Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri gereja dan dunia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri gereja dan dunia. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

5 Jun 2017

23 Tahun Imamat; 10 Tempat Menggembala Umat

23 Tahun Imamat; 10 Tempat Menggembala Umat


Jika tak mengenal pribadinya, jika sekilas saja awam memandangnya, maka kesan pertama yang akan muncul darinya adalah sosok seorang pengusaha. Dengan kulit yang putih bersih dan tampilan demikian rapi rasanya tak berlebihan andaikata banyak yang terkecoh. 

Pribadinya dinamis, antusias, dan sangat cermat memperhatikan lawan bicara. Setidaknya itulah kesan yang saya tangkap manakala berhadapan dengan pria yang sudah menghayati kehidupan imamatnya selama 23 tahun. Siang itu di tengah riuhnya derai tawa dan canda para biarawan region Singkawang dan sekitarnya berkumpul di pastoran Singkawang, ia adalah salah seorang di antaranya. Saat itu saya sengaja singgah ke pastoran guna mengembalikan diska lepas pada pastor paroki yang beberapa hari sebelumnya diserahkan kepada saya guna menyetorkan artikel yang akan dimuat di buletin. Pada kesempatan itu juga saya sempat menanyakan pada pastor paroki siapa kiranya sosok yang akan dikupas profilnya pada buletin edisi yang akan datang. Entah mengapa, saya dan pastor paroki semacam tak sengaja bersepakat mengarahkan pandangan pada sosoknya. Ia yang siang itu mengenakan kemeja merah memang tampak mencolok di antara pastor-pastor lainnya. Serta merta pada kesempatan itu juga saya ‘melamar’ kesediaannya untuk menjadi sosok yang akan diangkat dalam Rubrik Sosok Likes edisi 13. Bukan tanpa alasan saya menyematkan kesan dinamis, antusias, dan cermat padanya, karena di siang itu juga ‘lamaran’ saya diterima dengan sangat terbuka, nada suara ringan, dan tak bertele-tele.

Temu janji dilakukan. Di tengah kesibukannya memimpin persekolahan ia tetap memberikan saya ruang dan kesempatan. Ketukan pada pintu saya daratkan. Tak lama, pintu dibukakan langsung oleh sosok yang saya tuju. Dengan ramah saya disilakan menuju ruang makan yang cukup teduh dan luas. Diiringi tembang-tembang rohani yang mengalun lembut, saya memulai pembicaraan.

Jujur ketika menghadapi beliau hampir semua daftar pertanyaan yang sudah saya susun sebelumnya menjadi berantakan. Pertanyaan-pertanyaan saya yang sungguh awam terhadap posisi beliau membuat wawancara sedikit mengalami kekacauan. Sepertinya beliau menangkap kebingungan saya, namun dengan kebijakan dan keramahtamahan beliau, obrolan tetap mengalir ringan.   

Terlahir di Ketori, 53 tahun silam tepatnya 20 April 1964, ia sulung dari tujuh bersaudara. Dengan penuh semangat dan bangga ia menuturkan bahwa ayahnya adalah seorang katekis yang banyak meng-Katolikkan orang dan seringkali memimpin ibadat pernikahan. Melalui jalan katekis itu juga yang membuatnya berdiri begitu rapat dan erat dengan panggilan imamat. Heri kecil tak dapat menyangkal keterpesonaannya terhadap jubah para imam yang ketika turne seringkali menginap di rumah orang tuanya. Baginya jubah yang dikenakan oleh para imam sangat sakral. Sungguh berbeda dan istimewa, tak semua awam bisa mengenakannya. Ada penggalan kenangan jenaka dituturkannya berkenaan dengan denyar panggilan imamat yang sejak usia dini sudah didengarnya, “Sejak kecil saya sudah sering bermain misa-misaan. Umatnya adik saya, pastornya saya. Lalu saya memakai pakaian ibu yang diandaikan sebagai jubah, dan irisan pisang sebagai hostinya,” ujarnya dengan sudut mata menyipit menandakan ada suatu dimensi waktu di masa lalu yang menyambangi ingatan dan perasaannya sekaligus menimbulkan efek bahagia ketika dikenang. 

