat yang hadir untuk memaknai puasa dan pantang sebagai semangat untuk peduli, berbagi, juga lebih kritis terhadap segala hal yang berkait erat dengan keberlangsungan hidup sesama maupun terhadap lingkungan alam sekitar. Saat misa baik pagi maupun petang selain diguratkan oleh pastor yang memimpin misa, penerimaan abu juga dibantu oleh biarawan dan biarawati dari MTB, SFIC, dan OSCCap.

Selamat memasuki masa pantang dan puasa, semoga selama 40 hari ke depan jiwa kita kembali bersih dan layak di hadirat-Nya untuk menyongsong Paskah. (Hes)

Menghargai Perbedaan di Tengah Karut Marut Kehidupan

Menghargai Perbedaan di Tengah Karut Marut Kehidupan



Sejak beberapa tahun silam melalui lembaga riset Setara Institute, Kota Singkawang  tercatat sebagai kota paling toleran di posisi ketiga di seluruh Indonesia setelah Pematang Siantar dan Salatiga. Hal ini menunjukkan tingginya kesadaran warga Singkawang terhadap perbedaan yang memang menjadi corak dasar kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Menyikapi perbedaan yang tak terhindarkan ini berbagai cara ditempuh oleh pemerintah maupun lembaga yang terdapat di dalamnya untuk memupuk kebersamaan meskipun berlatar perbedaan antarumat beragama.  Salah satunya seperti yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Sabtu, 14 Januari 2017 merupakan hari yang dipilih oleh Departemen Agama Kota Singkawang untuk melaksanakan kegiatan jalan santai bersama yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat dari enam agama yang diakui oleh pemerintah. Kegiatan jalan santai ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Kerukunan Nasional dan Hari Amal Bakti ke 71 Kantor Kementrian Agama Kota Singkawang. Kegiatan yang dimulai sejak pukul 07.00 Wib ini memusatkan kantor Departemen Agama  yang beralamat di Jalan Alianyang sebagai tempat  start maupun finish kegiatan jalan santai. Rute yang dipilih dalam kegiatan ini adalah melewati berbagai tempat ibadah yang ada di kota Singkawang yang jaraknya berdekatan satu sama lain. 

Respon masyarakat sangat baik. Hal ini terbukti dari jumlah peserta yang ikut andil di dalamnya  lebih dari 1500 peserta. Seluruh pegawai dan karyawan Depag terlibat dalam gawe yang setiap tahun digelar ini. Perwakilan berbagai  sekolah dengan latar belakang negeri maupun swasta dilibatkan guna memeriahkan acara yang digelar tahunan ini. Ditemui terpisah, Baharuddin selaku Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Singkawang menjabarkan kegiatan ini merupakan salah satu ajang hiburan masyarakat dan sebagai upaya membangun  semangat kekeluargaan akibat dari reformasi politik Indonesia yang berdampak timbulnya kegalauan sebagian rakyat yang berakibat dari dampak berita di media sosial yang bersifat hoax, terkadang provokatif serta adanya pemimpin di segala tingkatan yang sulit diteladani. Hal senada juga diungkap ketua panitia, Drs. Marhola yang menggarisbawahi digelarnya acara ini demi mempererat dan merekatkan hubungan harmonisasi dalam toleransi umat beragama di Kota Singkawang. Masih dalam wacana yang sama Robertus selaku penyuluh Katolik mengungkap tujuan diselenggarakannya giat ini adalah agar rasa persaudaraan dan kerukunan antarumat beragama dalam membangun kebersamaan dan kebhinekaan agar kota Singkawang semakin dewasa, semakin berkualitas, dan harmonis hingga tak berlebihan rasanya sebuah harapan untuk Kota Singkawang meraih predikat sebagai kota paling toleran nomor satu di Indonesia dapat diwujudkan.  

