Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

4 Jun 2015

NATAL : SAAT UNTUK BERBAGI

Natal: Saat untuk Berbagi

 

Google Images.Jpg

            Aloysius hanyalah seorang pengusaha warung sederhana di kampungnya. Selain berjualan bahan kebutuhan sehari-hari, ia juga membeli karet  dari warga di sekitar rumahnya. Menjelang hari raya Natal, Idul Fitri dan Imlek, Aloysius menyisihkan sebagian dari penghasilannya untuk membeli bahan mentah pembuatan roti seperti mentega, terigu, susu kental manis, gula pasir, telur. Semuaya dikemas dalam paket-paket dan dibagikan kepada pelanggannya yang tidak mampu sesuai dengan keperluan mereka yang merayakan keyakinan agamanya. Kalau dihitung dengan rupiah nilainya tentu tidak seberapa. Tetapi  ada makna di dalamnya, seperti pernah diucapkannya, “Untuk orang kampung yang tidak mampu merayakan Natal, Idul Fitri dan Imlek mempunyai arti tersendiri dengan membuat kue”. Begitu juga menjelang natal tahun 2014 ini Aloysius tidak lupa melakukan rutinitasnya; berbelanja bahan mentah pembuatan roti untuk pelanggannya yang beragama Kristen dan Katolik. Bagi Aloysius yang beragama Katolik, Natal bukan hanya sekedar perayaan ritual yang selesai di gereja saja, tetapi dia memaknainya lewat aksi nyata mau berbagi dengan saudara-saudarinya yang kurang mampu.
             Bila ditengok peristiwa aslinya, makna Natal sejatinya adalah pemberian diri Allah. Dia yang maha segala-galanya rela memberikan diri-Nya dan menjelma menjadi manusia dalam diri Kanak-Kanak Yesus. Dialah Sang Imanuel: Allah beserta kita (Mat 1:23). Itulah yang terjadi pada natal pertama di Betlehem yang jauh dari hingar bingar pesta dan kemewahan. Dengan menjadi manusia Allah melakukan aksi nyata; setiakawan dengan manusia. Bahkan Dia hadir dalam sosok bayi yang papa-miskin.
             Kalau mau,  sebenarnya Allah bisa saja menyapa manusia dari surga. Maksudnya Dia tetap tinggal di surga sana, sedangkan manusia di dunia ini. Ibaratnya ketika mau menghubungi manusia Allah cukup menekan alat semacam remote control saja. Allah tidak perlu “repot-repot” turun ke dunia. Apalagi menjadi manusia segala. Tetapi “jalan aman” itu tidak dipilih oleh Allah. Justru Dia menggunakan jalan dengan “merepotkan diri-Nya” dan menjadi manusia. Mengapa Allah rela berbuat semua itu? Jawaban satu-satunya adalah karena Dia sangat mencintai kita. Di mata Allah kita semua sungguh berharga. Dia tidak rela kita menjadi binasa. Maka Dia datang dan hadir di tengah-tengah kita agar kita memperoleh hidup, bahkan hidup dalam segala yang kelimpahan (Yoh 10:10).
             Lalu bagaimana kita bisa memaknai natal? Penting artinya kita kembali kepada semangat natal pertama. Ketika melihat kandang atau gua natal pandangan kita harus bisa menembus dan merenungkan apa yang sebenarnya terjadi di sana. Kita tidak boleh larut  dengan perayaan natal yang diwarnai oleh gemerlapnya pesta dan hingar bingar kemewahan. Kita juga tidak boleh tinggal dalam keagungan peribadatan di dalam Gereja.  Memang peristiwa natal sering membuat kita hanyut dalam suasana romantis. Tetapi itu bukanlah makna natal yang sebenarnya. Makna natal harus bersambung dalam hidup sehari-hari. Natal harus menyapa umat manusia karena sejatinya natal tidak sama dengan pesta pora. Natal juga bukan sekedar perayaan liturgis semata. Natal adalah “sapaan” Allah kepada kita. Dia memberikan diri-Nya secara nyata kepada kita.
                Seperti Allah yang beraksi nyata kepada kita, begitu pula kita diundang untuk mengadakan aksi yang sama kepada sesama. Natal baru mendapatkan artinya yang penuh kalau kita mau berbagi dengan sesama, terutama mereka yang serba berkekurangan. Apa yang harus kita bagikan? Bukan terutama berbagi barang atau harta kekayaan. Tetapi kita diajak untuk berbagi perhatian dan cinta. Tuhan telah memberikan kepada kita masing-masing hati untuk mencintai dan tangan untuk melayani. Dengan itulah kita mewujudkan aksi pemberian diri lewat tindakan mencintai dan melayani. Natal menjadi saat yang indah untuk berbagi. Selamat Natal 2014 dan Tahun Baru 2015. Mari kita saling berbagi cinta dan pelayanan! (Gathot)

