Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

30 Jun 2015

TENDA CINTA OMK DALAM KEMPING ROHANI

TENDA CINTA OMK DALAM KEMPING ROHANI

 


Momen pertama 13 Mei 2015, langkah kaki kompak penuh semangat menuju gereja Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang dengan penuh suka cita. Tepat pukul 15.00 Wib, semua anggota Orang Muda Katolik (OMK) yang hadir untuk mengikuti  Kemping Rohani bersiap-siap untuk berangkat ke Pantai Cemara (Fa Jie Land). Suasana menjadi sunyi ketika Pastor Gathot  memimpin doa sebelum keberangkatan, namun di balik kesunyian tersebut tersemat senyum semangat dan hati penuh harapan dari setiap titik aura yang berdoa. Setelah berdoa kami pun berkonvoi menuju ‘pantai OMK penuh harapan’, ucap salah satu anggota OMK yang antusias untuk segera sampai ke tempat tujuan.

Setelah menempuh perjalanan selama lebih kurang 45 menit dengan kecepatan rata-rata 40 km/jam, maka tiba saatnya rombongan OMK menderai tawa dan semangat untuk menikmati suasana pantai. Banyak acara yang telah disiapkan oleh panitia, setelah bersenang-senang dengan beberapa permainan yang digagas oleh panitia. Tepat pukul 18.00 Wib teman-teman OMK bergegas untuk mandi dan makan bersama. Seusai makan, tiba saatnya a melanjutkan permainan yang dipandu oleh Bruder Flavianus MTB, Frater Ferdinand OFMCap, Trifonia Tili, Yudhistira dan Santo Satriawan.

Acara Kemping Rohani tersebut membuka cakrawala OMK untuk tersenyum hangat melihat gereja-Nya penuh sukacita karena Kasih Persaudaraan, terbukti malam itu cuaca sangat mendukung dan bersahabat. Senyum dan kehangatan melawat setiap pribadi yang mengikuti permainan tersebut. Tawa suka-cita terpancar saat mata saling bertatapan menyapa antara satu dan lainnya dalam permainan ‘Mengungkapkan Cinta’ dan masih banyak lagi permainan yang tidak kalah serunya. Memang perlu kita sadari bahwa begitu besar dan kuat peran semangat  OMK untuk membangun Gereja yang pasif menjadi aktif. Kekompakan dan semangat tersebut dapat kita lihat dari peran OMK dalam liturgi gereja maupun kegiatan-kegiatan lain yang mendukung aktifnya gereja. Kini OMK bukan hanya membangun semangat  dalam gereja (bangunan secara fisik) tapi di luar dan lapangan terbuka pun OMK membuktikan bisa membangun gereja (anak Allah/umat Allah) yang aktif. Setelah acara permainan selesai, tepat pukul 24.00 WIB semua diwajibkan masuk ke dalam tenda untuk istirahat.

Momen kedua 14 Mei 2015 juga menjadi sejarah bagi OMK karena hari ini akan ada pemilihan ketua OMK yang baru. Pukul 04.00 WIB semua OMK membuka mata dan hatinya untuk bersiap-siap mandi dan merayakan Misa Ekaristi Kenaikan Yesus Kristus yang di pimpin oleh Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap. Dalam suasana misa di alam terbuka tepatnya di pinggir pantai, OMK dapat melihat dan merasakan sosok seorang pastor paroki yang familiar dan penuh hangat kedamaian yang kerap disapa Pastor Gathot dan seorang frater yang tidak asing lagi dengan penampilan dan gaya kocaknya, Frater Ferdinand OFMCap serta Bruder Flavianus MTB yang selalu tampak ceria menjadi inspirator dan motivator bagi kaum muda untuk selalu semangat dalam berkarya dan bertindak demi gereja tercinta.

Mudah-mudahan ada OMK yang terpanggil mengikuti jejak dalam kehidupan membiara. Selesai misa dan makan pagi tampak kegembiraan OMK muncul ketika sesi permainan dimulai kembali, “Saat itulah kami mulai saling mengenal antara satu dan yang lainnya dan membangun keakraban,” komentar salah satu anggota OMK dari Stasi Sagatani saat diwawancarai.

