Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

11 Sep 2015

GUA MARIA: MILIK KELUARGA TERBUKA UNTUK SESAMA

GUA MARIA: MILIK KELUARGA TERBUKA UNTUK SESAMA


Senin, 6 Juli 2015. Meski telah terbiasa digunakan jasanya menjadi tempat menggelar pesta pernikahan atau acara keluarga lain yang tentu sarat kesibukan, kali ini area wisata Danau Teratai juga dipenuhitamu undangan. Yang membedakan, jika biasanya sisi sayap kanan dari pintu masuk yang penuh pengunjung, khusus pagi itu sayap kirilah yang disarati tamu undangan yang rasanya tak terhitung. 

Tumpah ruah tamu undangan memeriahkan acara peresmian Gua Maria milik keluarga namun terbuka juga untuk sesama. Peresmian area doa digelar bertepatan dengan hari pertambahan usia si empunya.  Sang tuan rumah yang pada hari istimewa tersebut genap berusia 67 tahun, Bapak Y.F. Sudjianto beserta istri dengan ramah dan senyum sumringah menyambut kehadiran tamu yang datang dari berbagai kalangan. 


Hanya meleset 5 menit dari waktu yang sudah ditentukan, pukul 9.05 Wib, misa yang dipimpin Pastor Gathot berjalan khidmat. Diawali pemberkatan 14 stasi Jalan Salib dan disusul pemberkatan Gua Maria, umat yang hadir larut dalam suasana prosesi misa. Di kesempatan yang sama saat doa ujud misa disampaikan, pihak keluarga diwakili oleh cucu-cucu, satu persatu mendapat giliran maju. Umat yang hadir dalam misa yang digelar pada peresmian gua maria ini  berjumlah di luar dugaan. Hal ini tampak saat membagi hosti, Pastor Gathot sedikit kewalahan karena umat berjumlah ratusan.

Usai misa dilangsungkan, tuan rumah menggelar acara ramah tamah. Semua yang hadir dipenuhi berkah dengan makanan yang berlimpah ruah dan terkesan mewah.  (Hes)
              

10 Sep 2015

MISA SYUKUR UNTUK INDONESIA

MISA SYUKUR UNTUK INDONESIA


Derap langkah kaki yang tegap dan ritmis diperlihatkan oleh 17 siswa-siswi  SMA Santo Ignasius Singkawang.  Mereka dipilih dan didapuk sebagai “paskibra” yang membawa 17 bendera Merah Putih. Angka 17 sengaja dipilih sebagai lambang dari tanggal 17 Agustus. Perarakan mereka memasuki gereja paroki Singkwang mengawali Misa Syukur Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Acara yang dimulai pukul 18.00 sore pada hari Minggu 16 Agustus 2015 itu dihadiri oleh kebanyakan kaum muda. Hujan yang sempat mengguyur kota Singkawang beberapa jam sebelumnya tidak menyurutkan langkah anak muda untuk mengikuti gelaran peringatan kemerdekaan RI kali itu. Sejak awal semangat nasionalis dibangkitkan oleh paduan suara Orang Muda Katolik Singkawang yang mengiringi perarakan 17  Sang Merah Putih dengan lagu Satu Nusa Satu Bangsa dan lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Dengan berdiri tegak umat yang hadir di dalam gereja pun larut dalam suasana penuh khidmat.

Misa syukur HUT Kemerdekaan RI tahun ini memang dikemas secara khusus oleh Orang Muda Katolik sebagai panitianya. Diawali dengan upacara penghormatan kepada bendera Merah Putih dan pembacaan teks Proklamasi, gelaran dilanjutkan dengan misa syukur. Dalam kotbah singkatnya, Pastor Stephanus Gathot mengingatkan bahwa mengisi kemerdekaan tidak hanya sekedar mengikuti upacara bendera.  Mengutip tema nasional “Ayo Kerja”, Pastor Gathot mengajak umat untuk beraksi nyata. Mengisi kemerdekaan Republik Indonesia  adalah  dengan bekerja sesuai dengan tugas panggilan masing-masing. “Semoga dengan bekerja nyata, kita bisa menciptakan kebaikan untuk sesama sehingga kita bisa mengembalikan apa yang menjadi hak kaisar dan apa yang menjadi hak Allah,” pungkas P. Gathot dalam kotbahnya.



