Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri tentang gereja. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri tentang gereja. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

1 Jun 2015

ANTARA ISA DAN KEBERMAKNAAN BAGI SESAMA


ANTARA ISA DAN KEBERMAKNAAN BAGI SESAMA





ISA
kepada nasrani sejati
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah
rubuh
patah
mendampar tanya: aku salah?
Kulihat Tubuh mengucur darah
aku berkaca dalam darah
terbayang terang di mata masa
bertukar rupa ini segara
mengatup luka aku bersuka
Itu Tubuh
mengucur darah
mengucur darah









(Chairil Anwar, 12 November 1943)


          Sejenak puisi bernada religi ini berhasil dikemas serupa parsel, kado permenungan dalam nafas sastra bagi umat Kristiani yang sejak dicipta pada 1943 masih terus kita rasakan ‘kekiniannya’.  Pada deret kata, “Kulihat Tubuh mengucur darah / aku berkaca dalam darah / terbayang terang di mata masa / bertukar rupa ini segara / mengatup luka aku bersuka // Itu Tubuh / mengucur darah / mengucur darah // ,” betapa kekuatan pengorbanan dari Putera Bapa mengejawantah dalam bentuk Salib, tidak hanya membuahkan bahagia namun janji  keselamatan bagi kita yang meyakininya.
        Berabad kemudian, Salib yang awalnya simbol kehinaan diubah melalui darah Putera-Nya menjadi lambang keselamatan, diperingati dan dirayakan. Menjadi tradisi yang tak hanya berhenti pada prosesi, namun merupakan denyut nadi  bagi seluruh umat Kristiani. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, Gereja Katolik seluruh dunia memperingati dan merayakan Kebangkitan Kristus dan penebusan umat manusia melalui rangkaian prosesi yang dipakemkan oleh gereja. Tak terkecuali Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang. Diawali Misa Rabu Abu, sebagai pemantik masa pertobatan. Seolah menjadi simbol awal mula masa permenungan dan evaluasi diri, Rabu Abu tahun ini jatuh pada 18 Februari 2015, berselang empat puluh hari menjelang Pekan Suci yang dimulai pada Minggu Palma, 29 Maret 2015, dilanjutkan Kamis Putih, Jumat Agung, dan Sabtu Suci, berturut-turut dirayakan pada 2 hingga 4 April 2015, serta puncaknya pada perayaan Paskah yang jatuh pada Minggu, 5 April 2015.
          Pada perayaan Paskah tahun ini, seluruh umat Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi mengambil peran masing-masing. Meski dirayakan dengan sederhana, namun tetap menjaga makna utama. Tak ada dekorasi berlebihan, segalanya sesuai takaran. Hanya saja tetap ada yang istimewa dalam setiap persembahan. Seperti drama penyaliban pada Jumat pagi sebelum upacara penghormatan Salib pada sore harinya. Kegiatan yang biasanya digelar di dalam gereja, tahun ini terasa istimewa karena pelaksanaannya dilakukan di halaman gereja. Drama penyaliban yang diperankan oleh OMK terpapar apik, mangkus menggerus sisi emosi manusiawi. Tak sedikit umat berlinang air mata kala membayangkan Sang Juru Selamat diperlakukan begitu rupa. Demikian pula pada Jumat sore harinya, paduan suara maupun pasio kisah sengsara, sukses membuat rawan perasaan umat yang datang. Berlanjut pada Sabtu, malam Paskah, suara-suara merdu kelompok koor berhasil melangitkan madah yang indah dalam kesyahduan cahaya lilin Paskah. Dan puncaknya pada gempita Minggu Paskah. Semua larut dalam bahagia oleh penyelamatan Anak Domba.         
           Rasanya lebih dari sekadar peringatan dan perayaan tahunan yang akan terus-menerus berulang. Umat Kristiani diajak bangkit dari ekstase yang selama ini seolah meninabobokan. Kita diseru oleh pimpinan tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus dalam Urbi Et Orbi yang masih mengetengahkan pesan  perdamaian, dan kita sebagai umat Kristiani yang dipenuhi oleh rahmat Kristus, yang wafat dan bangkit adalah benih-benih kemanusiaan yang lain, yang di dalamnya kita berusaha hidup dalam pelayanan bagi orang lain, tidak sombong, melainkan penuh hormat dan siap membantu.
Kiranya semangat dan kesadaran yang diawali serta didasari keyakinan tentang darah yang terkucur dari tubuh Kristus tak hanya berkisar seperti yang tertera dalam kalimat puisi yang ditulis oleh Chairil Anwar pada 1943: “mengatup luka aku bersuka”. Tak hanya berhenti pada kata ‘bersuka’, namun lebih dari itu, mengajak kita bangkit dari kebergemingan pada zona nyaman dalam bentuk tindakan nyata, yakni kebermaknaan bagi sesama.  Selamat Paskah!  (Hes)     
                             

 

19 Mar 2016

Ia di Antara Biola, Kamera dan Komuni untuk Lansia

Ia di Antara Biola, Kamera dan Komuni untuk Lansia


“Tahun-tahun yang memutih di kepala menandai tinggi batang usia kiranya bukan penghalang baginya yang sering terlihat masyuk dengan kamera. Di umur rambang senja, ia bahkan menjadi daya tarik tersendiri mengingat sosok lain yang seusia umumnya tak lagi menggubris perkembangan teknologi yang setia bergulir di dunia.”



Pastor Marius, OFMCap, gembala yang selalu tampil formal, berkemeja lengan panjang, dimasukkan rapi, bersemat salib kecil di kerah kiri, dan selalu beralas kaki hitam ini bukan sosok asing di lingkungan Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi. Putra kelima dari pasangan bapak Mateus Chen dan ibu Yohana Lay ini begitu tak terganggu manakala ratusan pasang mata memandang aksinya kala mengabadikan berbagai peristiwa yang berlangsung di gereja maupun hal lain yang sanggup menarik perhatiannya. Meskipun bersifat pribadi, betapa aktivitasnya sangat membantu gereja dalam mengabadikan setiap rangka masa. Entah telah menghabiskan berapa giga bahkan tera kapasitas hardisk guna membingkai laman waktu dalam gambar bergerak maupun slide-slide bisu. Tak berhenti sampai di situ, suaranya terdengar begitu ringan menandakan sama sekali tiada berkeberatan ketika hasil bidikan kameranya diunduh orang guna memenuhi berbagai kepentingan. 

Terlahir dengan nama Chen, semenjak kecil ia telah begitu terpesona pada kehidupan membiara. Chen kecil yang menunjukkan ketertarikannya pada kaum berjubah menggiring langkah remajanya menekuni panggilan iman hingga ke Holand. Pada 1947, dua tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, ia telah melanglang buana ke negeri Belanda. Zaman dulu menempuh pendidikan menjadi imam kesempatannya tidak seluas sekarang. Ia harus berjibaku dengan teologi dan filsafat ilmu hingga ditahbiskan sebagai imam di negeri kembang tulip itu pada 1961. 

