Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

26 Okt 2015

MELAYANI DEMI KEMULIAAN NAMANYA

MELAYANI DEMI KEMULIAAN NAMANYA


Singkawang, Kamis, 24 September 2015 pukul 10.00 Wib, bertempat di Aula Paroki Singkawang  para undangan baik dari awam maupun religius berkumpul untuk memilih ketua Dewan Pastoral Paroki (DPP) St. Fransiskus Assisi Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak periode 2015-2018.

Peserta yang hadir terdiri dari seluruh tokoh umat Katolik Singkawang, baik pengurus DPP lama, perwakilan stasi, wilayah, lingkungan, kring, organisasi maupun utusan dan beberapa lembaga religius yang berkarya di Paroki Singkawang. Acara ini dipandu langsung oleh  Bapak Ignas Nandang, S.Kep, Ners sebagai Master of  Ceremonial (MC) dengan ramah dan humanis.

Sebelum masuk pada termin pemilihan ketua DPP baru, MC mengajak peserta yang hadir bersama-sama memohon bimbingan Roh Kudus agar yang terpilih sungguh mau melayani umat di paroki sekaligus sebagai sayap kiri pastor paroki. Doa pembukaan  dipimpin langsung oleh Br.Flavianus, MTB, kemudian diteruskan dengan pembacaan laporan pertanggungjawaban ketua DPP periode 2012-2015.

Bapak Ambrosius Kingking, SH  menyampaikan secara terbuka kegiatan-kegiatan dan program yang telah dilakukan para pengurus  DPP lama selama satu periode baik yang terprogram, terencana dengan baik dan berjalan lancar. Setelah itu lagi-lagi MC memberi kesempatan kepada narasidang untuk memberi tanggapan atas laporan tersebut. Bapak Y. Kaswin selaku seksi pastoral keluarga memberi masukan agar sekiranya dari seksi pastoral keluarga dideskripsikan secara detail yang selama ini sudah dijalankannya dengan penuh tanggungjawab di lingkungan atau wilayah kota Singkawang dan sekitarnya.

Selain itu muncul ide baru dari Bapak Drs. Titus Pramana, M.Pd agar pada kepengurusan periode berikutnya ada seksi khusus pemerhati sekolah Katolik yang ada di Paroki Singkawang. Menurut ketua koordinator pengawas Dinas Pendidikan  Kota Singkawang yang sekaligus  dipercaya oleh pemerintah sebagai tim akreditasi sekolah-sekolah yang ada di Kalbar baik tingkat kota maupun kabupaten ini, bahwa wacana untuk pemerhati dalam bidang pendidikan, paroki mempunyai hak dan kewajiban untuk membantu mutu sekolah yang ada sebagai mana telah diatur dalam kitab hukum kanonik Gereja Katolik. 

Pada Segmen selanjutnya MC mengundang semua peserta untuk memilih ketua DPP periode 2015-2018. Tidak memakan waktu lama, maka muncul nama yang tak asing lagi yaitu Ambrosius Kingking, SH yang kembali dipercaya untuk memimpin dan melayani umat untuk periode 2015-1018. Semua umat yang hadir memberi aplaus dan apresiasi atas kesanggupannya  sebagai dukungan dan penyemangat bagi Ambrosius dalam mengembangkan tugas yang dipercayakan kepadanya. “Pastor dan bapak ibu yang terkasih, sebenarnya saya belum siap melaksanakan tugas yang mulia ini, namun karena ini adalah pelayan di gereja saya bersedia untuk menerima tugas mulia ini tanpa paksaan tetapi tulus dan Iklas,” mengawali  sambutan dari ketua DPP periode 2015-2018 yang juga merupakan Lurah Sagatani ini semakin menguatkan Pastor Gathot dalam sambutan terhadap ketua DPP terpilih. “Saudara/i terkasih, sejarah Gereja Katolik membuktikan bahwa sejak Konsili Vatikan ke-2, Pintu Gereja semakin terbuka untuk menghirup udara segar, di mana peran awam sangat kuat dalam membantu dan melayani untuk keberlangsungan Gereja Katolik hingga kokoh dan kuat kepemimpinannya sampai saat ini,” ungkap penyuka sinema Humaniora ini. Lanjutnya bahwa gereja yang terkesan dengan model ‘piramid’ dirombak total menjadi gereja berbentuk ‘comunio’, di mana kita semua bersatu untuk mewartakan visi dan misi kerajaan Allah di muka bumi ini tanpa disekat oleh gelar atau jabatan semuanya saling melayani.” Tepukan tangan meriah dari semua yang hadir menutup rangkaian dalam sambutan imam yang penuh pesona ini dengan mantap.

