Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri santo dan santa dalam gereja katolik. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri santo dan santa dalam gereja katolik. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

26 Okt 2015

MEMUPUK KEBERSAMAAN MELALUI KEGIATAN BKSN

MEMUPUK KEBERSAMAAN MELALUI KEGIATAN BKSN

Pada tanggal 24-27 September 2015, diadakan kegiatan bulan Kitab Suci Nasional tingkat Kabupaten Bengkayang ke V dan sedekanat Singkawang. Kegiatan ini diikuti oleh tujuh paroki, yaitu paroki Pemangkat, paroki Sambas, paroki Singkawang, paroki Nyarumkop, paroki Samalantan, paroki Bengkayang, dan paroki Sanggau Ledo. Ketujuh paroki tersebut, mengutus pesertanya masing-masing. Para peserta yang tergabung dalam kegiatan ini, bertemu dan berkumpul di Paroki Sanggau Ledo selaku tuan rumah. Mereka dapat dikatakan sebagai alter Kristus yang sudah siap membangun kebersamaan dan mewartakan sabda Allah melalui kegiatan BKSN. 

Tepat pukul 14.00 Wib, rombongan OMK tiba di tempat tujuan. Mereka merasa lega dan tersenyum karena sebelum kegiatan BKSN dibuka, panitia memberikan kesempatan kepada mereka  untuk mengisi perut yang sudah mulai keroncongan. Hal ini terungkap dalam ucapan mulut salah satu peserta OMK, “Asyik kita boleh makan siang sekarang.” Kata-kata ini seolah mengukuhkan betapa makanan begitu penting bagi manusia. Dengan makanan manusia dilegakan dari rasa lapar sehingga mampu memulai kembali aktivitasnya.

Seusai makan siang, panitia kegiatan BKSN mengajak OMK untuk berkumpul di salah satu tenda di depan gedung serba guna Paroki Sanggau Ledo yang sudah disiapkan. Di sana mereka diingatkan supaya membaur bersama peserta yang berbeda dengan parokinya. Hal ini bertujuan supaya dapat membantu mereka saling mengenal satu sama lain dan hasilnya sangat memuaskan. OMK dapat dengan cepat akrab dan mengenal teman-temannya yang berbeda dengan parokinya sehingga terjalin kebersamaan  di tengah-tengah mereka. Mereka tidak lagi membeda-bedakan, tetapi sudah bersatu menjadi alter Kristus yang siap untuk melayani dan menjadi generasi penerus gereja. 

Kebersamaan tersebut semakin hangat ketika mereka mengikuti pawai yang digagas oleh panitia. Walaupun mereka memiliki kepribadian yang berbeda, canda tawa tetap terpancar di wajah mereka yang bersahabat. Suasana ini membuat mereka mampu bersatu sebagai OMK. Kebersatuan itu mereka tampakan melalui nyanyian yel-yel yang telah disiapkan oleh masing-masing paroki sehingga membuat suasana pawai menjadi hidup dan menggembirakan. Sampai di depan gedung serba guna paroki Sanggau Ledo, OMK dipersilakan duduk dan suasanapun menjadi hening. OMK yang tadinya bersorak-sorai menyanyikan yel-yel kini terdiam seribu bahasa karena telah mempersiapkan diri untuk mengikuti misa yang dipimpin oleh Mgr. Agustinus Agus, Pr. Dalam kotbahnya beliau mengatakan, “OMK adalah ujung tombak gereja. Maka sebagai orang muda Katolik yang beriman, OMK mempunyai panggilan terhadap tugas mengereja sesuai dengan statusnya.” Ajakan khotbah Mgr. Agustinus Agus tersebut disambut oleh peserta dengan tepuk tangan yang mengisyaratkan bahwa mereka siap menjadi pelayan untuk gereja dan sesama. Misa tersebut ditutup dengan berkat meriah oleh Mgr. Agustinus. Setelah misa berakhir, suasana menjadi ramai. Bupati Bengkayang yang diwakili oleh wakilnya menyampaikan kata sambutan dan sekaligus membuka secara resmi kegiatan BKSN. Pembukaan tersebut ditandai dengan tujuh pukulan gong oleh wakil bupati. Para tamu undangan dan OMK menyambutnya dengan teriakan dan tepuk tangan yang meriah menandakan bahwa kegiatan BKSN secara sah dibuka.