Empat belas tahun di benua Eropa, begitu banyak hal dipelajarinya. Selain kian mematangkan pendidikannya menjadi gembala, ia mulai akrab dengan biola. Secara otodidak ia mempelajari cara memainkan alat musik yang tak sekadar menggesek dawai belaka, namun juga mengandalkan kehalusan jiwa untuk mampu sampai ke hati penikmatnya. Kepiawaiannya mengalunkan nada melalui biola bak gayung bersambut manakala ia kembali ke negeri asalnya. Sempat menggembala umat selama setahun di Nyarumkop pada 1962 sebelum akhirnya di tahun  1963 ia kembali berkarya di Katedral, di jantung Khatulistiwa. 

Pada tarikh 1963−1997 penempatan tugas pastoral membuatnya mengabdikan diri di Gembala Baik. Di sinilah ia berkolaborasi dengan ketua Yayasan Persekolahan Gembala Baik yang sepaham dengannya mengenai pembelajaran ekstra bagi siswa. Ia seiya sekata dengan Bapak Yan Fredrik yang menggagas mengenai pembelajaran biola untuk menghaluskan jiwa para peserta didiknya. Dengan telaten dan sabar, ia menularkan kebisaannya memainkan biola pada siswa-siswinya. “Pak Yan mewariskan satu hal tidak diduga, ia mengajar musik terutama biola kepada murid karena ia mau muda-mudi kita tetap peka terhadap sesuatu yang indah. Contohnya jika ada berita orang yang mengalami musibah di sekitar kita dan kita melihatnya sebagai sesuatu yang biasa, hal ini terjadi karena tidak ada kepekaan terhadap yang indah. Mulanya saya tidak mengerti, tetapi akhirnya saya memahami dan sesuatu yang paling indah adalah yang dilakukan oleh Yesus di kayu salib, wafat bagi orang lain. Hal ini dapat terjadi karena jiwa yang peka. Karena sesuatu yang indah dapat memengaruhi kepekaan sikap jiwa. Sehingga dia merasa indah juga bisa menolong orang, malahan bila perlu berkorban untuk orang lain. Saya ambil warisan itu. Saya melanjutkan itu. Biarlah kelihatan atau tidak, berhasil atau tidak, tapi pasti tidak rugi jikalau dari anak-anak itu masih dapat kesempatan untuk mematangkan rasa mereka terhadap keindahan. Karena otomatis akan mempengaruhi mereka punya jiwa,” urainya. Hingga usianya hampir menginjak 87 tahun, ia tetap setia melatih bermain biola. Dan satu hal yang sungguh luar biasa, ia melatih tanpa memungut sepeserpun biaya dari para didikannya. “Saya melanjutkan semua itu bukan sebagai hobi saja, tapi dengan harapan dasar supaya muda mudi kita menyebarkan keindahan yang mereka rasa, yang secara otomatis meningkatkan sikap jiwanya.” 

Hal unik lain dari sosoknya, di tahun 1947 dimana bangsa ini baru mengecap haru biru hawa kemerdekaan bahkan mungkin saja masih latah terhadap perputaran zaman, ia telah selangkah lebih maju. Ia akrab dan paham dengan peralatan media rekam. Sungguh berada di luar duga bahwa ia memang mesra dengan kamera semenjak dulu kala. Di samping itu, ia juga memanfaatkan media sosial untuk berbagi banyak hal yang direkamnya. Bukan tanpa maksud, namun  aktivitas tersebut berkiblat pada manfaat berbagi dan menarik esensi dari berbagai hal baik yang sanggup menginspirasi. “Ya memang hobi, dengan arti, itu adalah media yang bisa menyampaikan sesuatu. Hasil rekamnan saya banyak simpan di Facebook dan Youtube. Dari yang dibagikan di Facebook dapat dibaca juga notes berisi keterangan di bawahnya. Di situ saya banyak menulis hasil-hasil pembicaraan, menjawab pertanyaan orang tentang berbagai hal, tentang perkawinan, tentang hidup, tentang kematian.” Ia tak gagap teknologi, bahkan sukses memanfaatkannya menjadi media untuk menggembala umatnya. 

Usianya memang tak lagi muda, namun ia tampak tak pernah menyerah begitu saja pada deret angka penanda masa hidup manusia. Ia masih selalu bersemangat melakukan berbagai aktivitasnya sendiri. Menyetir, bersepeda, berjalan kemana pun tugas gembala mengharuskan langkahnya berada, semua dijalaninya dengan suatu kesadaran bahwa kemandirian berdampak penuh terhadap kondisi kesehatan. Hingga kini, ia masih melayani, mengantar sendiri komuni suci bagi para lansia, baik di dalam maupun di luar kota. Jumlahnya pun tidak sedikit, terdapat dua putaran dalam hantaran yang totalnya berada di kisaran angka enampuluhan.
  
Meski menyadari sepenuhnya terhadap berbagai hal yang berpengaruh besar pada kesehatan, Pastor Marius bukan insan yang menyangkal kematian. Pernah dalam satu kurun waktu ia bolak-balik melewati jalan yang sama menuju kompleks pekuburan. Aktivitasnya itu disadari oleh seorang umat yang serta merta menanyakan alasannya. Dengan nada berkelakar ia mengungkap alasannya menjalani aktivitas yang tergolong tidak biasa itu dengan harapan ketika kematian menjemput, jiwanya bisa mandiri, berjalan sendiri karena sudah hafal jalan dari pastoran menuju kompleks pekuburan.

Pria yang terlahir pada 1 Agustus 1929 ini pernah mengalami mujizat dalam hidupnya. Dikisahkannya pada wawancara dengan tatapan bersungguh-sungguh pada tahun 2002 ia berada dalam perjalanan dari Pontianak menuju Singkawang. Kala itu di daerah Sungai Limau nasib tak mujur menghampirinya, ia terlibat dalam kecelakaan di jalan raya. Namun suatu hal yang benar-benar dirasanya adalah terdapat tangan seseorang yang memegangnya, menahannya agar tak terlalu kuat menghantam setir maupun dashboard mobil yang dikemudikannya. Saat kecelakaan terjadi ia bersama dengan dua orang lain yang duduk jauh di belakang setir yang dikendalikannya. Suatu kondisi dimana dua orang di belakangnya tidak mungkin melakukan hal yang dirasakannya sebagai ‘pegangan tangan seseorang’. Saat dievakuasi, tim medis yang menanganinya merasa tipis harapan nyawanya dapat diselamatkan mengingat kondisinya yang sangat memprihatinkan. Di luar dugaan, ketika Pastor Marius siuman dan satu hal yang langsung ia ingat saat itu ia harus memimpin misa berbahasa Tionghoa. Dengan kondisi luka dalam yang jika orang awam hanya bisa bertahan selama tiga jam, Pastor Marius merasa menerima sentuhan kekuatan hingga ia dapat bertahan selama delapan jam sebelum akhirnya mendapat perawatan lanjutan. Dalam kondisi itu ia menguatkan diri untuk pulang ke Singkawang. Tim medis di Singkawang hanya menggeleng-geleng takjub menyaksikan betapa mujizat Tuhan bekerja atas diri pastor ini. Usai merasakan kuasa keajaiban pada tahun 2002, Pastor Marius semakin meyakini segala keselamatan yang dialaminya tak lain karena campur tangan Bunda Maria. 

