Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

1 Nov 2015

Perlombaan BKSN 2015 di Stasi Aris

Perlombaan BKSN 2015 di Stasi Aris

Aris merupakan salah satu Stasi terpencil yang ada di wilayah Paroki Singkawang, tepatnya di Kecamatan Capkala - Kabupaten Bengkayang, yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Sadaniang-Toho, Kabupaten Mempawah. Jarak tempuh dari pusat Paroki kurang lebih delapan puluh kilo meter dengan kondisi jalan menuju Aris rusak dan hanya bisa ditempuh dengan sepeda motor atau berjalan kaki apabila dimulai dari Desa Capkala.

Setiap bulan September, umat Katolik memperingati Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN). Dan dalam rangka untuk memeriahkan bulan Kitab Suci ini, umat Katolik di Stasi Aris khususnya anak-anak usia sekolah dari tingkat SD, SMP, dan SMA mendaftarkan diri untuk mengikuti perlombaan. Maka diadakanlah sejumlah kegiatan lomba di Hari Minggu, 20 September 2015 yang diselenggarakan oleh tim lomba Kitab Suci yang dikoordinir oleh ibu Agnes Sri Mulatsih bersama kawan-kawan. Diantaranya bapak Anton, bapak Antonius Ajun, ibu Emeliana Herti, ibu Dina, bapak Agustinus Anor, Apolonius, dan Iswanto. Dengan mengusung tema: “Keluarga yang Melayani Seturut Sabda Allah”.

Dalam sambutannya sebelum perlombaan dimulai ibu Agnes menyampaikan bahwa tujuan utama diadakannya lomba adalah agar anak senang dan lebih mengenal Kitab Suci sedikit demi sedikit, walaupun sederhana namun anak-anak mampu mengerjakan dengan baik dan tekun serta menumbuh kembangkan cinta anak-anak pada Kitab Suci dan mengingatkan kembali pengetahuan umum agama serta membiasakan mereka berani dan ikut serta terlibat dalam tugas liturgi di gereja. 

Lagi dalam sambutannya ia menambahkan bahwa menjadi pemenang dalam lomba lektor dan lomba-lomba lainnya bukan segala-galanya tetapi lebih daripada itu semangat untuk melayani adalah hal yang harus dipupuk dan kemudian diharapkan menjadi petugas lektor yang baik. Lanjutnya, dengan terselenggaranya lomba ini karena partisipasi umat terlebih dukungan dan bantuan dari Pastor Paroki Singkawang, Pastor Stephanus Gathot, OFM. Cap. Ibu Agnes sebagai koordinator yang juga guru agama Katolik di SDN 04 Aris mengucapkan selamat berlomba.

Perlombaan dimulai setelah Ibadat Sabda Hari Minggu, tepatnya pukul 11.00, tempatnya di gedung gereja dan diawali dengan pendaftaran. Adapun berbagai kegiatan perlombaan tersebut antara lain: lomba mewarnai gambar untuk tingkat SD Kelas 1 - 3, lomba membuat Tanda Salib untuk tingkat SD Kelas 1 - 3, lomba cerdas cermat (LCC) untuk tingkat SD Kelas 4 - 6, SMP, SMA (digabung) dengan cara perkelompok, lomba lektor atau lomba membaca Kitab Suci untuk tingkat SD Kelas 4 - 6, SMP dan SMA, lomba nyanyi lagu rohani untuk tingkat SD Kelas 4 - 6, SMP, SMA, dan yang terakhir lomba menyusun kalimat dari perikop ayat Kitab Suci untuk tingkat SD Kelas 4 - 6, SMP, SMA (digabung) dengan cara perkelompok.

Tim juri dalam acara tersebut adalah bapak Anton Martono, bapak Antonius Ajun, dan Apolonius untuk perlombaan cerdas cermat, lektor, nyanyi lagu rohani, dan menyusun kalimat dari perikop ayat Kitab Suci. Kemudian ibu Emeliana Herti dan Iswanto untuk juri lomba mewarnai gambar dan membuat Tanda Salib. Untuk konsumsi ditangani oleh ibu Dina dan bapak Agustinus Anor.

Seluruh rangkian kegiatan berjalan baik dan lancar serta berakhir pukul 15.00. Dari 24 peserta yang ikut berlomba didapatkan dengan hasil: Pemenang lomba mewarnai gambar cerita Kitab Suci SD yaitu juara I Erwin, juara II Aldianto, juara III Seli. Pemenang lomba membuat Tanda Salib SD yaitu juara I Erwin, juara II Celsi, dan juara III Agustina. Lomba cerdas cermat tingkat Tingkat SD, juara I kelompok Herkulanus Riski dkk, juara II kelompok Katarina Jesika Asian dkk, juara III Susi dkk. Tingkat SMP dan SMA juara I kelompok Leni dkk, juara II kelompok Arwianti dkk, juara III kelompok Endriana dkk. 

Pemenang lomba lektor atau membaca Kitab Suci Tingkat SD yaitu juara I Aching, juara II Susi, juara III Santini. Tingkat SMP dan SMA, juara I Leni, juara II Endriana, juara III Ena. Pemenang lomba nyanyi lagu rohani adalah juara I Esi, juara II Arwianti, juara III Leni. Dan yang terakhir lomba menyususun kalimat dari perikop ayat Kitab Suci, yaitu juara I kelompok Endriana dkk, juara II kelompok Aching dkk, juara III kelompok Arwianti dkk.

Selamat kepada seluruh pemenang, selamat kepada seluruh peserta, selamat kepada tim lomba yang telah menyelenggarakan dan memperlancar kegiatan ini, serta terimakasih atas segala partisipasi dalam memeriahkan acara ini sehingga dapat berjalan dengan lancar. Semoga bibit yang baik kelak sungguh berbuah di ladang Gereja Santo Yosep Stasi Aris yang kita cintai.  *(AM)*