Sebelum mengakhiri kegiatan ini ketua DPP terpilih memilih pengurus inti dan seksi-seksi untuk membantu dalam kegiatan kegiatan berikutya. Selain itu untuk memperlancar kinerja pengurus inti maka lahirlah seksi-seksi berikut ini, yaitu sejumlah 9 seksi dan 1 seksi masih dalam wacana. Adapun bidang-bidang tersebut adalah liturgi, pewartaan, pembinaan iman anak, hubungan antar agama dan kepercayaan, pastoral keluarga, sosial paroki/pengembangan sosial ekonomi (PSE), humas, kepemudaan, inventaris/asset  gereja dan satu dalam tahap penjajakan yaitu: komisi pemerhati mutu sekolah Katolik yang ada di Paroki Singkawang. Selain itu tidak luput juga perwakilan organisasi dan dari lembaga religius yaitu Pemuda Katolik (OMK), Wanita Katolik RI, ISKA, PDKK, Legio Maria, PPKS  dan dari religius regular dan sekular yakni Kongregasi Suster SFIC, MTB dan OFS.

Semoga yang terpilih dapat melaksanakan job description tugasnya sehingga semuanya berjalan dalam visi misi yang sama yaitu melayani umat demi kemuliaan nama-Nya di muka bumi dan di surga. (Bruf)


25 Okt 2015

KUTEMUKAN DIA DI DALAM KEHENINGAN HIDUP


KUTEMUKAN DIA DI DALAM KEHENINGAN HIDUP


“Aku bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, 
Karena Engkau telah menciptakan aku
dan anugerah panggilan yang aku terima dari-Mu”

Doa St. Klara di atas, menjadi spirit sang wanita sejati dari Ambawang Pontianak untuk mencari Tuhan dalam keheningan. Percikan permenungan singkat di awal hidupnya membuat Sr. Maria Serafin Daros, OSCCap bersyukur tak terhingga karena sudah mencapai target apa yang menjadi cita-cita dalam panggilan hidupnya dengan cara hidup sebagai suster slot seumur hidup.

Sabtu, 12 September 2015 pukul 10.00 Wib, Gereja St. Fransiskus Assisi menjadi sejarah bisu yang menyaksikan wanita berjubah coklat tergopoh-gopoh menuju ke depan altar saat mengucapkan kembali janji setia hidup panggilan membiaranya  atau kaul hidup membiaranya ke 60. Wanita pertama dari Indonesia yang bergabung di Biara Slot atau Klaris ini menjadi torehan sejarah bagi anggotanya dari Indonesia untuk mengikuti jejak langkahnya dalam hidup  membiara gaya kontemplatif. 

Perayaan syukur Ekaristi yang berlangsung saat itu  merupakan persembahan dari ordonya atas  kesetiaan  Sr. Serafin dalam mengikuti Yesus dengan tampil beda. “Sebagai  seorang suster Klaris, sejak muda hingga saat ini beliau sangat taat pada aturan hidup membiara, penuh semangat berkurban dan mati raga,” ungkap salah satu suster Klaris dalam memberi kesaksian  tentang suster sepuh ini. Menurut anggotanya di usia ke 82 ia tetap menjalani doa  6 waktu dan yang tak pernah absen adalah doa pukul 23.45 (tengah malam) yang memberi warna tersendiri dalam menemukan Yesus di tengah keheningan  malam hari seingga  melahirkan jiwa yang bening dan teduh.

