Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan

29 Mei 2016

Misa Perdana Empat Imam Baru Kapusin di Gereja St Fransiskus Assisi

Misa Perdana Empat Imam Baru Kapusin di Gereja St Fransiskus Assisi

 

 

Hari Minggu tepatnya tanggal 24 April 2016, halaman depan Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang dipenuhi dengan tenda-tenda bazar. Pemandangan seperti ini menandakan ada sesuatu yang special pada hari tersebut. Ya! Benar saja, hari itu, keempat imam Kapusin muda akan menyelenggarakan misa perdananya di Singkawang. Keempat imam tersebut adalah  Pastor Lorenzo Helli, OFMCap, Pastor Kristian Mariadi, OFMCap, Pastor Dominikus Dedy Sabemayono, OFMCap, dan Pastor Alfonsus Hengky Musa, OFM Cap.

Tak kenal maka tak sayang. Begitulah pepatah mengatakan bahwa untuk mengasihi dan menyayangi seseorang kita harus mengenalnya terlebih dahulu. Oleh karena itu, Bulletin Likes akan menyajikan profil dari keempat pastor muda yang ditahbiskan di Paroki Balai Sebut beberapa waktu yang lalu.
Sosok: Empat Imam Kapusin

Pastor Lorenzo Helli, OFM Cap 

Anak pertama dari empat bersaudara. Pastor yang baru saja berumur 31 tahun pada tanggal 18 April lalu ini memang sejak kecil ingin sekali menjadi pastor. Beliau sangat terpesona ketika melihat jubah imam-imam Kapusin ketika aktif di gereja sebagai anggota SEKAMI. Itulah yang melahirkan sebuah tekad yang kuat dalam diri Pastor Lorenzo untuk menjadi seorang pastor Kapusin.
Beliau memiliki moto “Jangan takut, mulai dari sekarang engkau akan menjadi penjala manusia.” Moto tersebut diambil dari perkataan Yesus kepada Petrus ketika Ia menunjuknya sebagai salah satu rasul-Nya setelah membuat mukjizat di danau Genesaret yang sedang mengalami kelangkaan ikan. Pastor Lorenzo berpesan kepada kita semua bahwa semua orang itu dipanggil untuk melayani sesame sesuai dengan bidangnya masing-masing dalam semangat persaudaraan. Ia juga berpesan bagi orang-orang muda yang memiliki panggilan untuk hidup membiara agar jangan takut terhadap panggilan tersebut. Coba saja.
 
Pastor Kristian Mariadi, OFM Cap

Pria kelahiran 19 Maret 1987 ini sejak kecil tidak pernah terlintas di pikirannya untuk menjadi seorang imam. Ia mulai menyadari panggilannya ketika memperhatikan keadaan gereja di sekitarnya di mana imam yang melayani sangat sedikit sedangkan umat sangat banyak. “Dulu itu hanya ada dua pastor yang melayani di banyak stasi, itulah mengapa saya ingin membantu mereka dengan menjadi pastor.” Itulah yang dikatakan pastor yang merupakan anak kelima dari enam bersaudara saat diwawancarai oleh Bulletin Likes. Ketika masih menjadi Frater, Pastor Kris memiliki beberapa pengalaman lucu dan seru seperti tidak mendapatkan konsumsi ketika melaksanakan turney ke sebuah stasi pada hal sudah malam, harus meninggalkan motor di tengah hutan dan berjalan kaki ke sebuah stasi karena jalan yang ditempuh dilanda banjir. Tapi semua itu tidak menyurutkan semangat dan tekadnya untuk menjadi seorang imam.

Beliau memiliki moto “Sesungguhnya aku adalah hamba Tuhan. Jadilah padaku menurut perkataan-Mu itu.” Moto tersebut diambil dari perkataan Bunda Maria saat dikunjungi oleh Malaikat Gabriel dan diberi kabar bahwa Ia akan mengandung. Kata-kata tersebut merupakan penyerahan diris ecara total kepadaTuhan. Menjadi seorang imam pun merupakan bentuk penyerahan diri yang total dan radikal demi kemuliaan Tuhan. Beliau berpesan kepada kaum muda agar maju saja bila memiliki keingian untuk hidup membiara. Dan untuk para orang tuas upaya jangan menghalangi keinginan tersebut, karena akan menyusahkan anak itu sendiri. “Kalau mau hidup membiara itu kalau nggak dicoba ga bakal jadi,” tegasnya.

Pastor Dominikus Dedy Sabemayono, OFMCap

Ahe gek kao kasihka’ Aku? Begitulah moto panggilan Pastor Dedi. Moto tersebut kemudian dijawabnya dengan kalimat “Ya! Saya mengasihi Engkau!” Anak ketujuh dari delapan bersaudara ini merupakan pastor termuda dari keempat pastor Kapusin yang baru saja ditahbiskan di Paroki Balai tersebut beberapa waktu yang lalu. Kemampuanya dalam memainkan berbagai macam alat musik seperti gitar, biola dan piano memberikan warna tersendiri bagi sosok berjanggut tersebut.

Masa-masanya ketika menjadi frater dihiasi berbagai macam pengalaman yang seru seperti jatuh bangun di jalan berlumpur ketika turney ke pedalaman saat musim hujan. Salah satu pengalaman jatuh Pastor Dedi yang menarik adalah ketika ia terjatuh dalam perjalanan pulang dari Aris. Saat terjatuh, ia melihat sebuah bunga berbentuk hati yang memiliki corak seperti salib Tao di tengahnya. Bunga tersebut juga memiliki garis-garis yang bersusun-susun ke kiri dan ke kanan. Seketika itu juga, pastor berjanggut ini jatuh hati terhadap bunga tersebut karena ia menganggap bunga tersebut menggambarkan perjalanan hidupnya. Pastor Dedhy berpesan kepada kaum muda untuk aktif mengikuti berbagai macam kegiatan OMK. Masa depan kaum muda masih panjang. Kegiatan-kegiatan OMK sangat penting untuk mempersiapkan kaum muda Katolik supaya dapat menjadi penerus gereja.

Pastor Alfonsus Hengky Musa, OFM Cap 

Pastor yang dulu sempat bertugas sebagai frater di paroki Singkawang selama satu tahun ini juga sejak kecil tidak pernah terlintas di dalam benaknya untuk menjadi seorang pastor. Barulah saat beliau duduk di bangku SMA di Nyarumkop niat tersebut muncul. Pada saat itu beliau merasa haus dan berniat memetik buah kelapa. Saat berada di atas pohon kelapa, pelepah yang dipegangnya terlepas dan ia pun terjatuh dari pohon tersebut. Sesaat sebelum menyentuh tanah, ia bernazar apabila ia selamat dari peristiwa ini, ia akan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Dampak yang diterima anak bungsu dari empat bersaudara ini cukup fatal. Ia susah sekali berjalan dan bangun dari tempat tidur selama tiga bulan. Menya dari bahwa hidupnya terselamatkan dari ambang kematian, ia pun memutuskan untuk menjadi seorang imam.

Beliau memilki moto “Baiklah aku pergi ke sana untuk melihat penglihatan yang hebat itu.” Moto tersebut diambil dari kitab Keluaran 3:3 yang merupakan perkataan Nabi Musa ketika melihat nyala api pada semak-semak namun tidak membakarnya. Moto itulah yang membulatkan tekadnya untuk menjadi Imam Kapusin. Pastor kelahiran 10 Agustus 1986 ini menggemari sebuah lagu Once yang berjudul Aku Cinta Kau Apa Adanya. Menurutnya, lagu tersebut sangat menggambarkan Yesus yang mencintai tanpa syarat dan mau mendampingi siapa saja tanpa pandang bulu. Beliau menyarankan supaya kaum muda sering bergaul dan berkumpul di dalam kegiatan OMK. “Kalau kumpul ramai-ramai dengan OMK, kecenderungan untuk berbuat jahat dan negative akan berkurang,” tegasnya.
(Gebot)

EKM Capkala Bertabur Pesona Imam Baru Kapusin

EKM Capkala Bertabur Pesona Imam Baru Kapusin

Sore itu pelataran Gereja Santo Gregorius Agung Capkala dipenuhi oleh orang muda Katolik. Mereka datang dari berbagai macam stasi baik yang dekat maupun jauh untuk mengikuti Ekaristi Kaum Muda yang dirayakan setiap dua tahun sekali. Antusias orang muda Katolik untuk mengkuti acara ini sangat besar mengingat EKM kali ini sedikit berbeda dengan yang pernah diadakan sebelumnya. EKM yang dilaksanakan pada tanggal 23 April 2016 tersebut dihadiri dan dipimpin oleh empat imam muda yang baru saja ditahbiskan bersamaan dengan Pastor Paroki Singkawang. Ini merupakan EKM pertama yang dihadiri dan dipimpin oleh lima imam.

Acara pun di mulai pada pukul 18:30 dengan perarakan para imam yang diiringi oleh tarian Dayak. Pada pembukaan perayaan Ekaristi, Pastor Kristian Mariadi, OFMCap mengatakan bahwa orang muda Katolik harus menjadi insan yang bergembira dan penuh sukacita serta mau menghayati imannya. Tema EKM kali ini adalah “Aku datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.” Lima imam tersebut mencerminkan murid Yesus yang dipanggil untuk melayani. Orang muda Katolik pun diharapkan agar mau menjawab panggilannya masing-masing dan menghayatinya dengan cara yang berbeda-beda demi kemuliaan Tuhan. Perayaan ekaristi pun berjalan dengan hikmat dan diakhiri dengan sebuah lagu ciptaan keempat imam Kapusin yang baru ditahbiskan. Lagu tersebut berisikan moto-moto yang menjadi pegangan hidup serta tiang besi yang memperkuat panggilan mereka untuk menjadi imam.

Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan Pastor Paroki Singkawang, Gathot OFMCap. Di dalam sambutannya, Pastor Gatot mempromosikan sebuah acara besar untuk orang muda Katolik yaitu Singkawang Youth Day 2016. Acara yang akan diadakan pada tanggal 24 s/d 26 Juni 2016 tersebut merupakan puncak dari seluruh rangkaian EKM dan puncak kegiatan orang muda Katolik Singkawang. Setelah itu kegiatan dilanjutkan dengan acara berupa bincang-bincang bersama keempat imam muda Kapusin.

Di dalam bincang-bincang tersebut, para imam muda Kapusin menceritakan tentang pengalaman, pandangan hidup dan perjuangan mereka di dalam menempuh proses studi untuk menjadi pastor. Dimulai dari Pastor Lorenzo Helli, OFMCap yang mengatakan bahwa proses untuk menjadi seorang imam tidak dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Paling cepat membutuhkan waktu 10 tahun. Oleh karena itu, untuk menjadi imam diperlukan tekad yang kuat untuk benar-benar menghayati panggilan.

Bincang-bincang kemudian dilanjutkan oleh Pastor Alfonsus Hengky Musa, OFMCap yang menyanyikan sebuah lagu yang dipopulerkan oleh Once yang berjudul “Aku Cinta Kau Apa Adanya.” Lagu tersebut diiringi oleh petikan gitar Pastor Dominikus Dedy Sabemayono, OFMCap dan dinyanyikan bersama seluruh peserta EKM. Setelah bernyanyi, Pastor Alfon mengatakan bahwa ia sangat menyukai lagu tersebut. “Aku mencintaimu bukan karena kamu orang kaya dan malaupun kamu menyakiti aku. Aku ingin mendampingimu dan mencintaimu tanpa syarat.” Begitulah pesan yang disampaikan oleh Pastor Alfon terkait dengan lagu yang baru saja dinyanyikannya. “Lagu tersebut benar-benar menggambarkan Yesus yang mau mencintai tanpa syarat,” tegasnya.

Tak hanya Pastor Alfon yang unjuk kemampuan bernyanyi, Pastor Dedi pun menyanyikan sebuah lagu yang berjudul Bunga di Tepi Jalan. Lagu tersebut dinyanyikannya karena menggambarkan sebuah pengalaman yang menguatkan tekadnya untuk menjadi seorang imam kapusin. Kejadian tersebut bermula ketika ia sedang dalam perjalanan pulang dari Aris. Kala itu jalan yang ditempuh Pastor Dedi sangat licin dan berlumpur karena hujan yang cukup deras. Karena kehilangan keseimbangan, ia pun jatuh dari motor yang ditumpanginya. Saat itu ia melihat setangkai bunga di tepi jalan yang berbentuk hati yang memiliki corak seperti salib tao di tengahnya. “Seketika itu juga saya langsung jatuh hati dengan bunga tersebut. Di dalam bunga itu juga terdapat garis-garis yang menggambarkan perjalanan hidup saya dan semuanya ada di dalam bentuk hati,” ujar Pastor Dedi ketika menceritakan pengalamannya tersebut.

Bincang-bincang pun dilanjutkan dengan sebuah pantun dari Pastor Kris. “Paling enak rebung muda. Lebih enak telor asin. Kutantang kau kaum muda! Untuk jadi pastor Kapusin!" Beliau mengatakan bahwa dalam perjuangan menjadi pastor, kadang ada jatuh dan kadang ada semangatnya. Di dalam perjalanannya menjadi pastor, Pastor Kris mengakui bahwa panggilannya dikuatkan oleh doa dan sharing dengan saudara/i yang ditemuinya. Ia pun memohon doa kepada peserta EKM agar ia dan imam lainnya tetap setia menjadi imam kapusin sampai di peti mati. Rangkaian kegiatan EKM Capkala diakhiri dengan renungan yang diiringi alunan musik sape’ dan biola. Renungan tersebut berjalan dengan tenang dan hikmat. Tak sedikit orang muda Katolik yang meneteskan air mata ketika renungan yang disampaikan menyinggung tentang masalah dan kekecewaan manusia yang mau ditanggung oleh Yesus. (Gebot)


Dua Malaikat Penyambung Lidah Sang Ilahi

Dua Malaikat Penyambung Lidah Sang Ilahi


Teriknya mentari tak menggentarkan langkah kaki para narasumber dan peserta untuk menghadiri seminar Kerahiman Ilahi di Aula Hotel Sentosa Singkawang (17/04/2016). Seminar dimulai pada pukul 10.00 WIB dan dipandu oleh moderator Drs. Titus Pramana, M.Pd. Sesi pertama materi disampaikan oleh Pastor Mayong, OFMCap.  Sejarah, tujuan, dan esensi tahun kerahiman Ilahi dijabarkan dengan jelas oleh pastor. Senyum sapa mengayomi para peserta yang hening mendengarkan materi yang disampaikan, “Mari bersama kita pahami makna mengampuni kesalahan, bukan sekadar melupakan kesalahan namun juga belajar mengasihi, karena Allah sangat berbelas kasih kepada kita,” imbuhnya. Tidak terasa kurang lebih 60 menit bersama sesi yang dibawakan oleh Pastor Mayong, OFMCap selesai, tepuk tangan dan senyum peserta tak henti diberikan kepada pastor.

Setelah sesi pertama selesai, tiba saatnya moderator memperkenalkan dan memberi waktu kepada narasumber kedua untuk menyampaikan materi. Dengan antusias pula narasumber ke dua, Bapak Dr. Adrianus Asia Sidot, S.Sos., M.Si disambut meriah oleh para peserta. Perkenalan singkat menjadi motivasi bagi salah satu peserta  acara seminar siang itu, “Saya kagum dan termotivasi dengan sejarah singkat hidup Pak Adrianus, beliau merintis kariernya dari bawah,” kata seorang pendidik yang berasal dari SMP Pengabdi Singkawang yang tidak mau disebutkan namanya. Beliau membawakan seminar dengan Tema “Menghayati Kerahiman Ilahi di Tengah Masyarakat Kalimantan Barat,” mampu mengugah para peserta seminar untuk bersama-sama menguatkan mental dan harapan, “Kita harus siap mental, mari sama-sama kita memaknai kehadiran Kerahiman Sang Ilahi mulai dari keluarga kecil kita,” ujar Sidot yang juga menjabat sebagai Bupati Landak mengimbau para peserta seminar. 

Rekonsiliasi seluruh etnik dan agama di Kalimantan Barat ini menjadi salah satu topik yang dianggap penting oleh bapak Dr. Adrianus Asia Sidot, S.Sos., M.Si karena berkenaan dengan konflik pada tahun 1997 dan sebelumnya yang sangat berdampak pada kehidupan masyarakat saat ini. Beliau mengatakan dengan adanya rekonsiliasi akan menciptakan kehidupan yang harmonis dan penuh kedamaian dilandasi oleh Kasih Allah, “Ayo kita sama2 memulai untuk Kalimantan Barat, semua etnis harus bersatu agar Kerahiman Ilahi nyata kita rasakan di bumi Kalimantan Barat ini, mari saling menghormati tanpa syarat,” ajak narasumber yang sangat familiar dengan disapa Pak Adrianus bagi para peserta seminar.

Detik-detik terakhir acara diisi dengan sesi tanya jawab, setelah berakhirnya sesi tanya jawab, Santo Satriawan sebagai tim redaksi Buletin LIKES mewancarai ke dua narasumber. Kesan kedua narasumber seminar sangat baik, “Peserta sangat antusias dan harapan saya para peserta seminar dapat merefleksikan serta mengimplementasikan hasil seminar hari ini,” respon Bapak Adrianus Asia Sidot,S.Sos.,M.Si saat diwawancarai.

Seminar selesai, dan dilanjutkan dengan Misa penutup serangkaian acara yang sangat bermanfaat dan memiliki nilai religius yang mendalam bagi iman umat Katolik. (SS)


Kursus Persiapan Perkawinan: Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia

Kursus Persiapan Perkawinan:  Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia


Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang yang belum genap setahun dilantik  merintis program baru bagi keluarga-keluarga Katolik. Dengan prasarana dan sarana yang masih terbatas dan minim, seksi ini berani membuka gebrakan dengan mengadakan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) bagi mereka yang ingin membangun rumah tangga. Kursus ini dilatarbelakangi oleh tugas panggilan mereka yang memang diutus untuk mendampingi keluarga-keluarga Katolik. Selain juga karena tantangan hidup berkeluarga yang semakin hari semakin kompleks. Kursus ini diharapkan mampu membekali para calon keluarga baru dalam mengarungi bahtera rumah tangga di tengah arus yang semakin beragam geloranya.

Gayung pun bersambut. Respon dari kaum muda yang mau membangun keluarga baru pun sangat positif. Sejatinya mereka juga mendambakan bimbingan dan tuntunan dalam menapaki babak baru yang akan mereka rengkuh.  Semenjak diumumkan, terkumpul sebanyak 12 pasang yang mendaftarkan diri sebagai angkatan pertama. Bahkan ada peserta yang berasal dari luar Paroki Singkawang. Ini tentu membawa angin segar bagi Seksi Pastoral Keluarga karena langkah awal yang dirintisnya diterima dengan baik. 