Lomba Mewarnai Tingkat SD

Lomba Nyanyi Lagu Rohani

Pembagian Hadiah

Pembagian Hadiah































6 Jun 2015

Pembangunan Kapel Lapas Singkawang

                  Pembangunan Kapel Lapas Singkawang




                 Warga binaan lapas (lembaga permasyarakatan ) kelas II B Singkawang kini boleh berbesar hati; terutama bagi mereka yang beragama Katolik/ Kristen karena di dalam Lapas tersebut telah berdiri sebuah kapel yg cukup representatif  berukuran 7 x 13 meter  di samping kelenteng dan surau yang sudah ada terlebih dahulu.
                       Berdirinya kapel  ini berkat inisiasi Bapak Pedro Halim, S.T., sebagai pengurus Gereja Bethel Indonesia (GBI) bersama  persekutuan gereja  yang memberikan pelayanan di  lapas tersebut, termasuk Gereja Katolik Singkawang serta pihak lapas kelas II B Singkawang dalam hal ini bapak Asep Sutandar, Amd. IP, S. Sos, . M. Si  selaku kalapas kelas II B Singkawang  yang telah berkenan menyediakan sebidang tanah tempat kapel  tersebut didirikan.
                       Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 27 September 2014 oleh Kalapas Kelas II B Singkawang, disaksikan oleh Pdt. Palmanto dari GKPKB (Gereja Kristen Protestan Kalimantan Barat), Pedro Halim,ST, pegawai lapas serta warga binaan yg beragama Katolik/ Kristen. Kini kapel di Lapas kelas II B Singkawang telah rampung dan telah diresmikan pada Sabtu, 13 Desember 2014.
Untuk membantu merealisasikan berdirinya kapel  lapas ini, seksi sosial DPP (Dewan Pastoral Paroki) berinisiatif menggalang dana dari warga paroki Singkawang  dan donatur lainnya  dengan cara door to door  serta melalui  kotak derma di gereja. Puji Tuhan dari tanggal 18 Oktober 2014 hingga 29 November 2014, telah terkumpul dana sebesar  Rp24.085.000,00
                    Dalam periode berjalan, diperoleh informasi dari Pastor Paroki bahwa terdapat kerusakan pada kapel di daerah Trans SP2 dan yang perlu rehabilitasi serta Gereja di  Medang yang  memerlukan pengecatan ulang. berdasarkan rapat seksi sosial DPP dengan pastor paroki pada tanggal 4 November 2014, diputuskan bahwa sebagian kecil uang sumbangan akan dialokasikan untuk merehabilitasi  kapel  di Trans SP2 & SP3 serta pengecatan gereja di Medang. Serah terima sumbangan telah dilakukan pada tanggal 1 Desember 2014 antara pastor paroki dengan bapak Pedro Halim, S.T.,  disaksikan oleh bapak Frumensius dan Hermanto Halim, S.E., selaku koordinator seksi sosial DPP. (HH)



1 Jun 2015

CHUN JIE, SAATNYA BERBAGI


CHUN JIE, SAATNYA BERBAGI

Semarak tradisi menyambut  datangnya musim semi yang terejawantah dalam perayaan  Imlek terasa kental  menyelimuti lingkungan gereja Katolik.  Dekorasi sederhana namun tak pelak mencirikan budaya Tionghoa terpasang di setiap sudut gereja. Demikian pula rangkaian misa dan kegiatan perayaan  yang digelar, serta merta mencerminkan rasa syukur  dan esensi berbagi. 
Minggu, 1 Maret 2015, selepas misa kedua, gereja Katolik yang dimotori oleh kelompok Mandarin, membentang tangan menjabat erat, menyambut kehadiran umat dalam kegiatan open house yang digelar dalam lingkup Pastoran Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi. Acara sederhana nan hangat disambut antusias oleh umat. Berduyun-duyun umat hadir memadati ruangan berkapasitas tiga ratusan orang ini. 




Hangat, akrab, tak berjarak, semua larut dalam syukur, tawa, dan bahagia. Ditemui di sela-sela acara, Robertus Akhiong selaku panitia menuturkan secara singkat awal mula even tahunan ini digelar, “Mulai tahun lalu (2014), sejak Pastor Gathot  menghimbau untuk bisa merayakan Imlek bersama,” papar pria berkacamata ini. Selebihnya ketika ditanya masalah penyokong dana, maka dengan antusias beliau menjelaskan bahwasanya segala persiapan didanai oleh kelompok Mandarin, juga campur tangan umat yang berperan sebagai donatur.
Di akhir obrolan ringan, Akhiong  sempat menyampaikan harapannya mengenai keberlangsungan acara serupa, “Semoga bisa diadakan setiap tahun dan lebih meriah di masa yang akan datang,” pungkasnya. (Hes)                           

 

26 Nov 2016

KEMERIAHAN KAUL KEKAL DAN PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA SUSTER KLARIS KAPUSINES SINGKAWANG


KEMERIAHAN KAUL KEKAL DAN PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA
 SUSTER KLARIS KAPUSINES SINGKAWANG
 
 

Pagi yang cerah dan penuh kedamaian ini, Para Suster Klaris Kapusines atau lebih dikenal dengan sebutan Suster Slot di Providensia Singkawang sedang penuh dengan suka cita dan kegembiraan di dalam Tuhan. Selasa 1 November 2016 yang bertepatan dengan pesta hari raya semua orang kudus, Suster Slot, sebutan akrab para biara Klaris Kapusines, merayakan pesta Kaul Kekal Meriah dan pesta perak (25 tahun) hidup membiara. Suster yang mengucapkan Kaul Kekal Meriah adalah Suster Maria Agnes Silaen, OSCCap, sedangkan suster yang merayakan pesta perak adalah Suster M. Laetitia, OSCCap. 
 

Pesta meriah ini dikemas dalam suatu perayaan Ekaristi (Misa) di Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang. Misa ini dpimpin oleh Pastor Amandus Ambot, OFMCap, selaku Minister Provinsial Ordo Kapusin Pontianak dan didamping beberapa Pastor Kapusin dan Pastor SVD. Misa dimulai tepat pukul 09.00 dan diiringi oleh tari-tarian dari Sanggar Buria Enek, Persekolahan Katolik Nyarumkop, Singkawang Timur. Seribu lebih umat hadir memenuhi gedung Gereja Katolik ini. Kehadiran umat sangat membantu dalam doa dan sekaligus menyemarakkan rangkaian pesta iman ini. 

Inti dari pesta ini adalah pengucapan 3 kaul oleh Sr Maria Agnes Silaen, OSCCap. Di hadapan Abdis Sr Rosa OSCCap dan seluruh umat yang hadir, Sr Agnes mengucapkan 3 kaul kepada Allah. Abdis adalah sebutan untuk pimpinan Biara Klaris Kapusines. Ke 3 kaul tersebut adalah kemurnian (tidak menikah), ketaatan, dan tanpa milik (kemiskinan). Kaul adalah janji suci yang diucapkan oleh seorang anggota religius untuk mengikuti jalan panggilan Tuhan. Misa ini selesai pada pukul 11.30 dan dilanjutkan dengan ramah tamah / resepsi dan santap siang bersama di halaman samping Biara Providensia. Selamat dan sukses untuk Suster Agnes dan Suster Laetitia. Semoga makin mantap dan selalu setia mengikuti panggilan Tuhan. (Eko Heru Nugroho)

2 Jun 2015

BE A BROTHER FOR ALL

BE A BROTHER FOR  ALL


Selayang Pandang OFM.Cap

               Be A Brother For  All (Menjadi Saudara Bagi Semua) merupakan motto dari OFMCap (Ordo Fraterum Minorum Cappucinorum) yang dapat diartikan sebagai ordo saudara-saudara  dina dari Kapusin menjadi denyut dan aura jiwa bagi penghayatan para pengikutnya setiap hari. Ordo ini  didirikan oleh Santo Fransiskus dari Assisi  (1882-1226), menjadi magnet pribadi banyak orang sekaligus maestro yang dikagumi di abad 21 sebagai Santo yang spektakuler dalam spiritualitas kemiskinan dan hina dina.
               Dalam perjalanan waktu Ordo ini berkembang menjadi Ordo pertama untuk laki-laki  (OFM, OFMConv dan OFMCap). Ketiga Ordo pertama ini menghidupi anggaran dasar yang disusun oleh Fransiskus dari Assisi dan disahkan oleh Paus Honorius III. Ordo kedua untuk perempuan (para Suster Klaris) dan ordo ketiga untuk awam maupun imam sekular (regular dan secular). Ordo Kapusin dimulai oleh Matheus dari Bascio dan resmi berdiri pada 3 Juli 1528 dengan Bulla Religionis Zellus oleh Paus clement VII. Adapun anggota Ordo Kapusin ini terdiri dari ‘klerus’ (imam) dan  ‘laikus’ yang biasa disebut bruder.