Kegiatan Sosial

Kegiatan Sosial

Kegiatan Donor Darah
Kunjungan Ke RS Alverno
Kunjungan Ke Panti Asuhan Abigael


3 Jun 2015

ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA & UTAMA

ORANG TUA SEBAGAI PENDIDIK PERTAMA & UTAMA

               


                Minggu 30 November 2014 Panitia Natal dari seksi sosial menggelar seminar yang ditujukan bagi calon orang tua maupun yang telah menjadi orang tua. Adapun tema yang diangkat berkait erat dengan tema Natal tahun ini yaitu “ Berjumpa Tuhan Dalam Keluarga”.  Seminar ini mengarah pada mereka yang  akan dan telah menjadi orang tua agar tahu dan paham akan pentingnya peran orang tua dalam mendidik anak-anaknya di dalam keluarga.
                Bruder Gabriel, MTB selaku Narasumber acara ini memaparkan tentang kasih yang menjadi dasar di dalam kehidupan berkeluarga.  Mengutip sepenggal puisi karya besar Kahlil Gibran yang mengatakan “Anak-anakmu bukanlah anak-anakmu. Mereka adalah putra dan putri dari kehidupan itu sendiri. Mereka datang melalui kalian, tetapi tidak berasal dari dirimu. Dan walaupun mereka bersamamu, mereka bukan milikmu”. Demikianlah kalimat puisi yang memberikan makna bahwa anak-anak yang dihadirkan dalam keluarga kita adalah sebuah anugerah dan titipan dari Tuhan.  Pendidikan iman menjadi bagian yang penting dalam membentuk karakter anak. Selain itu iman dalam keluarga yang kuat akarnya dapat berperan dalam membantu misi Gereja yang nantinya dapat melanjutkan hidup perutusan para Pastor, Suster, Bruder dan Tuhan Yesus.
                    Pada sesi kedua seminar ini membahas mengenai Narkoba. Materi ini disampaikan oleh Bapak Sabar Mauliate Tua, S.Ikom dari BNN (Seksi pencegahan Narkotika Kota Singkawang). Bertujuan untuk memberikan informasi kepada orang tua tentang bahaya Narkoba dan cara pencegahan serta penanggulangannya.  Dalam materi Narkoba kepada orang tua, mereka diberikan pengetahuan bagaimana cara menciptakan lingkungan yang aman bagi anak dan menindaklanjuti kejadian pada korban pecandu Narkoba terlebih jika itu terkena terhadap anak mereka. Peran orang tua sangatlah penting dalam hal psikologis bagi anak mereka. Pantauan orang tua sangat diperlukan agar anak-anaknya terhindar dari Narkoba. Upaya yang dapat menghindari anak dari bahaya Narkoba antara lain adalak anak diajarkan untuk fokus mencapai cita-citanya, diarahkan mengikuti kegiatan organisasi yang positif , hobi yang baik bagi masa depannya sehingga menjadikan waktu lebih berharga, menjaga hubungan dengan keluarga agar harmonis, dan berhati-hati dalam memilih teman. (SHe)