Mengambil tempat di Gedung Paroki Singkawang, KPP dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 2 dan 3 April 2016. Melalui perencaan yang cukup matang KPP dikemas dan dibahas dari berbagai ilmu yang ada kaitannya dengan perkawinan. Untuk itu  sengaja  dihadirkan orang yang memiliki kompetensi di bidangnya. Materi tentang perkawinan menurut Gereja Katolik dan Moralitas Perkawinan disampaikan oleh Pastor  Stephanus Gathot selaku pastor Paroki Singkawang. Bpk Benediktus yang bergiat dalam credit union mencoba mengupas ekonomi rumah tangga. Bahan yang disampaikan sangat sederhana, tetapi sangat ‘mengena’ bagi calon pasangan. Mereka dibantu untuk me-manage keuangan rumah tangga. Sementara Ibu Susana Darti yang berprofesi sebagai bidan juga dihadirkan untuk menjelaskan masalah kesehatan alat-alat reproduksi. Dan bahan terakhir disampaikan oleh Ibu Helaria Helena. Beliau membahas tema tentang  Keluarga Beriman. Inti yang mau disampaikan adalah sharing tentang suka duka menjalani hidup berkeluarga.

Kursus yang bedurasi  dua hari ini memberikan kepuasan tersendiri bagi para calon pembina rumah tangga.  Meskipun terasa letih karena harus  ‘menelan’ banyak tema dalam waktu yang relatif singkat namun tergambar wajah-wajah puas dari peserta kursus. “Terimakasih kepada Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang. Kami sudah dibekali dengan banyak hal,” ungkap seorang peserta kursus ketika dimintai tanggapannya. Dari pihak peserta sendiri terungkap keinginan agar pendampingan masalah keluarga bukan hanya terjadi sebelum perkawinan saja. Tetapi agar pendampingan ini terus berlanjut dan terprogram secara berkesinambungan.

Apa yang menjadi harapan peserta kursus sebenarnya juga merupakan program dari Seksi Pastoral Keluarga. KPP akan tetap dilanjutkan secara berkala dan ini sudah sudah diancangkan sebagai program 2 bulanan. Selain dari itu Seksi Pastoral Keluarga juga akan tetap concern terhadap masalah keluarga. Maka pendampingan hidup berkeluarga tetap akan dilanjutkan. Bukan hanya kepada calon-calon pengantin, tetapi juga kepada mereka yang telah membangun rumah tangga. Kita tunggu gebrakan baru dari seksi ini dalam mendampingi keluarga. Harapannya semoga keluarga katolik bisa mewujudkan diri seperti layaknya Keluarga Kudus di Nasareth. (Steph)

16 Mei 2016

Seminar dan Misa Adorasi Oleh Romo Jost Kokoh

Seminar dan Misa Adorasi Oleh Romo Jost Kokoh


 
Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang  yang didaulat menjadi salah satu paroki yang ditunjuk untuk memeroleh rahmat indulgensi oleh Bapak Uskup Agung Agustinus Agus kiranya menjelma sebagai objek utama tempat penyelenggaraan segala hal yang digagas berdasar tahun Kerahiman Ilahi. Salah satunya adalah seminar yang mendapuk Romo Jost Kokoh Prihatanto sebagai pembicara tunggal. 

Seminar yang digelar pada Kamis, 10 Maret 2016 dan bertempat di Gereja St Fransiskus Assisi ini menyoroti berbagai hal yang menjelma menjadi ‘vitamin iman’ dalam kehidupan Kristiani. Eat, pray, love. Demikian tiga hal utama yang menjadi pondasi iman Kristiani yang secara komunikatif dipaparkan oleh romo yang dalam kesehariannya bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Bellarminus, Cililitan, Jakarta ini  juga menggaet artis lagu-lagu rohani Edward Chen sebagai duet pewartaannya itu. 

Seminar yang dimulai pukul 19.30 itu sebelumnya diawali dengan Misa Adorasi yang juga mendaulat Romo Jost sebagai selebran utama, didampingi Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo sebagai konselebran. Hampir seluruh bangku dipenuhi umat yang antusias ingin mengikuti dua momen penting tersebut, Misa Adorasi maupun seminar. 
 
Usai Misa Adorasi yang sukses digelar penuh khidmat, Romo Jost segera berganti kostum menggunakan batik dan siap memimpin seminar.  Selama hampir dua jam, umat yang hadir diajak berinteraksi langsung dalam suasana seminar yang begitu ‘hidup’ dan penuh gairah keimanan. (Hes)       
 


Ziarah Iman Bersama Acies Legio Maria

Ziarah Iman

Bersama Acies Legio Maria

 


Singkawang, 6 Maret 2016 epatnya pukul 10.00 Wib, sejumlah  100 peziarah utusan dari komisium ‘Acies Legio Maria’ di Keuskupan Agung Pontianak (KAP), bersama-sama berziarah di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang. Pasukan devosional yang berasal dari pelbagai usia ini penuh khidmat dan hening saat perarakan patung Bunda Maria dari Gua Maria menuju Altar sembari memegang bulir-bulir rosario yang indah dan menawan di jemari mereka.

Deny (39) dengan penuh semangat men-sharing-kan pengalaman imannya tentang sepak terjang dalam mengikuti kelompok doanya di Paroki St. Hieronimus Tanjung Hulu, Pontianak. Menurut wiraswasta muda ini kegiatan doa Legio Maria, menjadi salah satu style pribadi dalam menumbuhkan semangat hidup kerohaniannya. “Keunikan doa  ini tidak terlalu menonjol dalam publik gereja, karena kekhasannya terletak pada kegiatan devosional pada Bunda Maria dan diwujudnyatakan dalam kegiatan kerasulan atau pastoral awam yang praktis di Lingkungan Gereja,” papar Deny dengan nada  gembira.

Kelompok Legio Maria adalah kelompok kategorial yang di dalamnya umat Allah yang mau memperhatikan secara khusus berdevosi pada Bunda Maria. Legio Maria ini juga mempunyai kekhasan  yaitu perkumpulan orang Katolik yang dengan restu Gereja dan di bawah pimpinan kuat Bunda Maria yang dikandung tanpa noda dan pengantara segala rahmat, berkembang dengan pesat dari dari Gereja Katolik Roma sampai ke ujung dunia. 

Doa yang sudah hampir berusia satu abad lebih ini  mempunyai nilai-nilai yang pantas menjadi abdi Bunda Maria seperti sikap kesetiaan, pengorbanan, keberanian, pelayanan tulus, kerendahan hati dan ketabahan seperti yang dimiliki Bunda Maria yang sudah  menjadi ragi dan jiwa dalam diri pengikutnya. Perwujudannya melalui kunjungan kepada mereka yang sakit untuk didoakan baik yang terbaring di rumah sakit maupun di rumah pasien. Para Legioner (panggilan khusus bagi pribadi yang mengikuti Legio Maria)  ini sudah berkembang dan meluas maka para anggota yang aktif di dalamnya harus mengikuti peraturan dalam kegiatan doanya.

Robertus Setiapdry (16) yang juga merupakan ketua komisium Legioner dari Seminari Menengah St Paulus Nyarumkop, Kalbar, men-sharing-kan pengalaman doa dalam kelompoknya. “Kami setiap kamis malam  melakukan doa “Catena. Pada saat itu  kami bersama berbagi kisah pengalaman kerasulan yang nyata selama sepekan. Selain itu banyak hal yang saya timba dari doa ini selain menguatkan kami dalam mengikuti Yesus, yang menjadi fokus adalah bagaimana kami bersama Bunda Maria menyerahkan panggilan hidup kami agar terjawab apa yang menjadi cita-cita dan harapan kami sebagai inti sari dari perkumpulan doa ini,” papar seminaris  dari calon imam kongregasi Pasionis ini dengan mantap.

Dalam doa ini setiap anggota harus punya soul dan passion dalam dirinya. Spiritualitas hidupnya tercermin dalam doa-doanya. Jiwanya selalu terarah pada Yesus dengan meniru teladan Bunda Maria  menjadi persembahan hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah, dan tidak serupa dengan dunia ini (bdk. Rom 12:1-2),  sebagai salah satu  bagian cara menghayati dan menghidupi dalam kelompok doanya.

Pastor Aji dan Felix, OFMCap, turut hadir dalam kegiatan ini, sebagai imam yang mendampingi jiwa Legioner saat itu. Imam yang ramah ini memberi tanggapan yang positif dari semangat umat dalam menghayati hidup rohani secara khusus persembahan kepada Bunda Maria. “Setiap tahun Para Legioner Acies berkumpul dan kali ini kami memilih Gereja St Fransiskus Assisi karena tempat ini sebagai gereja kedua setelah Katedral untuk para Ziarah yang mencari ketenangan bathin di tahun  kerahiman ini,” ungkap mantan Magister Postulan ini yang sekaligus sebagai imam selebran utama Mmisa Kudus dalam kegiatan Acies Legio Maria saat itu.

Tampak juga saat itu kaum berjubah para Suster Slot, SFIC, Frater Henry dan Ferdi, OFMCap, ikut  berbaur dengan Komisium Legioner KAP sebagai bentuk dukungan dalam menguatkan ziarah batin bersama pasukan Maria ini agar tetap bertahan dan setia untuk selamanya di dalam kelompok doanya tiap hari. 

Ibu Bibiana, ketua kegiatan Acies Legio Maria Singkawang, mengungkapkan pengalamannya bahwa sangat senang dalam kegiatan Legio ini. “Saya sebagai ketua dengan gembira melayani kegiatan ini, karena ini juga perwujudan nyata dari nilai visi-misi para legioner. Selain itu gereja kita semakin banyak dikunjungi oleh para ziarah, itu tanda bahwa rahmat Tuhan tak pernah berhenti kepada kita untuk melayani mereka yang mau berkunjung ke gereja ini lebih-lebih para Legioner dari pelbagai komisium yang ada di Gereja Katolik Indonesia dan juga dari Sabah, Serawak,” ungkap ibu yang penuh senyum merekah ini ketika melayani tamu  di depan pintu gerbang gereja saat itu.