Nama Kapusin
                  Panggilan nama Kapusin berawal dari sorakan anak-anak yang melihat para saudara dina yang memakai jubah dengan kap panjang dan runcing. Mereka meneriakkan:  “Scapucini!, Scapucini!” (menggunakan kap). Dari teriakan inilah lahir nama Kapusin.  Ordo Kapusin sudah tersebar luas ke seantero dunia di 106 negara. Saudara Kapusin mulai berkarya di Indonesia sejak tahun 1905 dan pada Februari 1994 dimekarkan menjadi 3 Propinsi: Medan, Sibolga, dan Pontianak. Kapusin Propinsi Pontianak, dengan nama pelindung Santa Maria Ratu Para Malaikat, didirikan secara resmi pada tanggal 21 Februari 1994.
             Adapun wilayah karyanya yaitu: Keuskupan Agung Pontianak, Keuskupan Sanggau, Keuskupan Sintang, Keuskupan Palangka Raya dan Keuskupan Agung Jakarta, dan pastinya di Singkawang beralamat Pastoran Katolik,  Jln. P. Diponegoro No. 1 Singkawang. Para saudara Kapusin yang berada di lima keuskupan ini dipimpin langsung oleh Minister Propinsial.
Jenis Karya dan Ciri Khas Hidupnya
                  Para saudara Kapusin lebih memperhatikan karya dan pengabdianya dengan fokus pada: pelayanan pastoral parochial dan kategorial, pembimbing rohani dan retret, pendamping kaum muda, pengelola pertukangan dan bangunan, pengurus rumah tangga komunitas, pelayanan di bidang medis, pertanian, dan pendidikan, pengembangan masyarakat, pemelihara, dan pendukung seni budaya, berkarya di daerah misi dan pendamping kaum terlantar.
                  Adapun ciri khas hidupnya adalah : (1) hidup dalam persaudaraan – Fraternitas, (2) doa menjadi nafas hidup dan karya setiap saudara, (3) para saudara Kapusin menghayati kemiskinan dan kedinaan dengan hidup sederhana baik dalam penampilan maupun dalam tutur kata, dan berpihak kepada orang kecil dan miskin (option for the poor), (4) terbuka pada setiap tugas yang dibutuhkan oleh ordo maupun gereja lokal, ikut mempromosikan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan (Justice, Peace and Intergrity of Creation).
Ajakan
            Anda terpanggil menjadi calon dan mau bergabung dengan mereka, hendaklah memperhatikan hal-hal tersebut. Calon yang hendak melamar menjadi Kapusin haruslah seorang pria beriman Katolik (minimal 2  tahun setelah baptisan). Punya kemauan yang baik dan suci. Artinya, ingin mewujudkan dalam hidupnya cita-cita persaudaraan Kapusin. Sehat jiwa dan raga sehingga berdaya guna untuk mengemban salah satu jenis pengabdian dengan baik dan menggembirakan. Berpendidikan minimal SMU atau setingkatnya, demi menjamin mutu pemahaman atas cara hidup membiara dan terbuka kemungkinan untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat dan kemampuan.
                  Untuk itu kami mengajak, “Hai Kaum Muda Katolik, mari bergabung bersama kami mengikuti Tuhan Yesus Kristus menurut teladan St. Fransiskus Assisi dalam Ordo Saudara Dina Kapusin Propinsi Pontianak.” Sertakan surat lamaran Anda: surat keterangan pastor paroki, surat kesaksian dari pembimbing, atau surat rekomendasi dari sekolah atau tempat bekerja. Riwayat hidup singkat, pasfoto 3x4 (3 lembar), surat persetujuan orang tua/wali. Kirim ke Minister Propinsial Kapusin Pontianak: Jl. Adisucipto KM 9,6 Tirta Ria - Sungai Raya, Kotak Pos 6300. Pontianak-Kalbar 78391 Telp. (0561) 722430/78391. Fax: (0561)-724012.E-mail: kapusin.pontianak@kapusin.org.
                   Bila ingin mengetahui lebih mendalam  langsung pada contact person: P. Joseph Yuwono, OFMCap - Tirta Ria (081251154671) - P. Chrispinus, OFMCap (081345766156) - Nyarumkop. Nah, tunggu apa lagi, mungkinkah Anda salah satu insan yang terpanggil saat ini?
(Ditulis kembali oleh Bruf dengan bersumber pada Brosur OFMCap)

27 Okt 2015

“TRANSITUS” SANTO FRANSISKUS ASSISI KEMATIAN DALAM DAMAI MENUJU KEHIDUPAN KEKAL

 “TRANSITUS” SANTO FRANSISKUS ASSISI

KEMATIAN DALAM DAMAI MENUJU KEHIDUPAN KEKAL 

Santo Fransiskus dari Assisi merupakan pendiri Ordo Fransiskan dan sekaligus Santo Pelindung Gereja Katolik Paroki Singkawang. Ia lahir di Assisi, Italia pada tanggal 5 Juli 1182 dan meninggal pada tanggal 3 Oktober 1226. Fransiskus muda yang lahir dari kalangan bangsawan, dalam hidup kesehariannya bergelimang kemewahan dimanjakan oleh pesta-pora. Pada akhirnya jiwanya runtuh oleh cinta kasih melalui sapaan Tuhan. Dalam perjumpaannya dengan pengemis dan para penderita kusta, mengubahkan hidupnya menjadi seorang mempelai Allah dengan semangat kemiskinan. Menurut sejarah, Ia dikenal pula sebagai santo pelindung binatang dan lingkungan hidup serta pedagang. Santo Fransiskus Assisi telah mendirikan Ordo Fransiskan atau Ordo Friar Minor (Ordo Saudara-saudara Dina). Ordo tersebut meneladani hidup dari Santo Fransiskus Asisi yakni menjalankan injil, setia kepada Gereja Katolik Roma, dan melaksanakan cinta kasih persaudaraan universal.

Pada tanggal 24 September 2015, umat Katolik Paroki Singkawang mengikuti misa Novena Santo Fransiskus Assisi selama 9 hari berturut-turut. Novena ini dipersiapkan untuk merayakan “Transitus” (tanggal 3 Oktober 2015). Transitus merupakan peringatan akan perjalanan iman dari Santo Fransiskus Assisi, peralihan kehidupan dunia lewat kematian menuju kehidupan yang kekal.  Semasa hidup merasul, ia mengalami banyak ujian sebagai konsekuensi dari pilihan atas hidupnya. Mengalami siksaan fisik dan batin serta penolakan dari keluarga sendiri maupun dari orang-orang yang seiman bahkan secara hirarki menempa jiwa dan raganya. Ini bukan tanpa tujuan, kenyataannya ia menjadi sosok yang penuh  cinta kasih, memberikan hidupnya pada kemiskinan dan penderitaan sesamanya. Mengambil penderitaan orang lain secara total meleburkan diri pada kasih tanpa keluhan. Santo Fransiskus Assisi  sangat khusyuk mencintai Allah dengan segenap hati dan jiwa raga hingga akhir hayatnya. 