Sekitar 40’an OMK menggegapgempitakan semangat muda untuk bersama-sama saling menyemangati dan mengenal saudara seiman yang dihadiri oleh beberapa OMK dari berbagai Kring dan Stasi antara lain Stasi Sagatani, Sijangkung, Roban serta OMK dari pusat Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang sendiri. Setelah bersenang-senang, kini saatnya dilangsungkan pemilihan Ketua OMK Paroki St. Fransiskus Asisi Singkawang yang baru, menggantikan Saudari Tili. Pemilihan dimulai dengan kandidat yang telah dipilih menjadi calon ketua OMK dan akhirnya nama Ayu terpilih menjadi pemenang dalam pemilihan demokrasi OMK. Terima kasih kepada Trifonia Tili yang sudah berkarya baik untuk membangun organisasi OMK selama tiga tahun silam. Sungguh momen dan sejarah yang tak bisa dilupakan. Semoga semangat dan persatuan persaudaraan dan Cinta Orang Muda Katolik selalu hidup dan menjadi citra yang baik untuk gereja dan lingkungan masyarakat. Amin. Selamat kepada Ayu. Selamat berkarya. Salam OMK! (SS)

DI MANA ADA RELIGIUS, DI SITU ADA SUKACITA

   DI MANA ADA RELIGIUS, DI SITU ADA SUKACITA 




Sabtu sore, 18 April 2015 terlihat pemandangan berbeda di Biara Providentia Suster Klaris Kapusines Singkawang. Bila dalam keseharian biara mereka tertutup untuk dunia luar, tetapi kali itu ‘rumah’ mereka terbuka untuk anggota Kefas. Siapa itu Kefas?  Kefas adalah Keluarga Fransiskan-Fransiskanes Singkawang yang terdiri dari Suster SFIC, Bruder MTB, Saudara Kapusin, Suster Klaris Kapusines dan OFS (Ordo Fransiskan Sekular). Sebanyak 55 orang anggota Kefas ingin menyepi di Biara Providentia dan merenungkan panggilan hidupnya dalam semi rekoleksi yang dipandu oleh P. Paulus Toni, OFMCap.

Semi rekoleksi kali ini terasa istimewa karena dibuka terlebih dahulu dengan pembaharuan janji setia Saudara Fransiskan-Fransiskanes kepada Tuhan dan Gereja. Melalui janji ini anggota Kefas diingatkan kembali akan komitmen yang pernah mereka janjikan baik kepada Tuhan maupun kepada Gereja. Acara pembaharuan janji dilanjutkan dengan semi rekoleksi yang dilaksanakan dalam rangka mengisi Tahun Hidup Bakti 2015 sebagaimana dicanangkan oleh Paus Fransiskus. Dengan bahasa yang sederhana dan runtut P. Toni menguraikan sari pati surat dari Paus Fransiskus. Secara garis besar pesan Paus dijabarkan dalam tiga hal. Pertama, melihat masa lalu dengan rasa syukur. Pada bagian ini P. Toni mengajak anggota Kefas untuk kembali menyampaikan syukur atas karisma yang diwariskan oleh pendiri Ordo atau Tarekat. Kedua, memanggil anggota religius untuk menjalani saat ini dengan penuh semangat. Apa yang dihidupi oleh pendiri ordo dan tarekat ingin diaktualkan untuk masa sekarang. Ketiga, merangkul masa depan dengan penuh harapan. Kesulitan yang dihadapi di masa yang akan datang perlu dilihat dalam terang rahmat Tuhan. Bahwa selalu ada harapan karena penyertaan Tuhan sendiri.