AKSI SOSIAL OLEH POSKO NATAL

AKSI SOSIAL OLEH POSKO NATAL




              Singkawang, Selasa, 9 Desember 2014. Gelak tawa terdengar berderai ketika saya memasuki ruang  tengah  gedung Pastoran  Gereja Santo Fransiskus Assisi dari pintu sayap kanan, begitu semarak suasana di sini, semua asyik bekerja, semua wajah terlihat riang gembira. Tujuan saya satu, hendak mengambil gambar serta sedikit berbicang-bincang dengan sang koordinator posko natal yang pada tahun ini dipercayakan kepada Ibu Helena Halijah. Ketika saya jumpai, saya begitu terkesan pada sosoknya yang ramah serta berparas keibuan, seolah menerima dengan tangan terbuka dan menyilakan saya memuaskan kedahagaan meraup berbagai informasi berkenaan dengan aksi sosial yang dimotorinya. Jabat tangan hangat dan erat lantas saya ulurkan, memperkenalkan diri kepada beliau yang sore itu terlihat bersimbah keringat demi merampungkan pekerjaannya menyortir pakaian pantas yang akan disalurkan ke 16 stasi di bawah naungan Gereja Katolik Paroki Singkawang. Saat itu beliau tidak sendiri, ditemani beberapa ibu anggota Persatuan Warakawuri Katolik Santa Monika dan seorang Frater, beliau begitu sabar melayani berbagai pertanyaan saya dengan suara dan wajahnya yang begitu ekspresif.
               Sembari beranjak dari tempat penyortiran pakaian pantas, kami berjalan perlahan menyusuri ruang pastoran yang sore itu terlihat semarak oleh aktivitas mengemas sembako oleh ibu-ibu Wanita Katolik (WK) bersama beberapa anggota OMK. Tiada raut lelah terpancar dari  wajahnya meskipun saya paham beliau bersama rekan-rekan lain, setiap hari harus siap berada di tempat (pastoran) sedari pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. Beliau justru tampak begitu antusias memaparkan kepada saya berbagai informasi mengenai kegiatan seksi sosial yang dimulai sejak 29 November lalu dan berakhir pada 14 Desember 2014.   Menurut beliau, aksi sosial yang digagas oleh pastor paroki Singkawang  dan akhirnya menjadi “menu khusus” bagi panitia Natal setiap tahun sebenarnya telah dilakukan sejak Natal setahun yang lalu, hanya saja  tahun lalu kegiatan ini menyasar pada korban bencana alam banjir yang melanda hampir setiap kabupaten di Kalimantan Barat.
              Berbagai cara dilancarkan demi memuluskan jalan kegiatan “perpanjangan tangan Tuhan” ini,  di antaranya  melalui pengumuman tentang kegiatan terkait di gereja, surat edaran ke sekolah-sekolah hingga memanfaatkan media sosial semacam Facebook, Broadcast Messanger pada aplikasi BBM, SMS, telepon maupun ajakan secara lisan untuk ikut mengambil bagian dalam kesempatan berbagi dan peduli pada sesama. Hasilnya sungguh luar biasa, ratusan kardus berisi pakaian pantas, 800-an paket sembako, buku-buku layak baca dan sejumlah uang terkumpul serta siap didistribusikan pada 15 Desember 2014 dan dipusatkan di Capkala. 
              Di akhir obrolan yang menyenangkan itu, beliau mencebarkan asanya yang penuh-penuh berharap agar kegiatan serupa dapat selalu diejahwantahkan pada tahun-tahun yang akan datang, lebih banyak pihak yang berpartisipasi dan bantuan yang dihimpun dapat menjangkau segala kalangan. Pada pemungkas sapa beliau tak lupa menghaturkan jabat erat dan terima kasih kepada berbagai pihak yang ikut menyukseskan kegiatan ini antara lain Wanita Katolik (WK), Persatuan Warakawuri Katolik (PWK) Santa Monika, Legio Maria, OMK serta pihak lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga berkat Tuhan selalu mengiringi langkah kita. (Hes)       

JANGAN MENGGUGAT TUHAN DONG

 “JanganMenggugat Tuhan Dong”

