Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri gereja baru. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri gereja baru. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

13 Sep 2020

30 HARI PASCAPATAH HATI UMAT PAROKI SANTO FRANSISKUS ASSISI





KANGEN 

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku 
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta.

Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi.
Itulah berarti.
Aku tungku tanpa api.

WS. Rendra

Puisi Rendra: Kangen, melintas begitu rupa usai berita kepindahan itu aku terima. Meski kepindahannya itu belum terjadi, namun aku sudah bisa membayangkan bagaimana perasaan kangen atau rindu akan membayangi benak umat paroki ini.

Sebenarnya berita kepindahan itu telah sampai di tanganku sejak 3 Juli 2020. Seorang rekan kerja sesama tim komunikasi sosial paroki yang begitu rapat dengan kehidupan pastoral mengabarkan kepindahannya per 1 Agustus 2020 melalui aplikasi pesan singkat, Whatsapp. Mungkin begitulah rasanya istilah bagai disambar petir di siang bolong terjadi. Ya, siang itu, kira-kira 12 menit menjelang jam istirahat makan siang, kuterima berita kepindahan beliau yang hampir sewindu menjadi gembala kami, umat Paroki Singkawang.

Sedih, pasti. Terperanjat, sangat! Merasa kehilangan, rasanya tak terkatakan. Bagaimana tidak, sosok gembala yang luar biasa sederhana, hampir tak bercacat cela seolah begitu saja dirampas dari batin umat yang selama ini sudah demikian rapat, lekat, dan hangat dengan pribadinya. 

Sejak awal beliau datang, hampir delapan tahun silam, kala itu paroki berumur lebih dari seabad ini seolah sejuk disirami dengan candaan ringan yang rasanya, 'receh' istilah anak gaul milenial. 

"Perkenalkan, nama saya, Gathot, singkatan dari ganteng total!"

Bayangkan, dengan nada polos dan jenaka kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir seorang gembala dan tentunya segera disambut gelak tawa umat seantero gereja. Dengan kalimat sesederhana namun jenaka itu ia seolah menjelma menjadi kelebat kilatan blitz, dengan cara begitu instan beliau mampu mencuri hati umat yang tentu sebelumnya diliputi gundah gulana karena ditinggalkan pastor paroki sebelumnya, Amandus Ambot, OFMCap, yang mendapat tugas baru sebagai propinsial.

Berikutnya dapat ditebak, seiring berjalannya waktu, sinergi mampu diciptakannya di Fransiskus Assisi.  Ia begitu lembut, memberi dan menanggapi. Ia begitu sederhana, terampil namun tetap bersahaja. Persis seperti kesan seorang ketua lingkungan pada saat menyampaikan pidato perpisahan, "Selama beliau memimpin paroki ini, tak pernah sekalipun kami mendapati beliau marah atau bicara dengan nada tinggi." Rasanya untuk seorang manusia itu adalah hal yang luar biasa. Memang yang tampak pada kami adalah sosoknya yang tenang, tidak pernah terpancing emosi. Namun siapa yang mampu menyangka gejolak dalam hati. Ada kalimat bijak mengungkap, tidak semua orang tahu bahwa ruangan yang hening kadang menyimpan rasa paling bergemuruh. Ya, tidak semua orang tahu dan mau memahami. Hanya dia dan penciptanya saja yang tahu gejolak batinnya. Namun ekspektasi orang tentang gembala yang menjadi pengayomnya dibingkai utuh dalam sosok sederhana, tenang, bijaksana, tak bercacat cela sanggup dipersembahkannya. Hampir delapan tahun beliau memang mampu mewujudnyatakan itu pada umat yang digembalakannya.

Selama hampir sewindu itu juga beliau hanya mengambil hitungan jari pada kedua telapak tangan untuk merasakan istirahat cuti melayani tugas kegembalaan. Pun dalam istirahat cutinya itu beliau tetap tak lepas memonitor geliat paroki tempatnya menggembala. Dering ponselnya seolah tak pernah ikhlas melepasnya beristirahat. Ada saja sapaan, aduan, keluhan, atau sekadar pernyataan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap selalu dilayaninya. Jika merujuk pada iklan brand salah satu minuman berkarbonasi, maka tak lebih tak kurang pada beliau dapat disematkan jargon, "Kapan saja, di mana saja!" Begitulah dia, mau dan mampu melayani umat kapan saja dan di mana saja. 

Hei rupanya tidak hanya umatnya saja yang dilayaninya sekuat pikir dan tenaga. Saudara-saudara seper-imam-annya pun tak luput dari pantauannya selama tinggal di Fransiskus Assisi. Betapa diam-diam beliau selalu memastikan keadaan kesehatan senior-senior yang seatap dengannya (Pastor Marius, Pastor Yeri {almarhum}, Romo Agus, dan Pastor Pasifikus). Pernah suatu masa, kala itu beliau sedang bersama kami sebagian kecil panitia tahun acara ulang tahun 111 tahun paroki melepas penat seusai giat. Kami memutuskan untuk sekadar bersantap di luar sekaligus menyegarkan pikiran. Usai bersantap salah seorang dari kami menawarkan untuk melanjutkan menikmati malam dengan menyesap kopi di kedai kopi. Jawaban beliau tak terduga. Beliau menolak halus ajakan kami dengan ujaran, "Saya harus pulang, asuhan saya ada empat di rumah, khawatir beliau-beliau butuh sesuatu atau butuh saya." Seketika kami semua memutuskan balik kanan, bubar jalan. Masing-masing akhirnya memilih pulang tak jadi melanjutkan menikmati malam. Oh ya, ada sedikit bocoran ketika Sang Meneer Belanda yang keras kepala (alm Pastor Yeremias Mellis, OFMCap) meninggal dunia. Saat itu mantan pastor paroki ini baru saja kembali ke pastoran. Mendengar kabar Pastor Yeri berpulang, beliau berlari sekencang-kencangnya sambil berurai air mata menuju rumah sakit yang bersebelahan dengan pastoran dan gereja. Beliau total merasakan duka kehilangan.  

Baik, mari tepiskan kenangan yang menyesakkan tentang kisah duka kehilangan pastor dari tanah Nederland, kita kembali pada geliat kegembalaan beliau di Paroki Singkawang. Hampir sewindu beliau mencurahkan segala tenaga dan pikiran demi harmonisasi umat Fransiskus Assisi. Banyak perubahan dihasilkan, banyak kemajuan dirasakan, banyak mata dan perhatian dari pihak luar menyorot ke Paroki Singkawang. 

Atmosfer hangat begitu nyata dirasakan ketika siapapun menyambangi gereja yang berposisi di jalur urat nadi kota paling tinggi toleransi ini. Dalam senyap beliau bekerja, mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, menyatukan yang tercerai, memperbaiki yang luka hati. Coba tanya pada umat Paroki Singkawang, acak, siapa saja, bagaimana sosok beliau di mata mereka. Siap-siap jawaban serupa akan Anda terima, dan garansi jawabannya adalah: beliau itu sederhana dan kehadirannya sungguh mendatangkan suka cita!