Selain misa kudus menjadi puncak dalam kegiatan Acies Legio Maria, acara yang tidak kalah penting adalah acara ramah tamah sebagai perwujudan nyata dalam bentuk persaudaraan Legio Maria dan juga kesempatan untuk sharing iman bersama. 

Semoga Legio Maria menjadi penyemangat bagi kelompok kategorial lain di Paroki St Fransiskus Asissi Singkawang. *** Bruf

 





Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

 

Pagi itu suasana alam gunung Poteng begitu gelap dan mendung. Sejumlah 68 orang siswa kelas IX dan XII baik dari asrama putra  St Maria dan putri St M. Gorreti Singkawang tidak bisa melihat dan menikmati gerhana matahari untuk pertama sepanjang usia mereka pada Rabu, 9 Maret 2016 pukul 6.00-8.45 Wib. 

Namun misi para generasi yang birilian sepagi itu bukan bertujuan utama menyaksikan fenomena alam tersebut, tetapi mereka sedang mengadakan kegiatan retret mencerahkan hati bagi peserta  UN dalam menyambut Ujian Nasional 2016 sekaligus penutupan program  kegiatan kerohanian dari kedua asrama di penghujung tahun ajaran 2015/2016. 

Bruder Theofanus, MTB, S.Pd selaku pembina asrama Putra St Marry Singkawang dengan penuh gembira menyaksikan anak didiknya dalam mengikuti kegiatan tersebut. Sambil membidikan lensa kesayanganya ia setia mengikuti kegiatan sejak tanggal 8 hingga 9 Maret 2016. “Saya berharap kalian semakin mengerti dan sadar maksud dari pencerahan hati dan pikiran kalian dalam menghadapi UN yang merupakan puncak dari segala ujian. Kalian tidak perlu takut karena selama tiga tahun sudah banyak file yang ada dalam kepala kalian yang telah kalian pelajari dari sekolah maupun di asrama tempat kalian endapkan ilmu yang ada,” yang diiringi tepukan tangan peserta semakin mendukung suasana di hari penutupan gawe super eksklusif kedua asrama ini.

Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar berkat sikap cekatan dan gesit dari pembina Asrama Putri St Maria Gorrety Singkawang dalam menyiapakan segala kebutuhan peserta di saat itu. Sr. Priska, SFIC, S.E., juga ikut senang karena dalam program di akhir tahun ajaran ini, bersama pembina asrama putra bisa bekerjasama mulai dari persiapan bahan/materi, sarana prasarana pendukung kegiatan outbond, menu malam keakraban serta tempat penyelenggaraan yang cocok untuk orang muda. “Saya dulu tidak ada kegiatan seperti ini menjelang UN. Kalian  hebat dan harus bangga karena di sisa waktu yang  disediakan oleh sekolah dan asrama masih punya waktu luang untuk mencerahkan suasana hati dan pikiran kalian dalam menyambut UN 2016,” sharing  suster muda ini dalam membandingkan pola pembinaan asrama dari zaman dan usia yang berbeda. Menurut alumni STIE Mulia Singkawang ini, “Kepintaran seseorang di dunia akademik bukan segalanya untuk mencapai kesuksesan dalam berkarya di tempat yang nyata  masih banyak kecerdasan dan skill yang bisa menguji kita untuk bisa sukses dalam berkarya di mana saja kita berada,” ujar penyuka olahraga voli ini penuh semangat.

Kegiatan pencerahan ini tidak ada yang istimewa dan spesial  bagi mereka, hanya suasana yang membuat tampil beda. Adapun kemasan acara secara umum adalah dinamika kelompok,  refleksi dan renungan, sharing, malam keakraban, serta outbond yang menggembirakan. Banyak permainan yang dikemas oleh pemateri, menggugah mereka untuk terlibat dan memicu untuk aktif dan dapat memberi makna dalam diskusi kelompok dengan fokus dan timbal balik mengapa tinggal di asrama, tujuan tinggal di asrama dan prestasi apa tinggal di asrama dan lain sebagainya.  Selain itu kegiatan outbond-nya lebih pada pencarian jati diri dan bisa memimpin diri sendiri,  belajar  menjadi pemimpin, namun yang menjadi fokus utama adalah kemana mereka setelah berakhir di bangku SMP dan SMA.

Maka dapat dikatakan puncak permenungan mereka di balik kegiatan ini adalah bahwa mereka sadar, hanya melalui pendidikanlah, martabat kita manusia dihargai di masyarakat dan yang bisa membangun diri dan lingkungan dapat maju tidak lain melalui sekolah. Apalagi dalam menghadap MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), semakin kita pacu untuk belajar dengan tekun dan ulet, untuk bisa bersaing dengan pelajar Asean baik tingkat SMP, SMA maupun di Perguruan Tinggi.

Peserta sadar bahwa setelah tamat dari  SMA, harus dapat mandiri dan dewasa dalam gaya atau metode belajar yang selama ini di asrama selalu didampingi oleh pembina dan mengikuti jadwal  yang telah dipatenkan oleh peraturan asrama. Maka ketika di perguruan tinggi tidak ada yang  mengatur dan harus menemukan sendiri untuk bisa sukses. 

Sedangkan untuk SMP selain melanjutkan ke tingkat SMA,  mereka harus mengambil keputusan apakah masih mau bertahan di asrama atau mencari suasana baru di luar.  Maka masih diberi kebebasan kepada mereka untuk mencari kebebasan dalam hidup, yang  mungkin mereka tahu dan sadar bahwa tinggal di asrama banyak ilmu yang harus ditimba demi masa depan dan cita-cita dalam hidupnya.

Di akhiri rangkaian kegiatan ini selain evaluasi secara spontan, para peserta dan pembina sama-sama mandi di sungai Eria. Di bawah gunung Poteng, para tunas  muda ini berbaring di atas aliran sungai yang teduh nan segar sambil menikmati bunyi gemercik natural air yang mengalir dan kicauan burung-burung yang menggoda bersahut-sahutan. “Kesegaran menikmati mata air yang alami lebih sejuk ketimbang ke spa yang  harganya mahal untuk ekonomi kalangan menengah ke bawah,” celoteh salah satu peserta  sambil menyelonjorkan kakinya di atas batu alam.

Mendung awan di atas gunung Poteng perlahan-lahan tersibak dan berganti dengan pemandangan awan nan membiru karena keceriaan dari generasi muda yang maju dan berhasil dalam hidup ini. “Terima kasih kepada Bapa di surga, pembina dan semua peserta karena di tempat ini kita merasakan kehadiran keagungan kasih Tuhan,” ungkap salah satu pembina di akhiri kegiatan dalam membawakan doa penutup saat itu. “Woouuu amazing banget, kapan lagi ya, bakalan ga lupa seumur hidup,” puji salah satu dari peserta asrama putri yang suka menghibur temannya di saat galau dalam belajar. Bravo pembina asrama Singkawang. Semoga kegiatan yang dilaksanakan di Wisma Emaus Nyarumkop ini dapat memberi dampak positif bagi seluruh pesertanya dan ditingkatkan di kemudian hari. *** Bruf.


16 Mar 2016

Kunjungan Muhibah Saudara Seiman dari Sabah

Kunjungan Muhibah Saudara Seiman dari Sabah


Menyandang predikat sebagai salah satu gereja yang didaulat menjadi tempat pemerolehan rahmat indulgensi oleh Bapa Uskup Agung Pontianak membuat Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang sebagai rujukan destinasi bagi para peziarah iman. Seperti halnya pada Senin, 14 Maret 2016, gereja mendapat kunjungan dari rombongan Paroki Santo Yohanes Senjontoran, Sabah. Rombongan yang diketuai oleh Justin Stephen ini terdiri dari 30 orang dan tiba di Singkawang pukul 15.30 Wib.

Serta merta misa digelar dan dipimpin oleh Pastor Gathot Sri Purtomo, OFMCap. Umat yang hadir terlihat khusyuk mendengarkan homili dari pastor. Meski terdapat sedikit perbedaan dalam hal bahasa namun hal tersebut tak menjadi penghalang bagi kelompok wisatawan rohani untuk memahami dan menghayati khotbah singkat pastor paroki.

Usai mengikuti misa rombongan didapuk untuk mengabadikan momen ziarah di depan Gerbang Kerahiman Illahi Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang. (Hes)

 

SAAT SUARA DARI TIMUR MENYAPA KOTA AMOI

SAAT SUARA DARI TIMUR MENYAPA KOTA AMOI

 


Suatu kegembiraan bagi Kota Singkawang dan khususnya warga paroki St Fransiskus Assisi (PSFA) atas kedatangan para imam dari berbagai keuskupan di Indonesia serta dua uskup dalam perayaaan Ekaristi Minggu, 21 Februari 2016. Bertepatan dengan penutupan perayaan Imlek, rangkaian acara diawali pawai lampion dan puncaknya adalah digelarnya festival Cap Go Meh.  Kaum berjubah yang hadir tak menyiakan kesempatan untuk turut menyaksikan rangkaian aktrasi perayaan Imlek 2016 di Kota Singkawang yang merupakan ritual memikat bagi para wisatawan baik dari lokal maupun mancanegara.