Masih berkait dengan panggilannya sebagai imam, ia juga sempat menuturkan bahwasanya semasa masih berusia remaja nanggung ia berkuat hendak menempuh kehidupan sebagai gembala karena dalam angannya seorang imam tak perlu menempuh pendidikan yang melibatkan ilmu yang beragam, matematika dan lain sebagainya. Pendek kata ia berpikir bahwa untuk ditahbiskan menjadi pastor ilmu yang dikuasai hanya ilmu pastor. Tergelak saya mendengar kisah yang disampaikannya dan membuat saya berujar, “Padahal untuk menjadi pastor jauh lebih berat ya, minimal harus bergelut dengan filsafat yang begitu berat, dan teologi yang juga tidak bisa serta merta langsung dipahami.” 

Kisah lain yang tak kalah mewarnai keragu-raguannya dalam memulai langkah pastoral adalah pengalaman yang sempat menciutkan hatinya berkenaan dengan tarik suara. Terdengar agak ajaib memang jika Heri kecil sempat berpikir untuk mengurungkan niatnya menjadi imam karena ia merasa tak pandai menyanyi. Pengalaman ketika kecil memiliki dan berhadapan dengan pastor asal Swiss yang jago bernyanyi membuatnya berpikir untuk menjadi seorang pastor haruslah sosok yang pandai bernyanyi. Akhirnya semakin bertambah usia, pengetahuannya semakin terang benderang, bahwasanya pandai menyanyi bukanlah salah satu tuntutan untuk menjadi pastor.
 
Bicara soal penempatan tugasnya sebagai imam, pria berkacamata silinder ini bercerita banyak dan sangat runtut. Ia masih kuat mengingat berbagai kejadian monumental yang akhirnya membentuk jejak-jejak tak terlupakan dalam kenangan. Sekelumit kisah yang sebenarnya membekas bahkan mengundang traumatik ia tuturkan. Ibarat kata, lukanya memang sudah sembuh, namun bekasnya masih terasa bila diraba. Ya, beliau sempat beberapa waktu merasakan enggan ketika hendak dikirim pulang ke tempat awal menggembala usai ia ditahbiskan. Seperti yang disampaikannya ketika awal kehidupan menggembala ia ditempatkan di persekolahan Nyarumkop dan bertugas sebagai salah satu pengajar. Dalam kurun waktu singkat berbagai kejadian silih berganti menempa kematangan emosionalnya. Hal terberat yang menggusarkan mata batinnya adalah ketika sudah dengan sepenuh jiwa ia mengusahakan untuk berkarya, namun ada saja pihak yang tak membaca perjuangannya sebagai sesuatu daya yang bertujuan membentuk karakter anak menjadi lebih mulia. “Kita sudah memberikan waktu siang malam tetapi itu yang kira terima, umpatan, makian. Tapi saya menyadari bahwa itu semua adalah bagian dari pelayanan,” tegasnya. Ya, ia yang kini duduk di hadapan saya telah berhasil melewati masa-masa pendewasaan itu. Sesuai dengan kutipan Pram, “Bila akar dan batang sudah cukup kuat dan dewasa, dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai.” (Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah)
 
Tercatat sepanjang karir kegembalaan, ia telah berpindah ke berbagai tempat pelayanan sebanyak sepuluh kali. Menyikapi hal itu pemilik nama lengkap Heribertus Samuel, OFMCap., ini selalu memegang prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. “Suasana tempat tugas di mana-mana pasti berbeda. Pertama dan menjadi kunci utama kita harus merasa at home. Harus cepat beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan, dengan demikian kita dapat bekerja dengan baik. Sepuluh kali pindah saya tidak merasa terikat dengan satu tempat. Pindah ya pindah. Contoh ketika propinsial menelepon memindahkan saya. Tidak harus bertemu langsung tapi by phone, oh bisa  pindah ke mana saja ok.” Baginya hal yang bisa dipermudah tidak perlu dipersulit. “Pimpinan tentunya  sudah menimbang dan mendiskusikan kemanapun saya ditempatkan,” lanjutnya. Dalam batin saya menggumam, betapa patuh dan taatnya ia pada panggilan pelayanannya. Tak berhenti sampai di situ kekaguman saya menyeruak terhadap sosoknya karena di sela-sela obrolan kami, ia sempat menceritakan kesukaannya bercocok tanam dan memelihara hewan ternak. Rasanya tak terbayang jika sosok rapi dan bersih yang sedang duduk di hadapan saya bersedia membersihkan kandang dan berbagai jenis kotoran hewan. Namun itulah yang terjadi. Dari jagung hingga sayur, dari ayam sampai marmut tak lepas dari sentuhan tangan dinginnya. Baginya, menghayati bekerja adalah sebagai bagian dari hidup. “Homo laboran, salah satu identitas manusia. Jika manusia malas dia bukan manusia. Malas yang betul-betul malas, ya. Bagi saya segala pekerjaan adalah relatif. 