Sepengakuan beliau ketika dulu mendapat tugas kegembalaan di Paroki Singkawang, dan ketika menjejakkan kaki pertama kali dengan status pastor paroki, di pundaknya seolah disampirkan beban yang tak terukur beratnya. Belum lagi adaptasi lingkungan baru, mengenal wajah-wajah baru, karakter-karakter baru, pola pendekatan yang juga baru, menyesuaikan apa, siapa, bagaimana, dan kemana arah lawan bicara. Memang, suatu pekerjaan rumah yang tidak mudah. Namun sekali lagi berbekal teladan Fransiskus Assisi yang diikuti, ditambah sifat hangat dan jiwa bersahaja, tembok tinggi benteng umat paroki berhasil ia lompati. Sinergi, ya akhirnya hanya sinergi yang tercermin dari paroki ini. Betapa dengan kekuatan sinergi segala hal mampu diatasi, segala gawe akbar dikemas menjadi gebyar, segala keberhasilan mampu diwujudnyatakan.

Pilu membayangkan sosoknya duduk di muka pintu gereja yang digembalainya hampir sewindu dengan jutaan kenangan yang mengembara dalam benaknya. Seperti yang ia sampaikan ketika hampir meninggalkan Paroki Singkawang, di suatu sore duduk tepat di depan gereja, melayangkan ingatan pada kenangan-kenangan yang mungkin saja sanggup ia tepiskan namun tidak akan terlupakan. Menapak tilas seorang putra kelahiran Muntilan yang mampu menaklukkan hati umat Paroki Singkawang dalam karya kegembalaan. Dialah Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap atau yang akrab disapa Romo Gathot. Seorang romo yang berita kepindahannya menjadi hari patah hati umat paroki.

Romo, kini kami telah mendapat gembala pengganti. Yang dari suaranya selalu tampak riang hati, yang dari tutur katanya sungguh mencerminkan kecerdasaannya, yang dari penampilannya pun tak kalah bersahaja. Seperti penggalan puisi Rendra di atas, 

"Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya."

Ya, cinta kasih gembala baru yang kiranya akan sanggup meredam luka kehilangan gembala sepertimu. 

Pinta kami, umat paroki, bawa kami selalu dalam doa, Romo. Terima kasih untuk segala keringat dan buah pemikiran yang sudah Romo curahkan bagi Paroki Singkawang. Selamat berkarya di tempat baru, semoga selalu mampu menjelma sebagai pelita agar sekitarmu semakin merasakan benderang cahaya-Nya. (Hest)



11 Jun 2020

PENGUMUMAN TERKAIT NEW NORMAL LIFE



Shalom Aleichem, umat sekalian yang terkasih.

Mulai tanggal 13 Juni 2020, Paroki Singkawang diberi kemungkinan untuk merayakan Ekaristi di gereja
dengan persyaratan yang sangat ketat dan selalu melaksanakan Protokol
Kesehatan. Kemungkinan tersebut didasarkan pada :

1. Surat Edaran Menteri Agama RI No 15 Tahun 2020 tentang Panduan
Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah.

2. Surat Edaran dari Kemenag Kota Singkawang No B-664 Tahun 2020
tentang SOP Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah.

3. Surat Edaran Walikota Singkawang No 400 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah dalam
Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 di Masa
Pandemi.

4. Surat Edaran dari Keuskupan Agung Pontianak No 141 Tahun 2020
tentang Pembukaan Kembali Gereja untuk Perayaan Ekaristi dan Ibadah
– Ibadah lain di Keuskupan Agung Pontianak.

5. Rapat Dewan Pastoral Paroki Singkawang Bersama Bapak Camat, Bapak
Lurah, dan Ketua-Ketua Lingkungan pada hari Jumat, 05 Juni 2020.
Namun demikian ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita
semua, antara lain :

1. Kemungkinan ini bukan dimaksudkan bahwa kita bisa merayakan Ekaristi
seperti sebelum adanya Wabah Covid-19. Tetapi kita merayakan Ekaristi
dengan Tatanan Hidup yang baru. Itulah yang dimaksudkan sebagai
New Normal Life. Kita harus menerapkan gaya hidup sehat sesuai
dengan Protokol Kesehatan. Kita tidak boleh main-main dan
menyepelekan. Ini adalah perkara yang sangat serius.

2. Maka Perayaan Ekaristi di gereja, kita lakukan dengan mengikuti
Protokol Kesehatan secara ketat dan disiplin tinggi. Untuk itu kita
semua yang mau mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja WAJIB memakai
masker, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah Misa, selalu
menjaga jarak minimal 1, 5 Meter baik di luar maupun di dalam gereja
dan menghindari kerumunan.

Hal-hal Praktis demi tertibnya Perayaan Ekaristi kita di gereja, antara lain :


1. Umat yang mau mengikuti Misa dimohon menyesuaikan diri dengan
Jadwal Lingkungannya demi menghindari penumpukkan umat. Akan ada
4 kali Misa, yakni :

- Sabtu Sore, Pukul 18.00 Wib.

- Minggu Pagi, Pukul 07.00 Wib dan Pukul 10.00 Wib.

- Minggu Sore, Pukul 18.00 Wib.

Mohon diperhatikan ada perubahan Jadwal Misa pada hari Minggu
pagi, yakni Pukul 07.00 Wib dan 10.00 Wib. 

Paroki kita mempunyai
13 Lingkungan. Maka setiap Ekaristi dihadiri oleh 3 atau 4 Lingkungan
saja. Perayaan Ekaristi ini juga tetap akan disiarkan secara online
demi mereka yang merayakan Ekaristi di rumah.

2. Mereka yang boleh menghadiri Ekaristi harus benar-benar sehat. Maka
mereka yang menderita sakit demam, batuk, pilek serta mereka yang
memiliki penyakit penyerta, dimohon untuk tidak pergi ke gereja.

3. Batasan umur yang boleh mengikuti Perayaan Ekaristi adalah anak usia
SMP ke atas sampai 60 Tahun ke bawah. Mereka yang usianya masih di
bawah SMP dan di atas 60 Tahun dimohon untuk tidak pergi ke gereja.

4. Setiap umat yang mau mengikuti Ekaristi di gereja wajib memakai
masker dan membawa Madah Bakti, tisu atau lap tangan dan hand
sanitizer sendiri. Selain Petugas Liturgi, umat tetap memakai masker
selama Perayaan Ekaristi berlangsung.

5. Umat dihimbau untuk tidak membawa hiasan yang terbuat dari logam
seperti kalung, gelang, cincin dan arloji.

6. Diharapkan umat datang ke gereja minimal 30 menit sebelum Perayaan
Ekaristi dimulai.

7. Baik di luar maupun di dalam gereja, umat wajib menaati arahan dari
Petugas.

8. Sebelum dan sesudah Ekaristi umat dihimbau untuk tidak membuat
kerumunan. Maka selesai mengikuti Protokol Kesehatan umat langsung
masuk gereja. Begitu juga selesai Ekaristi umat dihimbau untuk segera
pulang.

9. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi akan selalu kami evaluasi.

10. Alur dari Perayaan Ekaristi di gereja kita akan kami sampaikan dalam
tayangan video yang dapat diakses di chanel Youtube Paroki Singkawang dan akun Instagram Paroki Singkawang.

Mari kita budayakan gaya hidup yang sehat. Tetap semangat. Damai
bagimu! +








14 Apr 2020

KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (Bagian II)


Kabar gembira tentang berhasilnya Paroki Singkawang menembus angka 1000 subscriber youtube menjadi perbincangan hangat di antara kami, tim komunikasi sosial Paroki Singkawang. Tak habis-habisnya aku dan temanku terus memantau perkembangan subscriber yang signifikan terus beranjak naik. Saat itu tercatat sudah lebih dari 1200 subscriber.

"Hebat, Bro. Paroki kita akan segera mengudara di youtube!" kata temanku yang biasa menyapaku dengan sebutan bro hingga terkesan tak ada jarak lagi di antara kami.

