Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

15 Jan 2016

SETAPAK TAK BERJARAK DENGANNYA, SANG MUTIARA PENEBAR CERIA

SETAPAK TAK BERJARAK DENGANNYA, SANG MUTIARA PENEBAR CERIA

“Mahkota apa yang saya cari selain satu tujuan, mencerdaskan generasi bangsa. Sudah terlalu tua bagi saya untuk mencari sensasi. #renungan”



Tersentak saya kala membaca status media sosial pada aplikasi pesan instan biarawan periang nan enerjik itu. Status itu pula yang semakin menyadarkan dan menguatkan paradigma saya bahwa sosoknya berbeda, ia begitu istimewa. 

Bruder Valensius Ngardi, S.Pd, MTB, atau lebih sering disapa Bruder Flavi. Pria kelahiran Manggarai, Flores, 4 Juli 1975 itu pertama kali saya jumpai pada 3 September 2014 lalu. Kala itu dalam suasana formal sebuah pertemuan yang digagas oleh dinas yang menaungi  tempat keseharian kami berkarya tengah getol-getolnya menyasar tiap sekolah guna menyosialisasikan kurikulum baru. Pada saat itu saya sempat mengamati dari kejauhan, beliau yang baru menduduki jabatan sebagai pucuk pimpinan salah satu Sekolah Menengah Pertama di Singkawang terkesan sedikit canggung ketika harus berbaur dengan pimpinan dari sekolah lain. Saya sempat menanyakan perihal wajahnya yang rasanya begitu asing bagi saya kepada salah satu pimpinan sekolah yang saya kenal. Jawaban yang lantas mampu menuntaskan keingintahuan saya terima, “Beliau Kepala Sekolah SMP Tarsisius yang baru.” Pada saat itu yang terlintas dalam pikiran saya, “Ow, ini rupanya sosok yang kemarin-kemarin sempat diceritakan rekan sesama pengajar di sekolah tempat saya mengabdi dulu.” Sadar jika diperhatikan, beliau lantas melempar senyum ke arah saya yang saya balas dengan anggukan.

Pertemuan kedua kami terjadi pada medio Desember 2014. Kali ini jabat tangan dan perkenalan diri dapat kami lakukan secara langsung dalam suasana yang lebih santai dan akrab. Saya ingat betul kalimat yang lantas dilontarkan beliau pada saat berjabat tangan, 

“Rasanya sering lihat, Mbak.,” 
“Ya, Der, kita pernah bertemu di sosialisasi Kurikulum 2013, saya salah satu instruktur yang ada di situ, mungkin Bruder juga pernah lihat foto saya di Tarsi, saya dulu mengajar di Tarsi (SMP Santo Tarsisius.red).”  

“Ow, ya, ya, kita sekarang satu tim.” 
Ya, saat ini kami satu tim dalam meramu buletin gereja. Pertemuan kali itu berlangsung begitu singkat. Tidak banyak yang dapat saya tangkap dalam kesan pada pertemuan kali itu selain nada bicaranya yang ringan dan terasa begitu bersahabat. 

Perkenalan selanjutnya hanya berjalan searah, prosesnya terjadi melalui kebiasaan saya yang sering berusaha mengenali pribadi orang lain dengan cara mengamati ekspresi wajah dan gaya melalui  foto-foto. Ada rasa takjub manakala saya disodori foto sesosok lelaki dengan dandanan dan kostum lengkap sebagai badut dengan latar belakang persawahan ditambah keterangan dari sang juru foto, “Mbak, tahu ini siapa? Ini Bruder Flavi, lho!” Mengernyit dahi saya kala itu, mencoba menelisik detil foto di hadapan saya sembari perlahan mengurai pola pikir yang rasanya bersimpul-simpul, menyeimbangkan antara kenyataan beliau adalah pucuk pimpinan di sekolah dan begitu berwibawa dengan kontradiktif sikapnya yang membumi menjadi penghibur, pembawa ceria bagi sesama yang dijumpainya dalam balutan kostum dan dandanan badut. Ya, kala itu beliau berdandan ala badut guna menghibur umat di salah satu stasi dalam rangka perayaan natal bersama.     