Tanggal 25-26 september, adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh OMK. Di hari tersebut, mereka disuguhi berbagai perlombaan yang telah disiapkan oleh panitia. Adapun perlombaan-perlombaan yang digelar yaitu, vokal grup, outbond, tebak judul lagu, tebak gambar Santo-Santa, lektor, dan kuis.  Perlombaan ini sempat membuat rasa percaya diri mereka menjadi kendor, dan takut. Hal ini tampak ketika mereka mempersiapkan diri untuk ikut perlombaan, bahkan ada salah satu dari peserta OMK mengatakan “Aku takut, aku grogi ba..mau ikut perlombaan ini.” Ungkapan ketakutan ini menjadi hal yang sangat biasa dialami oleh manusia. Ketakutan tersebut menunjukkan bahwa manusia memiliki kelemahan dalam dirinya. Tetapi kebersamaan yang telah menyatu di hati setiap pribadi OMK dan juga berkat seminar yang mereka ikuti, dapat membantu memulihkan kembali rasa percaya diri mereka. Buktinya mereka dapat menyelesaikan perlombaan dengan baik dan hikmat. Perlombaan tersebut dimenangkan oleh masing-masing paroki. Tetapi paroki Singkawang dinobatkan sebagai jura umum yang mendominasi pemenang lomba.

Minggu pagi, 27 September merupakan hari yang istimewa. Di sana tidak ada lagi perlombaan, tidak ada lagi nyanyian yel-yel yang biasanya dinyanyikan oleh peserta BKSN. Ini menandakan bahwa seluruh rangkaian kegiatan dan perlombaan BKSN sudah selesai. Penutupan seluruh rangkaian kegiatan dan perlombaan BKSN tersebut ditutup dengan perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Pastor Alex Mingkar, Pr. Suasana perayaan Ekaristi berlangsung dengan khidmat. Dalam pesan kotbahnya P. Alex mengajak OMK untuk mengingat apa yang telah mereka terima dari gereja, karena gereja selama ini telah banyak memberi. Jika sudah banyak menerima, apa yang hendak saya berikan untuk gereja zaman sekarang. Ajakan kotbah P. Alex tersebut membuat OMK tertantang untuk memberikan sesuatu yang terbaik bagi gereja. Sebab mereka berpikir bahwa OMK merupakan bunga-bunga gereja yang dapat memberikan keindahan dan kesejukan bagi sesama dan terutama bagi perkembangan gereja. Karena itu, semoga kegiatan BKSN ini dapat menambah semangat kaum muda Katolik untuk semakin setia dan peka terhadap kebutuhan gereja. (HENDRY)
              

       