Melalui giat yang sukses digelar dengan tertib dan lancar semakin mengukuhkan bahwa Kota Singkawang  sama sekali tidak terpengaruh kondisi karut marut yang belakangan melanda berbagai kota lain di Indonesia. (Hes)

Aksi Natal Sekadar Ritual?

Aksi Natal Sekadar Ritual?



Natal telah usai dan segala aktivitas pun sukses digelar. Tidak hanya berkisar pada baju baru, makanan enak, dan segala benda milik pribadi yang bernilai tinggi, namun di sisi lain spirit natal terejawantah dalam berbagai kegiatan yang masuk dalam rangkaian acara menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Segala giat yang digagas oleh gereja Katolik menuai sukses, keriaan sekaligus kenangan di benak masing-masing orang yang terlibat di dalamnya. Dimulai dari kegiatan mengumpulkan bantuan berupa pakaian pantas pakai, penyaluran bingkisan sembako ke stasi-stasi, donor darah dan cek kesehatan, kunjungan ke panti asuhan dan rumah sakit khusus penyandang kusta, perayaan natal anak-anak, perayaan natal lansia, hingga perayaan natal di lembaga pemasyarakatan selain menuai bahagia tak ayal memupuk harapan. 

Secara sadar, warga Paroki Singkawang yang dikoordinator oleh tiap seksi yang tergabung dalam panitia perayaan natal 2016 menyukseskan rangkaian acara yang telah disebutkan di atas. Bahu-membahu segala rencana dieksekusi hingga tuntas. Ada kesan kegiatan  sosial natal ini hanya sekadar ritual, sebuah aksi yang hanya berulang dari tahun ke tahun tanpa perubahan yang signifikan, maju atau mundur, seolah stagnan, bisa ditebak, dan mudah terdeteksi. Namun jika dilihat dari esensi segala hal yang berulang dari tahun ke tahun dan selalu menyasar hal yang sama pula tentunya hal ini tidak sekadar sebuah ritual yang lantas kehilangan jiwanya.  

Si pemberi, sang penerima, maupun sebagai penyalur, masing-masing berperan dalam satu lingkaran mata rantai kehidupan. Siklus berulang namun tetap menimbulkan harapan, kebahagiaan, sekaligus menerbitkan kerinduan. Harapan di natal tahun mendatang tetap diberi kesempatan berbagi, kebahagiaan menerima segala uluran bantuan, kerinduan tentang janji kehidupan dan keselamatan yang diperoleh dengan mengulurkan tangan pada kemanusiaan. Donor darah sebagai penyambung kehidupan, penyaluran pakaian pantas pakai pelindung tubuh sesama yang membutuhkan, pembagian sembako pemenuhan kebutuhan pangan, kunjungan ke panti  asuhan dan rumah sakit penyandang kusta sebagai bukti kepedulian, natal anak dan lansia sebagai pemantik  kebahagiaan, kunjungan ke lembaga pemasyarakatan sebagai wujud pemulihan harapan dan pertobatan. Betapa besar kebermaknaan aksi sosial yang menjadi ritual pada saat natal.  Semangat peduli dan berbagi selalu menjadi nafas utama dalam setiap kegiatan umat Katolik dalam kehidupan menggereja. 

Pada akhirnya, hanya rasa rindu untuk terlibat dalam segala aktivitas ritual natal, baik sebagai pemberi, penerima, atau penyalurlah yang lantas menimbulkan harapan dapat diberi waktu dan kesempatan untuk kembali bertemu dengan natal yang akan datang. Sudahkah Anda terlibat dalam ritual natal? Atau natal Anda sekadar dirasakan dan hanya menjadi kebanggaan pribadi? Mari menyusun rencana untuk terlibat, mumpung masih diberi waktu dan kesempatan! (Hes)






Lomba Kor Natal Paroki Santo Fransiskus Asissi Singkawang

Lomba Kor Natal Paroki Santo Fransiskus Asissi Singkawang

 
Dalam rangka memeriahkan Natal 2016 Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang kembali mengelar lomba paduan suara gereja. Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Senin, 12/12/2016. Pagi itu hujan menguyur Kota seribu Kelenteng mengiringi umat Paroki Singkawang yang datang dari berbagai stasi. Tetesan hujan bagai peluh semangat mengucur hingga membasahi beberapa peserta lomba kor yang sudah siap beradu kebolehan dalam  membawakan senandung suka cita Natal.  Perlombaan tersebut diikuti oleh delapan kelompok paduan suara yang tergabung dalam kelompok kor stasi, kring, maupun sekolah di wilayah Paroki singkawang.