Hal lain yang juga menjadi kisah tersendiri dari diri pastor yang satu ini adalah dalam kurun masa tertentu, beliau pernah menggunakan peti mati sebagai fasilitas tidurnya. Tentunya hal ini menjadi kondisi tak biasa bagi orang kebanyakan yang secara general memandang segala hal yang berkaitan dengan kematian adalah sesuatu yang masih begitu menakutkan. Ya, pastor Marius memang sudah memesan sebuah peti kepada sahabatnya yang berprofesi sebagai pembuat peti demi kepentingannya sendiri di kemudian hari. Serta merta peti pesanannya dititipkan kepada si pembuat karena untuk membawa peti jenazah ke pastoran bukan hal yang mudah. Selain akan memakan banyak tempat, adalah tak lazim meletakkan peti dalam ruangan yang sebenarnya bukan tempatnya. Suatu waktu ketika sang sahabat pembuat peti berpulang ke penciptanya, peti jenazah pesanannya harus dibawanya ke kediamannya, ke pastoran. Ia lantas meletakkan peti pesanannya di dalam kamarnya dan menjadikannya sebagai tempat beristirahat. Ia tidur di dalam peti jenazah. Cukup lama keadaan itu dijalaninya hingga suatu ketika ia tak dapat bertahan lagi karena hawa panas yang menyelimuti ketika ia tidur di dalam peti. Suatu pengalaman jenaka yang tidak disangka terjadi atas dirinya. Meski kini peti itu tetap berada di kamarnya, kondisinya saat ini kokoh berdiri dan telah beralih fungsi menjadi almari. 

Pada akhirnya sekelumit kisah hidup yang terajut menjadi sisi lain bagi kita memandang sang gembala. Selamat berkarya, Pastor. Semoga selalu sehat dan dilindungi dalam setiap langkah. (Hes)      
NB: Bagi umat yang ingin berinteraksi dengan beliau dapat mengunjungi laman
Facebook: Mar Chen (Marius) dan Youtube: mari2chen.                    


3 Jan 2017

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN)

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN) 


HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Sabtu-Minggu, 7 - 8 Januari 2017





RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA  -berdiri-
 
TANDA SALIB DAN SALAM -berdiri-

I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
U. Dan bersama rohmu.


PENGANTAR -berdiri-

I. Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus latin pada 6 Januari, namun Gereja memperbolehkan Konferensi Uskup setempat untuk menggeser hari raya ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata serapan lain dalam kosakata gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata Epifani berasal dari bahasa Yunani, dan berarti “manifestasi” atau “pewahyuan”. Hari Raya Penampakan Tuhan mulai dirayakan pada abad ke-3 di Gereja Timur (baca: Gereja partikular yang menggunakan  ritus Timur dan berkedudukan di sebelah timur Yerusalem) pada 6 Januari dengan maksud untuk menghormati Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta. Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat (baca: Gereja ritus latin yang berkedudukan di sebelah barat Yerusalem dan berpusat di Roma) pada abad ke-4 namun dengan fokus yang berbeda. Liturgi yang  berkaitan dengan Epifani seharusnya mengandung 3 aspek, yaitu: kunjungan orang majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan memang, Ibadat Pagi (Laudes)  pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani dalam antifon Kidung Zakharia (lihat buku Ibadat Harian halaman 96) : “Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan Gereja, sebab di Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas membawa persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air yang diubah menjadi anggur, alleluya.”  Makna Epifani menjadi semakin jelas jika kita melihat hubungan antara bacaan Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan dari penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi menjelang penyaliban-Nya. Yesus menyatakan diri-Nya kepada bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) yang terwakilkan melalui para majus, dan adalah bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) pula, yaitu perwira romawi, yang kemudian mengenali Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib. Peristiwa yang paralel ini mengingatkan kita bahwa. Liturgi kita mempunyai “tema besar”, yaitu bahwa, sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, kita selalu merayakan misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus!
   
SERUAN TOBAT -berdiri-

   
I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I+U. Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus, dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TUHAN KASIHANILAH KAMI  -berdiri-


MADAH KEMULIAAN  -berdiri-
K. Kemuliaan kepada Allah di surga,
U. dan damai di bumi, dan damai di bumi
kepada orang yang berkenan pada-Nya.
Kami memuji Dikau.
Kami meluhurkan Dikau.
Kami menyembah Dikau.
Kami memuliakan Dikau.
Kami bersyukur, kami bersyukur. Kami bersyukur pada-Mu.
Karena kemuliaan-Mu yang besar.
Kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
Ya Tuhan Allah, raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra Bapa.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami.
Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami.
Karena hanya Engkaulah kudus.
Hanya Engkaulah Tuhan.
Hanya Engkaulah mahatinggi,
ya Yesus Kristus,
bersama Roh Kudus, bersama Roh Kudus
dalam kemuliaan Allah Bapa.
Amin.
 
DOA PEMBUKA -berdiri-

I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I.  Ya Allah, pada hari ini dengan bimbingan bintang Engkau telah mewahyukan Putra Tunggal-Mu kepada bangsa-bangsa. Kami mohon, semoga kami yang telah mengenal Engkau dengan iman kelak Engkau perkenankan memandang wajah-Mu dalam kemuliaan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
LITURGI SABDA

BACAAN I (Yes 60:1-6) -duduk-

"Kemuliaan Tuhan terbit atasmu."

L. Bacaan dari Kitab Yesaya:
Beginilah kata nabi kepada Yerusalem: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling! Mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Melihat itu, engkau akan heran dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN -duduk-


Mazmur:
1. Ya Allah berikanlah hukum-Mu kepada Raja, dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
2. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera-berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi.
3. Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti; kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya.
4. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

BACAAN II (Ef 3:2-3a.5-6) -duduk-

"Rahasia Kristus kini telah diwahyukan, dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian."

L. Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:
Saudara-saudara, kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kamu, yakni bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu. Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan para nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL  -berdiri-



BACAAN INJIL (Mat 2:1-12) -berdiri-

"Kami datang dari timur untuk menyembah Sang Raja."

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Pada zaman pemerintahan raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Mendengar hal itu, terkejutlah Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya kete-rangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu, dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya, “Pergilah, dan selidikilah dengan saksama hal-ikhwal Anak itu! Dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku, supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata Raja Herodes, berangkatlah para majus itu. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya, dan mempersembahkan persembahan kepada Anak itu, yaitu emas, kemenyan dan mur. Kemudian, karena diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes, mereka pun pulang ke negerinya lewat jalan lain.
 I. Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

HOMILI -duduk-

AKU PERCAYA  -berdiri-

I + U. Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat. Amin.
     