Google Images.Jpg

                 Di pagi itu aku biasanya menghidupkan motor lebih awal dari hari-hari sebelumnya. Entah  kenapa hari senin itu aku terlambat bangun dan enggan untuk pergi ke sekolah.
                “Huhhh.. Pelajaran hari  ini berat nih.., mendingan aku tidur lagi ahhh!...”
 Dari luar pintu kamarku terdengar suara ayah begitu keras.
               “Decky… Decky… Decky! Bangun, Nak! Sekarang sudah jam 08.00 pagi! Apa kamu sakit? Atau kamu memang hari ini malas ke sekolah? Decky..Decky… Kamu keras kepala ya!. Dasar kamu pemalas, Nak! Saya capek dengan sikapmu! Saya malu tiap hari selalu ada surat dari sekolah bahwa saya tidak memperhatikan kamu! Ayo bangun!”
              Teriakan ayahku begitu menggema di rumah hingga adikku juga ikut terbangun dari lelapnya tidur di kala itu. 
             Ya, aku memang tergolong anak yang tidak banyak bicara dan paling takut kalau melawan ayah sekalipun kurasa diriku benar. Aku cepat-cepat ke kamar mandi untuk cuci muka dan tanpa pamit pun  langsung menggeber gas motor kesayanganku ke sekolah.
                Ketika di pintu gerbang aku melihat petugas keamanan dan guru piket mereka menggeleng-gelengkan  kepala,  melihat tingkah lakuku. Dengan nafas ngos-ngosan aku langsung ke kantor  guru Bimbingan Konseling untuk menyelesaikan persoalanku.
             “Decky kamu masih punya keinginan untuk sekolah enggak sih? Namamu sudah tercatat sebagai anak yang seringkali terlambat,  belum lagi raport merah dari bapak ibu guru tentang kelakuanmu di sekolah ini! Sadarlah, Nak!! Kami lelah hanya memperhatikan tingkah lakumu tiap hari?”
                Aku terdiam dan kubiarkan guruku tetap marah sebab aku memang sadar bahwa aku pada posisi bersalah. Setelah kurasa amarah guru Bimbingan Konselingku mereda, aku lantas angkat bicara,
              “Pak, izinkan saya untuk mengungkapkan sesuatu mengapa saya terlambat dan mengapa saya selalu bermasalah di sekolah ini”, pintaku sambil menunduk di depan wajah guruku yang menurutku terkategori orang tuaku yang kedua. Curhatku dari hati ke hati ternyata membuat guruku ikut bersedih atas situasi dalam hidupku.
                Aku memang sakit hati untuk mengungkapkan permasalahan pribadiku pada guruku. Berat, sangat berat untuk membeberkan masalah peribadiku. Aku tidak tahu kepada siapa lagu aku mengungkapkan semuanya ini. Aku berpikir guru pasti akan menyimak dan juga ikut mencari jalan terbaik buat masa depanku.
               “Pak, saya dari keluarga yang cukup memprihatinkan. Saya tinggal dengan ayah dan ibu tiri. Mama sudah meninggalkan  kami sejak saya sekolah dasar. Untung ayah saya masih semangat membiayai hidup saya  yang membuat saya tetap bertahan hingga saya tetap mengenyam pendidikan hingga di bangku  di SMA. Kalau di rumah, saya tidak menemukan kedamaian mengapa di sekolah pun tak saya temukan tempat  yang dapat mendamaikan hati saya! Kemana lagi harus saya cari tempat yang dapat mendamaikan hati saya di dunia ini , Pak? Mengapa semua pintu rasanya tertutup untuk saya? Saya mohon kali ini saja, maafkan keterlambatan saya, Pak. Percayalah Pak, saya berjanji esok saya tidak mengulangi lagi!”, Pintaku dengan wajah lesu.
             Aku pulang rumah sambil menangis tersedu-sedu. Wajah ayah pun tidak bersahabat lagi. Ayah tidak mempedulikan aku lagi. Ayah merasa bahwa akulah yang membuat ayah menderita selama ini. Tetanggapun tahu bahwa aku emang anak yang tidak bisa berkawan dengan siapa-siapa hingga minder bergaul meski dengan tetangga.