Kesan ketiga yang juga benar-benar lekat dalam ingatan saya adalah ketika suatu sore di bulan  Juni 2015, usai gerimis tipis mengguyur kota Singkawang, langkah kaki saya digiring ‘pulang’ ke tempat saya pernah mengabdikan diri. Saat itu saya sengaja ‘pulang’ ke sekolah tempat dimana sang badut yang sekaligus pucuk pimpinan mempersembahkan segenap waktu, tenaga, dan pikirannya dalam berkarya, SMP Santo Tarsisius. Sambutan hangat seolah menyambut kerabat dekat pun segera saya dapat. Banyak hal kami perbincangkan, beliau begitu antusias membahas rencana-rencana dalam membangun sekolah ke arah kemajuan. Yang membuat sangat terkesan adalah keterbukaannya menerima berbagai masukan yang saya berikan. Padahal seringkali dalam keseharian, saya merasa dianggap ‘anak bawang’, suara dan pendapat saya lebih sering dikesampingkan, namun di hadapan beliau pendapat saya diperhitungkan. Satu lagi kesan yang saya dapatkan, beliau adalah tipikal pemimpin yang menghargai dan mendengarkan. 

Usai kunjungan ‘pulang’ saya ke SMP Santo Tarsisius sore itu, komunikasi kami lebih banyak dilakukan via pesan instan maupun surat elektronik. Pernah dalam kurun suatu masa, anak keempat dari enam bersaudara ini bertubi-tubi mengirimkan artikel melalui surat elektronik untuk dimuat di Buletin Likes. Saya begitu takjub dengan kesanggupannya meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk menulis berita di sela-sela kesibukannya sebagai pimpinan yang saya yakini sudah terlampau sarat tugas dan kewajiban. 

Kiranya keberuntungan untuk lebih mengenal dekat sosoknya selalu menyertai saya. Pada suatu kesempatan, tepatnya pada perayaan 110 tahun Kapusin berkarya di Singkawang, kami digadang dalam sebuah tim yang menangani sektor pameran. Entah mengapa kala membaca namanya sebagai koordinator seksi pameran, tidak ada kepanikan yang saya rasakan meski mengetahui pameran ini akan dikunjungi minimal dengan skala regional Kalimantan Barat. Dan benar saja, dalam beberapa kesempatan rapat persiapan juga saat eksekusi ide yang sudah dirancang, sosoknya yang periang kembali menimbulkan kejutan-kejutan. Pada umumnya, orang yang sifatnya periang dan enerjik yang selalu saya jumpai bukanlah tipikal orang yang detil dalam menghadapi apapun, namun ternyata pengecualian berlaku pada putera Bapak Ignasius Gentor dan Ibu Elisabet Ahul ini. Beberapa kali saya terperangah ketika  beliau begitu rinci meneliti satu persatu kesiapan kegiatan. Tidak berhenti sampai di situ, lagi-lagi sikapnya yang membumi seolah melucuti rasa malu saya satu per satu. Di tengah persiapan kegiatan, saya yang saat itu tengah memasang proyektor untuk menampilkan slide-slide foto di ruang pameran sempat mematung demi menyaksikan sosoknya yang dengan cekatan mengepel ruangan pameran. Kembali logika saya dibenturkan pada kenyataan antara sosoknya yang seorang pimpinan dengan keikhlasannya melakoni berbagai pekerjaan.

Siang itu, di sela kesibukannya mengurus rumah tangga persekolahan yang dipimpinnya saya melakukan temu janji. Ketika saya menyambanginya, tak seperti pemimpin yang pada umumnya berkutat di ruang kerja, dari jauh ia terlihat duduk santai di pinggir lapangan basket. Membaur, tak menjarak dengan peserta didiknya. Tak perlu heran jika suatu kali Anda akan menjumpainya duduk lesehan di lantai saat jam istirahat sekolah, bergabung dengan para murid, karena memang demikianlah dalam kesehariannya. 

Manakala ditelisik alasannya memilih kehidupan membiara, dengan antusias ia mengisahkan ketertarikannya diawali ketika masih duduk di sekolah dasar, ia telah bergelut dengan aktivitas sebagai misdinar. Berlatar orang tua sebagai ketua kring pun ternyata menjadi salah satu hal yang semakin menguatkannya untuk mengenal lebih dekat kehidupan ‘kaum berjubah’. “Dulu kami tinggal di pedalaman, dikunjungi pastor sekali sebulan, dan bisa dipilih menjadi misdinar rasanya senang sekali,” uangkapnya bernostalgia.