Pada sesi berikut P. Toni mengajak anggota Kefas untuk saling berbagi tentang relevansi dari pesan Paus ini dengan nilai-nilai fransiskan yang sedang dihidupi. Dengan antusiasme yang tinggi masing-masing kelompok membagikan pengalaman mereka sebagai keluarga fransiskan. Sebagai penutup P. Toni menggarisbawahi apa yang disampaikan oleh Paus Fransiskus: “Di mana ada religius, di situ ada sukacita.” Semoga demikian adanya. (Gathot)

PEMBANGUNAN GEREJA PANGMILANG UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA YANG LEBIH GEMILANG

PEMBANGUNAN GEREJA PANGMILANG  UNTUK KEHIDUPAN MENGGEREJA YANG LEBIH GEMILANG





 


Mendung menggelayut  dan samar-samar gerimis tipis menghujam perjalanan saya menuju barat kota. Kira-kira berjarak sepuluh  dari nol kilometer kota, tepatnya di dusun Pangmilang, perjalanan santai saya yang memakan waktu 30 menit sampai pada tempat tujuan. Sempat mengernyitkan dahi manakala saya mendapati gereja kecil yang tengah dibangun, arsitekturnya menyerupai masjid. Ragu-ragu saya berbelok masuk ke pekarangan bangunan setengah jadi tersebut. Ketika itu saya disambut hangat oleh  lelaki paruh baya yang ternyata merupakan narasumber yang sempat saya hubungi untuk sesi wawancara, sekaligus sebagai ketua umat gereja stasi Pangmilang, Bapak Hariyanto. Saya juga cukup beruntung bertemu dan dapat berbincang pula dengan penasehat gereja stasi Pangmilang, Bapak Ajanius. A. Md.Kep.

Sore itu seperti biasa mereka datang untuk memantau kinerja tukang bangunan yang lazim  dilakukan setiap hari. Saya diajak berkeliling melihat-lihat kondisi gereja yang sudah terbangun kira-kira mencapai 65% pengerjaan. Material bangunan masih terserak di sana sini, lantai gereja masih beralas tanah merah, namun di dalamnya sudah terdapat beberapa bangku khas gereja yang tidak permanen. Ternyata di bangunan setengah jadi ini juga umat tetap menggelar misa atau ibadat sabda setiap minggunya.

Mereka begitu antusias kala menjabarkan berbagai hal yang berkenaan dengan pembangunan ‘rumah Tuhan’ yang dimulai sejak peletakan batu pertama pada Januari 2015 lalu. Seolah menuntaskan dahaga, saya menanyakan perihal bangunan gereja yang sekilas mirip masjid tersebut. Dengan gamblang mereka menjabarkan mengenai bentuk bangunan yang kiranya memang disengaja dibentuk dalam fisik yang unik dan bukanlah menjadi soal yang esensial apapun bentuknya, yang terpenting fungsinya dan simbol yang terdapat di bubungan atap gereja yang mengusung salib, tanda kemenangan kita. Di samping itu, pembangunan gereja dengan arsitektur demikian, ditambah perluasan ukuran dari yang awalnya 6 x 10m menjadi berukuran 14 x 16m, diharapkan lebih representatif bagi umat dalam menjalankan segala kegiatan bernafas gerejawinya.

Berawal dari niat, kegiatan pemugaran gereja ini dilakukan karena kondisi gereja yang sudah tidak lagi memungkinkan, jika hujan maka air akan menggenang memasuki dan membanjiri lantai gereja, di samping itu semakin hari, antusiasme umat untuk beribadah telah melebihi kapasitas. Pada tahun lalu saja telah mengalami penambahan umat baru dengan dibabtisnya 43 orang yang terdiri dari 28 pria dan 15 wanita. Menghadapi kondisi itu, ketua umat bersama beberapa penasehat gereja menggelar pertemuan bersama membahas mengenai  rencana memugar gereja agar lebih layak dijadikan tempat ibadah. Sebagai gong pembuka jalan mewujudkan niat pemugaran ‘rumah Tuhan’, dilakukan aksi swadaya pengumpulan dana warga dari pintu ke pintu. Besaran yang dipatok saat itu berkisar pada angka Rp50.000,- per kepala keluarga. Di samping itu, beberapa tokoh masyarakat serta beberapa perusahaan dan pengusaha setempat secara sukarela memberikan sumbangan lebih, yang kebanyakan berbentuk material bangunan.