"Eitss, jangan gembira dulu. Masih harus dibuktikan. Apakah bisa live atau tidak!" ungkap romo parokiku dengan nada yang terdengar agak pesimis namun kurasa sekuat tenaga berusaha beliau tepis.

"Akan saya coba dulu, Mo. Saya sudah dapat aplikasi yang disarankan," ungkapku dengan penuh optimis.

"Kalau begitu saya pindahkan wiffi dulu bagaimana? Biar tidak repot ke sana-sini, jadi nanti kalau sudah beres tinggal jalankan?" tanya romo kepada kami.

"Baiklah, saya coba dulu ya, Mo." 

Beberapa menit pertama ketika aku mencoba untuk memulai mengotak-atik aplikasi live ini, memang awalnya terasa gampang-gampang susah, namun aku mencoba memulainya dengan perlahan-lahan seolah orang yang baru belajar bagaimana cara mengotak-atik ilmu teknologi melalui gawai yang tersedia. Orang IT atau orang yang bisa dikatakan profesional saja butuh berminggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mengotak-atik ini, sedangkan aku harus berhadapan dengan H-1 menjelang misa hari Minggu esok, yang sudah harus live, karena kalau tidak maka umat yang ada di Paroki Singkawang pun kecewa. 

Dua puluh menit awal masih bisa kuikuti berbagai petunjuk aktivasi akun youtube dengan baik, sembari tak lepas dari pantauan romo yang juga tak putus mengajukan pertanyaan, "Apakah sudah bisa live?!" Pertanyaan yang terdengar sesederhana itu namun mampu membuatku menjadi gugup dan membuat tidak percaya diri akan kemampuan yang kami miliki. Memang, aku ini bukanlah orang yang ahli IT atau hal sejenis media sosial. Aku hanya bisa menulis!

Di menit menuju 40, aku sudah mulai kewalahan, karena tingkatan ataupun caranya semakin sulit untuk dimengerti, dan pada akhirnya ketika kamera sudah menunjukkan terkoneksi, seketika aku sempat merasa senang dan mencoba membuka youtube apakah berhasil atau tidak. Segera kuambil piranti komunikasi yang ada di dekatku, dan mencari laman youtube bernama Paroki Singkawang, aku sudah terkoneksi dan ternyata live streaming sudah aktif tetapi gambar tidak muncul di layar kamera alias gelap tanpa suara, sama seperti hatiku yang suram tanpa kata-kata ketika melihat hal itu. 

Seketika, romo kembali menanyakan kepada saya, "Bagaimana, Bro? Sudah berhasil?"

Jawabku kepada beliau, "Belum, Mo, masih belum ter-connect"

"Atau kita tetap pakai Instagram saja, ya?" ujar romo dengan nada cemas.

"Jangan, Mo, tunggu dulu, saya coba lagi."

"Baiklah, coba sampai bisa ya, pasti bisa kok!" sambung romo memberikan semangat kepadaku.

Aku terus mengikuti tutorial dari awal hingga 6 kali dan kenyataanya permasalahan masih saja sampai di gagalnya terkoneksi antara gambar dan suara. Aku sempat memegang kepala yang sudah mulai pusing dan berat, sembari meminum secangkir teh yang ada di hadapanku. 
Romo kemudian datang lagi, untuk yang ketiga kalinya memastikan apakah kali ini benar-benar bisa dan berhasil, 

"Bagaimana? Sudah bisa?"

Kendalanya tidak ter-connect ke kamera, Mo. Haduh bagaimana ya?" jawabku dengan nada mulai pesimis seakan tak mempunyai harapan lagi untuk live.

Pada saat yang sama teman-temanku yang ada di pastoran datang, mereka kembali setelah memasang jaringan internet nirkabel di dalam gereja. Mereka sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan aku yang masih diliputi kegalauan. 

Saya memberitahu kepada mereka, bahwa kendalanya ada di bagian koneksi kamera ke laptop yang masih belum berhasil. Akhirnya teman-temanku juga berjuang dan berusaha bagaimana caranya dengan menanyakan kepada teman-teman mereka, bahkan ke frater novis yang ahli IT sekalipun tidak sanggup menanganinya. 

Sejurus kemudian aku mengambil hp, mencari secercah harapan sambil memantau akun Youtube Paroki Singkawang yang sudah mencapai 2000 subscriber kala itu. Tak lama berselang aku  mendapat pesan dari seorang teman bahwa bisa menggunakan aplikasi lain untuk live streaming. Aku langsung mencoba mencari dan mengunduhnya. Dua puluh menit awal aku mempelajari aplikasinya, dan ketika sudah sampai ke bagian koneksi antar hp dengan wifi, hatiku mulai dag dig dug tak karuan. 

'Ready' muncul tulisan Ready untuk live. Terasa ada yang meledak Bahagia dalam hati ketika membaca tulisan itu. Seketika aku membuka youtube paroki, dan ternyata bisa! 

"Horeeeeee…" teriakku penuh kegirangan. Aku segera menghambur ke pastoran menemui romo untuk memberitahu romo terkait hal itu dan mengajak romo untuk membuktikannya. Romo juga tak kalah gembira sambil melihat, 

"Loh kok ada muka saya di situ?" ujar romo. 

"Iya, Mo, kita kan sedang live!" ujarku bersemangat. 

Seketika, perasaan dan situasi yang suram tanpa harapan itu membuat kami semuanya bersorak, terlebih lagi ada salah satu umat yang menyatakan kegirangannya lewat live chat kami. 

"Hore! Mantap Paroki Singkawang!" kalimat sederhana itu seketika membuat kami kembali bersemangat untuk kembali melayani serta berperan aktif. Bagaimana mungkin? Hal yang hampir membuat kami putus asa pada akhirnya bisa membuahkan hasil untuk kami. 

Hal yang bisa kita pelajari adalah, bahwa dalam keadaan apapun percayalah pada usaha kita, jangan pernah mengeluh dan berputus asa, walau harapan itu hanya sedikit tetapi, kita bisa mengubah yang sedikit itu menjadi sebuah momentum bagi kita untuk memecahkan kebuntuan yang kita alami. 

Mari, jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena dengan mencoba kita mengetahui. Dengan kita mengetahui kita mempelajari. Dengan mempelajari kita membuahkan hasil. Dengan adanya hasil kita memberikan buah kepada orang-orang yang membutuhkan. Izinkan aku sedikit mengambil kutipan motto salah seorang kebangganku yang kujadikan pedoman hidup. Begini kalimatnya, "Ubi ego sum ibi Deo Servio" yang artinya "Di manapun aku berada, aku akan mengabdi kepada-Mu ya Tuhan." 

Akhir kata kuucapkan terima kasih dan mari bersama kita tak putus asa mempelajari hal-hal dan menjalani pengalaman baru. Selamat Paskah, Tuhan memberkati! (Leo)




4 Apr 2020

KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (BAGIAN I)



Jari-jemariku tengah  menari-nari di atas tuts keyboard komputerku yang sudah mulai kusam dengan huruf-huruf yang juga sudah mulai memudar. Ketika tengah asyik bekerja, tiba-tiba kudengar ada nada panggilan masuk pada smartphoneku.  Langsung saja kuambil  smartphoneku dan kuangkat. Seketika aku mendengar sapaan ramah dari seberang sana. Suara itu begitu akrab di telingaku, karena pemilik suara itu adalah gembalaku sendiri. Beliau memintaku agar jaringan misa live streaming di parokiku bisa diperluas. Sebaiknya tidak memakai akun Instagram, karena pengguna akun ini masih sangat sedikit dan jangkauannya pun terbatas. Ia menyarankan  sebaiknya pindah ke channel Youtube saja, karena pengguna Youtube itu jauh lebih banyak dan jangkauannya pun semakin luas, bahkan bisa terkoneksi hingga ke Greenland ataupun Antartika. Dengan demikian semakin banyak orang bisa mengikuti misa secara online dari mana saja.