Di balik penampilan cerianya, ternyata ia menyimpan penggalan kisah mengharu biru. Flavi kecil pernah hampir putus sekolah. Disebabkan latar ekonomi keluarga yang agak terseret karena ayahnya harus membiayai kakak-kakak lainnya yang juga bersekolah, ia lantas diajak untuk tinggal di pastoran sebagai karyawan semacam koster. Membaca tekadnya yang gigih untuk beroleh pendidikan, sang pastor baik hati yang mengajaknya tinggal di pastoran itu lantas memberikan lampu hijau padanya untuk dapat melanjutkan pendidikan, dengan catatan setiap Sabtu, Flavi kecil harus izin sekolah dan tetap membantu pastor untuk mengunjungi stasi.

Berbagai pergulatan dalam menempuh kehidupan dan pendidikan akhirnya mengantar langkah Flavi pada Kongergasi MTB. Ia paham betul bahwa dunia pendidikan menjadi salah satu konsentrasi dalam kehidupan religiusnya sebagai biarawan. Sebenarnya tak ada hal muluk yang ia harapkan dalam kehidupan karyanya, namun ternyata pimpinan kongergasi membaca kemampuannya dalam memanajemen lembaga. Sepanjang lima tahun belakangan, telah dua sekolah berada di bawah kepemimpinannya, SMA Santo Paulus Pontianak (2010−2014), dan SMP Santo Tarsisius Singkawang (2014−sekarang). Manakala disoal tentang keinginannya yang belum terwujud, masih dengan nada antusias ia berujar, “Saya ingin menulis buku yang isinya tentang humaniora, dan hal lain yang sangat saya inginkan adalah melanjutkan pendidikan ke jenjang S2. Saya hanya ingin melayani dalam dunia pendidikan tetapi jangan posisi sebagai pemimpin, berat bagi saya,” ungkapnya disertai derai tawa. 

Pada akhirnya, banyak hal yang dapat diserap menjadi suri teladan dari sosok pehobi voli dan basket ini; menjadi  pemimpin yang mendengarkan, menghargai, memotivasi, membumi, menebar damai dan sukacita bagi sesama. Selamat berkarya, Der. Semoga selalu dianugerahi kondisi sehat dan penuh dengan berkat. (Hes)   


Riwayat Pendidikan dan Kekaryaan
SD Swasta Katolik (1982-1988)
SMP Swasta Katolik St. Stefanus (1989-1992)
SMA Don Bosco, Ruteng (1992-1995)
KPA St. Paulus, Mataloko, Flores (1995-1996)
Bekerja di Jakarta dan Semarang (1997)
Biara di Jateng (1998-2000)
Pengurus rumah tangga dan guru SD Bruder Kanisius, Siantan Pontianak (2000-2002)
Kuliah di IPAK, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta (2002-2006)
Asisten Magister Postulan di Pati, Jateng (2006-2007)
Pengurus dan Pembina Asrama dan dosen di Merauke (2007-2010)
Kepala Sekolah SMA St. Paulus, Pontianak (2010-2014)
Kepala Sekolah SMP St. Tarsisius, Singkawang (2014-sekarang)

41 TAHUN LEO AGUNG; MENJADI BAGIAN DARI PAROKI

41 TAHUN LEO AGUNG; MENJADI BAGIAN DARI PAROKI



Sabtu, 5 Desember 2015. Kira-kira empat ratus orang memadati Aula SMP Bruder Singkawang dalam rangka perayaan ulang tahun Kring Santo Leo Agung yang ke 41. Diawali misa yang dipimpin oleh Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap, rangkaian acara dimulai pukul 16.00 Wib. Misa berlangsung khusyuk. Dalam homilinya, pastor paroki mengetengahkan besarnya peran keluarga bagi gereja. Warga yang hadir diajak untuk memperjuangkan militansi hidup menggereja melalui perannya baik sebagai kepala rumah tangga, ibu rumah tangga maupun anak. Keluarga merupakan salah satu sokoguru bagi gereja.