Transitus dihadiri oleh saudara-saudari dari Komunitas OFS, MTB, OFM.Cap, SFIC, OSCCap,  dan umat ikut pula mengenang wafatnya Sang Pembawa Damai. ‘Transitus’ dikemas layaknya ibadat perenungan. Kisah perenungan hidup Santo Fransiskus dibacakan oleh Bruder Flavianus MTB, Suster Benedikta SFIC, dan Suster Lidwina, OSCCap sambil diiringi alunan merdu paduan suara KEFAS (Keluarga Besar Fransiskan-Fransiskanes Singkawang).

Perenungan yang sangat mendalam di saat Santo Fransiskus mengalami masa sekarat. Ia mendapatkan anugerah yang teristimewa sebagai upah dari jiwa militannya. Ia mengalami 5 luka suci Yesus (Stigmata).  Ini adalah penderitaan suci yang hanya dianugerahkan pada orang pilihan atau manusia unggul dari Allah. Di ambang saudara maut badani datang menjemput, Ia melepaskan jubah miliknya dan menggantinya dengan milik saudaranya seordo. Ia tak ingin memiliki apapun dan tak terikat oleh kemelekatan apapun di dunia, hanya merasakan cinta Allah yang Maha Besar kepada dirinya. Pada detik-detik terakhir nafas yang tersisa, ia melakukan perjamuan malam terakhir dengan saudara-saudaranya membagi-bagikan roti, memberkati semua saudaranya. Lalu, sambil mendaraskan mazmur, Ia menyerahkan nyawanya kepada Allah. 

Akhir kisah Santo Fransiskus ini sangat memesona dan mengharukan. Ia telah menjadi teladan akan ‘kedamaian hati’ ketika menghadapi kematian, menyerahkan dan melepaskan penderitaan-penderitaannya kepada Allah hingga dapat menyatu dengan pribadi kudus-Nya. Salah seorang sahabat seordonya melihat jiwa Sang Santo menjadi sebuah bintang sebesar bulan, terbawa awan putih di langit yang luas. Pesan inilah yang disampaikkan kepada kita semua, bahwa kematian badani bukan akhir dari segalanya. Kematian itu membawa kita kepada janji akan kehidupan kekal bersama-Nya.

Pada penghujung perayaan ‘Transitus’, Ordo Fransiskan-Fransiskanes melakukan prosesi memegang lilin menyala. Memperbaharui kesetiaan pada wasiat Santo Fransiskus Assisi dan mengucapkan janji kaul-kaul mereka agar menjadi pembawa terang dan damai semasa penziarahan hidup di dunia ini. Dikumandangkan pula lagu “GITA SANG SURYA” dari paduan suara KEFAS mengiringi peletakan lilin penghormatan di Patung Santo Fransiskus Assisi.  Berkat bagi kita umat yang hadir adalah memeroleh roti Santo Fransiskus Assisi pada bagian tengah roti terlukisan tanda salib bewarna merah. Rangkaian perayaan Transitus ini kiranya menguatkan iman dan kepercayaan kita akan kehidupan yang kekal setelah kematian. Ikut serta mengambil bagian dalam pewartaan kasih Allah menurut teladan Sang Duta Damai Santo Fransiskus Assisi. (SHe)

 








2 Jun 2015

NATAL PENUH WARNA BERSAMA USKUP DAN WALIKOTA

NATAL PENUH WARNA BERSAMA 
USKUP DAN WALIKOTA


            Suasana semarak dan hangat pagi itu benar-benar dirasakan warga paroki Singkawang, khususnya  di Gereja Santo Fransiskus Assisi. Wajar kiranya ketika Sang gembala umat yang baru diangkat sebagai Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Monsignor Agustinus Agus, berkenan memimpin misa perayaan natal di gereja yang beralamat di Jalan Diponegoro tersebut.  Sedari pagi warga telah menunjukkan antusiasnya. Hal ini tampak ketika lautan umat seperti tak terbendung memenuhi seluruh bangku baik yang tersedia di dalam gereja maupun bangku-bangku tambahan di luar gereja yang disiapkan oleh panitia. Dalam misa perdananya di Paroki Singkawang sebagai uskup, Monsignor Agus mengetengahkan homili bertema “Membina iman dalam keluarga.” Secara gamblang, beliau menggarisbawahi peran penting keluarga dalam tumbuh kembang iman Katolik yang akan berdampak bagi gereja. Di samping itu, Monsignor Agus juga mengingatkan kepada warga gereja agar tidak alergi terhadap pemerintah. Hal tersebut kiranya menjadi salah satu tolok kemajemukan umat Kristiani dalam bermasyarakat.
                Pada kesempatan yang sama, berselang beberapa saat setelah misa perdana sang uskup baru digelar, walikota Singkawang, Drs. H. Awang Ishak, M.Si  berkenan hadir memenuhi undangan gereja Katolik yang menggelar open house di lingkungan gereja. Dalam sambutannya yang disampaikan di mimbar , Awang Ishak mengucapkan selamat Natal dan tahun baru bagi seluruh warga Katolik di kota Singkawang. Beliau juga membahas beberapa hal yang esensial di antaranya perdamaian di tengah perbedaan keyakinan yang tidak perlu dijadikan  jurang pemisah karena kita semua berasal dari nenek moyang yang sama, Adam dan Hawa. Masih dalam sambutannya, beliau juga mengetengahkan tentang pembangunan infrastruktur kota Singkawang yang dapat dinikmati oleh seluruh warga kota Singkawang tanpa terkecuali. (Hes)            

23 Agu 2015

MERIAHNYA EKM DI SAGATANI

MERIAHNYA EKM DI SAGATANI   

 
Senja itu Sabtu, 22 Agustus 2015, pukul 17.00, rombongan Orang Muda Katolik (OMK) dari berbagai stasi di Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang, dengan penuh suka cita mengantre panjang mengisi buku tamu yang telah disediakan oleh panita OMK St. Kristoforus Sagatani. Perhelatan digelar mirip pesta pernikahan, dua orang muda berdiri di pintu masuk gereja dengan ramah mempersilakan rekan-rekannya untuk masuk ke Gereja Stasi Santo Kristoforus Sagatani. “Mari teman-teman silakan masuk dan jangan lupa mengisi buku tamunya ya!,” pinta salah satu pemudi yang senyumnya mengundang orang untuk tidak segan berjabatan tangan dengannya. Potret situasi sebelum EKM ini dimulai penerimaan tamu, seolah-olah mengajak kita masuk ke rumah Tuhan dan benar-benar disapa dengan senyum tulus, ikhlas sejati. Belum lagi musik bernuansa khas Dayak mengalun di senja itu, semakin menambah semarak suasana hati segenap umat yang hadir untuk bisa menangkap apa itu EKM bagi umat Katolik Sagatani.