Ada yang istimewa dari pembangunan gereja sederhana yang dimulai pembangunannya pada Januari 2015 ini. Ketua umat beserta para penasehat tidak mengandalkan pembangunan dari dana yang secara utuh dibebankan pada paroki, namun lebih pada usaha mengetuk hati umat dan para donatur dalam proses pembangunannya. Hal ini diharapkan agar jika gereja sudah berdiri maka akan timbul rasa memiliki. Seperti lazimnya, jika sudah muncul rasa memiliki, maka secara otomatis umat akan menjaga dan memelihara gerejanya dengan lebih maksimal. 

Meski masih jauh dari harapan, namun semangat menyempurnakan pembangunan fisik gereja yang ditafsir jika selesai hingga benar-benar sempurna berkisar di angka tujuh ratus juta tetap menyala. Gereja yang diharapkan dapat diresmikan oleh uskup pada Desember 2015 ini masih membutuhkan uluran tangan dari umat dan donatur dalam bentuk material bangunan maupun dana segar yang akan dialokasikan untuk membayar kerja para tukang bangunan. “Untuk urusan dana memang sifatnya sangat sensitif, terkadang sulit menanamkan kepercayaan penyumbang, namun kami berharap buanglah segala pemikiran negatif, kami selalu terbuka terhadap penggunaan dana, dapat dilihat dari pengerjaan bangunan yang telah dilakukan dan tujuan kita memang hanya untuk membangun gereja,” ujar Hardiyanto.     
     
Di akhir obrolan, Hardiyanto selaku ketua stasi Pangmilang sempat menyematkan harapannya, “Mudah-mudahan keteguhan umat dalam berbagi untuk membangun gereja fisik lebih bersemangat, mari kita saling rangkul, kita berpegangan tangan agar tujuan gereja fisik Kristus selalu berkembang, dan secara psikis semoga dengan terbangunnya gereja yang lebih besar, iman umat di manapun, khususnya Pangmilang semakin  teguh untuk beribadah ke gereja,” pungkasnya.

Bagi para donatur yang ingin memberikan bantuan dalam bentuk material bangunan maupun dana, dapat langsung disampaikan kepada ketua umat Stasi Pangmilang maupun menghubungi pastor Paroki Singkawang. (Hes)  
    
 

KETIKA EKSOTISME BUDAYA MENYAPA DI BUMI KHATULISTIWA

KETIKA EKSOTISME BUDAYA MENYAPA DI BUMI KHATULISTIWA

 

 

Rabu, 27 Mei 2015. Matahari bersinar garang siang itu seolah paham bahwa hari sedang tak membutuhkan guyuran hujan demi menyukseskan pembukaan ‘gawe’ besar yang digelar oleh masyarakat Dayak di kota Singkawang. Naik Dango, merupakan geliat eksotisme budaya khas masyarakat Dayak, yang belakangan dikemas dalam bentuk festival. Esensi Naik Dango sendiri merupakan budaya lokal perwujudan rasa syukur terhadap hasil panen padi yang melimpah dan hasil panen tersebut disimpan ke dalam lumbungnya. Festival Naik Dango tahun ini diawali ritual yang dipimpin oleh tetua adat, dan didampingi oleh beberapa tokoh sentral dalam masyarakat Dayak Singkawang. Mantra dalam ritual budaya lantas dilangitkan pada para leluhur  dengan tujuan beroleh kelancaran dan keberkahan selama kegiatan dilangsungkan.

Ada yang tidak biasa, jika pada tahun-tahun sebelumnya pembukaan Gawai Dayak diawali dengan misa di gereja Katolik, namun tidak pada tahun ini. Hal ini didasari bahwasanya masyarakat Dayak tak hanya berlatar belakang agama Katolik, namun berdiri pada koridor kemajemukan agama serta kepercayaan.   Meski tak melangsungkan Ekaristi di Gereja Katolik, namun pada acara pembukaan, panitia mendaulat Pastor Yeri dan seorang pendeta untuk memimpin doa tanda kegiatan syukur tahunan ini dibuka.