Kegiatan lomba kor diawali dengan doa bersama dilanjutkan dan kata sambutan oleh koordinator lomba, Ibu Halena Hadijah dan Ketua DPP Paroki Singkawang Ambrosius Kingking, S.H. yang mana keduanya menyampaikan bahwa lomba kor Natal digelar bukan sekadar untuk berkompetisi dan bersaing menjadi pemenang melainkan sebagai wujud kebersamaan umat dan bentuk suka cita dalam menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Pada kesempatan tersebut mereka juga menyampaikan bahwa siapapun yang menjadi pemenang lomba harus diterima dan disyukuri bersama.

Lomba berlangsung di dalam gereja, masing-masing kelompok kor secara bergiliran menuju ke depan altar sesuai nomor urut yang diperoleh kemudian menyanyikan lagu-lagu Natal yang telah ditentukan oleh panitia. Dewan juri terpukau dengan penampilan-penampilan peserta lomba yang membawakan lagu kor dengan sangat merdu terlebih disajikan dengan kostum peserta yang serasi serta aransemen masing-masing kelompok kor yang cukup bervariasi. Ketiga juri di antaranya Ibu Rika, Bapak Aben, dan Pak Venan yang akrab disapa Bang Venan. Ketiganya merupakan orang-orang yang sudah berpengalaman dalam urusan seni tarik suara dan musik. Sebagai informasi bahwa ketiganya juga menjadi juri dalam lomba yang sama di tingkat stasi. Dari hasil penilaian dan kesepakatan para juri memunculkan tiga pemenang di pengujung lomba.  Kelompok kor SMP Pengabdi Singkawang menempati juara pertama, juara kedua diperoleh Stasi Mandor dan juara ketiga diraih oleh Stasi Roban. Selamat untuk ketiga pemenang! (Yudistira, S.Pd.)

27 Feb 2017

PENTAHBISAN TIGA IMAM KAPUSIN DI PAROKI SINGKAWANG


PENTAHBISAN TIGA IMAM KAPUSIN DI PAROKI SINGKAWANG


Suka cita yang luar biasa tengah meliputi hati umat Katolik khususnya di Kalimantan Barat. Kamis, 23 Februari 2013 lalu bertempat di Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang, tepat pukul 09.00 Wib, digelar misa pentahbisan tiga imam baru antaranya Pastor Aloysius Anong, OFMCap., Pastor Jeneripitus, OFMCap., Pastor Yosua Boston Sitinjak, OFMCap. Bertindak sebagai selebran misa pentahbisan imam adalah Uskup Agung Keuskupan Pontianak, Mgr Agustinus Agus, dan 50-an pastor dari Ordo Kapusin sebagai konselebran.

Pentahbisan ketiga imam baru dari Ordo Kapusin ini berlangsung sangat meriah dan dihadiri oleh ribuan umat yang memadati gereja yang berada di jalur arteri kota Singkawang itu. Cuaca pada hari itu pun sangat mendukung digelarnya acara akbar tersebut. Pentahbisan imam Kapusin di Paroki Singkawang ini terbilang istimewa mengingat Kota Singkawang sendiri adalah kota bersejarah bagi ordo yang memegang teguh kaul kesucian, ketaatan, dan kemiskinan ini, ya, Kota Singkawang adalah kota pertama kali Kapusin bermisi.