Kesaksian dari beberapa anggota biaranya disimpulkan oleh pastor Heribertus Hermes, PR dalam wawanhati dengan pestawati sebagai ganti khotbahnya saat itu. Menurut Pastor Hermes yang  sekaligus keponakannya, bahwa tidak semua orang bertahan dan setia berdoa di tengah malam, pagi, subuh, sore hingga siang dan malam, hanya mereka yang mempunyai ruang gerak khusus oleh roh yang berkarya dalam dirinya. Menurut pastor Paroki Bengkayang ini bahwa di tengah hiruk pikuknya dunia ini, banyak godaan untuk tidak berdoa oleh karena kesibukan masing-masing yang menjadi utama dalam hidup kita.“Gaya hidup Suster Serafin sangat lurus dan lugu. Meski kadang terkesan kaku, dan keras, semangat doa tidak pernah surut. Terimakasih Sr. Serafin teladan berharga ini ingin kami ikuti,” ujar suster abdis (pemimpin) biaranya dengan lantang. “Selamat melanjutkan peziarahan panggilan ini sampai akhir hayat untuk menyongsong kebahagian kekal dalam Kristus,” tambah Suster Rosa, OSCCap dengan nada gembira.

Di akhir liputan sederhana ini penulis sedikit merekam biodata profilnya.  



Nama sebelum masuk biara: Antonia Tony.
TTL, Ambawang, 1 November 1932.
Putri ke 2 dari 8 bersaudara dari pasutri Bapak Paulus Daros dan Ibu Rufina.
Asal paroki Ambawang Pontianak.
Masuk Biara Klaris Kapusines  8-9-1951 langsung diterima sebagai postulan.
Menjadi Novis 8-9-1952.
Kaul sementara 12 -9-1955 dan kaul kekal (seumur hidup) 12-9-1956.
Beliau pernah menjadi abdis (pemimpin biara) tahun 1989-1994. Dialah wanita pertama pribumi Indonesia masuk di biara Klaris yang telah dikenal oleh umat di Singkawang  dan Kalbar umumnya sebagai biara slot (terkunci).

Ekaristi yang berlangsung dua jam saat itu tampak hadir tamu undang dan keluarga dekat pestawati. Usai Ekaristi dilanjukan ramah tamah penuh persaudaraan di Biara Zlot. Proficiat Suster Serafin, OSCCap. Semoga semangat hidupmu membawa secercah harapan bagi gereja dewasa ini. (Bruf)

KARYA ISTIMEWA DAN SETENGAH ABAD BERKARYA DI INDONESIA

KARYA ISTIMEWA DAN SETENGAH ABAD BERKARYA DI INDONESIA

 

Kamis, 1 Oktober 2015. Siang yang cukup gerah, kota Singkawang masih diliputi kabut asap tipis namun tak menyurutkan umat untuk menghadiri perayaan sederhana setengah abad Pastor Yeremias, OFMCap berpijak dan berkarya di Indonesia. Kira-kira 150 orang memadati ruang tamu pastoran, mengelilingi  ia yang memang tampak begitu istimewa dengan kulitnya yang khas Eropa. 



Kala itu seusai pastor paroki membuka acara dengan doa, Pastor Yeri dipersilakan menyampaikan kata sambutan berkenaan 50 tahun ia berkarya di juga mengenai buku-buku yang dialibahasakannya. 

Terdapat lima buku yang kala itu diperkenalkan dan diulas secara singkat di hadapan umat yang hadir. Kelima buku itu masing-masing berjudul Sejarah Kongsi Lan-Fong Mandor, Lanskap-lanskap di Pinoh-Hulu, Kronik Mampawah (dan Pontianak), Adat dan Bahasa Dayak Kendayan Kalimantan Barat, dan Kongsi-kongsi Monterado.



Usai menyampaikan sambutan singkat yang lebih didominasi penjabaran mengenai buku yang dialihbahasakannya, Pastor Yeri berkenan meniup lilin pada tart yang sengaja disiapkan oleh panitia kecil penyelenggara pesta. 