Sementara itu gubernur yang diharapkan hadir dalam pembukaan Gawai Dayak kota Singkawang berhalangan. Melalui sambutannya yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi dan Umum, Robert Nusanto, S.Sos, M.M, Cornelis menggarisbawahi mengenai peran penting Festival Gawai Dayak Naik Dango yang diselenggarakan dan merupakan cara jitu sebagai ajang peningkatan perekonomian masyarakat setempat dari tinjauan pariwisata dan ekonomi kreatif. Pada kesempatan yang sama, Aloysius Kilim, S. Ag selaku Ketua Dewan Adat Dayak kota Singkawang memaparkan digelarnya Gawai Dayak ini ditujukan untuk melestarikan nilai-nilai budaya lokal yang masih sangat relevan untuk generasi saat ini, sekaligus sebagai  ajang silaturahmi antaretnis yang berada di kota Singkawang.           
  
Di sela proses pembukaan Gawai Dayang Naik Dango yang berkenan dilakukan oleh wakil walikota Singkawang, ditandatangani pula deklarasi bertema “Penanganan Ancaman Narkoba dalam Rangka Mewujudkan Indonesia Emas 2045” yang dilakukan oleh BNN, tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama dan pemuda dalam upaya memerangi peredaran dan penggunaan narkoba khususnya di kota Singkawang.    

Kiranya ajang tahunan yang bersifat melestarikan eksotisme budaya di bumi Khatulistiwa ini dapat terus terselenggara, dan mampu menciptakan generasi yang berwawasan global, namun tetap bertutur kata dan berperilaku lokal. (Hes)

25 Jun 2015

Ayo menjadi Ekaristi untuk yang lain!

Ayo menjadi Ekaristi untuk yang lain!




“Dari kecil sebenarnya aku sudah rindu; pengen sekali menerima komuni. Sekarang perasaanku bahagia, sudah bisa menerima Tubuh Kristus. Dan aku berjanji akan rajin mengikuti misa di gereja”. Sepenggal kesaksian itu muncul dari seorang Krescentia, anak kelas VI yang baru saja dipermandikan dan boleh menyambut komuni untuk pertama kalinya. Untuk menggapai “mimpinya” itu, Krescentia harus menebusnya dengan usaha keras. Bayangkan saja dia perlu bersabar untuk menunggu selama lebih dari 2 tahun karena selama itu pula dia harus mengikuti persiapan katekumen. Belum lagi dia harus menempuh jarak sekitar 7 km dari rumahnya untuk bisa ikut pelajaran katekumen di Gereja Stasi Sagatani.

Krescentia adalah salah satu dari 45 anak yang mendapat anugerah boleh menerima Tubuh Kristus untuk pertama kalinya. Berbeda dari biasanya kali ini penerimaan Sakramen Baptis dan sambut baru yang dirayakan dalam Ekaristi diadakan para hari Senin 22 Juni di Stasi Sagatani, Paroki Singkawang pukul 16.00 sore. Kentara sekali bahwa para calon baptisan baru dan sambut baru sudah tidak sabar lagi menunggu momen yang sangat bersejarah dalam hidup mereka. Terbukti sejak pukul 14.00 mereka sudah berkumpul di gereja.

Perayaan kali ini terasa istimewa karena anak-anak putrinya didandani bak malaikat. Mereka memakai jubah putih dengan mahkota bunga di kepalanya. Sedangkan anak-anak putranya pun tak mau ketinggalan. Mereka memakai jubah putih dengan bunga di dada. Setiap anak diapit oleh orang tua atau wali mereka masing-masing sebagai bentuk tanggungjawab orangtua dalam membimbing iman anak-anaknya. Penampilan mereka membuat iri anak-anak yang menerima komuni pada tahun-tahun sebelumnya. Ada pula yang sempat berkomentar, “Rasanya mau ikut terima komuni pertama lagi ya”.