"Kalau Pastor ada kesulitan, bisa menghubungi kami di Pontianak," pungkas Bapa Uskup mengakhiri pembicaraannya denganku. Sejenak aku termenung dan tak tahu langkah apa yang harus kuambil. Di satu sisi aku bersyukur karena Bapa Uskup sangat memperhatikan apa yang terjadi di parokiku. Beliau memang selalu menaruh perhatian yang besar kepada parokiku. Tetapi di sisi lain aku binggung karena sejujurnya aku tidak terlalu menguasai soal teknologi komunikasi dan jejaring sosial terkini. Rasanya pikiranku sudah mentok dan tak mampu lagi mengikuti lajunya perkembangan zaman. Namun, sesegera mungkin kutepis keraguanku. Pasti ada jalan keluar! Lagi pula ini juga bisa menjadi ajang untuk berbagi kepada umatku. Akan lebih banyak lagi orang yang tersapa oleh Tuhan meski hanya lewat dunia maya.

Aku segera menghambur ke luar kamar. Kutinggalkan komputer dengan seabrek pekerjaanku. Kucari temanku yang menjadi team kecil di parokiku. Aku beruntung mengenal dan mempunyai teman-teman sehebat mereka. Mereka inilah yang menjadi bagian dari team kreatif di parokiku, sehingga apa yang terjadi dalam parokiku bisa dengan mudah tersiar keluar melampaui batas ruang dan waktu. Kutemukan teman-temanku sedang asyik dengan smartphone-nya. Sudah seminggu ini mereka bekerja keras untuk merancang unggahan konten yang membantu umat agar tidak mengalami kebosanan karena tinggal di rumah saja.

"Sorry ganggu kesibukan kalian," kataku memecah keasyikan mereka. "Barusan Bapa Uskup telepon saya. Beliau meminta Paroki Singkawang untuk memperluas jaringan misa live streaming. Bukan lagi pakai Instagram, tetapi harus lewat Youtube".

"Waduh, susah, Mo," jawab seorang dari mereka. 
        
        "Akun Youtube paroki kita baru dapat 200-an subscriber. Untuk bisa live pun kita harus mencapai minimal 1.000 subscriber," jawabnya dengan nada pesimis.

"Harus dapat seribu subscriber?!" Sontak aku terperanjat mendengar penuturannya. Berarti masih harus cari 800-an subscriber lagi. Bagaimana mungkin dalam waktu yang sangat singkat ini? Kataku dalam hati.

"Padahal, Youtube paroki kita sudah lama dibuat, sekitar pertengahan tahun 2019. Tapi baru dapatnya segitu. Saya gak yakin, Mo, kita bisa dapat tambahan 800 lagi dalam waktu  yang sesingkat ini," kata temanku yang lain yang semakin menambah keraguanku.

"Kamu harus coba kumpulkan 800 subscriber lagi. Entah bagaimana caranya. Harus bisa," kataku sedikit memaksa sembari mengusir kegundahan hatiku.

"Tapi, Mo. Rasanya sulit," jawabnya ragu-ragu.

"Ah, Coba saja. Pasti ada jalannya. Tolong buatkan pengumuman dan bagikan ke grup whatsapp yang kita miliki. Minta tolong sama mereka agar mereka membantu paroki kita mendapatkan 1000 Subscriber," kataku lagi sambil memberikan harapan kepada mereka.

Sejujurnya aku sendiri pun tak yakin bisa mengumpulkan subscriber hingga 1000. Temanku di dunia maya tidaklah banyak. Aku sendiri orang yang kurang pergaulan. Duniaku sempit. Tapi kucoba tepis keraguanku dengan kembali ke kamarku. Maksud hati hendak meneruskan pekerjaan. Tapi konsentrasiku sudah buyar. Pikiranku dipaksa untuk selalu kembali pada persoalan tentang bagaimana caraku bisa mendapatkan 1000 subscriber. Aku coba bunuh rasa gundahku dengan hanya berdiam dan termenung di depan komputerku.

Tak terasa waktu menunjukkan hampir saatnya makan siang. Segera kumatikan komputerku dan aku beranjak hendak menuju ruang makan. Kulirik sebentar smartphone-ku, siapa tahu ada berita penting untukku. Benar saja, seorang Ibu yang selama ini kukenal memberi perhatian pada gereja, ia memberitahu bahwa subscriber Paroki Singkawang sudah mencapai 770. Seolah tak percaya, aku membaca sekali lagi pesan singkat darinya. Tertulis angka 770. Masih juga belum yakin, aku buka Youtube Paroki Singkawang. Di sana malah sudah kudapati angka 801. Itu berarti sudah tembus 800-an. Spontan aku meluapkan rasa syukurku kepada-Nya. Tuhan, Engkau memang sungguh baik!



"Romo, sebelum pukul 12.30 WIB, akun Youtube kita harus sudah capai 1000," tulisnya lagi dalam pesan singkat berikutnya. Aku bisa membayangkan bagaimana semangatnya ibu ini memberikan dukungan yang luar biasa untuk gereja. Aku kenal betul ibu ini punya banyak relasi dan karena beliau inilah, Paroki Singkawang mendapatkan banyak subscriber. Aku yakin dia menjadi salah satu alat Tuhan untuk menaburkan kebaikan-Nya bagi gereja.

"Luar biasa, Mo. Hampir tembus 1000!" kata kawanku, seolah tak percaya.

"Tuh kan apa kubilang. Pokoknya kita pasti bisa," jawabku sambil memberi acungan jempol kepadanya.

"Berarti malam ini kita pesta, Mo!
" katanya menggoda sambil tertawa lepas.

Aku hanya tersenyum. Ada nada haru dan syukur dalam kalbuku. Tuhan memang sungguh baik. Di tengah kebingunganku, Dia menyatakan kasih-Nya. Hanya dalam waktu kurang dari tiga jam, Paroki Singkawang sudah mendapatkan 800-an subscriber. Dengan cara-Nya sendiri Dia berkarya karena Dia ingin hadir di tengah umat-Nya yang sedang 'menderita'. Walau hanya lewat dunia maya, Dia ingin memberi daya. 

Tuhan, aku berterima kasih kepada-Mu atas segala karya-Mu yang sedemikian indah dan nyata dalam hidupku serta  berkat yang sudah Engkau berikan pada paroki kecilku ini, ucapku dalam hati. (Purtomo)


(Bersambung....)

24 Mar 2020

EKARISTI ONLINE BERSAMA DENGAN TETAP MENGINDAHKAN SERUAN SOCIAL DAN PHYSICAL DISTANCING

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, menyikapi suasana pandemi yang tengah melanda bumi ini, Gereja Katolik sedunia tidak lepas merasakan imbasnya. Tentunya hal ini tak lantas membuat kita hanya meratap, bersedih, berkeluh kesah tanpa berbuat apapun. Gereja Katolik kemudian mengambil langkah melaksanakan Ekaristi atau misa online yang menjembatani kedahagaan umat bertemu langsung menghadap Bapa melalui misa.