Profisiat Pastor Yeri, semoga selalu sehat dan dipenuhi berkat dalam berkarya dan memenuhi panggilan tugas melayani umat. (Hes)


AGAMA PEMBAWA KEDAMAIAN DAN KECERDASAN BUKAN TEROR

AGAMA PEMBAWA KEDAMAIAN DAN KECERDASAN BUKAN TEROR


Singkawang, 21 September 2015 bertempat di Hotel Dangau Singkawang,  tepatnya pukul 08.00-17.00 Wib, sejumlah  215 tokoh lintas agama dan etnis  mengikuti dialog  tokoh agama  dan pendidikan dengan tema Agama Pembawa Kedamaian dan Kecerdasan Bukan Teror. Peserta yang hadir berasal dari beberapa kabupaten di wilayah utara Kalimantan Barat, yakni Mempawah, Sambas,  Bengkayang dan Kota Singkawang.

Koordinator kegiatan dialog lintas agama, Pendeta Daniel Alpius menyatakan bahwa tujuan kegiatan dialog ini sebagai upaya dari masing-masing tokoh agama yang ada di wilayah utara Kalbar agar bersama-sama menciptakan situasi kondusif dari ancaman luar yang bisa memecahkan persaudaraan di antara kita. Salah satunya adalah ideologi yang bisa merusak tatanan batin terdalam umat manusia, yaitu iman yang bisa menghancurkan orang lain dan diri sendiri. 

Selama sehari pemaparan materi dari berbagai narasumber sangat membantu peserta untuk bisa membuka diri dalam berdialog dengan penuh persaudaraan. Adapun tokoh-tokoh yang menjadi pemateri adalah  Drs. M.H. Herwan Chairil  sebagai keynote speaker dengan judul Kebijakan  dan Strategi Pemerintah dalam Penanggulangan Terorisme. Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) ini membeberkan kepada peserta tentang kejadian-kejadian yang sudah terjadi di Indonesia, antaranya bom Bali, Poso dan Hotel JW Marriot Jakarta. Brigadir Jendral yang lama bertugas di Sintang ini menghimbau kepada peserta bahwa sekembali dari workshop ini kita dapat menjadi agen perubahan untuk umat dan peserta didik kita supaya ‘otak’ mereka tidak dicuci oleh orang-orang yang menghancurkan sendi-sendi persaudaraan bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke. “Bila ada pendatang yang dirasa curiga bisa saja dilaporkan ke Pak RT atau Polisi,” tegas orang nomor satu di BNPT ini dengan mantap.



Selain itu peserta dialog diajak oleh Dr.Ir Kristianus, M.Si agar kita bersama berupaya mencegah paham radikalisme dengan Kearifan Lokal. Menurut dosen Sosiologi UNTAN ini bahwa kita coba menarik diri untuk bisa menggunakan dan mengakrabkan diri dengan istilah Imagine Communities, yaitu dialog kita didasarkan pada perspektif instrumentalisme dan kolonialisme internal dan tidak menggunakan perspektif standar seperti primodialisme, etno-simbolis dan konstruksi sosial. Mendukung pernyataan tersebut dalam layar LCD narasumber menampilkan secara detail peta Kalimantan Barat. Kristianus lagi-lagi mengajak untuk meninjau  soal pemetaan kawasan perbatasan Kalbar-Serawak. Dikatakannya bahwa kita secara bersama-sama dari setiap agama yang hadir untuk perlu memahami rencana  perkebunan sawit di perbatasan sebagai sebuah rencana masa depan atau penghancuran kearifan lokal  Kalimantan secara sismatis, karena ini sangat rawan memunculkan konflik sosial baik secara horizontal maupun vertikal. Di sinilah kita sama-sama menjaga bumi pertiwi dari kekuasaan dan penjajahan pengusaha yang haus akan kekayaan alam di Kalbar.

Pada segmen tanya jawab hampir dari setiap tokoh agama puas dengan dialog tersebut. “Melalui dialog ini bukan hanya pembahasan mengenai persoalan pemahaman sejarah agama masimg-masing  supaya diterima oleh orang lain saja namun bagaimana kita saling menghargai  dan menghormati keyakinan satu sama lain  sehingga menjadi kekayaan bagi kita semua sebagai anak-anak bangsa yang yang hidup dalam bingkai pluralisme dan multikuturalisme”, demikian ungkapan dari salah satu tokoh utusan dari agama Katolik yang tidak mau disebut namanya. Hal ini didukung juga pernyataan dari bebebapa tokoh muslim bahwa pandangan teroris selama ini jangan dikaitkan dengan agama sebab itu merupakan ranah privasi seseorang untuk melakukan apa saja yang ada di dalam otaknya. Semua agama mengajarkan kedamaian dan kebaikan. Tidak ada agama yang mengajar saling membenci hingga menghilangkan harkat martabat sebagai manusia. Komentar salah satu tokoh  muslim yang cukup humanis dalam penyampaian pernyataan saat itu. 