Usai misa, Tobias selaku ketua Kring didapuk memberi sambutan. Dalam sambutannya, Tobias mengulas sejarah berdirinya Kring yang pada 10 November 2015 lalu genap berusia 41 tahun. Sebuah angka yang terbilang matang dalam hal usia. Digawangi oleh para sesepuh yang  terdiri dari Alm. Frans Toeng, Alm. Max Sugeng, Yakob, Jumal Riyanto,  Boni F. Sumpo, Max Aen, dan Y.B. Mashuri, kring yang awalnya hanya bernama sesuai nomor urut yaitu kring 7 (dari 17 kring yang ada waktu itu.red), lantas dinamai Leo Agung. Hal ini dilakukan untuk mencocokkan tanggal berdirinya kring dengan peringatan Santo pelindungnya. Ketika sejarah dirunut, ternyata tanggal 10 November merupakan hari peringatan Santo Leo Agung.


Berbagai hiburan berupa tarian, nyanyian, permainan dan door prize menarik dihadirkan dalam acara yang dipandu oleh Br. Flavianus, MTB dan Ibu Ludwina Rita. Ditemui di sela acara, Tobias selaku ketua Kring leo Agung mengungkap bahwasanya ulang tahun kali ini sengaja digelar sebagai ajang silaturahmi antar warga kring yang jumlahnya terbilang besar. “Baru kali ini dirayakan karena untuk mengumpulkan warga Kring Leo Agung terbilang sulit, wilayahnya cukup besar, dibagi menjadi empat kelompok, dan di dalam kelompok mereka memiliki program sendiri-sendiri. Tahun 2015 ini disepakati oleh empat kelompok untuk mengadakan perayaan ulang tahun, sekaligus sebagai ajang silaturahmi antarwarga Kring Leo Agung. Ke depannya kita berencana menggelar kembali acara serupa saat perayaan ulang tahun ke 45,” pungkasnya. (Hes)                


SEMARAK PANGGUNG KEBAHAGIAAN 110 TAHUN MISI KAPUSIN DI SINGKAWANG

SEMARAK PANGGUNG KEBAHAGIAAN 110 TAHUN MISI KAPUSIN DI SINGKAWANG



(Singkawang, 13 Desember 2015) Ayunan langkah kaki kompak diiringi tarian pembuka serta perarakan misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus membuka misa hari itu. Hari itu adalah hari yang  sangat bersejarah dan berbahagia bagi semua umat Katolik khususnya di wilayah Paroki Singkawang, karena hari kita semua memperingati puncak Perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang. Sebelumnya selama seminggu penuh digelar pentas seni dalam memeriahkan Perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang. Berbagai persekolahan Katolik masing-masing unjuk kebolehan khususnya di bidang seni. Sekolah-sekolah yang terlibat antara lain SMP St Tarsisius, STIE Mulia, SMP Bruder, SMA St Ignasius, SMP Pengabdi, Persekolahan Nyarumkop, OMK, Putra-Putri Altar dan berbagai stasi di Paroki Singkawang. Pameran segala barang-barang yang digunakan oleh Kapusin sejak 110 tahun lalu pun tak luput digelar. Berbagai hal menarik, unik dan tentunya bersejarah menjadi magnet tersendiri bagi umat yang hadir. Hal yang membanggakan adalah bahwa pameran 110 Tahun Kapusin selain dinikmati oleh masyarakat regional Kalimantan Barat, juga mampu menarik perhatian Saudara-saudara dari Serawak yang kebetulan tengah mengadakan kunjungan ke kota Singkawang, juga para tokoh lintas agama dari Bumi Serambi Mekah, Aceh. Berbagai komentar bernada positif mengenai perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang mengalir deras dari mereka yang berkunjung ke arena pameran.      
Di Minggu puncak perayaan 110 Tahun Misi Kapusin Berkarya di Singkawang itu, tepat pukul 08.00 Wib Misa dimulai. Seluruh umat hening mengikuti Perayaan Misa Ekaristi. Sosok seorang Uskup yang berbeda dengan uskup lainnya dengan ciri khas pantun  yang hampir selalu dikumandangkan beliau saat memimpin misa membuat suasana menjadi cair saat homili. Tawa lepas mengalir dari setiap umat yang hadir. Di sela-sela homili yang diberikan, uskup mengajak umat untuk senantiasa bersyukur karena berkat para Misionaris yang hadir serta merintis dan membangun gereja juga turut andil dalam pembangunan bergagai fasilitas di Kota Singkawang seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah, “Mari kita doakan mereka yang telah berjasa dan telah berpulang ke pangkuan Bapa Surgawi,” ajak Mgr. Agustinus Agus.

“Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Jika ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi.” Demikian Pantun di detik terkakhir homili yang dikumandangkan.  Selesai Homili, Mgr. Agustinus Agus melantik Dewan Pastoral Paroki (DPP) Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang periode 2015-2018.  Anggota DPP yang baru resmi dilantik  membacakan janji dan uskup memberkati semua anggota DPP agar mampu dan komitmen dalam menjalankan tugas seta kewajibannya. Terima kasih atas pengabdian pengurus dan anggota DPP periode sebelumnya yang telah melakukan tugas serta kewajibannya dengan baik dan Selamat di ucapkan kepada pengurus serta anggota DPP yang baru, Tuhan memberkati.

Tidak terasa begitu cepat kebersamaan Misa Ekaristi bersama Uskup dan para pastor yang hangat menyambut umat di dalam gereja yang dibangun 89 tahun silam.  Setelah selesai Perayaan Misa Ekaristi, uskup dan para pengurus DPP periode baru berfoto bersama dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah di halaman gereja yang telah di siapkan oleh panitia. Walikota Singkawang juga hadir dan memberikan kata sambutan dalam merayakan pesta sejarah 11 dasawarsa Misi Kapusin di Singkawang bersama tokoh-tokoh agama, Kapolres dan anggota DPRD yang hadir di tengah-tengah umat Katolik Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang. Senyum dan semangat kebahagiaan bertambah saat semua umat dan para undangan merayakan hari ulang tahun Mgr. Agustinus Agus yang ke 66 tahun dengan bernyanyi, meniup lilin dan potong kue menyemarakan tepuk tangan yang tak henti dari semua mata yang mengarah ke panggung. Kebahagiaan serta di lanjutkan makan bersama, “Selamat ulang tahun Bapa Uskup tercinta, sehat selalu dan senantiasa tetap melayani “domba-domba-Nya,” Amin.” (SS)




KETIKA INDULGENSI MENGALIR DERAS DI SETIAP ‘PINTU’ YANG DIBUKAKAN

KETIKA INDULGENSI MENGALIR DERAS DI SETIAP ‘PINTU’ YANG DIBUKAKAN


8 Desember 2015 bisa jadi menjadi hari yang begitu dinantikan oleh umat Katolik seluruh dunia. Pada tanggal tersebut Bapa Paus Fransiskus menetapkannya menjadi tanggal pembuka Tahun Kerahiman Ilahi. Tahun Kerahiman Ilahi sendiri dimulai sejak tanggal 8 Desember 2015 dan berakhir pada 20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman yang jatuh pada 8 Desember 2015 disebabkan tanggal tersebut bertepatan dengan peringatan Maria dikandung tanpa noda dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II.



Menandai pembukaan Tahun Kerahiman Ilahi, setiap gereja Katolik di penjuru dunia melakukan prosesi pembukaan pintu yang menjadi simbol jalan masuk untuk beroleh berkat indulgensi. Demikian pula yang terjadi di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Umat Katolik Singkawang boleh berbangga karena untuk regional Kalimantan Barat, selain Katedral Pontianak, Gereja Paroki Singkawang ditetapkan Bapa Uskup Mgr. Agustinus Agus sebagai salah satu pusat pemerolehan rahmat  indulgensi. Pada Minggu, 13 Desember 2015, prosesi misa yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak, Pastor William Chang, OFMCap didampingi tiga pastor lain yakni P.Gathot, P. Cosmas, dan P. Agus berjalan khusyuk. Diawali perarakan dari Sakristi menuju halaman gereja, di depan gereja telah terpasang gerbang tambahan yang begitu apik sengaja disiapkan oleh panitia Tahun Kerahiman Ilahi. Usai prosesi pemberkatan gerbang, Pastor Willi yang juga merupakan rektor STT Pastor Bonus Pontianak lantas membuka pintu gereja, simbol dibukanya jalan menuju kerahiman Ilahi.