DOA UMAT (Jawaban umat: TPE Lagu 6)  -berdiri-
I. Cinta kasih Allah kepada manusia nyata dalam diri Yesus. Berkat Dia kita diperkenankan menghadap Bapa dan berdoa:
 
L. Bagi para misionaris di seluruh dunia: Semoga Allah Bapa melimpahkan Roh Kudus kepada para misionaris agar karya kerasulan mereka berhasil baik. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi para pejabat pemerintahan: Semoga Allah Bapa, sumber cahaya, menerangi para pejabat pemerintahan agar mereka semakin menyadari bahwa tugas mereka merupakan pengabdian kepada masyarakat, bukan penguasaan. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja: Semoga mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja, merupakan tantangan bagi kami untuk hidup yang lebih sesuai lagi dengan Injil, sehingga menjadi cahaya bintang bagi mereka.  Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kita di sekitar altar ini: Semoga Allah Bapa mendampingi kita agar masa pembaruan dan pembangunan sekarang ini jangan sampai membuat kami bingung dan acuh tak acuh, melainkan menggugah kita untuk sebagaimana para sarjana, mencari cahaya yang dibawa penyelamat kita. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa di surga, sumber cahaya iman, kami bersyukur atas tanda-tanda cinta kasih-Mu yang telah kami terima. Namun kami mohon, janganlah meninggalkan kami, tetapi siapkanlah kami untuk kebahagiaan tetap dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN -duduk-

 umat berdiri ketika didupai

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa. -berdiri-
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Ya Allah, pandanglah dengan rela kami, umat-Mu, yang mempersembahkan bukan lagi emas, dupa dan mur, melainkan Dia, yang dalam persembahan ini dimaklumkan, dikurbankan, dan disambut: Dialah Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI  (Kristus Terang Para Bangsa)  -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu. Sebab hari ini Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami yang tak terperikan. Hari ini Engkau menampakkan cahaya para bangsa, yakni Yesus Kristus, Putra-Mu terkasih. Dalam Dia Engkau memulihkan keadaan kami. Dengan tampil sebagai manusia yang akan mati seperti kami, Ia meresapi dengan daya ilahi yang tak dapat mati. Maka dari itu, bersama para malaikat dan malaikat agung, dan bersama dengan segala penghuni surga kami mengumandangkan madah kemuliaan bagi-Mu dengan bernyanyi:
 
KUDUS
K. Kudus, kudus,
U. Kuduslah Tuhan
K. Allah segala kuasa. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
U. Terpujilah Engkau di surga.
K. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, dalam nama Tuhan.
U. Terpujilah Engkau di surga.
 
DOA SYUKUR AGUNG I -berlutut/berdiri-
I. Ya Bapa yang mahamurah, dengan rendah hati kami mohon demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami:  Sudilah menerima dan memberkati  pemberian ini, persembahan ini, kurban kudus yang tak bernoda ini.
 
I. Kami mempersembahkan kepada-Mu pertama-tama untuk Gereja-Mu yang kudus dan katolik. Semoga Engkau memberikan kepadanya damai, perlindungan, persatuan, dan bimbingan di seluruh dunia bersama hamba-Mu Paus kami... dan Uskup kami ... serta semua orang yang menjaga dan menumbuhkan iman katolik, sebagaimana kami terima dari para rasul.
   
I. Ingatlah, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu... yang meminta doa kami; dan semua orang yang berhimpun di sini, yang iman dan baktinya Engkau kenal dan Engkau maklumi; bagi mereka, kurban ini kami persembahkan kepada-Mu. Ingatlah juga akan mereka yang mempersembahkan kepada-Mu kurban pujian ini bagi dirinya sendiri dan bagi kaum kerabatnya untuk penebusan jiwa mereka, untuk keselamatan dan kesejahteraan yang mereka harapkan dari-Mu, ya Allah yang benar, hidup dan kekal.
       
Communicantes
Dalam persatuan dengan seluruh Gereja, kami merayakan hari yang amat suci ini, saat Putra-Mu yang tuggal, yang sama dengan Dikau dalam kemuliaan abadi, menjelma menjadi manusia seperti kami dan menampakkan diri kepada kami; juga, mengenang dan menghormati: terutama Santa Maria, tetap perawan mulia, Bunda Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami.

Santo Yusuf, suaminya, serta para rasul dan para martir-Mu yang bahagia, Petrus dan Paulus, Andreas (Yakobus dan Yohanes, Tomas, Yakobus dan Filipus, Bartolomeus dan Matius, Simon dan Tadeus: Linus, Kletus, Klemens dan Sikstus, Kornelius dan Siprianus, Laurensius dan Krisogonus, Yohanes dan Paulus, Kosmas dan Damianus) dan semua orang kudus-Mu. Atas jasa dan doa mereka, lindungilah dan tolonglah kami dalam segala hal. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
   
(ada rumus lain untuk kesempatan khusus)
I*Maka kami mohon, ya Tuhan, sudilah menerima persembahan kami, hamba-hamba-Mu, dan persembahan seluruh keluarga-Mu ini: bimbinglah jalan hidup kami dalam damai-Mu, luputkanlah kami dari hukuman kekal, dan terimalah kami dalam kawanan para pilihan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
 
I. Ya Allah, kami mohon, sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan pada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus.

I. Pada hari sebelum menderita Ia mengambil roti dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia, dan sambil menengadah kepada-Mu, Allah Bapa-Nya yang mahakuasa, Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata:

Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.
     
Ketika Imam memperlihatkan Hosti Suci dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Hosti Suci dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
       
Demikian pula, sesudah perjamuan, Ia mengambil piala yang luhur dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia. Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Dikau lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
 
Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.
         
Ketika Imam memperlihatkan Piala dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Piala dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
             
AKLAMASI ANAMNESIS


   
I. Oleh karena itu, ya Bapa, kami, hamba-Mu, dan juga umat-Mu yang kudus mengenangkan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami: penderitaan-Nya yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan juga kenaikan-Nya yang mulia ke surga.

Dari anugerah-anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami, ya Allah, yang mahamulia, kami mempersembahkan kepada-Mu, kurban yang murni, kurban yang suci, kurban yang tak bernoda, roti suci kehidupan abadi dan piala keselamatan kekal.
 
Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham dan seperti Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Allah yang mahakuasa: utuslah malaikat-Mu yang kudus mengantar persembahan ini ke altar-Mu yang luhur, ke hadapan keagungan ilahi-Mu, agar kami semua yang mengambil bagian dalam perjamuan ini, dengan menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Ingatlah juga, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu (.... dan ...) yang telah mendahului kami dengan meterai iman dan beristirahat dalam damai.          
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, perkenankanlah mereka dan semua orang yang telah beristirahat dalam Kristus mendapatkan kebahagiaan, terang dan damai. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Perkenankanlah juga kami, hamba-hamba-Mu yang berdosa ini, yang berharap atas kerahiman-Mu yang melimpah, mengambil bagian dalam persekutuan dengan para rasul dan para martir-Mu yang kudus: dengan Yohanes Pembaptis, Stefanus, Matias dan Barnabas, (Ignasius dan Aleksander, Marselinus dan Petrus, Felisitas dan Perpertua, Agata, dan Lusia, Agnes, Sesilia, dan Anastasia) dan semua orang kudus-Mu: perkenankanlah kami menikmati kebahagiaan bersama mereka, bukan karena jasa-jasa kami, melainkan kelimpahan pengampunan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
       
I. Dengan pengantaraan Dia, Engkau senantiasa menciptakan menguduskan, menghidupkan, memberkati, dan menganugerahkan segala yang baik kepada kami.
 