Untuk menyimpulkan dialog ini disuguhkan teaterikal singkat dari budayawan Pontianak dengan judul Kita Berbeda Agama Tetapi Tetap Bersaudara. Akhirnya semoga melalui dialog ini, apapun agama kita,  supaya agama tidak hanya menjadi sejarah dan pengetahuan yang ditampilkan dalam realita kehidupan , namun bagaimana agama itu diwujudnyatakan untuk bisa hidup berdampingan satu sama lain. Yang terpenting bukan dialog teologis semata, tetapi dialog karya dan kehidupan untuk sama-sama membangun Kalbar menjadi maju dan sejahtera. Akhirnya kita bersaudara musafir menuju tanah terjanji yakni surgawi yang sama-sama kita gambarkan sebagai tujuan akhir dari hidup  kita di muka bumi ini. (Bruf)

16 Sep 2015

JELAJAH WAKTU, SINGKAWANG ‘TEMPO DOELOE’

JELAJAH WAKTU, SINGKAWANG ‘TEMPO DOELOE’

Kemudian, atas nama rindu, kutelusuri bayangan pada cerita yang pernah menggiringku menyusuri sudut-sudut kota itu. Di antara pecinan tua, bangunan serta gereja bergaya Belanda, kuil-kuil bersahaja dengan semarak aroma dupa yang mesra bertetangga dengan Masjid Raya. Ingatkah kau tentang tower PDAM kota kita yang menjulang gemilang serta kokoh melegenda. Taman Burung yang sudah ditinggalkan seluruh penghuninya, hingga keruhnya sungai yang tetap setia dan mesra membelah jantung kota. Bukankah setiap langkah dari kaki sanggup membawa pergi ke tempat manapun yang kita ingini, tapi bagaimana halnya dengan hati yang terlanjur tertinggal di kota ini? Masih atas nama rindu, karena jika kau mencintai sesuatu, setiap kali bayangannya sirna dan berlalu, kau akan kehilangan sebagian dari dirimu.   

Apa yang istimewa dari sebuah kota selain eksotisme budayanya, selain denyar keramahan penduduknya, selain cita rasa kuliner khasnya yang pantang enyah karena terlanjur lengket di lidah. Tak lain tak bukan jawabannya berkisar pada kenangan. Sebuah sejarah berlabel kenangan menjadi sesuatu yang mutlak tak tertawar dan mangkus menyita sebagian besar memori  hidup setiap manusia. Keberadaan suatu kota yang sanggup melestarikan cagar budayanya  seolah menjadi jawaban untuk menaungi kenangan  masa silam setiap orang yang sempat terlibat secara emosional. 

Edisi Likes kali ini bermaksud memanjakan mata dan ingatan pembaca dengan mengajak bernostalgia, menjelajah waktu, kembali ke masa lalu. Menelusuri sudut-sudut Kota Amoi, yang dari sumber utama yakni Pastor Yerry maupun Kearsipan Perpustakaan Daerah Singkawang, gambar-gambar pengingat masa lalu yang terserak itu didapatkan. Foto-foto yang didapat dari Pastor Yerry bersumber dari buku yang beliau miliki. Sekadar informasi, objek gambar  lebih banyak mengetengahkan hal yang berkaitan dengan kegiatan misi di kota ini.  Tak lupa di beberapa objek foto terdahulu yang masih dapat ditelusuri keberadaannya kami sertakan sebagai pembanding sekaligus sebagai pemutar kenangan masa silam.    
