Tibalah saatnya para penari berbaris bersama rombongan Imam di depan Gereja. MC mulai menyapa selamat datang kepada OMK dan sambutan musik Dayak dengan kelompok penari mulai masuk ke gereja mengundang umat untuk menyapa mari bergandeng bersama kami OMK yang sama-sama bergembira untuk memuji dan memuliakan Tuhan dengan cara dan gaya kami orang muda saat ini. Berbagai  piranti komunikasi dalam genggaman tangan pun tak ketinggalan sigap mengabadikan momen EKM perdana di gereja tersebut.

Budaya Pro-Life
 
Pastor Gathot dalam  homilinya menyapa orang muda sesuai tema Nasional dalam HUT kemerdekaan  ke 70  RI  “Ayo kerja” mengajak OMK untuk saatnya kita berjuang dan bekerja tiada henti-hentinya menuju generasi yang sehat baik jasmani maupun rohani dengan revolusi mental secara akariah. “Teman-teman, kita tahu bahwa tantangan yang dahsyat saat ini adalah bagaimana kita bisa bertahan hidup di masa muda ini, dengan tidak terjerumus dalam narkoba,” ujar Pastor Gathot dengan nada lantang.  “Kami para gembala bersama uskup Se-Indonesia, sama-sama berjuang agar kita tetap setia pada ajaran Yesus untuk mempertahankan pro-life/membela kehidupan dan bersama memberantas/menjaga diri dari narkoba dalam hidup kita. Kita sangat berharap melalui EKM ini kita sama-sama merefleksi bahwa teman-teman yang sudah terjerumus di dalam pengaruh narkotika, sebaiknya kita merangkul mereka dan mendekatinya dengan penuh kasih,” tegas Pastor Gathot yang terkenal ramah kepada siapa saja yang berjumpa dengannya.

Situasi EKM di malam Minggu itu, semakin semarak dengan adanya tarian persembahan serta lagu-lagu gaya anak muda yang menyelimuti atmosfer ruang ekspresi iman mereka dalam corak dan gaya EKM dari OMK Santo Kristoforus Sagatani. Tepuk tangan yang meriah dari OMK yang hadir saat itu memberi pujian yang memang pantas ditujukan bagi panitia, baik dari segi persiapan tempat, model liturgi, serta gaya dalam mengemas acara. 

Spiritualitas EKM
 
EKM sampai saat ini masih belum menjadi tempat yang istimewa bagi umat dewasa oleh karena pemahaman EKM masih seputar gaya anak muda. Padahal dalam liturgi EKM tidak pernah berubah sesuai dengan susunan resmi perayaan Ekaristi Gereja Katolik. Perbedaanya hanya terletak pada lagu bertematis dan disesuaikan dengan gaya anak muda, dan peserta yang hadir sebagai umat adalah  orang muda sendiri serta orang tua yang berjiwa dan semangat muda. EKM sebenarnya pintu dan jendela angin segar bagi ruang ekspresi iman orang muda sekaligus salah satu cara menemukan karakter iman sejati orang muda dalam mengikuti Yesus yang bahagia dan enjoy baginya. Maka roh/spiritual EKM adalah enjoy dan happy bersama Yesus dalam hidup orang muda setiap hari.

Yudhistira, pendamping OMK Sagatani dalam ruang terpisah mengungkapkan kepuasannya dalam EKM perdana tersebut. “Kami tidak menyangka semuanya  ini bisa berjalan dengan lancar dan OMK hadir begitu banyak malam ini. Waktu persiapan pun begitu singkat namun kami tetap yakin bahwa apa  yang  kami rancang bersama, Tuhan ikut terlibat di dalamnya dan kami enjoy banget,” ujar guru SMP Pengabdi ini dengan penuh semangat. Ungkapan dari pedamping OMK ini pun mendukung kesan dari ketua OMK sendiri. “Kami sangat bersyukur bahwa EKM perdana ini sebagai pengalaman pertama bagi kami panitia, sekaligus pemula dalam pelaksanaan EKM. Momen ini tidak bakal kami lupakan seumur hidup,” papar Aneng Supriady dengan bangga. “Semoga ke depannya, kami dapat lebih baik lagi dan mantap,” tegas Aneng dengan wajah gembira.

Pendamping OMK Angkat Bicara
 
Setelah EKM selesai para pendamping dari OMK Singkawang, Sijangkung, Pangmilang, Capkala, Sagatani, Sungai Duri dan juga dari Stasi yang jauh, berkumpul untuk membicarakan rencana pertemuan Bulan Kitab Suci di Sanggau Ledo di bulan September 2015, Temu Raya OMK Keuskupan Agung Pontianak di Nyarumkop di bulan November 2015 dan pertemuan akbar OMK Paroki Santo Fransiskus Assisi di bulan Juli 2016 bertempat di Kompleks SMP Santo Tarsisius Singkawang. 

Sementara itu di luar gereja semua yang hadir menikmati santapan malam bersama, sambil diringi musik dari OMK Santo Kristoforus Sagatani. Tampak hadir pula anak-anak Sekolah Minggu ikut meramaikan suasana dengan menyumbang tarian di atas pentas. Suguhan acara malam itu pun semakin memanjakan semua pasang mata yang hadir. Unjuk kebolehan dari berbagai OMK Stasi  di antaranya  vokal grup, pop singer, musik tradisonal maupun tarian-tarian berhasil memukau hati orang muda. Semua yang hadir malam itu seolah merasakan berat beranjak dari tempat duduk karena terhipnoptis oleh kepiawaian OMK dalam membawa acara yang super smart dan keren. 

Bravo OMK Sagatani yang menjadi pioner dan piloting untuk wilayah Singkawang Selatan. “Ciaoo dalam Yesus, Bro.  Next time kita jumpa dalam EKM di stasi berikutnya ya!,” tutup MC dalam perhelatan malam Minggu gembira bersama OMK Sagatani saat itu. Betul-betul fantatis, Man! (Bruf)