Dasarnya saya tidak memilih kerja. Dari memungut sampah, bersih-bersih lingkungan, berkebun, bakar sampah dan itu biasa saya lakukan, hampir setiap hari. Nanti sore penampilan saya akan lain. Saya bekerja memakai kaos, sepatu boot untuk berkebun, akan lain dengan yang sekarang,” paparnya. Saya berdecak. Sungguh, rasanya masih sulit membayangkan ia yang demikian rapi tiba-tiba harus bergelut dengan sampah atau mencangkul tanah.


Ketika iseng saya bertanya di mana tempat bertugas paling istimewa, maka dengan gamblang ia menuturkan bahwa semua tempat tugas baginya masing-masing memiliki keistimewaannya. “Jakarta tidak bisa disamakan dengan Pontianak, apalagi Nyarumkop. Untuk kenyamanan yang terpenting kita cepat merasa at home sehingga kita tidak lagi memikirkan yang sudah lewat. Ada kenyamanan dan sebagainya, itu kan ekstra, yang sudah lewat ya sudah di awang-awang, tempat tugas terbaru kita dan di mana kita berada saat ini adalah yang  real. Memang tidak selalu gampang ketika pindah, tapi ini perutusan dari kongergasi utk melayani. Karena itu saya selalu bersyukur diminta untuk bertugas sana-sini, membuat pengalaman kita lebih beragam. Setiap pengalaman relatif namun dasar pelayanan adalah prinsip ketaatan untuk gereja,” imbuhnya.
 
Meski ia berdarah asli tanah Borneo, namun putera dari almarhum Bapak Alfonsus Agen dan almarhumah Ibu Bernadeta Deta ini sama sekali tak keberatan dipanggil dengan sebutan Romo, sebutan bagi umumnya gembala di tanah Jawa. Hal ini berkait erat dengan pengalamannya menggembala umat di ibu kota. Tercatat dua kali ia ditempatkan di pulau Jawa dan dalam kurun waktu itu juga ia merasakan berkat yang sungguh pekat dalam kehidupan imamat. Setidaknya dataran Eropa baik timur maupun barat telah dijelajahinya, beberapa negara di Asia telah disambanginya, dan berbagai pengalaman tak biasa telah  dirasakannya, termasuk pengalaman berakting dalam sinema elektronika mini bertajuk rohani. Ya, semua hal itu sangat disyukurinya sebagai buah dari kehidupan menggembala.

Ditanya soal perspektif memandang dunia pendidikan yang kini dibawahinya dan relevansi dengan kondisi saat ini, dengan lugas ia bertutur, “Pendidikan sangat penting karena pendidikan membuka wawasan pikiran. Sesuai dengan moto pendidikan di sini, Non schole sed vitae discimus, kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup. Dengan sekolah orang membuka pikiran, dan tentu dengan pikiran yang terbuka kesuksesan dalam hidup dapat diraih. Untuk suasana real di lapangan sendiri zaman dulu jauh berbeda dengan sekarang. Sekarang terasa semangat studi sangat lemah padahal sekarang kompetitifnya lebih susah. Setiap hari ada kasus. Ada sifat melawan dari anak, cuek, menyukai hal-hal praktis. Memang tidak semua siswa bersikap seperti itu, tapi yang sedikit itu bisa memengaruhi yang lain karna itu masalah ketika hidup dalam lingkungan sosial. Tapi itulah tantangan. Tapi bisa kita lihat hasilnya, tamatan dari Nyarumkop akan lain karena mereka tinggal di asrama” ujarnya mantab.

Disoal mengenai harapan ke depan tentang dunia yang kini dalam asuhannya, ia menyatakan sangat memendam asa bahwa Persekolahan Katolik Nyarumkop dapat lebih eksis dan mampu bersaing dengan sekolah lain. Selain itu pendidikan tidak berjalan sepihak dalam artian antara pendidik, yang dididik, dan pihak keluarga dapat kooperatif dalam membentuk manusia berkarakter mulia. 