Aset Wisata
 
Misa pada Minggu itu dipimpin oleh dua uskup yaitu Mrg. Agustinus Agus, Pr dari Keuskupan Agung Pontianak dan Mgr. Dominikus Saku, Pr dari Keuskupan Atambua NTT sebagai selebran utama serta didampingi 14 imam sebagai konselebran, memberi warna tersendiri  di dalam gereja saat itu. Perayaan masa Prapaskah  kedua ini, semakin semarak oleh paduan suara dari koor St. Elisabet dengan dominasi lagu berbahasa latin.

Dalam pengantar kotbah yang disampaikan Oleh Mgr. Dominikus, bahwa Kota Singkawang merupakan aset wisata yang sudah dikenal di dunia internasional dalam perayaan Imlek. “Saya sangat senang karena boleh melihat langsung Kota Singkawang dan bisa ikut pawai  lampion bersama warga, berkat Mgr. Agus yang dengan segala kebaikannya memberi waktu saya untuk bertamu di tanah Borneo tercinta ini.” Tepukan tangan meriah dari umat semakin menggema saat itu ketika uskup memberi contoh bagaimana upaya umat Katolik dalam menghayati wajah Allah Yang Maha Rahim dalam segala dinamika hidup di PSFA tercinta ini. 

Usai perayaan ekaristi, uskup agung Pontianak memberi kesempatan kepada para pastor untuk memperkenalkan diri kepada umat sekaligus tujuan kedatangan tamu agung ini ke Kota Seribu Kelenteng. Delegatus imam dari aneka keuskupan ini ternyata ketua-ketua Komisi  Keadilan dan Perdamaian Pastoral Buruh Migran Perantau (KKPPBMP) di Gereja Katolik Indonesia. Merekalah sebagai tempat pelindung bagi keadilan kaum buruh, TKI, TKW hingga mereka yang di hukum mati di penjara pun kaum egaliter putih ini ikut berjuang bertapa mahal harga nyawa seseorang di hadapan sesama di muka bumi ini.

Aneka Kuliner Orisinil
 
Situasi keakraban para tamu berjubah semakin asyik karena mereka berkesempatan menikmati kuliner dari aneka bina ciptaan masakan  kue/kudapan  hasil karya orisinil umat  pelbagai lingkungan yang ada di PSFA Singkawang. 

Uskup dan kaum berjubah (rohaniwan, biarawan dan biarawati) menikmati berbagai sajian makanan dan minuman yang lezat dan bergizi ditambah suguhan hiburan  lagu-lagu rohani dari panitia yang sangat fantatis di siang itu semakin menyemarakkan suasana di depan halaman gereja. Rintik hujan pun seakan lenyap seketika karena suasana istimewa di bulan Februari 2016 ini.

Bapak Leonardus, Ketua Kring St Maria Singkawang, mengungkapkan kegembiraanya karena  keterlibatan umat dalam hidup menggereja sangat nyata bukan hanya seputar kegiatan rohani tetapi juga kegiatan mengadakan stand kuliner dari berbagai lingkungan yang ada. “Saya merasa juga bahwa hari ini umat sungguh menyatu dan bersatu untuk melihat karya nyata Allah dalam melayani dan menjamu tamu kehormatan dan umat yang hadir saat ini mau menikmati sajian kami dengan penuh gembira,” Komentar ketua panitia Open House sekaligus seksi penyambutan tamu agung ini dengan nada syukur.

Apa kata Mereka
 
Romo Koko, Pr  tidak dapat membendung kegembiraanya mengungkapkan, “Sangat senang dengan situasi gereja yang hidup. Umat  di sini sangat aktif dan terlibat penuh bukan hanya di seputar altar tetapi juga di dalam karya yang nyata. Tidak mudah mengajak umat di lingkungan kota  ini lho, untuk mau partisipatif tetapi di sini enak banget rasanya dech,” papar sekretaris eksekutif KKPPBMP yang berdomisili di Kota Jakarta ini  dengan logat Jakarta sembari dibarengi senyum merekah.

Selain itu Romo Pascal, Pr yang berkarya di Paroki Batam Keuskupan Pangkal Pinang inginnya satu bulan di Kota Singkawang. “Heemm, mimpiku terjawab dan rasanya enggan untuk meninggal kota yang eksotis ini.” Ketika disentil apa pendapatnya tentang suasana di gereja  PSFA hari ini, sembari tetap tersenyum beliau berujar,  “Wahh….pokoknya asyik dech, saya baru menemukan ketulusan umat dalam melayani gembalanya dengan heroik dan tulus. Selain itu  saya sendiri  sungguh-sunggu menemukan dan merasakan persaudaraan umat dengan kaum berjubah dan saya pikir ini pengaruh kedekatan Pastor Paroki dengan umat dengan modal humanis tinggi dan melayani dengan murah hati dan senyum yang tulus,” puji putra keturunan Flores yang suka  makanan bubur babi ini dengan mantap. Masih dengan nada bersemangat pastor penyuka penyuka badminton ini menuturkan, “Saya akan men-sharing-kan kepada umat saya di Batam sebagai oleh-oleh indah untuk saya dalam menggembala domba dari berbagai karakter yang saya temukan,” cetus si suara emas sambil menikmati kue di tangannya dengan antusias.

Uskup Dominikus tidak henti-hentinya memuji keramahtamahan umat di Singkawang dan sangat menikmati sajian di berbagi stand yang tersedia. Menurut Ketua KKPPBMP ini bahwa hidup menggereja di Singkawang sudah jauh berubah dari gaya  gereja piramidal menjadi gereja komunio. “Prinsip belarasa tahun kerahiman  Allah sepertinya diawali dari kebersamaan umat untuk bersama mengarungi langkah bersama Allah menuju tahta Allah di surga,” imbuh uskup yang penuh senyum ini sembari berbagi rasa pengalaman hidupnya dengan para pengungsi di perbatasan Timor Leste yang sampai saat ini masih menangani dengan ikhlas umat kegembalaanya di Atambua, NTT.

Bagaimana tanggapan Uskup Agung Pontianak? 
 
Beliau sengat senang sekali karena sudah sekian  kali mengunjungi PSFA selalu menemukan suasana gembira. Ia berharap, “Semoga PSFA sebagai barometer bagi paroki lain di Keuskupan Agung Pontianak dalam menyambut Tahun Kerahiman,” ungkap Bapa Uskup Agung ini penuh ramah.
Pastor Paroki juga tidak ketinggalan untuk mengungkapkan rasa kegembiraanya. Gathot yang  tidak pernah berhenti berkreasi dalam menggembalakan umatnya dengan spontan menyatakan bahwa, “Seturut  wejangan Paus Fransiskus sebagai gembala harus dekat dengan dombanya,” ujar pastor yang seringkali ber-stand up comedy dalam homili guna melayani kebutuhan siraman rohani umat ini. 

Mengakhiri open house yang meriah Bapa Uskup bersama kaum berjubah dan umat sama-sama menari kondan sebagai bentuk kebersamaan dari khas sang gembala dalam menikmati suasana gereja yang selalu gembira. Semoga momen ini menjadi kenangan manis dalam peziarahan hidup di muka bumi ini. *(Bruf)

 

Gempita Perayaan Imlek 2567

Gempita Perayaan Imlek 2567

Senin 8 Februari 2016, Gereja Santo Fransiskus Assisi merayakan Tahun Baru Tionghoa (China) atau Imlek 2567 dengan mengadakan Misa Ekaristi. Dekorasi telah terpasang sedemikian rupa menambah semarak suasana di halaman maupun di dalam Gereja hingga tampak menjadi lebih indah dan syahdu. Dengan tulisan-tulisan ucapan selamat bernuansa merah dengan huruf bewarna emas yang menandakan doa dan harapan, rangkaian kreasi hiasan pohon maehwa berwarna merah jambu, lampion merah yang memiliki simbol penerangan hidup dan kerlap-kerlip lampu yang menawan menciptakan kesyahduan hati bagi umat yang memandang.

Misa Perayaan Imlek 2567 ini dipimpin oleh Pastor William Chang, OFM. Cap didampingi oleh Pastor Yeremias, OFM.Cap, Pastor Gathot, OFM.Cap, Pastor Desi, OFM. Cap, dan Pastor Oky, OFM. Gereja dibanjiri umat yang ingin merayakan misa Imlek dengan memakai baju dan asesoris serba merah. Dalam tradisi Tionghoa warna merah merupakan lambang kemakmuran, konon warna merah ini juga dapat membantu mengusir roh-roh jahat yang datang mengganggu.

Homili terdengar begitu bermakna diselingi gelak tawa spontan umat tatkala Pastor Wiliam Chang membeberkan bahwa kita dapat belajar dari shio yang menjadi simbol Imlek 2567 yaitu “monyet api”. Menilik karakter monyet yang memiliki kecerdasan, lincah, mudah menyesuaikan diri  dalam pergaulan.  Umat diharapkan dapat meniru prilaku monyet yang baik sebagai guru kehidupan. Pastor Wiliam Chang juga mengingatkan agar dalam memasuki tahun yang baru, kita harus memiliki iman kepada Tuhan Pencipta Langit dan Bumi. Tidak terlalu percaya dengan ramalan zodiak ataupun shio yang kurang baik. Kita diajak agar selalu berusaha dan bekerjasama bersama Tuhan. Memiliki keberanian dalam berbuat baik, menghilangkan kecemasan, selalu waspada dan bijaksana dalam  setiap langkah hidup kita. 