Hidup ini penuh warna jika dalam ingatan, kita berhasil merekam begitu banyak kenangan. Hidup ini sarat arti jika kita menilainya dari sudut pandang hati. Hidup ini indah jika kita sanggup menertawakan segala keluh kesah tanpa melupakan sejarah. Kita seringkali terus menerus melihat ke luar, namun lupa menengok ke dalam diri karena menganggap terlalu hambar. Kita berulang kali lebih peduli dengan sejarah sesuatu yang asing dan justru abai pada kisah bumi kelahiran yang sebenarnya sanggup jadi pembanding. Kita acapkali sukses menancapkan cerita tentang tanah seberang di dalam kepala, sementara kisah tanah berpijak kita seolah dimaklumkan untuk terlupa.

Sejarah kita bukan produk karbitan, ia lahir karena tempaan zaman. Jika dapat bertahan di tengah perubahan adalah sesuatu yang mengagumkan dan pasti penuh dengan perjuangan. Dinamika kehidupan menghasilkan transformasi kebudayaan, dapatkah dipertahankan, setidaknya bisakah kita menjaganya tetap utuh dalam kotak-kotak bernama ingatan yang pada akhirnya akan kita abadikan dalam sesuatu yang kita sebut sebagai kenangan. Karena apa yang kita anggap sebagai kenangan sejarah masa lalu, demikian halnya akan dianggapkan oleh anak cucu kita saat memandang wajah kita sekarang di masa depan. Ya, kita juga adalah cikal bakal sejarah yang mungkin saja abadi dan lestari dalam kenangan, atau bahkan lindap dari ingatan masa depan. (Hes)

14 Sep 2015

www.parokisingkawang.org : TELAGA BERITA PENAWAR DAHAGA

www.parokisingkawang.org : TELAGA BERITA PENAWAR DAHAGA


Zaman yang serba mudah, cepat, dan virtual, rasanya jarak tak lagi menjadi kendala dalam komunikasi dan penyebaran informasi. Sekali klik setelah mengetik kata kunci, segala apa yang hendak diketahui otomatis tersaji. Eksistensi dunia virtual sungguh meretas jarak sekaligus melapangkan ruang gerak.  Menuntaskan keingintahuan tentang  perihal yang mungkin saja sempat menyita perhatian, atau sekadar ingin mengikuti perkembangan suatu keadaan dengan cara instan.

Menyadari keadaan ini, tim Buletin Likes tak berdiam diri. Pelebaran sayap guna menjangkau segala kalangan dan mengatasi alasan geografis dilakukan di sela pembenahan diri. Meski rasanya dalam bentuk cetakan fisik saja masih penuh kekurangan yang belepotan di sana-sini, namun segala daya diupayakan demi tersebarnya warta yang  dapat diakses warga meski tengah berada di luar paroki.

Adalah Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap sebagai penggagas utama terbentuknya  web paroki. Tujuannya jelas, seperti tertera di bagian awal artikel ini, menjangkau umat yang berada di luar paroki agar tetap dapat mengakses informasi terkini berkait segala kegiatan maupun perkembangan paroki. Gagasan yang sebenarnya sudah digulirkan sejak awal terbentuknya tim Buletin Likes pada Desember 2014 lalu, baru terwujud lima bulan kemudian. Dijembatani Pastor Fransiskus Cahyo Widiyanto, OFMCap, yang juga merupakan Magister Novis  di Novisiat Poteng, tim Buletin Likes dipertemukan dengan sosok pria teduh, cerdas, berkacamata, Eko Heru Nugroho. Melalui tangan dinginnya mimpi Paroki Singkawang untuk dapat memiliki portal berita dapat diwujudkan. 

Tak butuh waktu lama, berselang tiga hari setelah maksud memiliki web diutarakan, maka laman penyiar informasi seputaran paroki dapat terealisasi. Tak muluk memang impian memiliki portal paroki, setelah mengingat dan menimbang keberadaan warga Paroki Singkawang yang menyebar di seluruh wilayah Indonesia maupun mancanegara dan masih selalu merasa dahaga terhadap informasi seputar paroki tercinta. Hal ini dibuktikan ketika portal paroki baru berumur beberapa hari dan belum memuat  informasi apapun yang dapat diakses, pengunjung laman telah mencapai  angka 300-an. Keadaaan ini tentunya menjadi angin segar yang semakin memompa semangat redaksi buletin untuk terus-menerus membenahi diri dalam bentuk cetak maupun virtual, melengkapi sajian warta melalui telaga berita. Dalam perkembangannya, web paroki  tak hanya berisi berita-berita yang dimuat di buletin versi cetak saja, namun juga berbagai hal yang berkisar pada liturgi, doa, atau komunitas gereja. Bukan bermaksud menganaktirikan pembaca buletin versi cetak, namun keterbatasan kapasitas dalam versi cetak yang memaksa adanya pembatasan konten bacaan. 

