Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

16 Mei 2016

Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

Pencerahan Hati di Bawah Gunung Poteng

 

Pagi itu suasana alam gunung Poteng begitu gelap dan mendung. Sejumlah 68 orang siswa kelas IX dan XII baik dari asrama putra  St Maria dan putri St M. Gorreti Singkawang tidak bisa melihat dan menikmati gerhana matahari untuk pertama sepanjang usia mereka pada Rabu, 9 Maret 2016 pukul 6.00-8.45 Wib. 

Namun misi para generasi yang birilian sepagi itu bukan bertujuan utama menyaksikan fenomena alam tersebut, tetapi mereka sedang mengadakan kegiatan retret mencerahkan hati bagi peserta  UN dalam menyambut Ujian Nasional 2016 sekaligus penutupan program  kegiatan kerohanian dari kedua asrama di penghujung tahun ajaran 2015/2016. 

Bruder Theofanus, MTB, S.Pd selaku pembina asrama Putra St Marry Singkawang dengan penuh gembira menyaksikan anak didiknya dalam mengikuti kegiatan tersebut. Sambil membidikan lensa kesayanganya ia setia mengikuti kegiatan sejak tanggal 8 hingga 9 Maret 2016. “Saya berharap kalian semakin mengerti dan sadar maksud dari pencerahan hati dan pikiran kalian dalam menghadapi UN yang merupakan puncak dari segala ujian. Kalian tidak perlu takut karena selama tiga tahun sudah banyak file yang ada dalam kepala kalian yang telah kalian pelajari dari sekolah maupun di asrama tempat kalian endapkan ilmu yang ada,” yang diiringi tepukan tangan peserta semakin mendukung suasana di hari penutupan gawe super eksklusif kedua asrama ini.

Kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar berkat sikap cekatan dan gesit dari pembina Asrama Putri St Maria Gorrety Singkawang dalam menyiapakan segala kebutuhan peserta di saat itu. Sr. Priska, SFIC, S.E., juga ikut senang karena dalam program di akhir tahun ajaran ini, bersama pembina asrama putra bisa bekerjasama mulai dari persiapan bahan/materi, sarana prasarana pendukung kegiatan outbond, menu malam keakraban serta tempat penyelenggaraan yang cocok untuk orang muda. “Saya dulu tidak ada kegiatan seperti ini menjelang UN. Kalian  hebat dan harus bangga karena di sisa waktu yang  disediakan oleh sekolah dan asrama masih punya waktu luang untuk mencerahkan suasana hati dan pikiran kalian dalam menyambut UN 2016,” sharing  suster muda ini dalam membandingkan pola pembinaan asrama dari zaman dan usia yang berbeda. Menurut alumni STIE Mulia Singkawang ini, “Kepintaran seseorang di dunia akademik bukan segalanya untuk mencapai kesuksesan dalam berkarya di tempat yang nyata  masih banyak kecerdasan dan skill yang bisa menguji kita untuk bisa sukses dalam berkarya di mana saja kita berada,” ujar penyuka olahraga voli ini penuh semangat.

Kegiatan pencerahan ini tidak ada yang istimewa dan spesial  bagi mereka, hanya suasana yang membuat tampil beda. Adapun kemasan acara secara umum adalah dinamika kelompok,  refleksi dan renungan, sharing, malam keakraban, serta outbond yang menggembirakan. Banyak permainan yang dikemas oleh pemateri, menggugah mereka untuk terlibat dan memicu untuk aktif dan dapat memberi makna dalam diskusi kelompok dengan fokus dan timbal balik mengapa tinggal di asrama, tujuan tinggal di asrama dan prestasi apa tinggal di asrama dan lain sebagainya.  Selain itu kegiatan outbond-nya lebih pada pencarian jati diri dan bisa memimpin diri sendiri,  belajar  menjadi pemimpin, namun yang menjadi fokus utama adalah kemana mereka setelah berakhir di bangku SMP dan SMA.

Maka dapat dikatakan puncak permenungan mereka di balik kegiatan ini adalah bahwa mereka sadar, hanya melalui pendidikanlah, martabat kita manusia dihargai di masyarakat dan yang bisa membangun diri dan lingkungan dapat maju tidak lain melalui sekolah. Apalagi dalam menghadap MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), semakin kita pacu untuk belajar dengan tekun dan ulet, untuk bisa bersaing dengan pelajar Asean baik tingkat SMP, SMA maupun di Perguruan Tinggi.

Peserta sadar bahwa setelah tamat dari  SMA, harus dapat mandiri dan dewasa dalam gaya atau metode belajar yang selama ini di asrama selalu didampingi oleh pembina dan mengikuti jadwal  yang telah dipatenkan oleh peraturan asrama. Maka ketika di perguruan tinggi tidak ada yang  mengatur dan harus menemukan sendiri untuk bisa sukses. 

Sedangkan untuk SMP selain melanjutkan ke tingkat SMA,  mereka harus mengambil keputusan apakah masih mau bertahan di asrama atau mencari suasana baru di luar.  Maka masih diberi kebebasan kepada mereka untuk mencari kebebasan dalam hidup, yang  mungkin mereka tahu dan sadar bahwa tinggal di asrama banyak ilmu yang harus ditimba demi masa depan dan cita-cita dalam hidupnya.

Di akhiri rangkaian kegiatan ini selain evaluasi secara spontan, para peserta dan pembina sama-sama mandi di sungai Eria. Di bawah gunung Poteng, para tunas  muda ini berbaring di atas aliran sungai yang teduh nan segar sambil menikmati bunyi gemercik natural air yang mengalir dan kicauan burung-burung yang menggoda bersahut-sahutan. “Kesegaran menikmati mata air yang alami lebih sejuk ketimbang ke spa yang  harganya mahal untuk ekonomi kalangan menengah ke bawah,” celoteh salah satu peserta  sambil menyelonjorkan kakinya di atas batu alam.

Mendung awan di atas gunung Poteng perlahan-lahan tersibak dan berganti dengan pemandangan awan nan membiru karena keceriaan dari generasi muda yang maju dan berhasil dalam hidup ini. “Terima kasih kepada Bapa di surga, pembina dan semua peserta karena di tempat ini kita merasakan kehadiran keagungan kasih Tuhan,” ungkap salah satu pembina di akhiri kegiatan dalam membawakan doa penutup saat itu. “Woouuu amazing banget, kapan lagi ya, bakalan ga lupa seumur hidup,” puji salah satu dari peserta asrama putri yang suka menghibur temannya di saat galau dalam belajar. Bravo pembina asrama Singkawang. Semoga kegiatan yang dilaksanakan di Wisma Emaus Nyarumkop ini dapat memberi dampak positif bagi seluruh pesertanya dan ditingkatkan di kemudian hari. *** Bruf.