Rasanya sangat pantas pentahbisan imam di kota amoy ini digelar meriah mengingat terakhir kali pentahbisan imam di paroki ini dilakukan hampir dua dasawarsa lalu. Kecintaan umat pada gembala-gembalanya yang berasal dari Ordo Kapusin tergambar jelas manakala dengan penuh semangat seluruh umat yang dikoordinir oleh panitia pentahbisan imam baru berupaya memberikan yang terbaik untuk menyambut tiga gembala barunya.

Pesta untuk menyongsong pentahbisan imam sendiri telah digelar dua malam sebelumnya. Meski pada malam pertama pengunjung dapat dikatakan minim disebabkan oleh hujan yang sempat mengguyur, rasanya segalanya terobati pada malam kedua. Ratusan umat memadati halaman gereja berbaur dengan biarawan, biarawati yang juga terlihat tidak kalah antusias mengikuti berbagai performa dari seluruh pengisi acara. 

Usai ditahbiskan ketiga imam baru tersebut masing-masing akan bertugas di Rumah Retret Tirta Ria, Pontianak, di Paroki Balai Sebut, dan di Paroki Sanggau Ledo. Akhirnya, selamat bertugas untuk ketiga 'kuntum coklat muda' baru, semoga selalu bersetia pada panggilan imamat dan menjadi teladan bagi umat. (Hes)