Pada homilinya, Pastor Willi menegaskan bahwa pembukaan pintu gereja hanya merupakan simbol jalan Kerahiman Ilahi,  hal yang lebih esensi adalah kesediaan setiap orang untuk membuka hati agar beroleh rahmat dalam kehidupan dan iman gerejawi. Pada kesempatan yang sama dibagikan pula pin cinderamata Tahun Kerahiman Ilahi oleh panitia. (Hes)



11 Jan 2016

PEMBUKAAN TAHUN KERAHIMAN DAN PERAYAAN 110 TAHUN KAPUSIN

               PEMBUKAAN TAHUN KERAHIMAN DAN PERAYAAN 110 TAHUN KAPUSIN

Senin, 23 November 2015. Gerimis tipis mengiringi dentang lonceng gereja memanggil umat Paroki Singkawang untuk datang dan khusyuk dalam doa singkat pembuka Tahun Kerahiman Ilahi yang  digagas oleh pusat Gereja Katolik di Vatikan. Doa yang memakan waktu sekitar 15 menit ini secara berkala akan terus didoakan selama seminggu ke depan. Hampir separuh bangku gereja dipenuhi oleh umat yang sengaja datang dan melibatkan diri dalam doa. 


Sementara usai doa pembuka Tahun Kerahiman Ilahi  dilaksanakan, di sayap kanan gereja kemeriahan lain  telah siap menyambut umat. Petikan sapek, alat musik tradisional Dayak mengiring para penyumpit yang dengan apik memeragakan gerakan tarian teatrikal berburu sekaligus menyambut Propinsial Ordo Kapusin Pontianak, Pastor Amandus Ambot, OFMCap, Pastor Paroki Singkawang, Stephanus  Gathot Purtomo, OFMCap, Suster Rosa Arel, OSCCap, Ketua Dewan Pastoral Paroki yang baru terpilih, Ambrosius Kingking, S.H., dan ketua panitia perayaan Tahun Kerahiman Ilahi sekaligus perayaan 110 Tahun Kapusin berkarya di Singkawang, Frumentius, S.E, untuk menyumpit balon tanda dibukanya tahun kerahiman sekaligus rangkaian acara perayaan 110 tahun Kapusin berkarya di Singkawang. Rangkaian acara pembukaan Tahun Kerahiman Ilahi dan 110 tahun Kapusin berkarya di Singkawang digelar meriah dengan menampilkan persembahan pentas seni yang melibatkan persekolahan Katolik di Singkawang, juga pameran berbagai stand, antara lain Kapusin, SFIC, OSCCap, Buletin Likes, OMK, PPA/Misdinar, RSU St. Antonius, RSJ, dan berbagai sanggar seni.   



Usai penyumpitan balon dilakukan, kemeriahan terus berlanjut dengan atraksi Barongsai yang dipersembahkan oleh STIE Mulia Singkawang. Tibalah yang paling dinantikan, Pastor Ambot selaku Propinsial Kapusin dan pastor paroki melepaskan dua ekor burung dari sangkarnya. Hal ini dilakukan seturut teladan Santo Fransiskus Assisi yang begitu dekat dengan kehidupan segala makhluk hidup termasuk fauna. Usai proses pelepasan burung-burung itu Pastor Ambot menggunting pita dan membuka pintu tempat pameran digelar sebagai simbol rangkaian acara Tahun Kerahiman Ilahi dan perayaan 110 Tahun Kapusin berkarya di Singkawang dimulai. (Hes)                           

MERAJUT PERSAHABATAN LEWAT OMK FA CUP

MERAJUT PERSAHABATAN LEWAT OMK FA CUP




Setiap hari Sabtu dan Minggu selama bulan Oktober dan November, ada suasana berbeda di komplek persekolahan SMP Pengabdi Singkawang. Menjelang sore sekitar pukul 14.00 Wib, orang mulai berdatangan ke SMP Pengabdi. Meskipun cuaca kadang tidak mendukung karena hujan, namun hal itu tidak menyurutkan langkah banyak orang untuk pergi ke SMP Pengabdi. Mereka berasal dari berbagai kalangan: tua-muda, anak sekolah- karyawan/ karyawati, orang dari berbagai agama. Semuanya membaur dan tumpah ruah  ke SMP Pengabdi. Mereka datang untuk mengikuti perhelatan OMK FA Cup yang digelar oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Singkawang.