Lain dari biasanya, selesai kotbah Misa syukur diselingi dengan pembacaan puisi. Henri Permadi yang diberi kepercayaan, membawakannya dengan penuh ekspresif. Dalam puisinya anak muda yang gemar bermain bulutangkis ini memaparkan fakta adanya kesenjangan yang terjadi di Republik ini. Maka dia mengajak yang kuat untuk membantu yang lemah. Dengan demikian akan tercipta keseimbangan sehingga sebagai bangsa kita patut berbangga dengan Sang Merah Putih yang senantiasa berkibar.

Untuk mengiringi penerimaan komuni, jiwa patriotis dibangkitkan kembali oleh paduan suara. Kali ini mereka menyanyikan lagu-lagu populer yang bertemakan tentang Indonesia. Lagu Bendera-nya Coklat, Gebyar-Gebyar-nya Gombloh dan Jadilah Legenda-nya Superman Is Dead mengalun semarak memenuhi ruangan gereja. Pembawaan yang ditata dengan apik menyihir umat yang hadir. Tanpa dikomando mereka pun larut dalam suasana dan ikut bernyanyi bersama. Maklum lagu-lagu ini sangat akrab untuk telinga anak muda. Profisiat untuk Orang Muda Katolik yang telah mengekspresikan jiwa mudanya dalam Misa syukur HUT Kemerdekaan RI. Semoga Perayaan Misa syukur ini menjadi motivasi untuk berkarya nyata bagi Indonesia tercinta. (Steph)

KUBALAS CINTAMU TUHAN

KUBALAS CINTAMU TUHAN


Sepi dan hening. Begitulah kesan lima frater novis Kapusin Propinsi Pontianak ketika menginjakkan kakinya di Biara Kapusin St Fransiskus Assisi Singkawang. Sore itu, 23 Juli mereka mau mengikuti retret persiapan untuk kaul perdana. Dengan kaul perdana kelima novis Kapusin mau memasuki  lembaran baru dalam hidup mereka. Secara resmi mereka mau bergabung dalam persaudaraan Kapusin Pontianak dan momen itu akan terjadi dengan pengucapan kaul perdana. Sebagai sebuah perayaan, kaul perdana menjadi janji mereka di hadapan Allah secara publik bahwa mereka mau memeluk cara hidup biarawan Kapusin setelah menjalani masa novisiat selama satu tahun. Momen yang sangat indah ini dipersiapkan dengan sebuah permenungan yang cukup panjang.

Selama lima hari mengasingkan diri dari dunia ramai, para novis diajak untuk merenungkan cinta Tuhan yang telah memanggil mereka menjadi seorang saudara Kapusin. Panggilan yang diterima sebagai seorang biarawan Kapusin disadari bukan karena jasa dan kehebatan mereka. Tetapi melulu karena cinta Tuhan semata. Itulah yang menjadi bahan permenungan selama retret. Maka bahan retret kali ini diringkaskan dalam sebuah tema: Kubalas cinta-Mu Tuhan, Kapusin hidupku.

Retret kali ini terasa sangat istimewa karena mereka didampingi oleh P. Yosef Astonoaji. Selain sudah malang melintang dalam mendampingi retret, Pastor Aji juga merupakan salah satu pengajar fransiskan di Novisiat di Gunung Poteng.  Tak perlu beradaptasi teralu lama, para Novis pun langsung bisa masuk dalam suasana retret yang hening dan terbimbing. Mereka dibawa dalam pola retret bimbingan pribadi.