Adanya misa online bukan berarti kita yang di rumah tinggal menonton seenaknya dan sesuka hati kita. Ada cara-cara yang harus kita lakukan dan penuhi ketika ingin mengikuti misa secara online juga ya!

Yang pertama, yang harus kita lakukan tentu kita harus mempersiapkan kuota yang mencukupi agar ketika misa sudah berlangsung tidak ada istilah eh kehabisan kuota atau lain hal. Kemudian akan lebih baik jika kita juga mempersiapkan perlengkapan misa seperti salib dengan lilin di sampingnya untuk membantu kita semakin menghayati Ekaristi walaupun secara online.

Yang kedua, seperti biasa kita mulai mempersiapkan hati dan pikiran kita agar tetap fokus kepada misa, karena kita mau menghayati Allah yang hadir saat perayaan Ekaristi walaupun kita di rumah, percayalah, sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20)

Yang terakhir, ketika kita hendak misa secara online, kita tidak seharusnya mengajak orang-orang yang ada di luar untuk mengikuti atau istilah lainnya (nobar: nonton bareng). Menapa? Karena sama saja ketika kitsa mengajak orang ramai-ramai untuk mengikuti misa kita sudah menyalahi aturan social distancing yang mengharuskan kita di rumah saja, kecuali jika dalam satu rumah kita memang satu keluarga dan ingin merayakan Ekaristi bersama dengan keluarga yang ada di rumah. Hal itu diperbolehkan tetapi ingat kita juga harus saling menjarak sejauh lebih kurang satu meter.

Ada hal yang terasa sumbang ketika kita mendengar komentar miring, ibadah kok online, misa kok online! Tenang, jangan langsung berkecil hati. Misa online adalah sarana bukan tujuan utama yang lantas bisa disimpangkan menjadi alasan untuk kita bermalas-malasan memilih untuk tidak beribadah atau malah bertindak ekstrim mengecam para gembala gereja yang telah berupaya mencari jalan tengah penyelesaian permasalahan peribadahan. Dan sebenarnya misa online bukan hanya baru terjadi saat pandemi menguasai atmosfer bumi ini, namun pada situasi krisis tertentu pun Ekaristi online seringkali dijalankan dan diperbolehkan. 

Jadi ingat ya, misa online bukan berarti kita mengajak orang untuk nonton bareng. Cukup di rumah saja kita mengikuti misa dengan khusyuk dan menghayati pesan-pesan yang disampaikan romo ketika misa berlangsung. Satu hal yang perlu kita ingat, Gereja Katolik tetap menjadi salah satu garda depan penyeru instruksi pemerintah yang telah berupaya sekuat tenaga melindungi rakyatnya dengan berbagai upaya.

Yuk kita misa dan berdoa, demi kebaikan dan kesembuhan bumi kita agar segera terhindar dari Virus Corona, dan kita semua dilindungi oleh segala marabahaya yang dapat menimpa kita.

Amin..  Tuhan memberkati kita semua!

KATEKESE MISA ONLINE




26 Agu 2019

PANITIA BKSN 2019 GEREJA KATOLIK PAROKI SINGKAWANG GELAR SEMILOKA LINGKUNGAN HIDUP

PANITIA BKSN 2019 GEREJA KATOLIK PAROKI SINGKAWANG GELAR SEMILOKA LINGKUNGAN HIDUP


Mengagas warna baru yang menyesuaikan dengan tema BKSN 2019, Mewartakan Kabar Sukacita di Tengah Krisis Lingkungan Hidup, panitia BKSN 2019 Paroki St Fransiskus Assisi Singkawang menggelar semiloka. Giat yang digelar pada Sabtu, 24 Agustus 2019 ini dipercayakan diisi oleh Br Yohanes Babtista, MTB., yang mengangkat tema khusus semiloka, 'Singkawang TERTIMBUN Sampah'.

Bertempat di Aula TK Epiphania, acara yang dimulai tepat pukul 15.00 WIB ini diikuti sekitar 100 peserta yang berasal dari berbagai kring, biarawan biarawati, sekolah, dan umum. 

Bruder Babtis begitu terampil dan mampu memikat perhatian peserta semi loka. Hal ini tampak dari begitu seriusnya peserta mengikuti acara sejak awal hingga akhir. Berbagai hal berkaitan dengan cara mendaur ulang barang-barang bekas namun masih layak pakai hingga memeroleh energi yang dibarukan dari berbagai sumber yang dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lingkungan tempat tinggal.

Acara yang berakhir pukul 18.00 WIB ini mengundang antusiasme para peserta yang menginginkan hal serupa lebih sering digelar di lingkup gereja guna memupuk rasa cinta pada bumi minimal kesadaran yang timbul dapat dimulai dari diri sendiri. 

Semoga kegiatan yang sangat positif ini memberikan dampak yang luar biasa dan berkesinambungan dalam penerapan dan pelaksanaannya minimal dalam kehidupan warga gereja yang telah mengikutinya. (Hes)










9 Jul 2019

PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DAN PELANTIKAN PENGURUS DPP ST FRANSISKUS ASSISI SINGKAWANG 2019-2022 OLEH USKUP AGUNG KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK




Singkawang, Minggu, 7 Juli 2019. Sebanyak 181 orang boleh merasa sangat berbahagia karena baru saja menerima tanda penguatan berupa Sakramen Krisma dari Uskup Agung Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Para penerima Sakramen Krisma kali ini cukup istimewa karena dari para penerima Sakramen Penguatan tersebut terdiri dari berbagai kalangan usia. Jika biasanya Sakramen Krisma ini didominasi oleh usia remaja, namun kali ini hampir 1/3 penerima Sakramen ini adalah kalangan yang sudah berusia lanjut. Dalam khotbahnya, Uskup Agung mengungkap dengan diterimakannya Sakramen Krisma ini, kita disadarkan bahwasanya kita itu lemah. Bertindak sebagai konselebran misa pada kesempatan kali ini adalah Pastor Paroki Singkawang, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. 

Tak berhenti pada penerimaan Sakramen Krisma, di kesempatan yang sama juga digelar pelantikan pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) masa bakti 2019 – 2022 berdasarkan surat keputusan Uskup Agung Pontianak No 181.SK/SKR.KAP/VI/2019 yang bersumber dari Kitab Hukum Kanonik 1983, Kanon 536 tentang pembentukan Dewan Pastoral Paroki  dan partisipasi umat beriman Kristiani pelaksana reksa pastoral paroki. Adapun tugas-tugas pengurus DPP adalah segala hal yang berkaitan dengan liturgia, keryma, diakonia, koinonia, martyria serta mewartakan Injil sebagai inti pewartaan gereja. 

Berikut ini adalah susunan nama para pengurus DPP Santo Fransiskus Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak, masa bakti 2019 – 2022:

I. PENGURUS HARIAN
1. Ketua Umum : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. (Pastor Kepala Paroki Singkawang)
2. Sekretaris : Ns. Ignatius Nandang, S. Kep
Wakil Sekretaris : Drs. Titus Pramana, M.Pd.
3. Bendahara : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap.
Wakil Bendahara : Elisabet Buntoro

II. KETUA-KETUA BIDANG
1. KETUA BIDANG PERSEKUTUAN (KOINONIA)
Ketua :  Aben, S.Ag.
Seksi Kepemudaan : Trifonia Afridiana, A.Md, Kep.
Seksi Kerasulan Keluarga: Helaria Helena, A.Ma.
Sekami : Febronia Fatwati
Sekolah Minggu : Elisabeth Suharijani, A.Ma.