I. Dengan pengantaraan Kristus, - bersama Dia dan dalam Dia, - bagi-Mu,- Allah Bapa yang mahakuasa, - dalam persekutuan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U. Amin.
         
(Apabila akhir Doa Syukur Agung ini dinyanyikan Imam, maka "Amin" dinyanyikan umat, lihat TPE hlm 57)
 

C. KOMUNI


BAPA KAMI  -berdiri-
I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI -berdiri-
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH  -berdiri-

PERSIAPAN KOMUNI -berlutut/berdiri-
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI

LAGU KOMUNI

SAAT HENING -duduk-

DOA SESUDAH KOMUNI -berdiri-
I. Marilah kita berdoa:
I. Ya Allah, dengan terang surgawi berjalanlah di depan kami selalu dan di mana pun. Semoga dengan pandangan yang jernih dan kasih yang pantas kami mampu melihat dan menyambut misteri yang kami rayakan ini sesuai dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.
   
RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
 
I. Tundukkanlah kepalamu untuk menerima berkat Tuhan.
 
I. Saudara sekalian, Tuhan telah memanggil Saudara keluar dari kegelapan masuk terang-Nya yang mengagumkan. Semoga Ia melimpahi Saudara dengan berkat dan meneguhkan Saudara dengan iman, harapan dan kasih.
U. Amin.
I. Kristus yang Saudara ikuti dengan setia hari ini menampakkan diri sebagai cahaya yang memancar dalam kegelapan. Semoga Ia menjadikan Saudara terang bagi sesama.
U. Amin.
I. Dengan bimbingan bintang, para majus menemukan Kristus Tuhan, terang segala terang. Semoga sesudah peziarahan di dunia ini, Saudara pun sampai kepada-Nya.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN -berdiri-
D/I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai
U. Syukur kepada Allah.
D/I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.


7 Jun 2017

Baju Baru Nayla

Baju Baru Nayla

“Nayla....!” panggil ibu dari dapur, bergegas ia keluar dari kamarnya menuju dapur. ”Belikan ibu garam di warung ya, itu uangnya” ucap ibu. Nayla segera mengambil uang itu lalu pergi ke warung. Setelah membeli garam ia berjalan sangat lambat sambil memikirkan percakapannya dengan teman-temannya tadi di sekolah. Semua temannya sudah membeli baju baru untuk hari raya Paskah sedangkan dia masih belum memilikinya. Ia tahu bahwa ibunya sedang sibuk sekali karena pada hari Paskah ini semua keluarga besar akan berkumpul di rumahnya.

Sesampainya di rumah Nayla langsung menuju ke dapur, sambil meletakkan garam di meja Nayla pun bertanya “Bu... aku mau beli baju baru. Teman-temanku saja sudah membeli baju baru,” sambil melihat Nayla ibu berkata ”Nay, maaf ibu belum sempat setiap pagi ibu harus merapikan rumah, kamu tahukan nanti keluarga besar kita akan berkumpul di sini, jadi tunda dulu ya beli bajunya,” ucap ibu Nayla. 

Nayla pun kembali ke kamarnya, jam sudah menunjukkan pukul 1 siang tapi masih saja Nayla memikirkan baju barunya, perkataan teman-temannya masih saja bergema di kepala Nayla. Tiba-tiba telepon rumah berdering, kring...kring... segeralah Nayla beranjak dari kamarnya menuju telepon rumah yang berada di ruang keluarga. Segera Nayla mengangkat telepon itu. 

“Selamat siang” ucap si penelpon dengan ramah. Nayla pun menjawab “Selamat siang ini siapa ya?” 

”Ini Ibu Rika, ibu guru Sekolah Minggu” ucap si penelpon lagi, 

“Ooo... Ibu Rika mau bicara dengan siapa, Bu” ucap Nayla ramah. 

Maka si penelpon menjawab ”Saya mau bicara sama nak Nayla” 

”Iya ini saya sendiri, ada apa, Bu ada yang bisa saya bantu?” 

Maka si penelpon pun menjelaskan maksud menelpon Nayla. 

”Begini nak Nayla ibu perlu bantuan mu. Untuk menjadi MC di acara Paskah anak-anak nanti, maukah Nayla membantu Ibu?”

”Tentu, Bu, kapan latihannya?” tanya Nayla lagi. 

Bu Rika menjawab ”sore ini nak pukul 15.00 di gereja ya. Nanti kamu akan menjadi MC bersama Tata”

”Ooo....siap, Bu”, ucap Nayla mantap. 

”Baiklah, Nak itu saja yang ingin ibu sampaikan. Sudah dulu ya. Sampai bertemu di gereja.” 

“Iya, Bu” ucap Nayla mengakhiri telepon.

Nayla seakan-akan lupa tentang baju baru. Sekarang sudah menunjukan pukul 14.00, aku harus siap-siap ujar Nayla dalam hati. Dia segera berganti pakaian lalu menyiapkan bekal minum yang akan dia bawa. Setelah itu dia langsung menuju ke dapur tempat di mana ibu dari tadi  sibuk mengiris sayur dan daging. Nayla pun berkata,

”Bu... tadi, Bu Rika telepon, beliau meminta bantuanku untuk menjadi mc di acara paskah anak-anak nanti. Antar aku latihan ya Bu, di Gereja” ujar Nayla. Ibu pun menjawab ”Nay..., bukan ibu tak mau mengantarmu tapi lihatlah ibu masih harus berkemas-kemas, jadi kamu naik sepeda aja ya, kan dekat” ujar ibu menjawab. Nayla pun berkata ”Ya, sudah kalau begitu Nayla pamit, ya Bu” sambil menyalami ibu. Nayla pun segera berangkat ke gereja dengan mengayuh sepedanya.

Sesampainya di gereja dia langsung di sambut oleh Bu Rika dan juga Suster pembimbing Sekolah Minggu, serta teman-teman Sekolah Minggu yang lain. Mereka tidak membuang waktu. Mereka langsung latihan. Waktu terus berjalan, tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30 maka berakhirlah latihan menjadi mc untuk hari ini. Tata teman sekolah minggu Nayla memperlihatkan baju barunya lewat foto yang ada di smartphone-nya dengan bangga.  Tata pun dijemput maka sekarang Nayla lah yang harus pulang. Tapi ternyata ia masih duduk melamun di bawah pohon rindang di halaman gereja. Pastor yang bingung melihat tingkah Nayla yang tak seperti biasa pun menyapa Nayla 

”Selamat sore Nayla, kenapa kok murung gak kayak biasanya?” ucap pastor dengan ramah. 

Nayla yang baru menyadari bahwa sedari tadi ada pastor yang menyapanya pun terkejut 

”Eeeh pastor...maaf, tapi Nayla gk ada mikir apa-apa kok” ucap Nayla menyangkal 

”Ayo jangan bohong keliatan tahu kalau anak Tuhan sedang bohong. Ayo cerita, siapa tau pastor bisa membantu” ucap pastor sambil bercanda dan mencairkan suasana.