Kini ia berada nun di timur Kota Amoy, bertenang diri dan mengabdi sebagai pemimpin umum Persekolahan Katolik Nyarumkop. Menjamin keberlangsungan segala hal yang berkait dengan pendidikan di persekolahan yang berdiri lebih dari seabad yang lalu tetap berjalan dengan baik dari jenjang Taman Kanak hingga Topang. Selamat bertugas, Romo. Semoga selalu sehat dan bersemangat dalam panggilan imamat dan dalam tugas-tugas berat. (Hes)

Riwayat Pendidikan 

SDN Ketori (1973 - 1979)
SMP Gunung Bengkawan (1979 - 1981)
SMA Seminari Santo Paulus Nyarumkop (1981 - 1984)
Tahun Persiapan/Retorika, Pematang Siantar (1984 - 1985)
Novisiat Parapat (1985 - 1986)
STFT St Yohanes (1987 - 1991)
Tahun Orientasi Panggilan, Menjalin (1991 - 1992)
STFT St Yohanes (1992 - 1994)

Kegembalaan

Tahbisan Imam 20 Oktober1994 di Laverna, Sanggau.
Ngabang (1994)
Nyarumkop (1995 - 1997)
Paroki Tebet, Jakarta (1997 - 1999)
Postulat Sanggau (1999 - 2003)
Pos Novisiat Singkawang (2003 - 2004)
Tirta Ria, Pontianak (2004)
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (2004 - 2007)
Paroki Tebet, Jakarta (2007 - 2012)
Biara San Lorenzo, Pontianak (2012 - 2016)
Pimpinan Umum Persekolahan Katolik Nyarumkop (2016 - sekarang)          

4 Jun 2017

“Ceng Beng” di Pemakaman Katolik Singkawang

“Ceng Beng” di Pemakaman Katolik Singkawang

 

 

Setelah memarkir sepeda motor atau mobilnya, satu per satu umat Katolik berjalan menuju patung dan salib yang menjadi sentral pemakaman Katolik Singkawang. Tangan mereka dipenuhi dengan aneka barang bawaan; rangkaian bunga segar atau bunga tabur, air mineral dalam kemasan, dan lilin. Barang bawaan itu dimaksudkan sebagai sarana untuk merayakan ibadat arwah di makam. Sebelum dibawa ke makam barang bawaan tersebut mereka letakkan di bawah kaki salib untuk diberkati. Sementara itu tiga gawang tenda hijau sudah terpasang mengelilingi salib sebagai tempat bagi umat untuk berhimpun. Maklum cuaca kota Singkawang sedang tidak bersahabat. Panasnya kadang sangat menyengat, atau tiba-tiba bisa saja hujan mengguyur dengan hebat.

Sore itu, Selasa 4 April 2017 memang terlihat adanya pemandangan berbeda di pemakaman Katolik Singkawang. Umat Katolik dari berbagai penjuru, bahkan beberapa ada yang berasal dari ibukota Jakarta, menyempatkan diri untuk hadir di pemakaman dengan satu tujuan yang sama; mendoakan arwah sanak keluarga yang sudah meninggal dan dimakamkan di pemakaman Katolik Singkawang. Menurut informasi yang sempat digali cikal bakal peringatan arwah ini ditemukan dalam tradisi orang Tionghoa yang merayakan sembahyang kubur atau yang biasa dikenal dengan istilah Ceng Beng. Pada perayaan tersebut banyak orang Tionghoa dari berbagai tempat pulang kembali ke Singkawang untuk berziarah ke pemakaman yang tersebar di kota Singkawang. Gereja Katolik Singkawang secara khusus memandang baik bahwa pada saat yang sama juga dirayakan ibadat arwah di pemakaman katolik Singkawang supaya para arwah yang disemayamkan di pemakaman Katolik juga didoakan. Perayaan ini memang tidak ditemukan dalam penanggalan liturgi Gereja Katolik sehingga bisa dikatakan sebagai salah satu bentuk kearifan lokal Paroki Singkawang. 

Tepat pukul tiga sore ibadat arwah dimulai. Perayaan kali ini dipimpin oleh Pastor Stephanus Gathot. Dalam kotbahnya yang mengacu pada kisah kebangkitan Lazarus, Pastor Paroki Singkawang ini menunjukkan adanya harapan akan kebangkitan orang mati. Bahwa hidup manusia tidak hanya berakhir di dunia ini. Bagi orang beriman ada kelanjutan hidup ‘di seberang sana’, dan itulah hidup yang sebenarnya. Keyakinan iman ini didasarkan pada sabda Tuhan sendiri yang menunjuk diri-Nya sebagai kebangkitan dan kehidupan. Barangsiapa percaya kepada-Nya akan memiliki hidup abadi.