15 Jan 2016

SEMARAK PANGGUNG KEBAHAGIAAN 110 TAHUN MISI KAPUSIN DI SINGKAWANG

SEMARAK PANGGUNG KEBAHAGIAAN 110 TAHUN MISI KAPUSIN DI SINGKAWANG



(Singkawang, 13 Desember 2015) Ayunan langkah kaki kompak diiringi tarian pembuka serta perarakan misa yang dipimpin oleh Uskup Agung Pontianak Mgr. Agustinus Agus membuka misa hari itu. Hari itu adalah hari yang  sangat bersejarah dan berbahagia bagi semua umat Katolik khususnya di wilayah Paroki Singkawang, karena hari kita semua memperingati puncak Perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang. Sebelumnya selama seminggu penuh digelar pentas seni dalam memeriahkan Perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang. Berbagai persekolahan Katolik masing-masing unjuk kebolehan khususnya di bidang seni. Sekolah-sekolah yang terlibat antara lain SMP St Tarsisius, STIE Mulia, SMP Bruder, SMA St Ignasius, SMP Pengabdi, Persekolahan Nyarumkop, OMK, Putra-Putri Altar dan berbagai stasi di Paroki Singkawang. Pameran segala barang-barang yang digunakan oleh Kapusin sejak 110 tahun lalu pun tak luput digelar. Berbagai hal menarik, unik dan tentunya bersejarah menjadi magnet tersendiri bagi umat yang hadir. Hal yang membanggakan adalah bahwa pameran 110 Tahun Kapusin selain dinikmati oleh masyarakat regional Kalimantan Barat, juga mampu menarik perhatian Saudara-saudara dari Serawak yang kebetulan tengah mengadakan kunjungan ke kota Singkawang, juga para tokoh lintas agama dari Bumi Serambi Mekah, Aceh. Berbagai komentar bernada positif mengenai perayaan 110 Tahun Misi Kapusin di Singkawang mengalir deras dari mereka yang berkunjung ke arena pameran.      
Di Minggu puncak perayaan 110 Tahun Misi Kapusin Berkarya di Singkawang itu, tepat pukul 08.00 Wib Misa dimulai. Seluruh umat hening mengikuti Perayaan Misa Ekaristi. Sosok seorang Uskup yang berbeda dengan uskup lainnya dengan ciri khas pantun  yang hampir selalu dikumandangkan beliau saat memimpin misa membuat suasana menjadi cair saat homili. Tawa lepas mengalir dari setiap umat yang hadir. Di sela-sela homili yang diberikan, uskup mengajak umat untuk senantiasa bersyukur karena berkat para Misionaris yang hadir serta merintis dan membangun gereja juga turut andil dalam pembangunan bergagai fasilitas di Kota Singkawang seperti rumah sakit dan sekolah-sekolah, “Mari kita doakan mereka yang telah berjasa dan telah berpulang ke pangkuan Bapa Surgawi,” ajak Mgr. Agustinus Agus.

“Kalau ada sumur di ladang, boleh kita menumpang mandi. Jika ada umurku panjang, boleh kita berjumpa lagi.” Demikian Pantun di detik terkakhir homili yang dikumandangkan.  Selesai Homili, Mgr. Agustinus Agus melantik Dewan Pastoral Paroki (DPP) Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang periode 2015-2018.  Anggota DPP yang baru resmi dilantik  membacakan janji dan uskup memberkati semua anggota DPP agar mampu dan komitmen dalam menjalankan tugas seta kewajibannya. Terima kasih atas pengabdian pengurus dan anggota DPP periode sebelumnya yang telah melakukan tugas serta kewajibannya dengan baik dan Selamat di ucapkan kepada pengurus serta anggota DPP yang baru, Tuhan memberkati.

Tidak terasa begitu cepat kebersamaan Misa Ekaristi bersama Uskup dan para pastor yang hangat menyambut umat di dalam gereja yang dibangun 89 tahun silam.  Setelah selesai Perayaan Misa Ekaristi, uskup dan para pengurus DPP periode baru berfoto bersama dan dilanjutkan dengan acara ramah tamah di halaman gereja yang telah di siapkan oleh panitia. Walikota Singkawang juga hadir dan memberikan kata sambutan dalam merayakan pesta sejarah 11 dasawarsa Misi Kapusin di Singkawang bersama tokoh-tokoh agama, Kapolres dan anggota DPRD yang hadir di tengah-tengah umat Katolik Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang. Senyum dan semangat kebahagiaan bertambah saat semua umat dan para undangan merayakan hari ulang tahun Mgr. Agustinus Agus yang ke 66 tahun dengan bernyanyi, meniup lilin dan potong kue menyemarakan tepuk tangan yang tak henti dari semua mata yang mengarah ke panggung. Kebahagiaan serta di lanjutkan makan bersama, “Selamat ulang tahun Bapa Uskup tercinta, sehat selalu dan senantiasa tetap melayani “domba-domba-Nya,” Amin.” (SS)




8 Agu 2019

Jadwal Kegiatan dan Perlombaan Bulan Kitab Suci Nasional 2019 di Paroki St Fransiskus Assisi Singkawang dengan tema "Mewartakan Kabar Gembira di Tengah Krisis Lingkungan Hidup"


1. Lomba Karnaval Pembukaan BKSN
Minggu, 01 September 2019
- Stand SDS Suster Singkawang
- Koordinator: Adiran, S.Ag
- 14.00 Wib - Selesai.

2. Pendalaman Kitab Suci
Senin, 02 September 2019
- Kategori Umum
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator: P. Stephanus Gathot, OFMCap.
- 18.00/20.00 Wib

Senin, 09 September 2019
- Kategori Remaja, Orang Muda, Pemuda Katolik
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator: P. Stephanus Gathot, OFMCap.
- 18.00/20.00 Wib

Senin, 16 September 2019
- Kategori Remaja, Orang Muda, Pemuda Katolik
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator: P. Stephanus Gathot, OFMCap.
- 18.00/20.00 Wib

Senin, 23 September 2019
- Kategori Remaja, Orang Muda, Pemuda Katolik
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator: P. Stephanus Gathot, OFMCap.
- 18.00/20.00 WIB

3. Lomba Bercerita/Bertutur Kitab Suci
Minggu, 08 September 2019
- Gua Maria St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator: Febronia Fatwati
- 09.30 Wib - Selesai.
- TM (Senin, 02 September 2019)

4. Lomba Lektor
Minggu, 08 September 2019
- Babak Penyisihan
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
-Koordinator: Dra. Lusiana Lidwina, M.M.
- 09.30 Wib - Selesai

Minggu, 15 September 2019
- Babak Final
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- 09.30 Wib - Selesai

5. Lomba Cepat Tepat Kitab Suci
Minggu, 15 September 2019
- Gua Maria St. Fransiskus Assisi Singkawang
-Koordinator: Cangkuria, S.Ag
- 09.30 Wib - Selesai
- TM (Sabtu, 14 September 2019 Pukul : 16.00 Wib di Gedung Paroki Singkawang)

6. Lomba Mewarnai dan Menggambar
Minggu, 22 September 2019
- Gedung Paroki Singkawang
- SDS Cahaya Kebenaran Singkawang
- 09.30 Wib - Selesai
- Koordinator: Sr. Benedikta, SFIC

7. Lomba Menyanyikan Mazmur
Minggu, 22 September 2019
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- 09.30 Wib - Selesai
-Koordinator: Yovita Pandey

8. Lomba Paduan Suara
- Minggu, 22 September 2019
- Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang
- Koordinator:  Dra. Lucia Sutiono, M.M.

9. Lomba Outbond
- Minggu, 29 September 2019
- Pantai Kura-Kura, Kabupaten Bengkayang
- 11.00 Wib - Selesai
- Koordinator: Stefanus Susito
.
.
#parokisingkawang #bksn2019 #kap
https://www.instagram.com/p/B05nZE4JmI7/?igshid=71ny1adzbqr

26 Nov 2016

111 Tahun Kapusin, Totalitas Menggembala Oleh Mereka yang Berkaul Miskin

111 Tahun Kapusin, Totalitas Menggembala Oleh Mereka yang Berkaul Miskin


Tahun 2016 merupakan tahun istimewa bagi Ordo Kapusin Propinsi Pontianak. Ordo yang resmi berdiri 3 Juli 1528 ini, pada 2016 memasuki 111 tahun bermisi di Kalimantan Barat. 30 November 1905 silam, misi yang dirintis empat orang Kapusin asal Belanda ini menjadikan Kalimantan Barat, tepatnya Singkawang sebagai lahan garapan menabur benih ajaran Tuhan. Kala itu Singkawang otomatis menjadi stasi pertama dengan jumlah umat berkisar 300 dan didominasi oleh masyarakat Tionghoa. 