2. KETUA BIDANG KATEKESE (KERYGMA)
Ketua : Sumarni, S.Ag.
Seksi Pendidikan : R. Sitinjak, S.Ag.
Seksi Komunikasi Sosial : Natalia Hesty T.H., M.Pd.
Seksi Kerasulan Kitab Suci : Kristiani Murty, S.Ag.
Seksi Katekese : Adiran, S. Ag.

3. KETUA BIDANG PELAYANAN SOSIAL (DIAKONIA)
Ketua : dr. Liem Fong Chung
Seksi Kesehatan : dr. Tatang Supriana
Seksi Pengembangan Ekonomi : Hermanto Halim, S.E.
Seksi Perbendaharaan/aset : Robertus Adun

4. KETUA BIDANG PERIBADATAN (LITURGI)
Ketua : Stefanus Cahyadi, S.Ag.
Seksi Paduan Suara : Dra. Lucia Sutiono, M.M.
Seksi Pemazmur : Yuvita
Seksi Lektor : Dra. Lusiana Lidwina, M.M.

5. KETUA BIDANG MARTIRYA
Ketua : Drs. Benedictus Saidin
Seksi Panggilan : Br. Baptista, MTB
Seksi Hub AntarAgama : Aloysius Kilim, S.Ag.
Seksi Humas : Christian Valentino, S.H.
Seksi Keamanan : Gregorio Bambang

III. KETUA LINGKUNGAN
1. Ketua Lingkungan Santa Maria : Ridwan
2. Ketua Lingkungan Santa Theresia : Albertus
3. Ketua Lingkungan Santa Anna : Welly
4. Ketua Lingkungan Santa Caeilia : Asun AR
5. Ketua Lingkungan Santa Elisabeth : V. Marsiana
6. Ketua Lingkungan Santa Clara : Herkulanus, S.Ag.
7. Ketua Lingkungan Santo Yohanes : Aloysius Wahyu Tri Broto
8. Ketua Lingkungan Santo Paulus : Arry Hariadi, Apt
9. Ketua Lingkungan Santo Thomas : Suhartanto
10. Ketua Lingkungan Santo Clement : Idman
11. Ketua Lingkungan Santo Yoseph : Elisabeth Chen
12. Ketua Lingkungan Santo Fransiskus Assisi : Emilius Hardiyanta
13. Ketua Lingkungan Santo Leo Agung : Tobias, S.Sos.
14. Ketua Lingkungan Putra Daud : Fidelia Ngunadi

IV. KETUA STASI
1. Stasi Roban : Stephanus Aldriatno
2. Stasi St Paulus Sijangkung : Romanus, S.H.
3. Stasi St Michael Pangmilang : Vincentius Aplus
4. Stasi St Kristoporus Sagatani : Bartolomeus Solomon
5. Stasi St Clara Mayanus : Hendrikus Sinsoi Aman
6. Stasi St Maria Bunda Yesus : Rafael R.
7. Stasi St Dionisius Mandor : F. Sius
8. Stasi St Thomas Sebandut : Aphin
9. Stasi Cahaya Kristus Sarangan : Albertus Apuan
10. Stasi St Caecilia Medang : Epiphania Nuniani
Anggota : Lidia
11. Stasi St Gregorius Agung Capkala : Fransiskus
Anggota : Adrianus, Sebastianus
12. Stasi St Pio Parit Baru : Barnabas Salimin
13. Stasi Hati Kudus Yesus Setanduk : Samara
14. Stasi St Yoseph Aris : Apolonius Andus
Anggota : Antonius
15. Stasi Trans SP 1 : Herlina Elisabeth
16. Stasi Trans SP 2 : Angselmus Adi

V. KELOMPOK RELIGIUS
1. Kongregasi Bruder MTB : Br. Baptisa, MTB
2. Kongregasi Suster SFIC : Sr. Ursula, SFIC
3. Ordo Fransiskan Sekuler OFS : Yohanes Kaswin

VI. KELOMPOK KATEGORIAL
1. Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) : Helaria Helena, A.Ma.
2. ISKA : Kuria Rosa Mustica
3. Legio Presidium Ratu Rosario Yang Amat Suci : Yohana Tina
4. Presidium Ratu Para Malaikat : Bibiana, A.Md, Kep
5. New Katekumen : Elisabeth Cen, Yohana Maria
6. Santa Monika : Emilia Karsiah
7. BPPKS : Frumentius, S.H.
8. Bapakat : Arianto Ari
9. Sekami : Gregoria Laura Wivanda
10. Pemuda Katolik : Marsianus Dismas
11. OMK : Sinta

Usai misa perayaan Ekaristi istimewa berisikan penerimaan Sakramen Krisma dan Pelantikan DPP, digelar ramah tamah di halaman Gereja Katolik Paroki Singkawang yang diikuti oleh seluruh umat yang hadir pada misa kedua. 

Selamat bagi para penerima Sakramen Krisma, semakin dikuatkan dalam iman dan keyakinan, dan selamat berkarya bagi para pengurus DPP masa bakti 2019 – 2022. Tuhan beserta kita! (Hes)     



21 Apr 2019

Panitia Seksi Sosial Paskah Gelar Aksi Donor Darah

Singkawang, Minggu, 21 April 2019. Memeriahkan Paskah, panitia Paskah seksi sosial gelar aksi donor darah ke XI. Kegiatan yang memang rutin digelar minimal dua kali dalam setahun ini (pada Perayaan Paskah dan Natal) lumayan menyedot perhatian umat. 

Tercatat 43 orang mendaftarkan diri dalam aksi yang dimotori oleh Saudari Trifonia ini, namun hanya 30 yang berhasil lolos mendermakan sebagian yang menjadi miliknya bagi sesama hingga total jumlah kantong darah yang berhasil dikumpulkan pada kesempatan ini sebanyak 30 kantong. Berbagai faktor yang membuat tidak semua dari total keseluruhan 43 orang berkesempatan mendonorkan darahnya. Salah satu faktor penyebab di antaranya karena kondisi tubuh yang memang kurang memungkinkan. 

Tampak wajah-wajah baru pendonor pada kesempatan ini, salah satunya adalah Tia Monika. Dara cantik berkulit putih yang juga merupakan mahasiswi jurusan Akuntansi di STIE Mulia Singkawang ini perdana dalam mendonorkan darahnya. Ia terpanggil dalam aksi sosial ini karena penghayatan terhadap kisah sengsara Tuhan Yesus Kristus yang rela mengorbankan diri di kayu salib menebus manusia dengan darah-Nya. 

"Jujur saya sudah lama ingin donor darah tapi takut saat lihat darah dalam jumlah banyak. Tapi sudah lama ingin sekali donor darah, jadi memberanikan diri saja. Untung ibu-ibu dari PMI memberikan jawaban yang memuaskan pada setiap pertanyaan, dan pada saat donor saya diajak ngobrol, jadi malah tidak terasa pada saat darahnya diambil," ujarnya saat ditemui usai mendonorkan darah. 

Lebih jauh sebenarnya aksi yang memang menjadi agenda rutin Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang ini merupakan tindakan nyata bukti cinta dan pengorbanan bagi sesama seturut teladan Yesus Kristus. 