Sejak diluncurkan pada akhir Mei 2015 lalu, boleh dikata laman yang mendapuk Sesilia Hernadia sebagai admin ini sukses menyedot perhatian pembaca. Hal ini tampak pada statistik angka yang tertera di pojok kanan atas laman yang terus mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hingga artikel ini ditulis, sudah mendekati angka 7.000 peselancar ranah maya yang meluangkan waktu untuk menyinggahinya. Suatu jumlah yang fantastik bukan untuk sebuah laman yang baru berusia tiga bulan? 

Layaknya wanita yang kandungannya menginjak usia tiga bulan dan tengah mengidamkan banyak hal, demikian juga telaga berita paroki. Banyak ide berkait isi yang ingin dimuat dan dibagi guna menjadi penuntas dahaga informasi. Pada akhirnya konsistensi semangat tim redaksi, dibarengi  kerja keras dan kerja cerdas sungguh menjadi modal dasar dalam menghasilkan pusat informasi paroki yang bernas. (Hes)      

RUMPUN BAMBU "GERAK LEMBUT YANG MENYEJUKKAN"

BERGURU PADA KEBIJAKSANAAN ALAM (BPKA)  

RUMPUN BAMBU "GERAK LEMBUT YANG MENYEJUKKAN"

Di pagi hari itu, ayam jantan berkokok saling bersahutan, pertanda hari baru telah tiba. Dan Pak Tegar, si petani itu sedang duduk beralaskan jerami kering di dalam gubuk yang beratapkan ilalang, di sawahnya. Dikeluarkannya ‘slepen’ tempat rokoknya, dia mengeluarkan isinya, lalu mulai menggulung tembakau yang diletakkannya di atas kulit jagung, lalu dibubuhinya dengan klembak (seperti kemenyan) kesukaanya lalu mulai menghisapnya. Dia sangat menikmati kepulan demi kepulan asap rokonya, namun ini bukan berarti Pak Tegar adalah petani yang malas, tetapi dia tahu, karena kepekaannya dengan tanda-tanda alam bahwa pagi ini akan turun hujan lebat disertai angin yang bertiup kencang. Awan tebal yang menggelantung di langit disertai tiupan angin yang kencang serta bunyi petir yang menyambar-nyambar seakan tidak mau bersahabat dengan kampungnya.

Tak lama kemudian hujan memang turun dengan deras disertai angin kencang mengoyak pepohonan. Dari dalam gubugnya, Pak Tegar melihat amukan angin kencang menumbangkan pohon besar di pinggiran sungai. Matanya tidak berkedip menyaksikan hal itu. Sudah dua batang pohon besar yang tumbang, tetapi si pohon bambu masih tegak berdiri padahal  dua batang pohon besar di sebelahnya yang telah mengakar kuat puluhan tahun tumbang berserakan di pinggir sungai.

Sambil menunggu hujan reda Pak Tegar mengamati lebih serius gerik-gerik bambu di pinggir sungai, di dekat sawahnya. Pucuknya senantiasa bergoyang-goyang mengikuti tiupan angin yang mengamuk, meniup kencang.

Akhirnya hujanpun berhenti dan angin mereda dari amarahnya. Sebelum melangkah menuju petak-petak sawahnya untuk memulai pekerjaannya, Pak Tegar menyempatkan diri berjalan ke tepi sungai untuk bertanya kepada si bambu yang perkasa.

“Kawan, Anda adalah pohon yang hebat. Anda dapat bertahan mengahadapi terpaan angin kencang padahal pohon-pohon besar itu tumbang tak berdaya tergeletak di pinggiran  sungai!” kata Pak Tegar kepada si rumpun bambu.

“Terima kasih atas pujianmu, Pak Tegar. Pujianmu itu akan kukenang dan menguatkanku agar tetap bertahan menghadapi angin kencang yang sering datang dikampung kita ini !” sahut bambu.