              Pada malam sebelum tidur aku mengotik-atik laptopku.  Berawal dari sinilah, aku menulis segala kepenatanku hingga menggugat Tuhan. Aku berpikir tidak ada guna menulis begitu saja. Percuma! Barang kali aku bisa membagikannya di Grup Facebook teman-temanku siapa tahu mereka ada yang lebih  menderita dariku. Aku menulis seolah-olah menanyakan keberadaanku sebagai remaja yang tengah mencari identitas di tengah kepenatan dunia ini. “Who Am I ?” inilah pokok tulisanku. Siapakah aku. Aku lahir dari seorang ibu yang luar biasa. Tetapi mengapa ibu tega meninggalkanku? Mengapa juga ayah tidak mau menceritakan kepadaku mengenai masalah ini. Ah, masa bodohlah. Aku pikir akupun tidak sendirian banyak juga teman-teman yang mungkin senasib denganku.
                Pada alinea berikutnya kurasakan otakku buntu. Penat tak ada yang membuat aku  bertahan untuk terus merangkai kata-kata yang menarik bagiku. Tiba-tiba aku berteriak dengan penuh amarah,
 “Tuhan tidak adil! Tuhan tidak bijaksana! Mengapa aku diberi penderitaan terlalu dini diusia seperti ini! Huuhhh…. mengapa Tuhan juga membiarkan orang-orang di sekitarku menolak kehadiranku!”.
          Anehnya, di sela-sela kemarahanku, aku tetap percaya Tuhan tidak menguji di luar kemampuanku. Rupanya bathinku tetap proposional untuk tidak membenarkan diri sebagai mahluk lemah di hadapanNya.
                 Tulisanku ternyata diberi dukungan moral dan spirit dari rekan-rekanku.
               “Decky… kamu masih beruntung lho. Kamu termasuk remaja yang smart dan excellent lho! Kamu tahu enggak  sih, di belahan dunia ini susah mencari figur remaja yang mau jujur seperti kamu.  menurutku, kamu termasuk kategori remaja yang tangguh. Sebaiknya jangan mengguggat Tuhan dong. Tahu enggak di luar sana banyak remaja seusia kita menderita jauh dari yang kamu alami. Aku salah satu korbannya. Tetapi aku sudah bertobat. Tuhan mengangkat aku untuk menjadi anak yang hebat. Aku meskipun mandi dalam lumpur kedosaanku aku diangkat kembali menjadi remaja yang tangguh. Aku tidak mempersalahkan orang lain apa lagi Tuhan. Seberapapun dosa kita Tuhan tetap mencintai kita sebagai anak-anak-Nya yang luar biasa. Cukup enjoy bro!”
               Aku begitu kagum dengan kekuatan kata-kata  dari teman-temanku. Aku berpikir  bahwa ternyata penderitaanku jauh dari penderitaan mereka. Yang membuatku heran mereka juga buka-bukaan tentang pengalaman mereka yang sudah bercumbu dengan narkoba hingga masuk penjara. Ah, mengapa mereka juga harus  jujur kepadaku bahwa saat ini mereka sudah terjangkit AIDS. 
                 Tidaaak…!, teriakku  di malam itu.
             “Tuhan,  What  do You  want  me to do? Aku tak sanggup Tuhan! Aku harus berjuang bersama mereka. Aku mau menjadi bagian dari mereka. Aku mau memberi kekuatan baru bagi mereka agar di sisa kehidupan  mereka tetap semangat dan masih ada orang yang peduli dengan mereka. Aku memang anti Narkoba dan AIDS tetapi aku tidak pernah menolak peribadi mereka. Aku ingin menjadi bagian dari peribadi mereka saat ini.”
                Dalam keheningan tidak terasa hampir pukul 00.00. Aku tak mampu lagi memejamkan mata membayangkan teman-temanku di luar sana.
Di tengah keheningan malam itulah, tiba-tiba aku mendapat SMS dari teman-temanku bahwa dalam rangka menyambut Natal 2014 akan diadakan bakti sosial dan untuk kegiatan itu masih diperlukan tenaga pengisi sebagai narasumber seminar “Anti Narkoba”. Pada saat itu juga aku bersedia dan menyanggupi menjadi narasumber yang siap berbagi cerita tentang kondisiku dan penguatan yang kudapat dari teman-teman yang kondisinya lebih memprihatinkan dibanding kisahku.
               “Tidak terlambatkan teman-teman aku menyambut Natal dengan kegiatan ini”, tanyaku pada pemgirim sms.
“Oh, tentu saja tidak. Tiap hari kita merayakan Natal kok? Maksudnya, kita tiap hari melahirkan ide-ide yang keren dan oke demi meraih masa depan kita bro. Oke jangan menggugat Tuhan lagi dong!”
                   “Thanks so much bro.”, tutup obrolanku dengan penuh hangat malam itu. (Bruf)