Di bawah sengatan matahari dan cuaca yang kurang bersahabat calon baptisan baru dan komuni pertama berarak menuju Gereja. Seolah tidak peduli dengan panasnya cuaca, rombongan tetap bersemangat, melangkah ke depan altar sambil menyanyikan lagu Biar Kanak-Kanak Datang Padaku. Begitu masuk gereja, Ekaristi pun segera dirayakan.

Demi menyelaraskan tema, bacaan Kitab Suci sengaja dipilih dari Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus. Dalam kotbahnya, Pastor Gathot menyerukan pentingnya berbagi kasih dengan sesama karena salah satu pesan yang paling kuat dari Perayaan Ekaristi adalah kerelaan Tuhan yang mau berbagi dengan manusia supaya manusia bisa hidup. Ini sekaligus menjadi undangan bagi manusia untuk mau berbagi. “Tugas kalian tidak selesai hanya dengan permandian dan komuni. Justru Tubuh Kristus yang kalian sambut hendaknya mendorong kalian untuk berbuat baik kepada teman-teman. Ayo menjadi Ekaristi untuk yang lain” pungkas Pastor Gathot dalam kotbahnya.

Selesai perayaan Ekaristi “pestawan dan pestawati” bersama dengan orangtua dan umat yang hadir masih melanjutkan kegembiraan mereka dengan acara makan bersama di aula. Kali ini OMK tidak mau ketinggalan peran.  Merekalah yang mempersiapkan dan melayani acara makan bersama. Dengan demikian OMK Sagatani bisa memberi contoh bagaimana menjadi ekaristi untuk adik-adik mereka. (Steph)



23 Jun 2015

SAGKI

SAGKI


SIDANG

AGUNG

GEREJA

KATOLIK

INDONESIA 

Kapan dan di mana SAGKI 2015 diadakan?
SAGKI 2015 diadakan tgl. 2-6 November di Via Renata, Cimacan − Bogor.

Siapa peserta SAGKI 2015?
Peserta SAGKI 2015 adalah:
a.    Para USkup dan Uskup Emeritus seluruh Indonesia
b.    Umat Katolik yang mewakili/menjadi utusan dari masing-masing Keuskupan di Indonesia
c.    Wakil KOPTARI dan UNIO, Kelompok Kategorial Keluarga Para Sekretaris Komisi, Lembaga,    Sekretariat dan Departemen KWI

Apa Tema SAGKI 2015?
Tema SAGKI 2015 ialah Keluarga Katolik: Sukacita Injil Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Indonesia yang Majemuk.

Apa kekhasan SAGKI 2015 yang membedakannya  dengan SAGKI sebelumnya?  

o    SAGKI ke IV tahun 2015 ini merupakan kesinambungan dari SAGKI 2000, 2005, dan 2010. SAGKI 2000 diarahkan pada perwujudan serta pemberdayaan Komunitas Basis menuju Indonesia baru. Sedangkan SAGKI 2005 mengajak Gereja Indonesia untuk bangkit dan bergerak mengupayakan keadaban publik bangsa; dan SAGKI 2010 menegaskan kembali panggilan perutusan Gereja, dengan tema: Ia Datang Supaya Semua Memperoleh Hidup dalam Kelimpahan (bdk. Yoh 10:10).

o    SAGKI 2015 merupakan tahun rahmat bagi Keluarga, karena secara khusus Para Bapa Uskup memberikan perhatian kepada panggilan dan perutusan keluarga sebagai Gereja kecil yang diutus. Hal ini seiring dengan perhatian Paus dan Gereja Universal yang mengajak semua umat untuk merefleksikan kehidupan keluarga melalui Sinode luar biasa tahun 2014 yang bertema: Tantangan-Tantangan Pastoral Keluarga dalam Konteks Evangelisasi dan Sinode biasa tahun 2015 yang mengambil tema: Panggilan dan Perutusan Keluarga dalam Gereja dan Masyarakat Dewasa Ini. Kekhasan dari SAGKI 2015 adalah merenungkan sejauh mana sukacita Injil itu dialami oleh keluarga dan bagaimana perjuangan keluarga dalam mewujudkan sukacita Injil.