Lima hari dalam keheningan total, terasa begitu cepat berlalu. Para Novis merasakan indahnya bermenung secara pribadi bersama dengan Tuhan. Guratan lelah memang tergambar dalam wajah-wajah mereka. Tetapi ada rasa bahagia karena mereka telah mendapatkan bekal untuk berjanji kepada Tuhan dalam pengikraran kaul perdana.  Pada akhirnya mereka pun berani berucap dengan suara lantang, “Kubalas, cinta-Mu ya Tuhan”. Semoga kaul perdana kelima novis Kapusin menjadi persembahan yang harum mewangi di hadapan Tuhan. Semoga demikian adanya. (Frater Novis)

HUT KE-2 PWK SANTA MONIKA : BAZAR DAN AKSI DONOR DARAH

HUT KE-2 PWK SANTA MONIKA : BAZAR DAN AKSI DONOR DARAH


PWK (Perhimpunan Warakawuri Katolik) Santa Monika  merupakan paguyuban dari ibu-ibu single parent (mengasuh anak seorang diri) dan para janda yang ditinggal oleh suami mereka.  Perasaan kehilangan dan ditinggalkan oleh pasangan yang sangat dicintai, membuat hidup terasa sendiri dan diliputi kesedihan.  Dengan situasi ini, mereka terpanggil untuk berkumpul bersama-sama saling berbagi dan mendukung. Oleh karena itu, para pelopor (Ibu Emmiliana Karsiah, dkk) membentuk PWK Santa Monika. Kegiatan PWK Santa Monika ini dikhususkan dalam doa  dan devosi. Melalui doa dan devosi, serta kunjungan ke rumah para anggotanya, diharapkan menjadi sumber penguatan dan penghiburan. Doa berperan sangat penting untuk pertumbuhan rohani bagi mereka yang dilanda kesepian. Perlu saling meneguhkan dan menolong satu sama lain, terutama bagi mereka yang sedang ditimpa kesusahan.

Pada tanggal 27 Agustus 2015, PWK Santa Monika merayakan Hari Ulang Tahunnya yang ke-2.  Dalam perayaan HUT kedua tersebut, PWK Santa Monika menggelar ‘bazar’ selama sebulan penuh. Dimulai dari Minggu pertama pada awal bulan Agustus sampai akhir bulan (30 Agustus 2015). Dalam kegiatan bazar ini, dijual beraneka ragam jajanan pasar, baju/kemeja batik, benda-benda rohani dan aksesoris lainnya. Selain itu, ada aksi donor darah (16 Agustus 2015) dan sekaligus memperingati HUT Republik Indonesia ke-70. Aksi sosial donor darah menjadi bentuk kepedulian umat paroki Singkawang yang mempunyai makna berbagi pada sesama. Setetes darah kita dapat menyelamatkan nyawa lainnya. Kita sebagai bangsa Indonesia terlebih umat Katolik, harus memiliki hati yang peduli terhadap kebutuhan sesama. Kita dapat memberikan apa yang dapat kita berikan melalui berbagai bentuk pelayanan/tindakan kasih lainnya. Mengutamakan mereka yang lemah dan terpinggirkan, menjadi bagian dari karya Kristus di tengah kehidupan bermasyarakat. Aksi donor darah merupakan pemberian diri kita dalam semangat kemerdekaan untuk mendarmabaktikan pada sesama. Sejatinya kita adalah satu. Satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa yaitu Indonesia.

Selamat Ulang Tahun Ke-2 PWK Santa Monika. Semoga semakin dikuatkan dalam doa. Selalu memiliki hati yang tak jemu-jemunya melayani Tuhan dan sesama.  Selamat Ulang Tahun Indonesia ke-70 semoga semakin jaya sentosa. Merdeka! (SHe)






40 TAHUN IMAMAT PASTOR PASIFIKUS TJIU, OFMCap

40 TAHUN IMAMAT PASTOR PASIFIKUS TJIU, OFMCap


Hari Minggu 12 Juli 2015 merupakan hari yang sangat istimewa bagi Pastor Pasifikus Tjiu, OFMCap. Pada hari itu beliau merayakan 40 tahun imamatnya. P. Pasifikus berkesempatan memimpin misa syukur bersama Pastor Paulus Kota, OFMCap yang juga merayakan 40 tahun kehidupan membiaranya. Pastor Paulus Kota merupakan sahabat dan teman seangkatan beliau ketika menjalani masa pendidikan untuk menjadi calon imam. Misa syukur dipersembahkan di Gereja St. Fransisikus Assisi Paroki Singkawang.