BURUNG RAKSASA DAN SANG PUTRI

CERPEN : BURUNG RAKSASA DAN SANG PUTRI


                 Alkisah, berabad-abad yang lalu hiduplah seekor burung raksasa dan seorang putri dari suatu kerajaan. Suatu hari Sang Putri tengah berjalan-jalan di hutan demi mencari berbagai tanaman yang akan diracik menjadi obat untuk persediaan kerajaan. Di hari ketika Sang Putri berjalan di tengah hutan tersebut, tanpa sengaja Sang Putri menemukan burung raksasa. Burung itu dalam keadaan kesakitan karena pada sayapnya terdapat luka bekas tombak dari para pemburu. Sang putri iba melihat rintihan sang burung, diobatinya luka  burung raksasa itu dengan tanaman ajaib yang ia peroleh serta diraciknya dengan tangannya yang dingin yang mampu menyembuhan. 
                  Alhasil sayap burung raksasa itu sembuh dalam waktu yang sangat singkat. Sang burung raksasa berseru kegirangan, suaranya terdengar sangat menggelegar dan ternyata setelah sembuh burung raksasa itu terlihat begitu gagah dan  perkasa. Diajaknya Putri untuk berkeliling melihat indahnya dunia. Setiap kali burung itu rindu kepada Sang Putri, ia selalu mengajaknya terbang menaikkan Sang Putri ke atas sayapnya yang kekar hangat dan nyaman. Bulu-bulu dari sang burung sangat lembut dan wangi ternyata burung itu adalah seekor burung yang jatuh dari Negeri Langit dan merupakan kendaraan dari kesatria Negeri Langit.


Google Images.Jpg
           
              
                Atas kebaikan Sang Putri yang pada saat itu menolongnya, burung raksasa lantas jatuh cinta pada sang putri. Hingga akhir hayatnya sang burung hanya mencintai sang putri dan selalu membuatnya bahagia dengan menjadi kendaraan di saat diperlukan dan kapanpun sang putri membutuhkan tumpangan.
                  Pesan yang dapat kita petik dari dongeng ini adalah kita harus memiliki hati yang baik dan suka menolong. Jika kita memiliki hati yang baik dan suka menolong, maka kebaikan pula yang dapat kita peroleh. Milikilah hati yang lembut seperti Sang Putri, dan rasa terima kasih menjalin persahabatan yang baik seperti burung raksasa tersebut. (SHe)