“Untuk itulah kita datang dan berziarah ke makam ini. Kita mau mengungkapkan iman akan kebangkitan dan kehidupan bagi saudara-saudari kita yang telah berpulang. Kita mengetuk pintu belas kasih-Nya supaya mengikutsertakan mereka dalam keabadian. Apa yang kita bawa sebenarnya merupakan simbol akan penghayatan iman tersebut. Bunga menjadi simbol akan keharuman amal saudara-saudari kita. Lilin-lilin yang nanti akan kita nyalakan merupakan harapan kita akan kehidupan kekal yang senantiasa bernyala. Dan air yang diberkati melambangkan sakramen permandian yang telah diterima oleh saudara-saudari kita,” kata Pastor Gathot mengakhiri kotbahnya.
Ibadat dilanjutkan dengan pemberkatan bunga, lilin dan air mineral. Lagu penutup menjadi tanda pungkasan ibadat.  Umat pun segera mengambil barang bawaannya yang telah diberkati. Dengan tertib mereka segera menuju ke makam saudara-saudarinya. Di hadapan nisan saudara-saudarinya mereka menghaturkan doa; memohon belas kasih Allah bagi saudara-saudari yang telah berpulang. 

“Ceng beng” di pemakaman Katolik Singkawang menjadi ritual tahunan yang senantiasa dirayakan. Harapan yang selalu dilambungkan adalah semoga arwah saudari-saudari menikmati kehidupan kekal. (Sgp)




31 Mei 2017

SEJARAH BULAN MEI DAN OKTOBER SEBAGAI BULAN MARIA

SEJARAH BULAN MEI DAN OKTOBER SEBAGAI BULAN MARIA

Bulan Mei

Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan- bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.
Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1)

Bulan Oktober

Sedangkan penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi 3 abad sebelumnya, yaitu ketika terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto (teluk Korintus). Dalam pertempuran ini pada awalnya tentara Kristen sempat kalah. Tetapi kemudian mereka berhasil membalikkan keadaan hingga akhirnya berhasil‎ menang.. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemenangan ini memiliki arti penting karena sejak kekalahan Turki di Lepanto, pasukan Turki tidak melanjutkan usaha menguasai Eropa. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.
Demikianlah sekilas mengenai mengapa bulan Mei dan Oktober dikhususkan sebagai bulan Maria. Bunda Maria memang terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman.
Amanat dari Peristiwa Lepanto Battle
Bunda Maria, "terbukti" telah menyertai Gereja dan umat beriman melalui doa Sang Bunda kepada Tuhan Yesus untuk menyertai kita yang berziarah di dunia ini. Tuhan Yesus Kristus telah menyerahkan Bunda Maria, ibuNya yang amat terberkati kepada Santo Yohanes, dan Santo Yohanes menjadi "anak" Sang Bunda (Yoh 19 : 26 - 27 , Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu !" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.). Tentu pesan Tuhan Yesus ini, yang memberikan ibuNya kepada Santo Yohanes, tidak terbatas kepada Santo Yohanes, tentu juga Tuhan Yesus menyerahkan ibuNya bagi kita semua, untuk mendampingi, menyertai, dan mendoakan kita. Bunda Maria memainkan peranan penting sebagai "agen" karya keselamatan Yesus Kristus.
Sumber: www.katolisitas.org