Pesan  singkat dari beliau yang sangat mengema adalah “Tuhan selalu memperhatikan manusia seperti bola mata-Nya, melihat pertumbuhan kita setiap waktu”. Maka dari itu, kita dapat belajar tenang bersama Tuhan dalam melewati sepanjang tahun 2567 ini.  Setiap waktu, hari, bulan dan tahun adalah milik Tuhan. Tuhan yang menuntun dan menurunkan berkatnya pada kita. Sudah sepantasnya kita selalu menyerahkan diri dalam perlindungan-Nya.

Seperti tahun sebelumnya, Gereja Santo Fransiskus Asisi memberikan berkatnya dengan membagi-bagikan buah jeruk yang merupakan simbol keberuntungan. Ada kemeriahan yang menambah suasana menjadi gempita bagi anak-anak dan kaum muda karena di tahun ini Gereja juga membagikan angpau. Angpau adalah bingkisan yang berisi sejumlah uang sebagai hadiah menyambut tahun Imlek 2567. Gereja turut bersukacita dan berpengharapan agar tahun yang baru dapat membawa kemajuan dan kesuksesan dalam kehidupan. Selamat Tahun Baru Imlek 2567 “Gong Xi Fa Cai”. Tuhan Yesus Memberkati. (SHe) 
 






OMK: Sumber Daya Manusia yang Perlu Dibimbing dan Dikembangkan Melalui Kegiatan yang Menarik dan Bermanfaat

OMK: Sumber Daya Manusia yang Perlu Dibimbing dan Dikembangkan Melalui Kegiatan yang Menarik dan Bermanfaat

Oleh: Gabriel Fileas, S.IP

OMK atau Orang Muda Katolik merupakan sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi kaum muda Katolik agar dapat mengembangkan diri mereka melalui pengaderan, pelatihan, kompetisi dan pelayanan. Komunitas ini memiliki peran yang sangat vital karena kaum muda Katolik merupakan calon penerus gereja. Mereka juga memiliki tenaga yang prima dan tingkat kreativitas yang tinggi. Oleh karena itu, kaum muda Katolik merupakan sumber daya manusia yang sangat penting untuk dikembangkan demi masa depan gereja.

Di sisi lain, kaum muda Katolik juga memberikan sebuah tantangan besar bagi gereja. Masa-masa pencarian jati diri dan perkembangan zaman yang sangat pesat menjadi ancaman yang tidak bisa dipandang remeh. Pengawasan dan bimbingan melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat merupakan salah satu solusi jitu agar kaum muda Katolik tidak terjerumus ke dalam lubang kegelapan seperti narkoba, minuman keras, sex bebas, dan hal lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai gereja.

Kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan, retret, kemah rohani, olah raga, dan berbagai macam kegiatan lain yang harus dikemas dengan menarik agar menarik minat kaum muda Katolik. Materi-materi yang membantu penelusuran minat dan bakat, pengetahuan tentang kitab suci, pendidikan tentang pentingnya hidup di dalam komunitas dan persaudaraan, serta pengenalan tentang keadaan lingkungan sekitar amat sangat diperlukan untuk mempersiapkan kaum muda Katolik agar dapat menjadi Laskar Kristus yang peka, proaktif dan berwawasan.


Dalam awal tahun 2016 ini sudah dua kali terlaksana kegiatan akbar yang melibatkan OMK. Kegiatan yang pertama adalah HOMKKAP (Hari Orang Muda Katolik Keuskupan Agung  Pontianak). Acara yang dilaksanakan di Nyarumkop pada 3−5 Januari 2016 tersebut mengusung ide tentang perlunya bimbingan dan pembinaan untuk kaum muda Katolik agar iman mereka tetap terpelihara dan berbuah. Ide tersebut kemudian diimplementasikan dengan mewujudkan iman Katolik melalui kehidupan sehari-hari, menjalin relasi dengan kaum muda Katolik dari daerah lain, dan perutusan kaum muda Katolik untuk mewartakan pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama acara itu berlangsung.

Secara garis besar, kegiatan HOMKKAP 2016 lebih berfokus kepada peningkatan kapasistas kaum muda Katolik dalam hal pengetahuan. Acara yang diberikan lebih banyak berupa seminar dan workshop. Salah satu yang menarik adalah seminar tentang beriman secara radikal. Seminar yang dibawakan pada malam pertama tersebut menjelaskan bahwa kata radikal seringkali disalahartikan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang keras, kasar dan destruktif. Radikal sendiri berbeda dengan fanatik. Beriman secara radikal berarti mau menghayati iman secara penuh dan total. Semakin radikal seseorang dengan imannya, maka ia akan semakin damai dan penuh kasih seturut ajaran Kristus. Sedangkan beriman secara fanatik memiliki arti yang berlawanan di mana seseorang yang hanya memiliki pengetahuan agama yang dangkal namun merasa paham akan segalanya dan menganggap kepercayaan orang lain sebagai sesuatu yang sesat. Melalui seminar tersebut kaum muda Katolik dipanggil untuk mau menghayati imannya secara radikal agar menjadi insan yang rela berkorban demi kemuliaan Tuhan dan penuh cinta kasih.

Pada hari berikutnya, seluruh kontingen peserta HOMKKAP 2016 dilebur dan dipecah menjadi tujuh kelompok. Setiap kelompok akan mengikuti satu dari tujuh workshop yang telah disediakan oleh panitia. Workshop-workshop tersebut antara lain tentang “Masa Depan Tanah Borneo Lingkungan Hidup dan Sosial”, “Tanggung Jawab OMK”, “Media Sosial dan Digipreneursip”, “Panggilan Hidup Berkeluarga”, “Ajaran Sosial Gereja”, “Radikalisme dalam Dunia Politik”, dan “Perdamaian dalam Multikultural”. Sistem ini sangat cerdas karena selain menambah pengetahuan dan wawasan, kaum muda Katolik juga dituntut untuk saling sharing kepada teman-teman kontingennya tentang materi yang didapatnya melalui workshop tersebut.

Kegiatan yang kedua adalah Capuchin’s Camp 2 yang diadakan di Pontianak pada 28-31 Januari 2016. Temu OMK yang dilaksanakan di Tirta Ria tersebut juga mengusung ide tentang perlunya bimbingan dan pendampingan untuk kaum muda Katolik. Melalui kegiatan tersebut, Ordo Kapusin Pontianak berusaha untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai spiritual kristiani kepada kaum muda Katolik secara komunal maupun personal. Ide tersebut berusaha dicapai melalui pembinaan iman, mental dan spiritual kaum muda, pembangunan kreativitas, penumbuhan kepekaan social dan semangat persaudaraan dengan semua ciptaan Tuhan.

Acara di dalam kegiatan Capuchin’s Camp 2 lebih banyak berfokus pada jalinan keakraban kaum muda Katolik dari berbagai daerah, peningkatan kreativitas dalam menciptakan lagu rohani, gerakan lagu rohani dan ice breaking yang dapat digunakan di dalam berbagai kegiatan OMK, serta peningkatan rasa cinta terhadap alam melalui outbound. Sejak hari pertama, peserta yang mengikuti Capuchin’s Camp tidak lagi berkumpul bersama teman-teman dari kontingen yang sama, melainkan dilebur ke dalam sebuah kelompok kecil yang disebut dengan komunitas. Semua kegiatan mulai dari makan, workshop, latihan, penampilan dan outbound dilakukan di dalam komunitas yang telah dibentuk. Metode ini terbilang sangat baik karena dapat meningkatkan tali persaudaraan antar kaum muda dari berbagai macam daerah.

Peningkatan kreativitas kaum muda di Capuchin’s Camp juga terbilang baik. Sebelum ditugaskan untuk membuat lagu rohani, gerakan lagu rohani dan ice breaking, para peserta diberikan materi tentang cara membuatnya oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut dengan cara yang menyenangkan. Untuk dapat menciptakan lagu rohani yang baik penciptanya harus menggunakan hati, perasaan dan kreativitas. Inspirasi untuk lagu tersebut dapat ditemukan lewat Kitab Suci, pengalaman pribadi dan orang lain, nada-nada iklan di tv dan masih banyak lagi. Menciptakan gerakan lagu dan ice breaking juga menuntut seseorang untuk menggunakan hati, perasaan dan kreativitasnya. Para peserta dapat membuat sesuatu yang baru atau melakukan inovasi melalui sebuah metode unik yaitu ATM atau kepanjangan dari amati, tiru dan modifikasi yang bertujuan untuk menjaga orisinalitas. Peningkatan kreativitas seperti ini merupakan langkah yang sangat penting di dalam pendampingan kaum muda agar tenaga, talenta, waktu, dan kreativitasnya dapat disalurkan ke arah yang positif.



Acara yang paling ditunggu-tunggu dari HOMKKAP dan Capuchin’s Camp adalah outbound. Mengapa tidak? Di dalam nyaterdapat permainan-permainan yang menyenangkan serta kompetisi antarkelompok yang memacu semangat muda para peserta. Tujuan dari outbound sendiri adalah untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan, kerjasama dan sportifitas. Banyak hal yang bisa diambil dari kegiatan ini seperti rasa peka terhadap sesama di mana di dalam kelompok outbound terdiri dari berbagai macam orang dengan kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Untuk dapat memenangkan permainan, peserta di dalam kelompok hendaknya mengerti satu sama lain agar dapat membagi tugas dan bekerjasama dengan baik. Hal-hal seperti ini sangat dibutuhkan di dalam masyarakat yang heterogen di mana terdapat berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kaum muda Katolik hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan baik di dalam masyarakat dengan mengerti dan peka akan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.