Seabad lebih berselang, pada 20 November 2016, berpusat di Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang tempat pertama kali Kapusin bermisi, digelar perayaan syukur 111 tahun karya misi Kapusin di Kalimantan Barat. Perayaan syukur digelar selama tiga hari berturut-turut dan melibatkan seluruh lapisan umat Katolik di Singkawang. Umat bahu membahu berupaya menyukseskan perayaan syukur para gembala yang selama ini telah dengan setia melayani mereka. 

Perayaan yang dimulai sejak Jumat malam, 18 November 2016 ini mengusung pentas hiburan rakyat sebagai magnet utamanya. Berbagai atraksi menarik yang berasal dari berbagai kring, persekolahan Katolik, Rumah Sakit St Vincentius, OMK, maupun sumbangsih dari lintas agama yang dimeriahkan dengan tarian rancak semarak oleh Yayasan Budha Maitreya sukses membesut perhatian tak hanya umat Katolik yang hadir saja. Hal ini tampak saat kegiatan dilangsungkan tidak sedikit warga yang kebetulan melintasi jalur utama kota menyempatkan diri menghentikan kendaraan guna menikmati hiburan yang memang digelar  tepat di halaman gereja. 

Tidak berhenti sampai di situ, pada Sabtu, 19 November 2016, tepat pukul 14.00 Wib, gereja bersama berbagai elemennya menggelar pawai napak tilas misi Kapusin. Beberapa jalur utama dalam kota yang dimulai dari SD Suster (Jalan P. Diponegoro), Jalan Niaga, Jalan Budi Utomo, Jalan Saman Diman, Jalan Setia Budi, Jalan Niaga, Jalan Sejahtera, dan berakhir di halaman Gereja St Fransiskus Assisi merupakan rute yang dipilih oleh panitia untuk melakukan kilas balik peringatan  111 tahun kaum berjubah coklat ini berkarya di Singkawang. Masih di hari yang sama, pada malam harinya kembali digelar pentas hiburan lanjutan.



20 November 2016, perayaan Ekaristi yang pada hari Minggu biasa dilangsungkan dua kali, khusus di tanggal ini hanya digelar satu kali. Ekaristi dipimpin langsung oleh Uskup Agung Pontianak sebagai selebran utama didampingi beberapa pastor Kapusin. Usai Misa Agung digelar dilanjutkan dengan perayaan sukacita. Umat tampak saling menyokong satu sama lain sekaligus merupakan bukti kecintaan yang luar biasa kepada para gembalanya. Seluruh umat terlibat aktif dalam menyukseskan gawe akbar perayaan syukur 111 tahun misi Kapusin, Sang Gembala yang berkaul miskin. (Hes)


 

26 Okt 2015

NAMA PENGURUS DPP PERIODE 2015-2018

NAMA PENGURUS DPP PERIODE 2015-2018

A. PENGURUS INTI
1.    Ketua                        :Ambrosius Kingking, SH
       Wakil Ketua              :Drs. Yulianus Anus, M
2.    Sekretaris                  :Harsianto, SE
       Wakil Sekretaris       :Ignasius Nandang, S.Kep
3.    Bendahara                :P. Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap
       Wakil Bendahara      :Melania, S.Ag
4.    Ketua Bidang I         :R. Sitinjak, S.Ag
5.    Ketua Bidang II        :Drs. Titus Pramana, M.Pd

B. SEKSI-SEKSI
1.    Seksi Liturgi                                             :Stephanus Cahyadi, S.Ag
2.    Seksi Pewartaan                                       :Adiran, S.Ag
3.    Sie Pembinaan Iman Anak                       :Silvia Kamu, S.Pd. SD
4.    Sie Hub. Antar Agama & Kepercayaan   :Y. Sriyanto
5.    Seksi Pastoral Keluarga                           :Helena Hilaria
6.    Seksi Sosial Paroki/PSE                           :Hermanto Halim, SE
7.    Seksi Humas                                             :IPTU Albertus Dono
8.    Seksi Invetarisasi Aset Gereja                  :Robertus
9.    Seksi Kepemudaan                                   :Lukas Ligan, S.Sos
10.  Seksi Pendidikan Katolik                         :Susy Bonardy

C. ORGANISASI INTERN GEREJA

1.    Pemuda Katolik                                          :Pransisko, S
2.    Wanita Katolik RI                                       :Helena Halijah, S.Ag
3.    ISKA                                                           :Drs. Benediktus Saidin
4.    PDKK                                                          :Kosmas
5.    Legio Maria                                                 :Yohana Tina
6.    Warakawuri St Monika                                :Emiliana Karsiah
7.    BPPKS                                                         :Y.F. Sudjianto

D. PERWAKILAN LEMBAGA RELIGIUS

1. Kongregasi MTB                :Br. Flavianus N., MTB
2. Kongregasi SFIC                :Sr. Anunsiata Sapina, SFIC


                                                                                     Singkawang, 29 September 2015

27 Okt 2015

SEPTEMBER CERIA, ‘KELUARGA MELAYANI SETURUT SABDA’

SEPTEMBER CERIA, ‘KELUARGA MELAYANI SETURUT SABDA’

September Ceria. Sengaja mengutip salah satu judul lagu yang sempat populer di era 80-an, di bulan September ini Gereja Katolik se-Indonesia ternyata benar-benar dihampiri  keceriaan yang bersumber dari perayaan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2015. 

Mengangkat tema Keluarga Melayani Seturut Sabda, yang masih merupakan kelanjutan tema BKSN 2014, Keluarga Beribadah dalam Sabda, umat Katolik diajak untuk lebih akrab dengan Kitab Suci melalui berbagai perlombaan yang dirancang  dan digelar oleh panitia dalam kesempatan yang akhirnya digagas sebagai kegiatan tahunan. 

Di Paroki Singkawang sendiri  kegiatan BKSN 2015 resmi dibuka oleh Pastor Stephanus Gathot, OFMCap selaku pastor paroki.  Pada Minggu (6/9/2015) di misa ke dua, pastor yang saat itu menggenakan jubah hijau didampingi oleh putra putri altar dan enam orang dewasa yang masing-masing menggenakan pakaian adat mewakili suku Jawa, Tionghoa, Manggarai, Dayak, dan Batak serta membawa Kitab Suci melakukan perarakan dari halaman gereja menuju altar. Di kesempatan yang sama, Suster Monika dari Kongregasi SFIC telah lebih dulu berada di mimbar untuk membacakan sejarah dan tujuan digelarnya BKSN. Setibanya di depan altar, satu persatu orang dewasa yang mewakili berbagai suku di Indonesia ini membacakan kutipan Injil Yohanes dengan bahasa daerah masing-masing. Bukan tanpa maksud kutipan Injil Yohanes dibacakan dengan menggunakan bahasa daerah masing-masing, melalui cara yang terkesan unik ini, pastor menegaskan bahwa KItab Suci merupakan kitab paling populer karena diterjemahkan dalam berbagai bahasa, namun pada kenyataannya Kitab Suci yang telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa guna memudahkan pemahaman pembacanya seringkali hanya dijadikan sebagai pajangan, padahal sedianya ayat-ayat dalam Kitab Suci merupakan pedoman penuntun hidup dalam iman. 