Nayla pun menjawab 

”Begini Pastor, sebentar lagikan hari raya Paskah, apalagi besok sudah memasuki Tri Hari Suci, tapi Nayla belum membeli baju baru sedangkan teman-teman saja sudah pada beli. Mama sedang sibuk beres-beres rumah sedangkan papa sibuk bekerja, yah bagaimana dengan baju baruku?” ucap Nayla sambil menghela napas panjang. 

Sekarang pastor mengerti kenapa Nayla murung. Maka pastor pun berkata,
”Tidak semua orang bisa bahagia seperti Nayla mereka tidak mungkin punya baju baru, bahkan untuk makan sehari-hari pun susah. Tapi lihatlah mereka bahkan bisa tertawa bahagia, karna apa? karna mereka tahu Tuhan selalu mendampingi mereka dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Tuhan rela mengorbankan nyawanya untuk menebus semua dosa manusia. Jadi syukurilah apa yang sudah kamu miliki Nayla” ucap pastor dengan lembut.

Segera Nayla berpamitan dengan pastor lalu pulang kerumahnya ia merasakan bahwa dia sudah benar-benar puas akan apa yang sudah dia miliki. Sesampainya di rumah Nayla langsung mandi dan belajar di kamar, tiba-tiba ibu mengetuk pintu kamar Nayla. 

”Ya” ucap Nayla.  

”Boleh ibu masuk, Nak?”

”Tentu, Bu” Nayla menjawab 

“Nak maaf ya ibu belum sempat membelikanmu baju baru, ibu sangat sibuk jadi susah cari waktu untuk belanja,” ucap ibu mengawali pembicaraan 

”Tak mengapa, Bu, bukan baju baru yang penting untuk menyambut hari Paskah tapi hati yang penuh suka cita karena Tuhan Yesus bangkit di antara orang-orang yang mati untuk menyelamatkan kita semua” ucap Nayla mantap. 

Ibu sangat bangga mendengar jawaban Nayla, ibu pun memeluk Nayla dengan bahagia.

By. Georgia Laura Viwanda.

5 Jun 2017

Baptis dan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala

Baptis dan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala



Minggu Prapaskah I, sore menjelang malam, 5 Maret 2017, Pastor Paroki, P. Stephanus Gathot, OFM Cap berkenan membaptis dan menerimakan Komuni Pertama di Stasi SP 1 Capkala. Walau perjalanan menuju Stasi tidak begitu mengenakkan, berbatu-batu tajam, lumpur, dan licin karena dari siang hingga sore sempat diguyur hujan deras, namun tidak menyurutkan semangat pastor untuk mengunjungi dan melayani umat yang sudah menanti kehadiran beliau di kapel. Sebanyak dua puluh lima orang dari anak-anak dan dewasa yang telah dipersiapkan oleh We’ Daniel, We’ Ronal, dan pak RT untuk menerima Sakramen Baptis dan Komuni Pertama, tetapi yang diberi kesempatan untuk komuni pertama hanya 20 orang, 5 orang sisanya ditunda untuk komuni pertama karena masih bayi dan anak-anak yang belum cukup dewasa. 



Pastor Paroki menekankan tentang tanda pertobatan kepada umat terutama kepada para peserta calon baptis dan komuni pertama bahwa jati diri manusia itu adalah debu seperti dalam lagu pembukaan yang telah dinyanyikan umat “Hanya debulah aku di alas kaki-Mu, Tuhan ….” Karena manusia itu lemah dan rapuh yang mudah tergoda dan jatuh ke dalam dosa. Dengan itu orang berdosa hendak mengungkapkan penyesalannya dan memohon belas kasih serta pengampunan dari Allah dengan jalan berpuasa, berpantang, berdoa, dan beramal. Prapaskah adalah masa pertobatan di mana masa ini dimulai pada hari Rabu Abu. Pada hari itu dahi ditandai dengan abu. Pastor mengajak umat untuk menerima tanda abu di dahi sebagai tanda pertobatan dan percaya kepada Injil.

Masih dalam pengantarnya, pastor juga mengajak umat bersyukur karena telah mengantar mereka yang dibaptis sekaligus menyambut komuni pertama ini ke pangkuan gereja sehingga semakin bertambahlah umat di Stasi SP 1 Capakala yang masuk dalam komunitas Gereja Katolik. “Bagi mereka yang mempersiapkan dirinya untuk menerima Sakramen Pembaptisan dan   Komuni Pertama masa Prapaskah menjadi masa persiapan yang lebih mendalam untuk menjadi murid Yesus Kristus secara resmi, karena masa ini merupakan kesempatan untuk semakin mendalami dan menanamkan benih iman agar berkembang dan menghasilkan buah,” ujar pastor. 


Pastor juga mengingatkan dan mengajak umat untuk mengenang, merenungkan kembali kisah sengsara penyaliban dan wafat Yesus Kristus setiap hari Jumat di kapel atau di gereja pada waktu sore atau malam hari. Itulah tujuan mengapa gambar-gambar 14 peristiwa kisah sengsara Yesus dipajang pada dinding ruang kapel atau gereja. Sebagai pengganti khotbah, Pastor membacakan Surat Gembala APP Keuskupan Agung Pontianak 2017 yang bertemakan  Membangun Keluarga Kristiani Berdasarkan Nilai Rumah Panjang yang Injili Menuju Keutuhan Ciptaan. Usai membacakan Surat Gembala, Ekaristi dilanjutkan dengan prosesi pembaptisan. Suasana perayaan Ekaristi berlangsung khidmat dan berjalan baik hingga selesai. Dengan penuh kegembiraan dan sukacita umat bersalaman mengucapkan selamat kepada baptisan dan komuni pertama. Sebagai ungkapan rasa syukur, kegembiraan, terima kasih, dan sukacita itu dilanjutkan dengan makan bersama di rumah kediaman We’ Daniel.

Semoga berkat Sakramen Baptis dan Komuni Pertama (Sakramen Ekaristi), semakin membuat umat rajin ke gereja setiap hari Minggu, rajin berkorban untuk sesama, dan mencintai Yesus di atas segala-galanya. Diharapkan juga dorongan, dukungan dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga. Jika orang tua tidak peduli dengan perkembangan iman anak-anaknya, maka iman mereka akan semakin kerdil, tidak berkembang, tak berbuah, layu, dan akhirnya mati.
Profisiat!  (Anton Martono)








































19 Agu 2018

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA





Pernikahan Katolik, monogami dan tak terceraikan. Berlatar belakang itulah Kursus Persiapan Pernikahan (KPP) yang kini berubah nama menjadi Kursus Membangun Rumah Tangga (MRT) digelar oleh gereja Katolik, tidak terkecuali Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang.

Bertempat di Gedung Dewan Pastoral Paroki, kegiatan yang sudah memasuki angkatan ke XIII ini digelar pada Sabtu-Minggu, 18-19 Agustus 2018, dan kali ini diikuti oleh 9 pasang calon mempelai yang hendak membangun bahtera rumah tangga.