“Aku sangat heran kawan, tubuhmu kurus, panjang menjulang tinggi ke atas dan akarmu pun kecil-kecil. Engkau pantas digolongkan pada pohon yang lemah, namun ternyata engkau perkasa. Dalam menghadapi ancaman angin kencang langganan desa kita, engkau dan kawan-kawanmu ternyata termasuk ciptaan yang paling kuat. Apakah engkau mempunyai rahasia tertentu sehingga menjadi kuat menghadapi amukan angin yang dahsyat itu?” tanya Pak Tegar kepada rumpun bambu dengan penuh keheranan.

“Pak Tegar, kalau Bapak ingin tahu rahasia kekuatanku, janganlah melihat batang atau akarku, tetapi lihatlah rahasia itu ada pada pucukku!” kata si bambu.

“Kawan, bukankah pucuk rantingmu itu malah bagian yang paling kecil dan mestinya yang paling lemah pula dari yang kau miliki?” sambung Pak Tegar

“Bukan, Pak Tegar. Tetapi malah sebaliknya. Berkat pucukku yang selalu bergerak lembut maka kekerasan angin dapat kuhadapi. Pucukku selalu bergerak kemana arah angin itu bergerak. Sebab aku sadar, bahwa aku adalah pohon yang lemah, yang tak mungkin melawan arus angin yang begitu dahsyat itu. Apabila aku melawan angin itu, mungkin dalam waktu sekejap saja  aku juga akan tumbang seperti pohon-pohon besar itu. Mereka tumbang karena tidak mau menggerakkan pucuknya secara lembut. Dengan gerakan itulah batangku menjadi lentur dan akarku pun kuat menyangga beban tubuhku. Begitu juga dengan engkau, Pak Tegar, aku yakin, ancaman akan sangat kecil kemungkinannya untuk menumbangkan kehidupanmu, asal Pak Tegar mau bersikap lemah lembut kepada sesamamu. Ingatlah bahwa kelembutan dalam tindakan atau ucapan, bukan berarti orang itu lemah, tetapi sebaliknya justru dengan kelembutannya menunjukkan bahwa orang tersebut telah menemukan kepribadiannya. Bukankah semua kebijaksanaan selalu mengandung kelembutan? Sifat keras atau kekakuan itu hanya dimiliki oleh orang mati. Maka orang yang bersikap kaku sama dengan orang yang sudah mendekati kematiannya. Aku yakin semua manusia yang senang akan kehidupan selalu merindukan kelembutan. Karena dari kelembutan itulah hati akan mengalirkan sikap sopan santun, welas asih, suka mengampuni bila terjadi kesalahan!”

Mendengar uraian si bambu, Pak Tegar tertegun. Setelah mengucapkan terima kasih, dia mohon diri untuk kembali melajutkan pekerjaannya di sawah. Dia bekerja penuh semangat, matahari seolah berjalan begitu cepat sehingga tak terasa mentari sudah di atas kepala. Dia menghentikan pekerjaannya dan berjalan menuju pancuran bambu, tempat yang selalu didatangi untuk membersihkan dirinya. 

Di sini, seperti biasanya dia ketemu dengan sahabatnya Pak Iman, dan pak Tegar menceriterakan pengalaman yang dialaminya kepada sahabatnya itu.

“Benar, kawan. Rumpun bambu yang tumbuh tinggi itu, selalu berkembang seruas demi seruas. Melalui sebuah proses. Dan dia bambu selalu tumbuh lurus ke atas, dan hidup kita ini memang selalu melewati proses demi proses. Kemudian selalu diharapkan menuju ke atas artinya selalu jujur dan lurus. Lewat pengalaman itulah, kita dituntut agar mempunyai sikap sabar tidak memaksakan kehendak kita kepada orang lain maupun kepada keluarga kita sendiri agar mereka tumbuh lurus ke atas, kepada Sang Pencipta yang merupakan asal dan tujuan dari hidup kita ini,” sambung pak Iman, sebelum akhirnya mereka bersama-sama pulang menuju rumahnya masing-masing.

Singkawang, Agustus 2015