Apa yang menjadi fokus perhatian SAGKI 2015 dalam pelaksanaan tugas perutusan Gereja Indonesia?

Berkaitan dengan tugas perutusan Gereja Indonesia, fokus perhatian SAGKI 2015 adalah keluarga Katolik mengalami sukacita Injil dengan semakin menghayati jati diri, spiritualitas, panggilan dan perutusannya dalam Gereja dan masyarakat dan memancarkan Sukacita Injil dalam kehidupan sehari-hari.

Apa tujuan SAGKI 2015?

Tujuan SAGKI 2015 adalah
a.    Keluarga Katolik semakin menghayati jati diri, identitas, spiritualitas, panggilan, dan perutusannya di dalam Gereja dan di tengah masyarakat
b.    Keluarga Katolik semakin menyadari tantangan-tantangan konkret yang dialami dan dihadapi keluarga dewasa ini
c.    Keluarga Katolik semakin misioner di tengah masyarakat

Suasana apa yang diharapkan tercipta dalam SAGKI 2015?

Suasana yang diharapkan tercipta dalam SAGKI 2015 ialah suasana sukacita dan persaudaraan dalam menegaskan bersama jalan baru bagi panggilan dan perutusan keluarga melalui refleksi bersama, diskusi, gerak bersama yang akan diambil.

Kegiatan SAGKI 2015 meliputi apa saja?

Kegiatan SAGKI 2015 meliputi ibadat, sharing tentang sukacita Injil yang dihayati oleh keluarga-keluarga Katolik, perjuangan keluarga dalam mewujudkan sukacita Injil, refleksi teologis dan launching film 7 Sakramen yang diproduksi KWI. Keempat kegiatan ini berkaitan satu sama lain dan dalam pelaksanaan hariannya disesuaikan dengan sub tema tertentu.

Metode apa yang dipergunakan SAGKI 2015?

Metode yang dipergunakan adalah metode sharing, diskusi dan penegasan sebagai buah dari refleksi bersama.

Mengapa SAGKI 2015 menggunakan metode sharing, diskusi, dan penegasan?

SAGKI 2015 menggunakan metode sharing, diskusi, dan penegasan karena:
a.    Tujuan dari SAGKI adalah saat di mana gereja mendengarkan
b.   Terjadinya gerak bersama setelah mendengarkan apa yang dialami, didiskusikan dan penegasan bersama

Bagaimana gambaran pertemuan SAGKI 2015?

Pertemuan SAGKI 2015 sebagai berikut:
Tanggal        :  2   November
Materi          :  Ekaristi Pembuka dan Acara Pembuka

Tanggal        :  3   November
Materi          :  Keluarga bersukacita: buah-buah penghayatan Panggilan dan Perutusannya (dimensi spiritual, relasional    
                             dan sosial)

Tanggal        :  4   November
Materi          :   Keluarga Katolik memperjuangkan sukacita Injil : Tantangan-tantangan Keluarga Dewasa ini

Tanggal       :   5 November
Materi         :  Gerak Bersama : Membangun Wajah “Ecclesia Domestica di Indonesia” – Sukacita Injil        