13 Mei 2017

PERAYAAN 100 TAHUN PENAMPAKAN BUNDA MARIA DI FATIMA PORTUGAL

PERAYAAN 100 TAHUN PENAMPAKAN BUNDA MARIA DI FATIMA PORTUGAL


Hari ini, 13 Mei 2017, Gereja Katolik memperingati 100 tahun penampakan Bunda Maria kepada 3 gembala cilik di Fatima, Portugal. Dalam penampakannya di tahun 1917, Bunda Maria menyampaikan banyak sekali pesan dari Tuhan sambil mengajak kita semua untuk bertobat dan berbuat silih bagi dunia.
"Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat .....
dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan."
Pesan Bunda Maria kepada Lucia di Fatima 1 Mei 1917
Fatima adalah sebuah kota kecil sebelah utara kota Lisbon di Portugal. Pada tahun 1917 Bunda Maria menampakkan diri di Fatima kepada tiga orang anak gembala. Mereka adalah Lucia dos Santos berumur 10 tahun, sepupunya bernama Fransisco Marto berumur 9 tahun dan Jacinta Marto berumur 7 tahun.
Penampakan Maria didahului tiga penampakan Malaikat setahun sebelumnya yang mempersiapkan anak-anak ini untuk penampakan Bunda Maria. Malaikat mengajarkan kepada anak-anak, dua doa penyilihan yang harus didoakan dengan hormat yang besar. Pada penampakan terakhir di musim gugur 1916, Malaikat memegang sebuah piala. Ke dalam piala ini meneteslah darah dari sebuah Hosti yang tergantung di atasnya. Malaikat memberi ketiga anak itu Hosti sebagai Komuni Pertama mereka dari piala itu. Anak-anak tidak menceritakan penampakan ini kepada orang lain. Mereka melewatkan waktu yang lama dalam doa dan keheningan.
13 Mei 1917 Pesta Bunda Maria dari Sakramen Mahakudus. Ketiga anak itu sedang menggembalakan ternaknya di Cova da Iria, sebuah padang alam yang amat luas, kira-kira satu mil dari desa mereka. Tiba-tiba mereka melihat sebuah kilatan cahaya dan setelah kilatan yang kedua, muncul seorang perempuan yang amat cantik. Pakaiannya putih berkilauan. Perempuan yang bersinar bagaikan matahari itu berdiri di atas sebuah pohon oak kecil dan menyapa anak-anak:
"Janganlah takut, aku tidak akan menyusahkan kalian. Aku datang dari surga. Allah mengutus aku kepada kalian. Bersediakah kalian membawa setiap korban dan derita yang akan dikirim Allah kepada kalian sebagai silih atas banyak dosa -sebab besarlah penghinaan terhadap yang Mahakuasa- bagi pertobatan orang berdosa dan bagi pemulihan atas hujatan serta segala penghinaan lain yang dilontarkan kepada Hati Maria yang Tak Bernoda?"
"Ya, kami mau," jawab Lucia mewakili ketiganya. Dalam setiap penampakan, hanya Lucia saja yang berbicara kepada Bunda Maria. Jacinta dapat melihat dan mendengarnya, tetapi Fransisco hanya dapat melihatnya saja.
Perempuan itu juga meminta anak-anak untuk datang ke Cova setiap tanggal 13 selama 6 bulan berturut-turut dan berdoa rosario setiap hari.
13 Juni 1917 ketiga anak itu pergi ke Cova. Pada kesempatan itu Bunda Maria mengatakan bahwa ia akan segera membawa Jacinta dan Fransisco ke surga. Sedangkan Lucia diminta tetap tinggal untuk memulai devosi kepada Hati Maria Yang Tak Bernoda. Ketika mengucapkan kata-kata ini, muncullah dari kedua tangan Maria sebuah cahaya. Di telapak tangan kanannya nampak sebuah hati yang dilingkari duri, Hati Maria Yang Tak Bernoda yang terhina oleh dosa manusia.
"Yesus ingin agar dunia memberikan penghormatan kepada Hatiku yang Tak Bernoda. Siapa yang mempraktekkannya, kujanjikan keselamatan. Jiwa-jiwa ini lebih disukai Tuhan, dan sebagai bunga-bunga akan kubawa ke hadapan takhta-Nya."
"Janganlah padam keberanianmu. Aku tidak akan membiarkan kalian. Hatiku yang Tak Bernoda ini akan menjadi perlindungan dalam perjalananmu menuju Tuhan."
13 Juli 1917 "Berkurbanlah untuk orang berdosa. Tetapi teristimewa bila kalian membawa suatu persembahan, ucapkanlah seringkali doa ini: Ya Yesus, aku mempersembahkannya karena cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."