Pastor Pasifikus Tjiu, imam kelahiran Singkawang 16 April 1944 merupakan anak laki-laki pertama dari 12 bersaudara. Sejak kecil beliau sudah dipersembahkan untuk gereja oleh kedua orang tuanya. Beliau dibabtis dengan nama Fidelis yang berarti kesetiaan. Pastor Pasifikus selalu didoakan orang tuanya agar selalu setia menjalani panggilan hidupnya.

Panggilan merupakan suatu anugerah dan misteri Allah kepada setiap manusia yang dikehendaki-Nya dengan didasari oleh iman manusia itu sendiri. Panggilan itu juga merupakan inisiatif Tuhan dengan bebas kepada seseorang yang dengan bebas juga mau menanggapi dan menjawab panggilan tersebut. Menjawab panggilan inilah, Pastor Pasifikus mengikuti pendidikan seminari di Nyarumkop ketika beliau kelas 2 SMP. Berkat doa dan keberanian serta dukungan dari orang tua, keluarga, saudara dan berbagai pihak, beliau menyelesaikan pendidikan seminarinya dan menjalani masa novisiat di STFT Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Pada 1975 beliau menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan di Gereja St. Fransiskus Assisi Paroki Singkawang oleh Mgr. Herculanus Joannes Van Burgt, OFMCap dan berkarya selama 4 tahun sebagai pastor paroki di Gereja Katedral Pontianak. Kemudian pada 1979-1982, beliau diutus untuk menlanjutkan studi di Roma. Kepribadiannya yang pantang mundur mau mengikuti Yesus yang tersalib itu telah membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan di Roma dengan prestasi yang sangat memuaskan. Setelah menyelesaikan pendidikan di Roma, ia kembali bertugas di Kalimantan Barat, yaitu di Paroki Bengkayang.

Pada 1984-2009, beliau kembali bertugas di Paroki Singkawang, kota kelahirannya menjabat sebagai pastor paroki, hingga saat ini beliau masih bertugas sebagai pastor pembantu di Singkawang. Pastor yang hobi berkebun ini tidak main-main dengan panggilan Allah, dengan penyerahan total beliau mengabdikan dirinya hanya untuk Tuhan, mau setia sampai mati sesuai seperti nama babtisnya, Fidelis (setia) 

Kesetiaan Pastor Pasifikus dalam menjalani panggilannya terlihat jelas dalam perjalanan waktu 40 tahun sebagai imam atau gembala serta jatuh bangunnya dalam menemui kerikil-kerikil tajam semasa pengabdiannya. Beliau sadar semua itu merupakan bagian dari hidupnya atau salib-salib kecil yang harus dipanggulnya bersama Yesus. Beliau mengerti menjadi pengikut Yesus harus menyangkal diri dan memanggul salib.

Pastor Pasifikus dalam menjalankan imamatnya memegang prinsip, “Segala sesuatu hanya bergantung pada Tuhan, bekerja sama dengan rahmat Tuhan dan selalu dekat dengan Tuhan Yesus.” Tantangan bukanlah akhir suatu perjuangan, melainkan guru untuk berkomitmet guna menemukan arti panggilan itu sendiri. Mengutip pernyataan dari seseorang yang kenal baik terhadap beliau, “Pastor Pasifikus dengan penuh konsekuensi mau bekerja untuk Tuhan dengan sekuat tenaga seperti Musa memimpin bangsa Israel sampai tanah terjanji. Seperti pohon kelapa semakin tinggi dan semakin tua, maka sudah banyak buahnya.”

Pengabdian Pator Pasifikus boleh menjadi contoh teladan bagi umat amupun para religius muda di zaman sekarang. Terima kasih atas pengabdiannya di Paroki Singkawanbg dan profisiat kepada Pastor Pasifikus Tjiu, semoga beliau mendapat kesehatan yang baik agar tetap dapat menggembalakan umatnya. Berikut dilampirkan sebuah puisi singkat yang ditulis oleh Sr. Florentin, OSCCap sebagai hadiah kecil kepada Pastor Pasifikus Tjiu. (wv_na)

Hanya masa senja mulai berkunjung

daya hidup mulai kendur.

Tetapi semangat doa dan semadi,

tak pernah surut.

Tetap doakan umatmu supaya iman tetap teguh dan utuh. 