Akhirnya, selamat merayakan Paskah, Kristus bangkit, Kristus jaya. Alleluya, Alleluya, Alleluya! (Hes)

24 Sep 2018

LOMBA LEKTOR DAN LEKTRIS BKSN 2018 PAROKI ST FRANSISKUS ASSISI SINGKAWANG

LOMBA LEKTOR DAN LEKTRIS BKSN 2018 PAROKI ST FRANSISKUS ASSISI SINGKAWANG


Minggu, 23 September 2018. Bertempat di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang, lomba lektor dan lektris dalam rangka BKSN 2018 digelar. Lomba lektor dan lektris yang dikoordinatori oleh Saudari Marina Yuli ini dilaksanakan pada pukul 14.00 WIB dan berakhir pada pukul 16.50 WIB namun belum seluruh peserta dapat unjuk kebolehannya di hadapan juri disebabkan peserta lomba membaca firman Tuhan ini membludak. 

Untuk tingkat dewasa yang diikuti oleh 18 peserta telah berhasil menuai bibit-bibit baru yang sangat berpotensi. Juara I diraih oleh Saudari Ruth Dwi M, perwakilan dari TK Budi Luhur, juara II diraih oleh Saudari Ani dari Stasi Sijangkung, juara III Saudara Tukimin dari Kring St Elisabeth, juara harapan I Saudari Alsetriana dari Kring St Klara, dan juara harapan II Saudari Hilda dari Kring St Leo Agung.

Adapun untuk lomba kategori remaja I peserta yang terdaftar sebanyak 60 orang dan lomba baru berjalan setengah dari keseluruhan peserta. Lantas kategori remaja II hingga saat ini telah terdaftar peserta sebanyak 33 orang. Dijadwalkan lomba untuk kategori remaja I dan II akan dilaksanakan pada Sabtu, 29 September 2018 pukul 14.00 WIB. (Nat)





17 Sep 2018

PENGGALIAN BAKAT PEMAZMUR PAROKI SINGKAWANG

PENGGALIAN BAKAT PEMAZMUR PAROKI SINGKAWANG

Minggu, 16 September 2018. Masih dalam rangka perayaan Bulan Kitab Suci Nasional 2018, panitia BKSN 2018 menggelar lomba pemazmur yang dibagi menjadi tingkat remaja dan tingkat dewasa. Sebanyak 34 peserta mengikuti lomba yang sekaligus mencari bibit baru pelantun mazmur di Gereja St Fransiskus Assisi. 

Seluruh peserta yang terdiri dari 34 orang tersebut masing-masing dengan pembagian 18 peserta dari usia remaja dan 16 peserta dari kalangan dewasa. Lomba yang digelar di dalam gereja ini dilaksanakan usai perayaan misa kedua berbarengan dengan LCT dan berakhir lebih kurang pukul 15.30 WIB. (Nath)














Photo by Paulina Puspitasari

3 Sep 2018

SEMINAR KITAB SUCI OLEH DOKTOR PAULUS TONI DI FRANSISKUS ASSISI

SEMINAR KITAB SUCI OLEH DOKTOR PAULUS TONI DI FRANSISKUS ASSISI




Senin, 3 September 2018 pukul 18.00 WIB, bertempat di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang digelar seminar kitab suci. Kegiatan yang mendatangkan narasumber ahli kitab suci, Pastor Dr. Paulus Toni Tantiono, OFM.Cap ini digelar masih dalam rangkaian acara Bulan Kitab Suci Nasional 2018.

Seminar yang mendapuk doktor lulusan Universitas Gregoriana Roma ini digelar di dalam gereja dan mendapat perhatian cukup antusias dari umat Paroki Singkawang. Hal ini dibuktikan dengan terisinya bangku-bangku hingga sepertiga kapasitas tampung gereja yang berada di jalur utama Kota Singkawang.

Dalam seminarnya kali ini Pastor Toni menjabarkan dengan gamblang berbagai hal yang berkaitan dengan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2018
yang merupakan kelanjutan dari rangkaian tema besar tentang Mewartakan Kabar Gembira. "Berbagai tema besar ini dimulai sejak tahun 2017, dengan tema: Mewartakan Kabar Gembira (MKG) dalam Arus Zaman Masa Kini, dilanjutkan tahun 2018 dengan tema: MKG dalam Kemajemukan, disambung tahun 2019 dengan tema MKG dalam Krisis Lingkungan Hidup dan ditutup tahun 2020 dengan MKG di tengah Krisis Iman dan Identitas Diri.

"Tema 'MKG dalam Kemajemukan' tahun ini mengangkat bagaimana tugas mewartakan Injil yang diberikan Yesus kepada para rasul ke seluruh dunia berhadapan dengan aneka kekayaan dan keunikan budaya non-Yahudi. Karena itu sejak dari awal para rasul harus aktif ke luar dari daerah Israel/Palestina sambil mencari metode-metode baru berhadapan dengan situasi tempat dan budaya-religiositas baru di tempat-tempat baru. Rasul Paulus bersama para rasul gereja perdana berjuang membumikan dan mengejawantahkan nilai dan pesan Injil Yesus secara konkret dan bermakna di bawah bimbingan Roh Kudus," paparnya.

Di samping itu, gembala yang juga bagian dari persaudaraan dina Kapusin ini juga menitikberatkan seminarnya pada poin-poin tugas mewartakan Kabar Gembira gereja Katolik dewasa ini di Indonesia yang menggarisbawahi empat tema/situasi yg dapat dibahas, yaitu; 1) Dialog dengan Kaum Miskin 2) Dialog dengan Budaya 3) Dialog dengan Agama lain 4) Dialog dengan Gereja-gereja Protestan. Keempat tema ini dibahas satu persatu dalam tiap minggu selama empat minggu pertemuan, dengan contoh perikop Kitab Sucinya masing-masing.

Di akhir seminar, beliau memberikan simpulan bawasanya gereja Katolik Indonesia mempunyai kesempatan sekaligus tugas mewartakan Kabar Gembira dalam aneka kemajemukan, ber-Bhinneka Tunggal Ika. Ada banyak peluang, sekaligus tantangan bagaimana menyapa masyarakat Indonesia yang sangat pluralistis (majemuk) dengan agama, budaya, adat-kebiasaan masing-masing. Diperlukan usaha keras untuk ke luar dari dinding gereja dan keberanian untuk menyapa dan berkontak dengan semua orang yang memerlukan sapaan Kabar Gembira. Selain itu, kerendahan hati dan kreativitas yang tinggi juga diperlukan supaya pesan Injil dapat masuk dan diterima orang-orang dalam budayanya masing-masing," ungkapnya.

Masih di kesempatan yang sama dan tidak kalah menarik, beliau juga menekankan bahwasanya gereja Katolik Indonesia sudah ditebus oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu dan sekarang meneruskan karya penyelamatan, dan penebusan tersebut kepada semua orang yang dijumpai. Tugas yang tidak mudah, namun indah dan luhur sesuai dengan amanat agung Tuhan Yesus di bawah bimbingan Roh Kudus dalam perlindungan dari Allah Bapa. (Nat)



29 Agu 2018

MISA KETIGA BAGI LEGIO MARIA

MISA KETIGA BAGI LEGIO MARIA



Minggu, 26 Agustus 2018 merupakan hari yang istimewa bagi kelompok pelayanan doa Legio Maria Singkawang. Usai misa kedua digelar di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang, para anggota yang terdiri dari Bapak, Ibu, dan Saudara Saudari dari berbagai kalangan usia segera merapatkan diri ke Pastoran yang tepat berada di samping gereja. Bertempat di Kapel Pastoran Singkawang, misa ketiga digelar khusus bagi anggota kelompok doa Legio Maria yang baru saja mengalami pemekaran pada 21 Juli 2018 yang lalu, sekaligus kelompok doa ini juga akan menggelar pemilihan pengurus Dewan Kuria dan Dewan Presidium.