Kemudian Bunda Maria memperlihatkan neraka yang sangat mengerikan. Begitu ngeri sampai anak-anak itu gemetar ketakutan.
"Bila kelak, pada suatu malam kalian melihat suatu terang yang tak dikenal, ketahuilah bahwa itu adalah 'Tanda' dari Tuhan untuk menghukum dunia, karena banyaklah kejahatan yang telah kalian lakukan. Akan terjadi peperangan, kelaparan dan penganiayaan terhadap Gereja dan Bapa Suci."
"Untuk menghindari hal itu, aku mohon, persembahkanlah negara Rusia kepada Hatiku yang Tak Bernoda serta komuni pemulihan pada Sabtu pertama setiap bulan."
"Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka dan hantarlah jiwa-jiwa ke surga, teristimewa jiwa-jiwa yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin."
13 Agustus 1917 anak-anak tidak bisa datang ke Cova karena mereka semua digiring ke pengadilan oleh penguasa daerah setempat. Mereka diancam akan dimasukkan ke dalam minyak panas. Anak-anak dijebloskan ke dalam penjara selama 2 hari. Pada tanggal 19 Agustus Bunda Maria menampakkan diri pada saat anak-anak sedang menggembalakan ternak mereka di Valinhos.
"Berdoalah, berdoalah dan bawalah banyak korban bagi orang berdosa. Sebab betapa banyak yang masuk api neraka karena tidak ada yang berdoa dan berkorban bagi mereka."
13 September 1917 Bunda Maria mendesak lagi tentang betapa pentingnya doa dan kurban. Ia juga berjanji akan datang bersama St. Yusuf dan Kanak-kanak Yesus pada bulan Oktober nanti.
"Dalam bulan Oktober aku akan membuat suatu tanda heran, agar semua orang percaya."
13 Oktober 1917 Bersama anak-anak, sekitar 70.000 orang datang ke Cova untuk menyaksikan mukjizat yang dijanjikan Bunda Maria. Pagi itu hujan deras turun seperti dicurahkan dari langit. Ladang-ladang tergenang air dan semua orang basah kuyub. Menjelang siang, Lucia berteriak agar orang banyak menutup payung-payung mereka karena Bunda Maria datang.
Lucia mengulangi pertanyaannya pada penampakan terakhir ini, "Siapakah engkau dan apakah yang kau kehendaki daripadaku?" Bunda Maria menjawab bahwa dialah Ratu Rosario dan ia ingin agar di tempat tersebut didirikan sebuah kapel untuk menghormatinya. Ia berpesan lagi untuk keenam kalinya bahwa orang harus mulai berdoa Rosario setiap hari.
"Manusia harus memperbaiki kelakuannya serta memohon ampun atas dosa-dosanya."
Kemudian dengan wajah yang amat sedih Bunda Maria berbicara dengan suara yang mengiba:
"MEREKA TIDAK BOLEH LAGI MENGHINA TUHAN YANG SUDAH BEGITU BANYAK KALI DIHINAKAN."
Bunda Maria kemudian pergi ke pohon oak sebagai tanda penampakan berakhir. Awan hitam yang tadinya bagaikan gorden hitam menyingkir ke samping memberi jalan matahari untuk bersinar. Kemudian matahari mulai berputar, gemerlapan berwarna-warni, berhenti sejenak dan mulai berputar-putar menuju bumi. Orang banyak jatuh berlutut dan memohon ampun. Sementara fenomena matahari terjadi, ketiga anak melihat suatu tablo Keluarga Kudus di langit. Di sebelah kanan tampak Ratu Rosario. Di sebelah kirinya St. Yosef menggandeng tangan Kanak-kanak Yesus dan membuat tanda salib tiga kali bagi umatnya. Menyusul visiun yang hanya tampak oleh Lucia seorang diri: Bunda Dukacita bersama Tuhan berdiri di sampingnya dan Bunda Maria dari Gunung Karmel dengan Kanak-kanak Yesus di pangkuannya. Matahari meluncur seolah-olah akan menimpa orang banyak, tiba-tiba ia berhenti dan naik kembali ke tempatnya semula di langit. 70,000 orang yang berkerumun di Cova itu menyadari bahwa pakaian mereka yang tadinya basah kuyub oleh hujan lebat, tiba-tiba menjadi kering. Demikian pula tanah yang tadinya becek dan berlumpur akibat hujan tiba-tiba menjadi kering. Mukjizat matahari selama 15 menit itu disaksikan bukan hanya oleh orang-orang di Cova da Iria saja, tetapi juga oleh banyak orang di sekitar wilayah itu sampai sejauh 30 mil.