OMK FA Cup merupakan kepanjangan dari Orang Muda Katolik Fransiskus Assisi Cup. Acara ini adalah kemasan berbagai pertandingan dalam cabang olah raga yang diprakarsai oleh Orang Muda Katolik Paroki Singkawang. Perhelatan ini sudah menjadi agenda tahunan. Dengan menjunjung tinggi sportivitas perhelatan ini semula hanya dibatasi bagi kalangan kaum muda Katolik saja. Tetapi tahun ini dengan tekad dan semangat yang luar biasa OMK Paroki Singkawang mencoba keluar dari pakem yang sudah ada. Cakupannya diperluas dengan mengundang kelompok lain, terutama dari SMA dan SMK Negeri yang ada di Kota Singkawang. Di luar dugaan, respon dari para persekolahan sangat positif dan antusias. Ini terlihat dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri untuk mengikuti turnamen OMK FA Cup. Tercatat ada 40 tim yang mengikuti lomba futsal putra, 32 tim bolla volley campuran, 24 peserta tenis meja tunggal putra, 14 peserta tenis meja tunggal putri, 16 peserta bulu tangkis ganda campuran, 32 peserta bulu tangkis tunggal putra, 16 peserta bulu tangkis tunggal putri dan 43 peserta lomba catur. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah peserta tahun ini naik hampir tiga kali lipat. 

Tanggapan positif disampaikan oleh seorang pembina OSIS dari sebuah sekolah negeri. “Kalau bisa turnamen ini dijadikan agenda tetap. Sekolah kami akan mengagendakan dalam kurikulum sehingga bisa tetap mengikuti turnamen OMK FA Cup. Turnamen seperti ini cukup bagus dan sangat langka di wilayah Singkawang”. Seorang tokoh Katolik yang sempat hadir untuk mengikuti dari dekat gelaran OMK Singkawang ini juga memberikan komentar positifnya. “Salut buat Orang Muda Katolik Singkawang. Mereka berhasil menyatukan berbagai kalangan yang berbeda satu dengan yang lain dalam bidang olah raga. Ke depan turnamen seperti ini harus tetap dilanjutkan”.

Dua bulan berlalu tanpa terasa. Pertandingan olah raga  yang digelar dalam OMK FA Cup berlangsung semakin seru. Ada kalanya terjadi pemainan yang keras tetapi tidak sampai menjurus pada permainan yang kasar. Sportivitas tetap dijunjung tinggi sebab bukan terutama mencari juara tetapi persahabatan. Puncak dari gelaran ini terjadi pada hari Minggu, 6 Desember 2015 dengan menggelar partai final di setiap cabang olah raga yang dipertandingkan. Kemeriahan sangat terasa di lapangan bola volley dan futsal karena masing-masing membawa suporternya lengkap dengan atributnya masing-masing. Bahkan ada suporter yang membawa alat-alat musik untuk memompa semangat tim kesayangannya yang sedang bertanding.

Selesai menggelar semua partai final, pada hari Minggu 6 Desember itu juga dibagikan hadiah kepada para pemenang. Dalam kata sambutannya, Sdr Bernardus Arbi yang didapuk selaku ketua Panitia OMK FA Cup mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada berbagai pihak yang mendukung terlaksananya OMK FA Cup. Tanpa menutup mata terhadap berbagai kekurangan yang ada, pemuda yang senang bermain musik ini berharap bahwa di masa yang akan datang OMK FA Cup tetap dilangsungkan. Hal yang kurang lebih sama disampaikan oleh Bapak Lukas selaku Koordinator Kepemudaan Paroki Singkawang. Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Trifonia, Bapak Lukas menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para peserta yang ikut menyukseskan gawenya Orang Muda Katolik Singkawang. Dia berharap agar persahabatan yang telah dirajut selama ini tetap dilanjutkan di masa yang akan datang. Selamat untuk para pemenang dan selamat untuk Orang Muda Katolik Paroki Singkawang. Di penghujung acara, Pastor Stephanus Gathot berkenan menutup seluruh rangkaian pertandingan OMK FA Cup dengan mengetuk mic tiga kali.