Dalam homilinya, pastor menggaribawahi alasan dipilihnya tema yang masih mengetengahkan keluarga sebagai objek utamanya. Berangkat dari keprihatinan Sri Paus terhadap iman umat Gereja Katolik, maka tak dapat dimungkiri keluarga adalah lahan paling penting untuk ‘digarap’. Melalui pendekatan terhadap keluarga yang merupakan ‘gereja mini’, maka diharapkan mampu menghadirkan Allah dalam keluarga hingga militansi iman anak-anak dapat lebih dikokohkan. Di samping itu dua poin penting  lain yang juga menjadi sorotan dalam homili pastor berwajah teduh ini adalah ajakan untuk lebih  peka terhadap ‘suara Allah’ yang dapat ditemukan dalam Kitab Suci, juga himbauan mengenai wujud pelayanan yang tak hanya sekadar berhenti pada ucapan namun lebih pada tindakan nyata dalam melayani sesama. 

Semoga dengan digelarnya BKSN 2015 menjadi salah satu titik tolak tumbuhnya benih-benih iman yang meski awalnya hanya sebesar biji sesawi namun sanggup menghasilkan buah melimpah bagi kerajaan surgawi. (Hes)      


   

31 Mei 2015

Surat Cinta Dari Pembaca


Surat Cinta Dari Pembaca 

Salam hangat,

Menjumpai pembaca Likes, beberapa waktu lalu redaksi menerima sepucuk ‘surat cinta’  dari yang terkasih Suster Pia, OSCCap. Sila disimak sapaan hangat beliau.
Sebuah tanggapan dan tawaran.

 

Ilustrasi Pengakuan Dosa


                Wah-wah luar biasa banget deh, Simbah jadi bangga, haru, kagum dan penuh syukur ikut baca buletin Likes edisi 001, Desember 2014 tentang berbagai kegiatan sosial dan seminar-seminar, melihat gambar, foto-foto yang ganteng, keren, dan cantik. Hanya entah mengapa, rupanya kacamata Mbah yang sedikit buram maka gambar agak sedikit bruwet. Soal apa yang di benakku/Mbah lihat wajah aslinya, kalian jauh lebih ganteng, keren, dan cantik, ya, iya dong tentu, kan kita adalah gambar-gambar  Allah yang hidup penuh gairah dan semangat untuk melayani.
Tapi hati ini juga menjadi tersentak, tersayat iba dan rasa prihatin ketika baca realita sekian banyak cucu di Singkawang jadi pengguna narkoba dan hal-hal yang negatif dibuatnya. Namun Mbah tidak tenggelam pada rasa doang, tapi kembali membuatku berefleksi. Dan, ah…! Mbah jadi lebih menyadari  bahwa tidak meras lebih baik dan hidup sudah safe, mbah juga seorang  residive lho…! Walaupun bukan dalam kasus pengedar dan pengguna narkoba. Tetapi residive sebagai seorang pendosa yang setiap kali jatuh dalam dosa dari sejak muda sampai tua, kasihan deh Mbah ini.
Memang sungguh benar, “Lebih exis tanpa narkoba tapi juga tanpa dosa,” di sana kita akan menjadi manusia-manusia yang memiliki kebebasan dan kemerdekaan yang sejati sebagai anak Allah. Nah, cucuku! Apa yang membuat Mbah ingin ikut ambil bagian dalam berbagi sebagai salah satu umat di Gereja Katolik Singkawang, bukan membagikan harta yang Mbah tak punya, melainkan membagi pengalaman yang amat berharga bagi kehidupan yang amat berharga bagi hidup yaitu: habitus menerima sakramen tobat sejak masa muda . bahwa menerima sakramen tobat sungguh merupakan rahmat besar yang cuma-cuma diberikan oleh Bapa Surgawi lewat iman. Sulit untuk melukiskan dengan kata-kata, tapi mungkin bisa Mbah coba bahasakan dengan kata-kata yang berdampak: mendamaikan, melegakan, menggembirakan, meringankan, mencegah tindakan yang lebih negatif, menyembuhkan, menjaga, melindungi, menguatkan, mendandani hidup, menjernihkan suasana batin, dan lain-lain yang sangat membantu tumbuh kembang hidup beriman Katolik dan merasa dibimbing untuk berjalan pada roh kehidupan yang benar.
Ya, sungguh benar sakramen tobat adalah berkat dan anugerah besar bagi kita semua tanpa terkecuali sebagai keluarga universal Katolik. Lalu, apakah sakramen yang satu ini telah menjadi habitus bagi hidup kita di sini? Atau masih sebatas kewajiban ‘NaPas’? (Natal Paskah). Kalau sudah, syukurlah,. Kalau belum, Mbah ingin dengan rendah hati memberanikan diri untuk menghimbau/ mempromosikan, “Mari…! Jangan lewatkan, jangan abaikan kesempatan, biasakan diri untuk menerima sakramen tobat ini.” Di sini kita punya gembala-gembala yang baik, ya, sungguh baik. Tapi seandainya menurut kaca mata cucuku lain, lihatlah dengan kaca mata iman bahwa entah apapun dan bagaimanapun imam kita, Allah tetap memakainya secara utuh dan penuh untuk menyalurkan rahmat dan berkat-Nya juga memiliki gereja yang megah lengkap dengan kamar pengakuan. Kiranya kita perlu memanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Jika kita bersama menghayai habitus sakramen tobat ini, dunia kita akan sungguh berubah. Mari kita berbaris melangkah maju ambil bagian untuk mempercantik diri berdandanan keselamatan. Pelan tapi pasti kita akan membentuk diri menjadi pribadi bermental dan berjiwa Kristiani yang handal dan militan. Juga akan jadi luar biasa sumbangan mental spiritual untuk diri sendiri, keluarga, lingkungan masyarakat dan bangsa. Inilah suatu hal kegiatan hidup menggereja secara internal, yang tidak kalah penting dari kegiatan-kegiatan apapun lainnya.
Semoga hal tersebut di atas mendapat respon positif, walaupun dalam setiap kali Ekaristi kita sudah mengaku bersama dan mendapat pengampunan, tetapi kita masing-masing ini sangat spesifik  dan sapaan kasih Tuhan juga sangat personal dalam sakramen tobat.
Semoga ya, semoga kita menjadi semakin seimbang dalam merias diri batiniah dan lahiriah.

(Penulis Sr. Pia, OSCCap yang senantiasa haus akan keselamatan jiwaku sendiri dan jiwa semua cucuku)