3 Jun 2015

AKSI SOSIAL OLEH POSKO NATAL

AKSI SOSIAL OLEH POSKO NATAL




              Singkawang, Selasa, 9 Desember 2014. Gelak tawa terdengar berderai ketika saya memasuki ruang  tengah  gedung Pastoran  Gereja Santo Fransiskus Assisi dari pintu sayap kanan, begitu semarak suasana di sini, semua asyik bekerja, semua wajah terlihat riang gembira. Tujuan saya satu, hendak mengambil gambar serta sedikit berbicang-bincang dengan sang koordinator posko natal yang pada tahun ini dipercayakan kepada Ibu Helena Halijah. Ketika saya jumpai, saya begitu terkesan pada sosoknya yang ramah serta berparas keibuan, seolah menerima dengan tangan terbuka dan menyilakan saya memuaskan kedahagaan meraup berbagai informasi berkenaan dengan aksi sosial yang dimotorinya. Jabat tangan hangat dan erat lantas saya ulurkan, memperkenalkan diri kepada beliau yang sore itu terlihat bersimbah keringat demi merampungkan pekerjaannya menyortir pakaian pantas yang akan disalurkan ke 16 stasi di bawah naungan Gereja Katolik Paroki Singkawang. Saat itu beliau tidak sendiri, ditemani beberapa ibu anggota Persatuan Warakawuri Katolik Santa Monika dan seorang Frater, beliau begitu sabar melayani berbagai pertanyaan saya dengan suara dan wajahnya yang begitu ekspresif.
               Sembari beranjak dari tempat penyortiran pakaian pantas, kami berjalan perlahan menyusuri ruang pastoran yang sore itu terlihat semarak oleh aktivitas mengemas sembako oleh ibu-ibu Wanita Katolik (WK) bersama beberapa anggota OMK. Tiada raut lelah terpancar dari  wajahnya meskipun saya paham beliau bersama rekan-rekan lain, setiap hari harus siap berada di tempat (pastoran) sedari pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. Beliau justru tampak begitu antusias memaparkan kepada saya berbagai informasi mengenai kegiatan seksi sosial yang dimulai sejak 29 November lalu dan berakhir pada 14 Desember 2014.   Menurut beliau, aksi sosial yang digagas oleh pastor paroki Singkawang  dan akhirnya menjadi “menu khusus” bagi panitia Natal setiap tahun sebenarnya telah dilakukan sejak Natal setahun yang lalu, hanya saja  tahun lalu kegiatan ini menyasar pada korban bencana alam banjir yang melanda hampir setiap kabupaten di Kalimantan Barat.
              Berbagai cara dilancarkan demi memuluskan jalan kegiatan “perpanjangan tangan Tuhan” ini,  di antaranya  melalui pengumuman tentang kegiatan terkait di gereja, surat edaran ke sekolah-sekolah hingga memanfaatkan media sosial semacam Facebook, Broadcast Messanger pada aplikasi BBM, SMS, telepon maupun ajakan secara lisan untuk ikut mengambil bagian dalam kesempatan berbagi dan peduli pada sesama. Hasilnya sungguh luar biasa, ratusan kardus berisi pakaian pantas, 800-an paket sembako, buku-buku layak baca dan sejumlah uang terkumpul serta siap didistribusikan pada 15 Desember 2014 dan dipusatkan di Capkala. 
              Di akhir obrolan yang menyenangkan itu, beliau mencebarkan asanya yang penuh-penuh berharap agar kegiatan serupa dapat selalu diejahwantahkan pada tahun-tahun yang akan datang, lebih banyak pihak yang berpartisipasi dan bantuan yang dihimpun dapat menjangkau segala kalangan. Pada pemungkas sapa beliau tak lupa menghaturkan jabat erat dan terima kasih kepada berbagai pihak yang ikut menyukseskan kegiatan ini antara lain Wanita Katolik (WK), Persatuan Warakawuri Katolik (PWK) Santa Monika, Legio Maria, OMK serta pihak lain yang tak bisa disebutkan satu persatu. Semoga berkat Tuhan selalu mengiringi langkah kita. (Hes)       

2 Jun 2015

BE A BROTHER FOR ALL

BE A BROTHER FOR  ALL


Selayang Pandang OFM.Cap

               Be A Brother For  All (Menjadi Saudara Bagi Semua) merupakan motto dari OFMCap (Ordo Fraterum Minorum Cappucinorum) yang dapat diartikan sebagai ordo saudara-saudara  dina dari Kapusin menjadi denyut dan aura jiwa bagi penghayatan para pengikutnya setiap hari. Ordo ini  didirikan oleh Santo Fransiskus dari Assisi  (1882-1226), menjadi magnet pribadi banyak orang sekaligus maestro yang dikagumi di abad 21 sebagai Santo yang spektakuler dalam spiritualitas kemiskinan dan hina dina.
               Dalam perjalanan waktu Ordo ini berkembang menjadi Ordo pertama untuk laki-laki  (OFM, OFMConv dan OFMCap). Ketiga Ordo pertama ini menghidupi anggaran dasar yang disusun oleh Fransiskus dari Assisi dan disahkan oleh Paus Honorius III. Ordo kedua untuk perempuan (para Suster Klaris) dan ordo ketiga untuk awam maupun imam sekular (regular dan secular). Ordo Kapusin dimulai oleh Matheus dari Bascio dan resmi berdiri pada 3 Juli 1528 dengan Bulla Religionis Zellus oleh Paus clement VII. Adapun anggota Ordo Kapusin ini terdiri dari ‘klerus’ (imam) dan  ‘laikus’ yang biasa disebut bruder.