Dijumpai di kesempatan yang sama pada saat kegiatan berlangsung, Helaria Helena, A.Ma., selaku koordinator menyampaikan bahwasanya aktivitas yang kini rutin digelar beberapa kali dalam setahun ini merupakan salah satu program gereja di seluruh Indonesia. "Kegiatan ini berisi berbagai hal, yang pertama membahas tentang hukum kanonik, pernikahan dalam Katolik, ekonomi keluarga, kesehatan alat reproduksi, dan psikologi keluarga yang dalam hal ini membahas keseluruhan rangkuman dan diasuh oleh saya sendiri. Seluruh hal yang tim kami sampaikan bersumber dari buku Amoris Laetitia. Kegiatan ini juga dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dalam setiap pertemuan dan kita mengambil kebijakan menggelar kegiatan setiap Sabtu dan Minggu. Hal ini mengingat hari lain adalah hari kerja, " ujar wanita cantik yang juga merupakan pegawai Departemen Agama.

Di samping itu beliau juga menegaskan bahwa kursus MRT ini tidak hanya melingkupi pasangan yang akan segera melaksanakan pernikahan, namun boleh juga diikuti oleh pasangan dewasa yang berada dalam taraf penjajakan. "Jika sudah mengikuti kursus ini akan mendapat sertifikat, karena tanpa sertifikat maka tidak akan bisa mendaftar pernikahan kanoniknya nanti," lanjut wanita yang juga aktif dalam wadah WKRI cabang Singkawang ini.


Dicecar mengenai harapan digelarnya kegiatan bimbingan ini beliau mengungkap, "Kita mengadakan bimbingan ini untuk memperkecil kemungkinan perceraian antarpasangan dalam keluarga dan tentunya memberikan berbagai arahan bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, karena belakangan ini banyak pasangan muda yang baru menikah sudah bercerai, jadi kita berusaha untuk bisa mengatasi dan menghindari hal-hal semacam itu," pungkasnya. (Hes)



26 Nov 2016

Penutupan Tahun Kerahiman Illahi di Fransiskus Assisi

Penutupan Tahun Kerahiman Illahi di Fransiskus Assisi

 


Minggu, 13 November 2016. Seperti biasa Ekaristi dipersembahkan dalam dua kesempatan, pukul 06.00 dan pukul 08.00 Wib. Sedianya pada jadwal misa yang beredar setiap dua bulan sekali pada hari dan tanggal tersebut Ekaristi di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang dipimpin oleh Pastor Pasifik. Namun ada yang berbeda pada misa kedua. Tiga orang Pastor Kapusin lain memulai perarakan dari halaman gereja menuju altar. Bukan tanpa sebab Ekaristi 13 November 2016 itu mendaulat P. William Chang, OFMCap yang juga Vikaris Jenderal  Keuskupan Agung Pontianak sebagai selebran utama didampingi Pastor Krispin, dan tentunya pastor paroki sebagai tuan rumah, Gathot Purtomo sebagai konselebran. Misa yang khusyuk diikuti umat Paroki Singkawang dan sekitarnya pada hari itu merupakan misa penutupan tahun Kerahiman Illahi. 

Penutupan  tahun kerahiman Illlahi sendiri sedianya resmi dilakukan pada 20 November 2016. Pada hari itu pintu tahun kerahiman di pusat gereja Katolik di Vatikan  akan ditutup oleh Paus Fransiskus. Di luar area itu penutupan dimajukan satu minggu sebelumnya, yakni pada 13 November 2016.

Tidak ada simbol khusus penutupan Tahun Kerahiman Illahi seperti pada pembukaannya tahun lalu, namun homili yang disampaikan Pastor William Chang cukup menjadi pemantik keimanan umat agar tak putus berharap pada curahan rahmat indulgensi yang akan menjangkau setiap hati yang sarat akan keyakinan pada Sang Sumber Rahmat. 

Dalam khotbahnya P. William juga menyoroti  perihal berbagai isu yang berkembang  di masyarakat. Topik paling hangat dan tak kunjung habis menjadi pembahasan adalah mengenai prediksi kapan dunia akan berakhir.  Tentang hal itu beliau mengingatkan kecuali Bapa di surga, tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan waktunya kiamat. Kita tak perlu takut dan cemas jika beriman  penuh pada Kristus karena  Kristus adalah kedamaian. Kedamaian dan penyembuhan dari luka-luka dosa telah diberikan Bapa melalui gereja yang sepanjang setahun kemarin membuka pintu kerahimannya.
Meski pada Minggu, 13 November lalu tahun kerahiman ditutup namun belas kasih Tuhan akan terus mengalir. P. William juga mengajak kita untuk tetap  mendaraskan Doa Koronka yang di dalamnya terdapat janji Bapa atas rahmat kerahiman yang terbuka lebar bagi semua jiwa. (Hes)

13 Sep 2020

30 HARI PASCAPATAH HATI UMAT PAROKI SANTO FRANSISKUS ASSISI





KANGEN 

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku 
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta.

Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi.
Itulah berarti.
Aku tungku tanpa api.

WS. Rendra

Puisi Rendra: Kangen, melintas begitu rupa usai berita kepindahan itu aku terima. Meski kepindahannya itu belum terjadi, namun aku sudah bisa membayangkan bagaimana perasaan kangen atau rindu akan membayangi benak umat paroki ini.

Sebenarnya berita kepindahan itu telah sampai di tanganku sejak 3 Juli 2020. Seorang rekan kerja sesama tim komunikasi sosial paroki yang begitu rapat dengan kehidupan pastoral mengabarkan kepindahannya per 1 Agustus 2020 melalui aplikasi pesan singkat, Whatsapp. Mungkin begitulah rasanya istilah bagai disambar petir di siang bolong terjadi. Ya, siang itu, kira-kira 12 menit menjelang jam istirahat makan siang, kuterima berita kepindahan beliau yang hampir sewindu menjadi gembala kami, umat Paroki Singkawang.

Sedih, pasti. Terperanjat, sangat! Merasa kehilangan, rasanya tak terkatakan. Bagaimana tidak, sosok gembala yang luar biasa sederhana, hampir tak bercacat cela seolah begitu saja dirampas dari batin umat yang selama ini sudah demikian rapat, lekat, dan hangat dengan pribadinya. 

Sejak awal beliau datang, hampir delapan tahun silam, kala itu paroki berumur lebih dari seabad ini seolah sejuk disirami dengan candaan ringan yang rasanya, 'receh' istilah anak gaul milenial. 

"Perkenalkan, nama saya, Gathot, singkatan dari ganteng total!"

Bayangkan, dengan nada polos dan jenaka kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir seorang gembala dan tentunya segera disambut gelak tawa umat seantero gereja. Dengan kalimat sesederhana namun jenaka itu ia seolah menjelma menjadi kelebat kilatan blitz, dengan cara begitu instan beliau mampu mencuri hati umat yang tentu sebelumnya diliputi gundah gulana karena ditinggalkan pastor paroki sebelumnya, Amandus Ambot, OFMCap, yang mendapat tugas baru sebagai propinsial.