Tanggal       : 6 November
Materi         : Rumusan Akhir dan Misa Penutupan





Logo SAGKI 2015 merupakan visualisasai semangat dasar SAGKI 2015, yakni Keluarga Katolik: Sukacita Injil. Sukacita Injil dalam keluarga dialami ketika mereka memandang dan menjumpai Kristus (bdk. EG 1) yang menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup dan visualisasi itu diwujudkan dalam gambar Salib yang dipandang bapak,iIbu dan ketiga anak mereka.
Pengalaman sukacita itu dialami ketika keluarga-keluarga mendasarkan nilai kehidupan mereka pada Injil sebagaimana dinampakkan dalam gambar buku. Ketika keluarga berpijak pada Injil dan menghidupi nilai-nilai perkawinan sebagaimana yang diwahyukan Allah dalam Injil, sukacita itu dialami. Ekspresi sukacita itu tampak dalam sikap anggota keluarga yang semuanya berdiri (setengah melompat) dalam kebersamaan dan kasih.
Dalam logo, persatuan bapak dan ibu (warna orange dan merah marun) membentuk simbol hati yang berarti bahwa kesatuan keluarga didasarkan atas kasih. Dengan warna dasar putih menunjukkan kesucian, warna merah marun seperti gambar hati menunjukkan kasih dan warna orange menggambarkan terang atau cahaya yang berarti: keluarga yang dibentuk berdasarkan kasih membawa terang dan kesucian bagi keluarga lain.
Tulisan SAGKI 2015 dengan tema Keluarga Katolik: Sukacita Injil, adalah fokus atau tema yang diharapkan menjadi semangat bagi keluarga-keluarga agar selalu mengalami dan menampakkan sukacita Injil itu secara tegas. Warna merah marun, orange, silver, dan putih, biru, juga menunjukkan kemajemukan dan ke-Indonesiaan yang menjadi konteks SAGKI ke IV tahun  2015 ini.



DOA PERSIAPAN MENYAMBUT
SIDANG AGUNG GEREJA KATOLIK INDONESIA
TAHUN 2015

Allah dan Bapa kami,
Engkau telah mengutus
Yesus Putera-Mu terkasih
untuk mewartakan Sukacita Injil kepada kami
dan mengangkat kami menjadi anak-anak-Mu
serta menyatukan kami
dalam satu Keluarga Illahi-Mu.

Putera-Mu hadir di tengah Keluarga Nazareth
untuk menguduskan keluarga manusiawi itu.
Ia tinggal di dalam keluarga itu
untuk mengajarkan kasih,
mendengarkan kehendak Illahi-Mu,
mengajarkan sikap saling hormat menghormati
dan bekerjasama,
serta menyalakan lilin pengharapan
dalam kegelapan dunia ini.
Ia menetapkan keluarga kami
menjadi Gereja rumah tangga,
dan menjadi Injil yang hidup bagi dunia
dalam semangat cinta dan sukacita.

Curahkanlah Roh Kudus-Mu
untuk membimbing SAGKI 2015 ini,
agar melalui Sidang Agung ini,
mampu mendorong keluarga-keluarga Katolik
semakin menghayati panggilan
dan perutusan
dalam hidup perkawinan
yang telah mereka ikrarkan
dan semakin mengalami
keindahan hidup berkeluarga itu.
Ajarilah kami bersikap bijak
dalam menghadapi
setiap tantangan dan situasi zaman ini.
Buatlah kami semakin mampu
menjadi saksi hidup Injil-Mu
dan tempat pengungsian
bagi mereka yang membutuhkan.
Biarlah keluarga kami
semakin memancarkan sukacita Injil
bagi keluarga dan masyarakat.
Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami.
Amin.

Yesus, Maria, dan Yosef,
doakanlah kami!



22 Jun 2015

PUISI : KISAH PENJAGA CAHAYA NURANI

KISAH PENJAGA CAHAYA NURANI


Google Images. Jpg

Kuambil huruf-huruf aksara dari bintang malam
Menceritakan sepenggal kisah malaikat surgawi
Jatuh dan sayapnya lepas hilang
Berhamburan bagai kilatan sang meteor
Menjadi Sinar Keemasan
Memasuki relung hati dan pikiran yang bersih
Ia lah Sang Penjaga Cahaya Nurani
Berasal dari Malaikat yang mengurbankan diri
Datang pada setiap manusia yang rendah hati
Mengajarkan jalan menuju cahaya penuh kasih
Membimbing dengan gema suara kedamaian
Tanpa memeluk sang ego dan meninggalkan keakuan
Hanya berdasarkan kebenaran dari alam semesta
Hening dan kesadaran akan mampu membawamu
Merasakan hadirnya di setiap hela nafas hidup
Ia lah Sang Penjaga Cahaya Nurani
Nyalakan dengan api kebajikan dan ayat-ayat suci doa
Kobarannya tak akan pernah padam (SHe)