Sesuai dengan tujuan awal digelarnya acara ini, usai menggelar misa yang mendapuk Romo Astono Aji, OFM, Cap., sebagai selebran utama, kelompok pelayanan doa ini juga melaksanakan pembentukan Dewan Kuria yang akan meliputi Legio Maria Singkawang, Sambas, Standuk, Medang, dan Capkala, dan juga pemilihan Presidium Singkawang.

Dijumpai sebelum misa ketiga digelar, David Tjajadi selaku Asisten Pemimpin Rohani (APR) Komisium Pontianak mengungkap, "Kita harapkan dengan pembentukan Dewan Kuria yang dipusatkan di Singkawang pelayanan Legio Maria sebagai kelompok doa semakin optimal dan para perwira kuria di Singkawang lebih meningkatakn pelayanan Legio Maria di Sambas, Standuk,  Medang, dan lainnya yang berada di wilayah Kuria ini," ungkap pria yang mulai menjabat sebagai APR Komisium Pontianak sejak Januari 2018 itu secara gamblang.

Berikut ini dicantumkan nama-nama pengurus harian kelompok doa Legio Maria untuk Dewan Kuria Rosa Mistica, Dewan Presidium Ratu Rosario yang Amat Suci dan Dewan Presidium Ratu Para Malaikat;

Dewan Kuria Rosa Mistica
Ketua : Anselma (Singkawang)
Wakil : Ephifania (Medang)
Sekretaris I : Sophia (Sambas)
Sekretaris II : Yohana Maria (Singkawang) 
Bendahara I : Veronika Fong (Singkawang)
Bendahara II : Imelda (Sambas) 


Dewan Presidium Ratu Rosari yang Amat Suci:
Ketua : Yohana Tina
Wakil : Veronika Agustina
Sekretaris : Anselma
Bendahara : Elisabeth

Dewan Presidium Ratu Para Malaikat:
Ketua : Bibina
Wakil : Yohana Maria
Sekretaris : Sesilia Hernadia
Bendahara : Lucia

Profisiat untuk para pengurus Dewan Kuria dan Dewan Presidium terpilih semoga semakin berkobar semangat pelayanan doa bagi sesama dan gereja. (Nat)

19 Agu 2018

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA





Pernikahan Katolik, monogami dan tak terceraikan. Berlatar belakang itulah Kursus Persiapan Pernikahan (KPP) yang kini berubah nama menjadi Kursus Membangun Rumah Tangga (MRT) digelar oleh gereja Katolik, tidak terkecuali Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang.

Bertempat di Gedung Dewan Pastoral Paroki, kegiatan yang sudah memasuki angkatan ke XIII ini digelar pada Sabtu-Minggu, 18-19 Agustus 2018, dan kali ini diikuti oleh 9 pasang calon mempelai yang hendak membangun bahtera rumah tangga.

Dijumpai di kesempatan yang sama pada saat kegiatan berlangsung, Helaria Helena, A.Ma., selaku koordinator menyampaikan bahwasanya aktivitas yang kini rutin digelar beberapa kali dalam setahun ini merupakan salah satu program gereja di seluruh Indonesia. "Kegiatan ini berisi berbagai hal, yang pertama membahas tentang hukum kanonik, pernikahan dalam Katolik, ekonomi keluarga, kesehatan alat reproduksi, dan psikologi keluarga yang dalam hal ini membahas keseluruhan rangkuman dan diasuh oleh saya sendiri. Seluruh hal yang tim kami sampaikan bersumber dari buku Amoris Laetitia. Kegiatan ini juga dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dalam setiap pertemuan dan kita mengambil kebijakan menggelar kegiatan setiap Sabtu dan Minggu. Hal ini mengingat hari lain adalah hari kerja, " ujar wanita cantik yang juga merupakan pegawai Departemen Agama.

Di samping itu beliau juga menegaskan bahwa kursus MRT ini tidak hanya melingkupi pasangan yang akan segera melaksanakan pernikahan, namun boleh juga diikuti oleh pasangan dewasa yang berada dalam taraf penjajakan. "Jika sudah mengikuti kursus ini akan mendapat sertifikat, karena tanpa sertifikat maka tidak akan bisa mendaftar pernikahan kanoniknya nanti," lanjut wanita yang juga aktif dalam wadah WKRI cabang Singkawang ini.


Dicecar mengenai harapan digelarnya kegiatan bimbingan ini beliau mengungkap, "Kita mengadakan bimbingan ini untuk memperkecil kemungkinan perceraian antarpasangan dalam keluarga dan tentunya memberikan berbagai arahan bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, karena belakangan ini banyak pasangan muda yang baru menikah sudah bercerai, jadi kita berusaha untuk bisa mengatasi dan menghindari hal-hal semacam itu," pungkasnya. (Hes)



17 Agu 2018

100% KATOLIK 100% INDONESIA ALA GEREJA ST FRANSISKUS ASSISI DI 73 TAHUN HUT RI

100% KATOLIK 100% INDONESIA ALA GEREJA ST FRANSISKUS ASSISI DI 73 TAHUN HUT RI




Suasana hening dan khidmat terasa jelas di halaman Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang pada rambang petang 17 Agustus 2018. Pukul 17.10 WIB, gereja yang berada di jalur protokol Singkawang ini menggelar upacara penurunan bendera dan dilanjutkan misa syukur atas 73 tahun kemerdekaan RI.

Bertindak selaku inspektur upacara adalah pastor paroki, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap, sedangkan komandan upacara adalah Serma Matius dari RINDAM XII/TPR. Untuk personil TNI sendiri diturunkan 8 orang dari RINDAM dan 2 orang dari KODIM 1202 Singkawang. Sementara petugas penurun bendera, paduan suara serta petugas liturgi lain dipercayakan pada Sekolah Menengah Atas St Ignatius Singkawang.

Usai upacara penurunan bendera digelar, prosesi berikutnya dilanjutkan dengan misa syukur. Bertindak sebagai selebran utama adalah Pastor Gathot dan konselebran, Pastor Fidelis, OFM.Cap. Dalam misa yang berdurasi 1,5 jam ini tak putus lagu pujian maupun lagu wajib nasional dikumandangkan. Pada homili singkatnya, Pastor Gathot menitikberatkan tema HUT RI ke-73 dengan menyampaikan kepada umat, "Kerja KitaAdalah Prestasi Bangsa" dan tidak lupa mengajak umat untuk selalu mensyukuri berkat merdeka yang telah diperjuangkan dan diraih oleh para pejuang serta tak putus mengisinya dengan karya yang mampu mengangkat harkat derajat bangsa. 

Bahwasanya bukan hal baru gereja Katolik Paroki Singkawang menggelar misa perayaan syukur Hari Kemerdekaan RI, namun penambahan upacara penurunan bendera kiranya baru dilaksanakan dua tahun terakhir. "Besar harapan gereja dengan penambahan upacara penurunan bendera  umat akan meresapi semangat nasionalis dan patriotisme dalam kehidupan imannya, 100% Katolik, 100% Indonesia!" ungkap pastor paroki ketika ditemui usai memimpin misa.

Tidak berhenti sampai di situ, usai misa syukur digelar, umat yang hadir juga diajak untuk menikmati hidangan ala kadarnya yang telah dipersiapkan oleh pihak gereja. Hal ini juga merupakan salah satu bentuk rasa syukur gereja dalam rupa berkat yang bisa dinikmati oleh seluruh umat di hari merdeka. (Hes)



Terkirim dari tablet Samsung.