3 Sep 2015

INDAHNYA BERBAGI KEBAIKAN

INDAHNYA BERBAGI KEBAIKAN





Singkawang, 16 agustus 2015. Dalam rangka menyambut Hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-70, OMK Santo Fransiskus Asisi Singkawang bekerja sama dengan WK (Wanita Katolik) yang dibantu anggota PMI mengadakan Galang donor darah. Selain bertujuan untuk memperingati HUT Repoblik Indonesia yang ke-70 kegiatan ini juga merupakan wujud kepedulian OMK akan pentingnya berbagi dalam kebaikan. Dengan diselengarakannya kegiatan semacam ini merupakan bentuk kepedulian umat, dalam hal berbagi untuk meringankan beban orang lain karena dengan setetes darah yang disumbangkan adalah bentuk ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah bagi saudara kita yang membutuhkan bantuan darah, seperti Yesus meneteskan darah di kayu salib untuk menyelamatkan kita umat manusia.  

Di edisi ini OMK mengangkat tema SETETES DARAHMU MENYELAMATKAN NYAWAKU. Kegiatan ini disambut baik serta mendapat respon positif oleh umat Khatolik. Hal ini dapat dilihat dari semangat dan antusiasme umat untuk mendonorkan darahnya usai perayaan misa ke-2 minggu lalu. Serentak usai perayan misa umat berbondong-bondong menuju posko donor darah, yang bertempat di Gedung Paroki Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang. 

Canda dan kegembiraan tidak terlewatkan mewarnai kegiatan aksi donor darah kali ini, yang dapat dilihat dari ekspresi gembira yang terpancar melalui mimik wajah pendonor karna niat baik ini memang keluar dari dalam hati mereka masing-masing untuk menyumbangkan darah mereka secara suka rela. Keseruan lainnya juga dapat dilihat dari ramainya antrian pendaftar hingga antrian cek kesehatan yang merupakan sebagai persyaratan sebelum mendonorkan darah. Dengan melakukan pemeriksaan tensi sebelum donor, kita bisa mengetahui kondisi kesehatan sehingga kita bisa menjaga kesehatan secara lebih baik. Adapun manfaat dari donor darah itu sendiri ialah selain menjaga kesehatan jantung, dapat juga untuk meningkatkan produksi sel darah merah dan dapat menurunkan berat tubuh serta mendapatkan kesehatan pisikologi. 

Kegiatan ini merupakan wujud keiklasan dan kepedulian umat untuk saling membantu satu sama lain. Ini merupakan kali kedua OMK Santo Fransiskus Assisi mengadakan kegiatan galang donor darah, namun tidak kalah seru dengan pelaksanaan yang pertama karna dapat dibuktikan dari semangat dan antusiasme umat untuk mendonorkan darahnya. Berikut persyaratan agar seorang dapat mendonorkan darahnya: usia dari 17 sampai 60 tahun, berat badan minimal 45 kilogram, temperatur tubuh 36,6-37,5 derajat Celsius, tekanan darah sistole berkisar 70-100 mm Hg, Hb minimal 12,5 gram, tidak sedang hamil, menyusui, haid, mengidap penyakit hepatitis B&C, HIV AIDS, Sifilis, jumlah penyumbangan darah sekurang-kurangnya 3 bulan kemudian setelah donor. 

Kegiatan semacam ini merupakan agenda tahunan sejak tahun lalu, yang digelar di gedung paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang. Harapan ke depan agar kegiatan ini dapat berjalan maju serta bekerjasama dengan dukungan dari umat yang mau berbagi dalam hal kebaikan. Ujar salah satu panitia pelaksana ketika kami temui di tempat. (Adrian)

Pejuang Kehidupan Orang Muda

Pejuang Kehidupan Orang Muda 


Pemuda yang energik ini tidak menyangka hidupnya berubah total. Hidupnya kini dipenuhi segala aktivitas berkarya dalam masalah penanganan  dan penanggulangan narkoba. Berawal dari keprihatinan situasi di sekitarnya mengetuk hati untuk ambil bagian dalam menyelamatkan generasi muda. Kota Singkawang menjadi  tempatnya untuk memberi perhatian dalam lingkup generasi remaja. Pemuda yang bekerja di BNN Singkawang ini sudah masuk hampir ke seluruh sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi di Singkawang untuk memberi informasi tentang pencegahan penyalahangunaan narkoba, bahkah juga dari beberapa lembaga lainnya yang ingin mengetahui segala hal mengenai narkoba.
 