LANGIT DI NEGERI LANGIT

CERPEN : LANGIT DI NEGERI LANGIT
 
Google Images.Jpg

               Setiap langkah hidupnya ia meninggalkan jejak-jejak keemasan merubah kehidupan seseorang. Pemuda bernama Langit. Ia adalah seorang yang sangat rendah hati, sehigga seluruh berkat dan kasih Tuhan selalu turun atas Nya. Setiap pagi Ia selalu bersujud kepada Tuhan atas segala kebaikan dan augerah kehidupan yang diterimanya. Ucapan syukur dan terima kasih selalu disenandungkan dalam hatinya. Dalam perjalanan hidupnya Langit selalu memiliki niat dan prasangka yang baik pada setiap orang.  Pikiran dan hatinya hanya ingin selalu meringankan beban hidup orang lain sehingga tindakannya menjadi bukti nyata akan kebaikan dan ketulusan hatinya. Langit memiliki keyakinan setiap kita meringankan beban orang lain dan selalu melakukan kebajikan serta selalu berdoa bagi kebahagiaan semua makhluk hidup, hal itu akan membuat hatinya  terselimuti angin yang dingin dan sejuk yang bernama kedamaian dan perasaan sukacita yang timbul membuat tubuh, pikiran, raut wajah Langit menjadi ringan dan lembut dalam menjalani kehidupan. Langit tidak pernah menilai orang lain dalam segala bentuk dan rupanya. Ia lebih mengkedepankan hatinya karena semua orang pada dasarnya adalah baik. Ia menganggap semua orang sama dan semua memiliki hak untuk merasakan kebahagiaan. Langit dalam bersahabat tidak pernah membeda-bedakan baik seseorang dari golongan atas maupun bawah selalu dirangkulnya. 
               Pribadi Langit yang sangat mulia itu, terlihat oleh Bidadari Langit yang bernama Riayanamona. Riayanamona adalah salah satu bidadari dari Negeri Langit, Bidadari itu meminta kuda terbangnya untuk membawa Langit ke Negeri mereka. Ketika sore hari, Langit sedang akan menutup jendela kamarnya dilihat kuda putih bermata biru, dikeningnya terdapat permata kuning bersinar kemerah-merahan, bulu-bulunya sangat lebat, harum, lembut dan putih bersih. Ia meringkik kemudian berbicara kepada Langit, “Langit aku adalah Jengala Putih kendaraan kuda terbang milik Bidadari Langit, ia sangat ingin bertemu denganmu. Maukah kau kuajak terbang menuju kediaman Bidadari berada?”. Langit menjawab,”Dengan senang hati Jengala Putih”. Langit naik kepunggung Jengala Putih itu, kemudian kuda itu mengepakan sayap keemasannya menuju Negeri mereka melewati berlapis-lapis Negeri Awan, Negeri Pelangi dan akhirnya mereka sampai di Negeri langit yang sangat indah, banyak para Bidadari Langit dan Kesatria Langit yang tinggal disana. Mereka berpakaian sangat anggun dan megah laksana putri dan pangeran dari Kerajaan Langit. Langit sangat takjup dan senang. Ia bisa merasakan semua menyambut kehadiran nya dengan sukacita. Banyak hewan, tumbuhan, bunga-bunga, pemandangan yang indah di Negeri Langit itu semuanya teratur, rapi, sejuk dan ada nuansa kedamaian menyelimuti tempat yang dipijaknya. Kicauan burung yang bertengger rapi dibatang pohon menyiul-nyiulkan nama Langit, suara segala pohon dan bunga mengatakan selamat datang Langit secara serempak.  Para Kesatria dan Bidadari berbaris menyambut Langit dengan melakukan penghormatan khusus memberikan sorak sorai dan tepuk tangan yang meriah.  Mereka para penjaga awan dan pelangi juga diundang datang menyambut Langit dengan memberikan sambutan dengan meniupkan terompet dan seruling yang bergemuruh merdu, serta tarian ala khas dari Para Bidadari Negeri Pelangi.
                    Kemudian diantara mereka, keluarlah Bidadari Riayanamona yang cantik jelita, anggun dan penuh pesona. Suaranya lembut dan merdu yang membuat Langit tercengang kagum. Riayanamona mengeluarkan toples-toples miliknya. Katanya,” Langit selama Engkau di Bumi Engkau adalah seseorang yang telah banyak membuat perubahan terhadap kehidupan orang lain. Dari mereka yang sedih, tepuruk, putus asa, kesakitan dan kesusahan. Engkau yang selalu hadir dan menolong mereka. Engkau pula yang selalu mendoakan mereka baik mereka yang masih tinggal di Bumi dan yang telah tiada serta selalu berucap syukur atas kehidupan yang Engkau miliki hingga sekarang. Kami para Bidadari  Negeri Langit mengumpulkan doa-doa orang yang tulus dan ditoples-toples ini doa-doa yang membaikan dan mendamaikan semua makhluk kami tampung hingga kemudian kami mengolahnya menjadi benih-benih cinta dan kesembuhan bagi mereka yang Engkau doakan sehingga kami dapat pula menebarkannya kembali ke Bumi. Itu sangat meringankan beban dan membuat hati mereka sedikit lega, karena cinta kasih tanpa syarat yang benar-benar Engkau berikan Langit kepada mereka. Kami sangat senang dengan apa yang kamu perbuat di Bumi. Untuk itu kami, memanggil dan menjamu Langit untuk merayakan keberhasilan usahamu dalam membantu para manusia di Bumi.  Langit kemudian diajak bersantap ria menikmati hidangan yang dipersiapkan khusus baginya. Suatu kebahagiaan yang luar biasa bagi Langit dapat berada di sana. Setelah selesai menikmati jamuan, Langit berpamitan pulang kepada Para Kesatria dan Bidadari di Negeri itu. Bersama Jengala Putih, ia kembali diantarkan turun ke Bumi. Pesan terakhir yang masih tergiang dan meresap dalam hatinya adalah Riayanamona berkata,” Terima kasih telah menjadi bagian dari kami untuk menjalankan misi kami di Bumi, tetaplah menjadi Langit yang rendah hati dan selalu mengutamakan orang lain.” Dengan perasaan yang tak dapat terlukiskan Langit berkata dalam hatinya terima kasih Tuhan dan Para Penghuni Langit, Bidadari Riayanamona atas pengalaman yang sangat ajaib yang belum pernah dialaminya selama ini. Langit kembali kehidupan alaminya di Bumi. Dia merasa sangat bahagia dan selalu gembira dalam menjalankan kehidupannya karena ia tahu apapun yang Dia kerjakan akan selalu terlihat dan diawasi oleh Para Kesatria dan Bidadari di Negeri Langit yang menjadi sahabat dalam mewujudkan kebahagiaan di Bumi. (SHe)