Nama Kapusin
                  Panggilan nama Kapusin berawal dari sorakan anak-anak yang melihat para saudara dina yang memakai jubah dengan kap panjang dan runcing. Mereka meneriakkan:  “Scapucini!, Scapucini!” (menggunakan kap). Dari teriakan inilah lahir nama Kapusin.  Ordo Kapusin sudah tersebar luas ke seantero dunia di 106 negara. Saudara Kapusin mulai berkarya di Indonesia sejak tahun 1905 dan pada Februari 1994 dimekarkan menjadi 3 Propinsi: Medan, Sibolga, dan Pontianak. Kapusin Propinsi Pontianak, dengan nama pelindung Santa Maria Ratu Para Malaikat, didirikan secara resmi pada tanggal 21 Februari 1994.
             Adapun wilayah karyanya yaitu: Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Palangka Raya dan Keuskupan Agung Jakarta, dan pastinya di Singkawang beralamat Pastoran Katolik,  Jln. P. Diponegoro No. 1 Singkawang. Para saudara Kapusin yang berada di lima keuskupan ini dipimpin langsung oleh Minister Propinsial.
Jenis Karya dan Ciri Khas Hidupnya
                  Para saudara Kapusin lebih memperhatikan karya dan pengabdianya dengan fokus pada: pelayanan pastoral parochial dan kategorial, pembimbing rohani dan retret, pendamping kaum muda, pengelola pertukangan dan bangunan, pengurus rumah tangga komunitas, pelayanan di bidang medis, pertanian, dan pendidikan, pengembangan masyarakat, pemelihara, dan pendukung seni budaya, berkarya di daerah misi dan pendamping kaum terlantar.
                  Adapun ciri khas hidupnya adalah : (1) hidup dalam persaudaraan – Fraternitas, (2) doa menjadi nafas hidup dan karya setiap saudara, (3) para saudara Kapusin menghayati kemiskinan dan kedinaan dengan hidup sederhana baik dalam penampilan maupun dalam tutur kata, dan berpihak kepada orang kecil dan miskin (option for the poor), (4) terbuka pada setiap tugas yang dibutuhkan oleh ordo maupun gereja lokal, ikut mempromosikan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (Justice, Peace and Intergrity of Creation).
Ajakan
            Anda terpanggil menjadi calon dan mau bergabung dengan mereka, hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut. Calon yang hendak melamar menjadi Kapusin haruslah seorang pria beriman Katolik (minimal 2  tahun setelah baptisan). Punya kemauan yang baik dan suci. Artinya, ingin mewujudkan dalam hidupnya cita-cita persaudaraan Kapusin. Sehat jiwa dan raga sehingga berdaya guna untuk mengemban salah satu jenis pengabdian dengan baik dan menggembirakan. Berpendidikan minimal SMU atau setingkatnya, demi menjamin mutu pemahaman atas cara hidup membiara dan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuan.
                  Untuk itu kami mengajak, “Hai Kaum Muda Katolik, mari bergabung bersama kami mengikuti Tuhan Yesus Kristus menurut teladan St. Fransiskus Assisi dalam Ordo Saudara Dina Kapusin Propinsi Pontianak.” Sertakan surat lamaran Anda: surat keterangan pastor paroki, surat kesaksian dari pembimbing, atau surat rekomendasi dari sekolah atau tempat bekerja. Riwayat hidup singkat, pasfoto 3x4 (3 lembar), surat persetujuan orang tua/wali. Kirim ke Minister Propinsial Kapusin Pontianak: Jl. Adisucipto KM 9,6 Tirta Ria - Sungai Raya, Kotak Pos 6300. Pontianak-Kalbar 78391 Telp. (0561) 722430/78391. Fax: (0561)-724012.E-mail: kapusin.pontianak@kapusin.org.
                   Bila ingin mengetahui lebih mendalam  langsung pada contact person: P. Joseph Yuwono, OFMCap - Tirta Ria (081251154671) - P. Chrispinus, OFMCap (081345766156) - Nyarumkop. Nah, tunggu apa lagi, mungkinkah Anda salah satu insan yang terpanggil saat ini?
(Ditulis kembali oleh Bruf dengan bersumber pada Brosur OFMCap)