Berikutnya dapat ditebak, seiring berjalannya waktu, sinergi mampu diciptakannya di Fransiskus Assisi.  Ia begitu lembut, memberi dan menanggapi. Ia begitu sederhana, terampil namun tetap bersahaja. Persis seperti kesan seorang ketua lingkungan pada saat menyampaikan pidato perpisahan, "Selama beliau memimpin paroki ini, tak pernah sekalipun kami mendapati beliau marah atau bicara dengan nada tinggi." Rasanya untuk seorang manusia itu adalah hal yang luar biasa. Memang yang tampak pada kami adalah sosoknya yang tenang, tidak pernah terpancing emosi. Namun siapa yang mampu menyangka gejolak dalam hati. Ada kalimat bijak mengungkap, tidak semua orang tahu bahwa ruangan yang hening kadang menyimpan rasa paling bergemuruh. Ya, tidak semua orang tahu dan mau memahami. Hanya dia dan penciptanya saja yang tahu gejolak batinnya. Namun ekspektasi orang tentang gembala yang menjadi pengayomnya dibingkai utuh dalam sosok sederhana, tenang, bijaksana, tak bercacat cela sanggup dipersembahkannya. Hampir delapan tahun beliau memang mampu mewujudnyatakan itu pada umat yang digembalakannya.

Selama hampir sewindu itu juga beliau hanya mengambil hitungan jari pada kedua telapak tangan untuk merasakan istirahat cuti melayani tugas kegembalaan. Pun dalam istirahat cutinya itu beliau tetap tak lepas memonitor geliat paroki tempatnya menggembala. Dering ponselnya seolah tak pernah ikhlas melepasnya beristirahat. Ada saja sapaan, aduan, keluhan, atau sekadar pernyataan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap selalu dilayaninya. Jika merujuk pada iklan brand salah satu minuman berkarbonasi, maka tak lebih tak kurang pada beliau dapat disematkan jargon, "Kapan saja, di mana saja!" Begitulah dia, mau dan mampu melayani umat kapan saja dan di mana saja. 

Hei rupanya tidak hanya umatnya saja yang dilayaninya sekuat pikir dan tenaga. Saudara-saudara seper-imam-annya pun tak luput dari pantauannya selama tinggal di Fransiskus Assisi. Betapa diam-diam beliau selalu memastikan keadaan kesehatan senior-senior yang seatap dengannya (Pastor Marius, Pastor Yeri {almarhum}, Romo Agus, dan Pastor Pasifikus). Pernah suatu masa, kala itu beliau sedang bersama kami sebagian kecil panitia tahun acara ulang tahun 111 tahun paroki melepas penat seusai giat. Kami memutuskan untuk sekadar bersantap di luar sekaligus menyegarkan pikiran. Usai bersantap salah seorang dari kami menawarkan untuk melanjutkan menikmati malam dengan menyesap kopi di kedai kopi. Jawaban beliau tak terduga. Beliau menolak halus ajakan kami dengan ujaran, "Saya harus pulang, asuhan saya ada empat di rumah, khawatir beliau-beliau butuh sesuatu atau butuh saya." Seketika kami semua memutuskan balik kanan, bubar jalan. Masing-masing akhirnya memilih pulang tak jadi melanjutkan menikmati malam. Oh ya, ada sedikit bocoran ketika Sang Meneer Belanda yang keras kepala (alm Pastor Yeremias Mellis, OFMCap) meninggal dunia. Saat itu mantan pastor paroki ini baru saja kembali ke pastoran. Mendengar kabar Pastor Yeri berpulang, beliau berlari sekencang-kencangnya sambil berurai air mata menuju rumah sakit yang bersebelahan dengan pastoran dan gereja. Beliau total merasakan duka kehilangan.  

Baik, mari tepiskan kenangan yang menyesakkan tentang kisah duka kehilangan pastor dari tanah Nederland, kita kembali pada geliat kegembalaan beliau di Paroki Singkawang. Hampir sewindu beliau mencurahkan segala tenaga dan pikiran demi harmonisasi umat Fransiskus Assisi. Banyak perubahan dihasilkan, banyak kemajuan dirasakan, banyak mata dan perhatian dari pihak luar menyorot ke Paroki Singkawang. 

Atmosfer hangat begitu nyata dirasakan ketika siapapun menyambangi gereja yang berposisi di jalur urat nadi kota paling tinggi toleransi ini. Dalam senyap beliau bekerja, mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, menyatukan yang tercerai, memperbaiki yang luka hati. Coba tanya pada umat Paroki Singkawang, acak, siapa saja, bagaimana sosok beliau di mata mereka. Siap-siap jawaban serupa akan Anda terima, dan garansi jawabannya adalah: beliau itu sederhana dan kehadirannya sungguh mendatangkan suka cita!

Sepengakuan beliau ketika dulu mendapat tugas kegembalaan di Paroki Singkawang, dan ketika menjejakkan kaki pertama kali dengan status pastor paroki, di pundaknya seolah disampirkan beban yang tak terukur beratnya. Belum lagi adaptasi lingkungan baru, mengenal wajah-wajah baru, karakter-karakter baru, pola pendekatan yang juga baru, menyesuaikan apa, siapa, bagaimana, dan kemana arah lawan bicara. Memang, suatu pekerjaan rumah yang tidak mudah. Namun sekali lagi berbekal teladan Fransiskus Assisi yang diikuti, ditambah sifat hangat dan jiwa bersahaja, tembok tinggi benteng umat paroki berhasil ia lompati. Sinergi, ya akhirnya hanya sinergi yang tercermin dari paroki ini. Betapa dengan kekuatan sinergi segala hal mampu diatasi, segala gawe akbar dikemas menjadi gebyar, segala keberhasilan mampu diwujudnyatakan.

Pilu membayangkan sosoknya duduk di muka pintu gereja yang digembalainya hampir sewindu dengan jutaan kenangan yang mengembara dalam benaknya. Seperti yang ia sampaikan ketika hampir meninggalkan Paroki Singkawang, di suatu sore duduk tepat di depan gereja, melayangkan ingatan pada kenangan-kenangan yang mungkin saja sanggup ia tepiskan namun tidak akan terlupakan. Menapak tilas seorang putra kelahiran Muntilan yang mampu menaklukkan hati umat Paroki Singkawang dalam karya kegembalaan. Dialah Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap atau yang akrab disapa Romo Gathot. Seorang romo yang berita kepindahannya menjadi hari patah hati umat paroki.

Romo, kini kami telah mendapat gembala pengganti. Yang dari suaranya selalu tampak riang hati, yang dari tutur katanya sungguh mencerminkan kecerdasaannya, yang dari penampilannya pun tak kalah bersahaja. Seperti penggalan puisi Rendra di atas, 

"Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya."

Ya, cinta kasih gembala baru yang kiranya akan sanggup meredam luka kehilangan gembala sepertimu. 

Pinta kami, umat paroki, bawa kami selalu dalam doa, Romo. Terima kasih untuk segala keringat dan buah pemikiran yang sudah Romo curahkan bagi Paroki Singkawang. Selamat berkarya di tempat baru, semoga selalu mampu menjelma sebagai pelita agar sekitarmu semakin merasakan benderang cahaya-Nya. (Hest)