Dari kedua kegiatan di atas kita mengetahui bahwa, pengembangan OMK sebagai sumber daya manusia yang penting bagi gereja merupakan sebuah proses tanpa henti. Proses tersebut menuntut peran serta semua elemen gereja. Tentunya sangat diharapkan agar kegiatan-kegiatan tersebut terus berlangsung atau bahkan bertambah banyak agar dapat melahirkan kaum muda Katolik yang berwawasan, kreatif, peka dan mau melayani.

Merayakan Kerukunan dalam Perbedaan

Merayakan Kerukunan dalam Perbedaan

 

Sabtu, 2 Januari 2016. Masih diliputi suasana kebahagiaan Natal dan semangat menyambut tahun baru, Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi ikut serta ambil bagian dalam kegiatan jalan santai yang diadakan oleh Kantor Kementrian Agama dalam rangka merayakan kerukunan umat beragama di Kota Singkawang.   

Memulai start pukul 07.30 WIB dari Kantor Agama di Jalan Alianyang, dengan rute melewati berbagai tempat ibadah di Kota Singkawang yang jaraknya cukup berdekatan satu sama lain dan berakhir di Kantor Agama kembali, sungguh menciptakan atmosfer kebersamaan yang hangat dan akrab. Hal ini tampak dari ekspresi seluruh peserta yang secara spontan langsung membaur dengan umat beragama lain dalam obrolan akrab penuh tawa dan canda.



Kegiatan yang melibatkan masyarakat dari enam agama dan berbagai lapisan usia ini pertama kali diadakan di kota Singkawang. Masyarakat Kota Singkawang kiranya boleh berbangga karena kota dengan julukan Bumi Betuah Gayung Bersambut  ini beberapa waktu yang lalu dinobatkan oleh lembaga riset Setara Institute sebagai penyabet peringkat ketiga kota dengan tingkat toleransi tertinggi di Indonesia setelah Pematang Siantar dan Salatiga. 


Di kesempatan yang sama, Kepala Kantor Kementrian Agama Kota Singkawang, Drs. H. Jawani Usman mengungkap bahwa jalan santai yang diadakan semata untuk merayakan kerukunan umat beragama di Kota Singkawang. “Kita patut bersyukur kepada  Tuhan. Kegiatan ini dihadiri umat Islam, Hindu, Budha, Kristen, Katolik, Konghucu. Dari semua lapisan, baik muda-mudi maupun warga yang hadir berkisar 1500 orang. Dari Kementrian Agama juga menyediakan doorprise sebanyak 167 hadiah. Untuk ke depannya kegiatan ini diharapkan berlanjut dan akan kita tingkatkan lagi dengan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di masyarakat. Di kesempatan ini kami juga ingin berterima kasih kepada Kapolres dan Kasatlantas Kota Singkawang yang telah mengamankan dan membantu lancarnya acara ini. Cuaca hari ini juga baik dan cerah, ini juga berkat doa seluruh umat beragama di Kota Singkawang yang tentunya berharap acara pagi ini berlangsung lancar,” pungkasnya. (Hes)

Berbagi Kasih dalam Perjuangan Hidup Bersama Uskup

Berbagi Kasih dalam Perjuangan Hidup Bersama Uskup

Rabu, 30 Desember 2015. Penghuni Lembaga Pemasyarakatan klas IIB Singkawang disibukkan dengan aktivitas yang berbeda dengan keseharian mereka. Mereka kedatangan tamu yang istimewa. Dikatakan istimewa karena kali ini yang datang mengunjungi adalah sosok Bapa Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus. Kehadiran Uskup Agung beserta rombongan yang menyambangi saudara-saudari di Lapas Klas IIB juga didampingi oleh seksi sosial panitia Natal dari Gereja Santo Fransiskus Assisi yang dimotori Hermanto Halim, S. E., juga WKRI Singkawang. 

Acara yang sedianya dimulai pukul 09.00 WIB harus meleset dari waktu yang ditentukan karena menunggu rombongan Bapa Uskup yang harus menempuh perjalanan dari Pontianak langsung. Meski harus  menunggu selama dua jam, namun panitia dan para penghuni Lapas tetap ceria dengan menyibukkan diri bernyanyi bersama. 

Setiba rombongan, misa syukur digelar. Dalam homilinya, Bapa Uskup Agung  menggarisbawahi sikap dan motivasi serta peran sebagai sosok Kristiani dalam perwujudan iman dalam kasih, “Tembok bukan pembatas untuk berbagi kasih. Natal bukti sungguh Tuhan mencintai kita. Hidup harus diperjuangkan. Tuhan mau kita bahagia terutama di akhirat. Dalam hidup kita betapapun sulit, hendaknya kita selalu berserah pada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan mencintai kita dan ada rencana di balik segala yang Tuhan berikan pada kita. Yang wajib kita lakukan adalah saling mendoakan satu dengan yang lain, dan selalu menempatkan Tuhan di atas segalanya,” tuturnya.      

Seperti halnya tahun lalu, aksi bakti sosial yang digelar di Lapas sungguh menciptakan atmosfer gembira bagi para penghuninya. Seperti dikatakan oleh salah seorang penghuni lapas, Agustiar asal Gua Boma yang mengungkap kebahagiaannya usai acara, “Saya sangat gembira bisa merasakan Natal bersama. Semoga acara seperti ini  bisa tetap berlangsung tahun depan. Saya sungguh gembira,” ungkapnya dengan pandangan berbinar.

Dalam kesempatan yang sama, pihak seksi sosial Gereja Santo Fransiskus Assisi juga membagikan bingkisan berisi sembako kepada penghuni Lapas yang hadir. Semoga berkah dan damai Natal dapat selalu membahagiakan setiap insan yang selalu menantikan kehadiran-Nya melalui uluran tangan dan jabat erat kita. (Hes)

 







14 Mar 2016

Buka Pintu, Rayakan Bahagia dengan Sesamamu

Buka Pintu, Rayakan Bahagia dengan Sesamamu


“Siapa saja mari bergembira bersama!” ucap pembawa acara yang terdengar nyaring melalui pelantang suara disertai hentakan musik menambah riuh suasana open house yang digelar usai misa kedua di halaman Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang pada Minggu, 27 Desember 2015. 

Bukan kali pertama kegiatan serupa digelar. Pesertanya adalah seluruh kring yang berada di bawah naungan Gereja Katolik Singkawang. Masing-masing ketua kring menjadi motor penggerak bagi warganya untuk menyediakan berbagai hidangan yang siang itu memang disiapkan untuk dibagikan secara gratis kepada seluruh warga Paroki Singkawang yang hadir. 

Open house yang dikoodinatori oleh Leonardus Riwan berlangsung meriah dan lancar. “Acara hari ini berjalan sangat baik sekali. Dalam acara ini memang sengaja kita libatkan setiap kring agar dapat kita lihat dan rasakan kebersamaan yang ada dan seluruh umat yang hadir dapat merasa kegembiraan. Diperkirakan seribu orang hadir dan terlibat memeriahkan acara ini. Kami berharap untuk ke depannya semoga even-even seperti ini dapat dipertahankan dan ditingkatkan, semoga bisa juga melibatkan stasi-stasi yang lain agar lebih meriah,” ungkapnya. (Hes)     

Pembelajaran Rela Berbagi Semenjak Dini

Pembelajaran Rela Berbagi Semenjak Dini



Singkawang, Sabtu, 26 Desember 2015. Keriaan menjadi hal nyata yang terbias dalam Gereja Katolik St Fransiskus Assisi, Singkawang. Pagi itu, pukul 08.00 wiba, misa digelar di gereja yang beralamat di Jalan P. Diponegoro. Misa meriah yang masih dalam suasana Natal dikhususkan bagi anak-anak. Maka tak heran jika umat yang memadati gereja kebanyakan dari kalangan anak-anak.

Tak seperti biasanya jika dalam Ekaristi lain, pastor pemimpin misa menyampaikan homili, maka dalam Ekaristi pagi itu digelar drama teatrikal kelahiran Bayi Yesus yang diperankan dengan apik oleh anak-anak Sekolah Minggu.

Seluruh pemain berdandan dan mengenakan berbagai kostum yang sangat mewakili jalan cerita. Umat yang hadir dibuat terpesona oleh aksi yang berdurasi lebih kurang dua puluh lima menit ini. 

Usai pementasan drama teatrikal kelahiran Sang Juru Selamat, Pastor Gathot, OFMCap yang pagi itu memimpin misa memberikan penguatan dengan menyampaikan pesan bahwa Tuhan mau memberikan dirinya bagi kita dalam rupa anak manusia, Bayi Yesus. Di samping itu Pastor juga menyoroti peran tiga raja dari timur sebagai tokoh yang memberikan pelajaran moral sekaligus mengajak seluruh anak agar dapat memetik intisari dari drama tersebut dengan jalan berbagi kepada sesama. Seluruh anak yang hadir dapat dengan rela berbagi sukacita bagi teman-teman di kampung dengan cara mengumpulkan kado agar dapat disalurkan ke berbagai stasi di wilayah Paroki Singkawang.

Kiranya pembelajaran berbagi semenjak dini yang diterapkan oleh gereja memberikan dampak positif bagi tumbuh kembang mentalitas anak agar peka dan peduli bagi sesama. (Hes)
 

Dari Assisi, untuk Kehidupan dan Kemanusiaan di Singkawang

Dari Assisi, untuk Kehidupan dan Kemanusiaan di Singkawang

 


Jika baru-baru ini kita mendengar hiruk pikuk penggalangan suara demi terlaksananya Pilkada serentak di beberapa Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat, berbeda dengan yang terjadi di Kota Singkawang. Menilik lebih dekat, di Jln P. Diponegoro No. 1 ini bukan aksi penggalangan suara melainkan kegiatan penggalangan darah lewat aksi donor darah. 

Ya, tepatnya tanggal 20 Desember 2015 kemarin, di Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang sedang diadakan kegiatan donor darah. Kegiatan rutin tahunan yang digawangi oleh kolaborasi WKRI dan OMK Santo Fransiskus Assisi Singkawang, di bawah panji Seksi Sosial Panitia Natal Santo Fransiskus Assisi Singkawang. Aksi kemanusiaan menyumbang darah tersebut menjalin kerjasama dengan PMI Kota Singkawang sebagai satu-satunya organisasi perhimpunan nasional yang menjalankan tugas kepalangmerahan.

Dalam dua tahun terakhir, Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang memang selalu menjalin kerjasama dengan organisasi bermotto “Setetes Darah Anda, Nyawa Bagi Sesama” tersebut. Kegiatan yang diketuai langsung oleh dr. Liem Jong Chun tersebut berhasil mengetuk hati 28 sukarelawan. Sebuah tindakan tanpa pamrih yang sangat luar biasa.

Hadir juga dalam kegiatan tersebut ketua Perhimpunan Donor Darah Indonesia (PDDI) Kota Singkawang Ibu Malika Awang Ishak. Ketua PDDI Singkawang yang memiliki nama asli Tjhai Nyit Khim itu secara langsung menyatakan sangat mendukung kegiatan sosial donor darah ini. “PPDI adalah sebuah organisasi yang berisi para sukarelawan. Nah, para pejuang-pejuang sosial ini bekerja tanpa dibayar dan terdiri dari semua unsur pekerja dan suku. Jadi siapapun yang ingin terjun dalam aksi sosial donor darah adalah anggota PDDI,” jelasnya. 

Organisasi yang memiliki anggota inti sejumlah 10 orang ini berperan dalam menginisiasi adanya kegiatan donor darah baik di kalangan PNS Kota Singkawang, sektor swasta, dunia sekolah terutama SMA, hingga tempat-tempat religius seperti tempat peribadatan. “Jika Kebutuhan darah di Kota Singkawang terpenuhi tentu hal ini akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Singkawang itu. Bahkan jika memungkinkan kita bisa mengirim stock darah di Singkawang ke beberapa kabupaten tetangga.”  

Hal senada juga diungkapkan oleh oleh ketua Seksi Sosial Hermanto Halim. Ia mengatakan akan terus mengadakan aksi kemanusiaan seperti ini minimal dua kali setahun demi mendukung terpenuhinya kebutuhan darah di Kota Singkawang. “Dalam dua tahun, ini adalah keempat kali kami mengadakan aksi donor darah. Setahun dua kali biasanya saat 17 Agustus dan menjelang Natal,” tambah pria yang berkecimpung dalam dunia usaha tersebut.

Di tengah gencarnya aksi kemanusiaan pengumpulan darah, ternyata sayup-sayup kita masih saja mendengar adanya istilah “cangkau darah” yang menurut beberapa orang dikatakan sebagai aksi tidak manusiawi. Sejatinya, darah yang telah disumbangkang demi keselamatan nyawa seseorang justru diperdagangkan demi keuntungan pribadi.

Menyadari masih adanya orang-orang “nakal” seperti itu, ibu Malika Awang Ishak menanggapi keras hal tersebut. Ia manyadari hal seperti itu memang ada dan dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “Hal seperti itu biasanya terjadi jika kita menyerahkan orang lain yang mengurus kebutuhan darah untuk kita atau keluarga kita. Mereka akan meminta bayaran. Karena itulah kami menyiapkan sejumlah intel untuk mendeteksi hal ini. Semua pendonor terintegrasi  baik dengan bank data yang kami miliki,” tegas wanita yang mengetuai organisasi itu sejak Februari 2015.Di satu sisi kita melihat ada kegiatan donor darah yang bisa dikatakan berisi orang-orang yang berpengalaman dalam bidangnya. Lalu tidak ada salahnya kita melihat sisi lain kegiatan donor darah tersebut.

Masih pada kegiatan yang sama dan diruangan yang sama, sesuatu yang mungkin luput dari pengamatan adalah sumbangsih dari WKRI dan OMK Santo Fransisku Assisi Singkawang. Hanya segelintir anak muda yang secara langsung terjun dalam kegiatan tersebut dibantu seorang wanita yang akrab dengan sapaan “Bu De”. Paling tidak itu adalah yang terlihat saat kegiatan sedang berlangsung. 

Sebuah ironi yang memang nyata ada, sebuah nama kelompok yang berarti besar mewakili sekian banyaknya orang. Namun dalam kegiatannya hanya beberapa pasang tangan saja yang bekerja. Atau mungkin kita bisa mencoba melihat secara terbalik? Sebuah kelompok besar yang pada saat acara berlangsung muncul dengan berbagai atribut pakaiannya namun menghilang di saat harus menyelesaikan “sisa-sisa” hasil “acara”.

Terlepas dari visualisasi sesaat itu, angkat topi harus diberikan kepada seluruh pihak yang berperan aktif dalam kegiatan tersebut. Tanpa menyebut nama dan kelompok semua yang kita lakukan adalah demi kemajuan dan kebersamaan umat di Santo Fransiskus Asisi Singkawang, demi gereja kita bersama dan terutama demi kehidupan.  (Sabar Panggabean)

 

Menebar Ceria dalam Natal Lansia

Menebar Ceria dalam Natal Lansia

 

Senin, 28 Desember 2015. Dentang lonceng gereja memanggil umat untuk hadir dalam misa yang diperuntukkan bagi  umat lansia (lanjut usia). Misa yang digelar di Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang ini dimulai pukul 08.00 WIB dengan mendapuk Pastor Gathot Purtomo, OFMCap sebagai pemimpinnya. Dalam homilinya, Pastor Gathot mengajak seluruh umat Katolik yang tergolong lansia untuk tetap berkarya dan bertekun dalam doa.

Misa yang berlangsung khusyuk ini dihadiri cukup banyak umat. Hal ini terlihat dari bangku-bangku gereja yang hampir terisi penuh. Usai misa digelar open house yang ditujukan panitia sebagai ajang silaturahmi, menghibur dan berbagi untuk para lansia. Acara yang digelar di halaman Gereja Santo Fransiskus Assisi ini sanggup menciptakan suasana ceria bagi para lansia. Hal ini tampak dari antusiasme yang timbul dan terbias di wajah-wajah mereka. Pada  akhir acara panitia serta-merta membagikan bingkisan bagi seluruh lansia yang hadir. (Hes)  


Kasih Natal dalam Sembako untuk Alverno

Kasih Natal dalam Sembako untuk Alverno

 

 

Semangat berbagi rasanya tak pernah mati. Sikap toleransi dan peduli menjelma menjadi jati diri. Masih dalam rangka perayaan Natal 2015, seksi sosial Gereja katolik Santo Fransiskus Assisi kali ini menyambangi Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang. Kehadiran seksi sosial yang dimotori oleh Hermanto Halim, S.E., dan juga melibatkan beberapa anggota OMK (Orang Muda Katolik)  ini merupakan kali kedua setelah tahun lalu sukses menggelar acara serupa. Sambutan hangat datang dari suster pengurus dan penghuni kompleks Rumah Sakit Kusta yang juga tercatat sebagai satu-satunya Rumah Sakit bagi penyandang kusta di regional Kalimantan.   

Penyampaian bantuan dilaksanakan pada Minggu, 27 Desember 2015. Dalam sambutannya Hermanto menuturkan bahwa kegiatan bakti sosial ini merupakan wujud nyata Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi dalam cinta dan kepedulian terhadap sesama. Pria berkacamata ini juga menegaskan bahwa bantuan yang diberikan tanpa memandang  latar belakang si penerima , “Kegiatan baksos ini merupakan rangkaian kegiatan perayaan Natal 2015. Maksud dari kegiatan ini adalah kita dapat bersilaturahmi saling mengenal satu sama lain hingga diharapkan tumbuh kasih di antara sesama umat beragama juga demi mempererat jalinan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kami berharap semoga bantuan ini dapat berguna bagi saudara saudari terkasih di Alverno ini. Semoga semua dapat merasakan sukacita dan penuh berkah dalam semangat natal,” paparnya. 

Bantuan yang disampaikan oleh seksi sosial kepada suster pengurus Rumah Sakit Kusta Alverno kali ini berupa sembako. Dalam kesempatan yang sama Suster Cristine, SFIC menyampaikan terima kasihnya mewakili pihak Rumah Sakit Kusta Alverno. “Puji Tuhan kami haturkan ke hadirat Yang Maha Kuasa atas  kasih karunia yang boleh kami terima di sini bersama pasien-pasien rumah sakit kusta alverno ini saya dari pihak suster SFIC dalam hal ini mewakili Sr Anjelita sebagai perngurus dan pendamping  harian nyang sedang berhalangan karena kondisi kesehatan dan atas nama perawat-perawat di sini. Dengan kedatangan pihak gereja katolik santo fransiskus assisi singkwang Kami mengucapkan banyak terima kasih atas makanan dan sembako yag disampaikan. Kami tidak dapat membalasnya tapi kasih Tuhanlah yang bekerja di sini dan dengan aksi ini kiranya telah mewartakan karya agung tuhan kepada orang yang miskin dan lemah. Bukan hanya lemah secara fisik juga secara psikologis. Dengan kegiatan ini juga diharapkan dapat menghapus stigma yang berkembang di masyarakat mengenai penderita penyakit kusta ini, ” pungkas suster berwajah teduh ini.
(Hes)