Sabar  itulah namanya. Cukup ringkas dan mudah diingat. Perawakanya seperti ‘pria berseragam’, membuat peserta workshop saat itu agak segan untuk bertanya mengenai identitasnya. Namun saat memberikan materi dan pada segmen tanya jawab, justru banyak remaja antusias untuk bertanya seputar narkoba. Di hadapan  peserta SMP dan SMA berjumlah 283 baik dari Asrama Puteri St. Maria Goreti Singkawang dan Asrama Putra St. Maria, si penyuka basketball ini dengan blak-blakan membuka fenomena remaja yang terjadi saat ini baik yang terjadi ditingkat nasional maupun di daerah terutama kota Singkawang.

Menurut Sabar, saat ini  data di BNN tahun 2015,  2,8 % dari  penduduk Indonesia atau sekitar  4,5 juta jiwa adalah pencandu narkoba. Di kota Singkawang dan sekitarnya kurang lebih 1.500-2.000 orang dari 245 ribu penduduk yang sudah mengonsumsi narkoba. Rata-rata usia remaja SMP, SMA dan perguruan tinggi. Bagaikan petir di siang bolong,  semua peserta begitu terperanjat mendengar informasi yang sangat riskan bagi kehidupan remaja saat ini.

Ketika Duta menyentil usia penggunanya dengan tegas dia menjawab bahwa saat ini mereka sebagai pemakai rata-rata usia 15-24 tahun. Dengan kata lain remaja awal dan dewasa. Pria yang ditugaskan khusus dari Jakarta ini tidak henti-hentinya terjun ke lapangan secara berkala. Pengalaman membagikan brosur dan pamflet  sudah dilakukan secara berkala sebagai media informasi yang aktual kepada masyarakat  dan lingkungan gereja. Sarjana Ilmu Komunikasi dari Bandung ini dengan tekun dan sesuai dengan namanya tetap sabar dalam merangkul generasi muda yang sudah bergumul dalam narkoba untuk direhabilitasi secara intensif tanpa biaya hingga sampai pada proses pemulihan atau penyembuhan.

Dalam kesempatan terpisah, pria penyuka sayur organik ini menceritakan bahwa tiap tahun hampir 18-20 ribu jiwa di Indonesia yang masuk dalam panti rehabilitasi  narkoba  dan butuh 40 tahun untuk penyembuhan dari barang haram tersebut. Dia juga sangat menyayangkan bahwa seringkali para pecandu dimasukan dalam penjara dan penanganannya dirasa sangat tidak proporsional. Pecandu narkoba lebih cocok ditempatkan di panti rehabilitasi, jika mereka ditempatkan di penjara, maka berbagai permasalahan akan timbul. Kondisi penjara bisa over capasity, kamar yang dihuni melebihi kapasitas seharusnya. Bagi sabar ini bukan cara yang tepat dalam menangani para pencandu sebab jika dalam penjara mereka akan belajar jadi pengedar atau bahkan malah menjadi bandar. Selain itu justru secara tidak langsung memberi kesempatan kepada pencandu untuk semakin profesional dalam mengedarkan bahkan membangun dan mengendalikan jaringan peredaran narkoba yang lebih luas sekaligus menjelma menjadi benteng paling aman karena dianggap tempat terisolasi dan tempat  mencuci dosa.  

Semoga banyak Sabar lain lagi yang bisa menjadi duta penyelamat bagi generasi muda lainnya, setidaknya ada sosok yang bisa merangkul mereka yang sudah terjerumus di dalamnya dan mencegah bagi yang tergoda untuk mengonsumsinya. Di akhir pertemuan dengan Duta anti narkoba, digemakan sebuah slogan, “No Drugs Yes Pro-Life.” Sungguh-sungguh pejuang hidup generasi muda.
(Fl. Ngardi, MTB)