9 Feb 2017

SERUAN PASTORAL KWI MENYAMBUT PILKADA SERENTAK 2017

SERUAN PASTORAL KWI MENYAMBUT PILKADA SERENTAK 2017

PILKADA YANG BERMARTABAT 
SEBAGAI PERWUJUDAN KEBAIKAN BERSAMA


Saudara-saudari yang terkasih.
Bangsa kita akan menyelenggarakan Pilkada serentak untuk kedua kalinya. Jumlah daerah yang akan melaksanakan Pilkada adalah 7 (tujuh) provinsi, 18 (delapan belas) kota, dan 76 (tujuh puluh enam) Kabupaten yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tahapan penting yang harus kita ketahui adalah masa kampanye tanggal 26 Oktober – 11 Februari 2017, masa tenang tanggal 12–14 Februari. Waktu pemungutan dan penghitungan suara dilaksanakan tanggal 15 Februari. Masa rekapitulasi suara adalah tanggal 16–27 Februari dan saat penetapan calon terpilih tanpa sengketa adalah 8–10 Maret.
Melalui Pilkada kita memilih pemimpin daerah yang akan menduduki jabatan hingga lima tahun ke depan. Marilah kita jadikan Pilkada sebagai sarana dan kesempatan untuk memperkokoh bangunan demokrasi dan upaya nyata mewujudkan kebaikan bersama. Sikap ini dianjurkan oleh ajaran Gereja: “Hendaknya semua warga negara menyadari hak maupun kewajibannya untuk secara bebas menggunakan hak suara mereka guna meningkatkan kesejahteraan umum” (Gaudium et Spes 75). Oleh karena itu, kita harus berpartisipasi dalam Pilkada dengan penuh tanggungjawab berpegang pada nilai-nilai kristiani dan suara hati.
Saudara-saudari yang terkasih,
Selain berharap, kita juga terpanggil untuk ikut bertanggung-jawab agar Pilkada berjalan dengan bermartabat dan berkualitas. Sebagai bentuk dukungan dan partisipasi yang optimal terhadap Pilkada, kita perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 
Ikutlah mengawal proses Pilkada! Bersama warga masyarakat kita mengawal Pilkada agar berjalan dengan damai dan sesuai dengan amanat undang-undang. Hal penting dalam proses Pilkada yang perlu dikawal adalah tersedianya fasilitas yang memadai bagi berlangsungnya hubungan pengenalan secara timbal balik antara calon dengan pemilih dan kepastian bagi setiap warga negara untuk menggunakan hak memilih secara Luber (Langsung, Umum, Bebas, Rahasia) dan Jurdil (Jujur, Adil). Proses Pilkada yang damai menjadi syarat penting yang harus dikawal semua pihak. Jangan sampai terjadi kekerasan dalam bentuk apapun, baik secara terbuka maupun terselubung. Apabila kekerasan terjadi, damai dan rasa aman tidak akan mudah dipulih-kan. Kita perlu waspada terhadap berbagai upaya untuk memecah belah dalam proses Pilkada. Kedamaian dan persatuan tidak boleh dikorbankan demi target politik tertentu dalam Pilkada.
Mengantisipasi munculnya masalah dan ancaman. Hal-hal yang berpotensi menimbulkan masalah dan harus diantisipasi adalah: pertama, siasat politik yang tidak sehat atau menghalalkan segala cara demi meraih kekuasaan. Kedua, kemampuan dan integritas penyelenggara Pilkada (KPU dan PANWASLU). Proses Pemilu terdahulu memberi bukti ada penyelenggara Pemilu yang tersangkut masalah dan membuat masalah karena tidak netral bahkan ikut memanipulasi suara. Pelanggaran yang berpotensi menimbulkan masalah harus diantisipasi bersama dan harus ada penegakkan hukum yang adil dan efektif untuk memberi jaminan terselenggaranya Pilkada yang berkualitas dan bermartabat. Apabila Pilkada telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan undang-undang, hendaknya kita rela menerima hasilnya dan siap memberikan dukungan untuk menjadi pemimpin bagi seluruh warga masyarakat. Segala perbedaan pendapat dan pilihan politik, hendaknya berhenti saat kepala daerah hasil Pilkada dilantik. 
Pilihlah dengan cerdas dan bertanggungjawab! Gereja mendorong umat untuk menggunakan hak dengan berpartisipasi dalam Pilkada dan memastikan tidak membawa lembaga Gereja masuk ke dalam politik praktis. Setiap warga negara yang telah memiliki hak suara harus ikut terlibat menentukan dan memilih siapa yang akan menjadi pemimpin daerah melalui mekanisme yang telah ditentukan oleh peraturan dan undang-undang yang berlaku. Ikut memilih dalam Pilkada merupakan hak dan panggilan sebagai warga negara. Dengan ikut memilih berarti kita ambil bagian dalam menentukan arah perjalanan dan kelangsungan kehidupan daerahnya. Oleh karena itu, penting disadari bahwa pemilih tidak saja memberikan suara, melainkan menentukan pilihan dengan cerdas, bertanggungjawab, dan sesuai dengan suara hati. Kita yang punya hak suara janganlah Golput!
Pahamilah kriteria pilihan dan kiat dalam memilih dengan tepat! Para calon pemimpin daerah yang akan kita pilih harus dipastikan orang bijak, yang menghayati nilai-nilai agamanya dengan baik dan benar, peduli terhadap sesama, berpihak kepada rakyat kecil, cinta damai dan anti kekerasan serta peduli pada pelestarian lingkungan hidup. Calon pemimpin daerah yang jelas-jelas berwawasan sempit, cenderung mementingkan kelompok, terindikasi bermental koruptif dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kedudukan jangan dipilih. Hati-hatilah supaya kita tidak terjebak dan ikut dalam politik uang yang dilakukan calon untuk mendapatkan dukungan suara. Penting untuk kita ingat bahwa politik uang bertentangan dengan ajaran Kristiani dan merusak asas-asas demokrasi.
Berdoalah untuk pelaksanaan Pilkada! Marilah kita mengiringi proses pelaksanaan Pilkada dengan doa. Kita memohon berkat Tuhan agar Pilkada berlangsung dengan damai dan menghasilkan pemimpin daerah yang berintegritas serta mau berjuang keras memperhatikan rakyat demi terwujudnya kesejahteraan umum.

Jakarta, 10 November 2016
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA

Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC
Sekretaris Jenderal

Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua