Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

3 Sep 2015

Pejuang Kehidupan Orang Muda

Pejuang Kehidupan Orang Muda 


Pemuda yang energik ini tidak menyangka hidupnya berubah total. Hidupnya kini dipenuhi segala aktivitas berkarya dalam masalah penanganan  dan penanggulangan narkoba. Berawal dari keprihatinan situasi di sekitarnya mengetuk hati untuk ambil bagian dalam menyelamatkan generasi muda. Kota Singkawang menjadi  tempatnya untuk memberi perhatian dalam lingkup generasi remaja. Pemuda yang bekerja di BNN Singkawang ini sudah masuk hampir ke seluruh sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi di Singkawang untuk memberi informasi tentang pencegahan penyalahangunaan narkoba, bahkah juga dari beberapa lembaga lainnya yang ingin mengetahui segala hal mengenai narkoba.
 
Sabar  itulah namanya. Cukup ringkas dan mudah diingat. Perawakanya seperti ‘pria berseragam’, membuat peserta workshop saat itu agak segan untuk bertanya mengenai identitasnya. Namun saat memberikan materi dan pada segmen tanya jawab, justru banyak remaja antusias untuk bertanya seputar narkoba. Di hadapan  peserta SMP dan SMA berjumlah 283 baik dari Asrama Puteri St. Maria Goreti Singkawang dan Asrama Putra St. Maria, si penyuka basketball ini dengan blak-blakan membuka fenomena remaja yang terjadi saat ini baik yang terjadi ditingkat nasional maupun di daerah terutama kota Singkawang.

Menurut Sabar, saat ini  data di BNN tahun 2015,  2,8 % dari  penduduk Indonesia atau sekitar  4,5 juta jiwa adalah pencandu narkoba. Di kota Singkawang dan sekitarnya kurang lebih 1.500-2.000 orang dari 245 ribu penduduk yang sudah mengonsumsi narkoba. Rata-rata usia remaja SMP, SMA dan perguruan tinggi. Bagaikan petir di siang bolong,  semua peserta begitu terperanjat mendengar informasi yang sangat riskan bagi kehidupan remaja saat ini.

Ketika Duta menyentil usia penggunanya dengan tegas dia menjawab bahwa saat ini mereka sebagai pemakai rata-rata usia 15-24 tahun. Dengan kata lain remaja awal dan dewasa. Pria yang ditugaskan khusus dari Jakarta ini tidak henti-hentinya terjun ke lapangan secara berkala. Pengalaman membagikan brosur dan pamflet  sudah dilakukan secara berkala sebagai media informasi yang aktual kepada masyarakat  dan lingkungan gereja. Sarjana Ilmu Komunikasi dari Bandung ini dengan tekun dan sesuai dengan namanya tetap sabar dalam merangkul generasi muda yang sudah bergumul dalam narkoba untuk direhabilitasi secara intensif tanpa biaya hingga sampai pada proses pemulihan atau penyembuhan.

Dalam kesempatan terpisah, pria penyuka sayur organik ini menceritakan bahwa tiap tahun hampir 18-20 ribu jiwa di Indonesia yang masuk dalam panti rehabilitasi  narkoba  dan butuh 40 tahun untuk penyembuhan dari barang haram tersebut. Dia juga sangat menyayangkan bahwa seringkali para pecandu dimasukan dalam penjara dan penanganannya dirasa sangat tidak proporsional. Pecandu narkoba lebih cocok ditempatkan di panti rehabilitasi, jika mereka ditempatkan di penjara, maka berbagai permasalahan akan timbul. Kondisi penjara bisa over capasity, kamar yang dihuni melebihi kapasitas seharusnya. Bagi sabar ini bukan cara yang tepat dalam menangani para pencandu sebab jika dalam penjara mereka akan belajar jadi pengedar atau bahkan malah menjadi bandar. Selain itu justru secara tidak langsung memberi kesempatan kepada pencandu untuk semakin profesional dalam mengedarkan bahkan membangun dan mengendalikan jaringan peredaran narkoba yang lebih luas sekaligus menjelma menjadi benteng paling aman karena dianggap tempat terisolasi dan tempat  mencuci dosa.  

Semoga banyak Sabar lain lagi yang bisa menjadi duta penyelamat bagi generasi muda lainnya, setidaknya ada sosok yang bisa merangkul mereka yang sudah terjerumus di dalamnya dan mencegah bagi yang tergoda untuk mengonsumsinya. Di akhir pertemuan dengan Duta anti narkoba, digemakan sebuah slogan, “No Drugs Yes Pro-Life.” Sungguh-sungguh pejuang hidup generasi muda.
(Fl. Ngardi, MTB)