Banyak peristiwa menarik dan positif bisa diambil dari perhelatan OMK FA Cup tahun ini. Karena pesertanya berasal dari berbagai golongan, Orang Muda Katolik diajak untuk menyadari kemajemukan; bahwa ada kelompok lain di sekitar kita. Bersama mereka ini kaum muda Katolik juga harus berani menceburkan diri dan bergaul dengan mereka. Selain itu kaum muda katolik juga melatih diri untuk belajar berorganisasi  yang baik dan benar. Kedisiplinan dan sportivitas senantiasa harus ditumbuhkan. Memang masih ada banyak kekurangan di sana sini. Tetapi semangat untuk merajut persahabatan dengan berbagai kalangan dalam olahraga mengalahkan semua kekurangan yang ada. Telah terjadi kesepakatan antara OMK Paroki Singkawang dengan Seksi Kepemudaan untuk tetap menjadikan OMK FA Cup sebagai agenda tahunan. Kita berjumpa lagi di OMK FA Cup tahun 2016 yang akan datang. Profisiat untuk Orang Muda Katolik Singkawang. (Stephanus) 


 

APPLE BIO GREEN





-    Pengen punya income tambahan??
-    Pengen bangun BISNIS, tapi modal terbatas??
-    Pengen kejar impian Anda, tapi tidak mungkin dengan usaha &
     pekerjaan Anda saat ini??
-    Pengen sehat-cantik/ganteng-awet muda??

KENAPA ANDA TIDAK MENCOBA YANG INI??
Peluang bisnis yang LUAR BIASA!!

Biogreen science, perusahaan Indonesia yang menjual stemcell dari apel langka Swiss yang sudah hampir punah UTWILER SPATLAUBER,
Stemcell dari buah ARGAN, MAROKO (AFRIKA), GLUTHATIONE JEPANG & GINSENG INDIA (WITHANIA SOMNIVERA ASHWAGANDA), bekerjasama dgn perusahaan-perusahaan terbaik dunia, seperti :
-    Mibelle Biochemistry
-    Induchem AG.
-    Mitshubishi Life Japan.
-    Ixoreal Biomed Los Angeles.
-    Gelita Brasil.
Produk BIOGREEN sudah diliput ratusan media cetak; online maupun elektronika di Indonesia maupun di luar negeri.



Belum genap 2 tahun beroperasi di Indonesia, Biogreen sudah GO INTERNATIONAL dengan membuka country stockies di negara : Philippines, Malaysia/Singapore, Brunei Darussalam.
Di Indonesia BIOGREEN telah banyak mencetak leader2
Dengan income luar biasa, termasuk di Kalbar. al:
1.   Jansen Christian 28 th. Mantan broker saham di Jkt, sekarang full time di BIOGREEN income       rata-rata per bulan Rp.1,5 milyar
2.    Lussiana Rossi, Mantan mgr perusahaan Jerman (Jkt); sekarang full time di BIOGREEN income rata-rata per bulan Rp.400 juta rupiah
3.    Ibu Inge (Bali), seorang ibu rumah tangga mempunyai income rata-rata per bulan Rp 1 milyar.
4.    Dr. Addy, seorang dokter di Medan. Mencapai income rata-rata per bulan Rp 400 juta.
5.    Juwono Chaiyadi, 21 thn masih seorang mahasiswa; mencapai income per bulan Rp 90 juta.
6.    Hartono Hann, 32 thn pengusaha property ptk (Maxy Property),
Mencapai income rata2 per bulan Rp 120 juta.
Dan masih banyak lagi termasuk leader2 di Skw yg sudah capai income  puluhan juta Rp per bulan.




Anda penasaran & ingin tau infonya ??
Please check our web  www.biogreenscience.com <http://www.biogreenscience.com> or
Contact us :
Hermanto Halim, S.E.
HP            : 0822 5064 2350 / 0812 560 1017
BB Pin      : 57A0AFF2
WA/LINE : 0822 5064 2350 ( Hermanto halim).