TAHUKAH ANDA? INI DIA 5 DOA FATIMA YANG HARUS ANDA KETAHUI!
Salah satu warisan terbesarnya adalah 5 Doa Fatima yang diberikan selama penampakan berlangsung. Mau tahu apa saja? Yuk kita simak!
1. DOA FATIMA / YA YESUS
"Ya Yesus yang baik, ampunilah dosa-dosa kami. Selamatkanlah kami dari api neraka dan hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terutama mereka yang sangat membutuhkan kerahiman-Mu. Amin."
Doa ini diberikan Bunda Maria sendiri kepada para gembala cilik. Dalam pesannya, Bunda Maria meminta mereka mendoakan doa ini setiap selesai mendaraskan 10x doa Salam Maria dan Kemuliaan.
2. DOA MOHON PENGAMPUNAN
"Ya Allahku, aku percaya, aku menyembah, aku berharap, dan aku mengasihi-Mu! Aku mohonkan ampun bagi mereka yang tidak percaya, tidak menyembah, tidak menyerahkan diri, dan tidak mengasihi-Mu."
Doa ini diberikan Malaikat kepada para gembala cilik di tahun 1916, tepat setahun sebelum Bunda Maria menampakkan diri.
3. DOA MALAIKAT
"Oh Tritunggal Mahakudus, Bapa, Putra, Roh Kudus, aku menyembah-Mu dengan khusyuk dan mempersembahkan kepada-Mu Tubuh, Darah, Jiwa, dan Keilahian Yesus Kristus, yang sungguh hadir di semua tabernakel di muka bumi, demi penebusan atas semua kekejaman, pencemaran, dan sikap masa bodoh yang melukai Diri-Nya. Melalui jasa-jasa tak terhingga dari Hati-Nya Yang Maha Kudus dan Hati Ibu Maria Yang Tak Berdosa, aku memohonkan pertobatan bagi semua orang berdosa yang malang."
Doa ini juga diberikan malaikat kepada para gembala cilik. Pada penampakan terakhir di musim gugur 1916, Malaikat memegang sebuah piala. Ke dalam piala ini meneteslah Darah dari sebuah Hosti yang tergantung di atasnya. Malaikat memberi ketiga anak itu Hosti sebagai Komuni Pertama mereka dari piala itu.
4. DOA EKARISTI
"Tritunggal Maha Kudus, aku menyembah-Mu! Ya Tuhanku, ya Tuhanku, aku mengasihi-Mu dalam Sakramen Maha Kudus."
Ketika Bunda Maria menampakkan diri kepada mereka untuk pertama kalinya pada 13 Mei 1917, ia berkata, "Kalian akan mengalami banyak sekali penderitaan, tapi hanya dalam rahmat Tuhanlah kalian akan menemukan ketenangan". Berdasar kesaksian Lucia, salah seorang dari gembala cilik, sebuah cahaya yang amat terang datang dan menyinari mereka semua, dan tanpa berpikir panjang, mereka langsung mendaraskan doa ini.
5. DOA SILIH / PENGORBANAN DIRI
"Ya Yesus, aku mempersembahkan semua ini demi cintaku kepada-Mu dan bagi pertobatan orang-orang berdosa serta bagi pemulihan atas segala penghinaan yang diderita Hati Maria yang Tak Bernoda."
Bunda Maria memberikan doa ini kepada para gembala cilik pada tanggal 13 Juli 1917, bersamaan dengan Doa Fatima/Ya Yesus. Doa ini didaraskan ketika kita mau mempersembahkan seluruh penderitaan kita kepada Tuhan.
Mari kita semarakkan perayaan agung ini dengan berdoa bersama Bunda Maria demi perdamaian dunia dan pertobatan jiwa-jiwa malang!

Sumber:
http://www.catholicnewsagency.com
http://yesaya.indocell.net

3 Mar 2017

Menguji Kelestarian Panggilan dan Kesetiaan Pilihan dalam Pengalaman Hidup

Menguji Kelestarian Panggilan dan Kesetiaan Pilihan dalam Pengalaman Hidup


 “Bukan semudah membalikkan telapak tangan untuk setia pada satu pilihan, pilihan yang berlaku seumur hidup, sepenuh usia, sepanjang hayat. Sama seperti orang awam, kaum rohaniawan juga mengalami hal serupa. Jika jejak langkah awam dihadapkan pada jibaku persoalan hidup yang seolah tidak pernah surut, pun demikian halnya dengan mereka yang hidup di balik tembok biara. Masing-masing dengan perannya, masing-masing dengan tantangan hidupnya, masing-masing dengan persoalan yang membelit kesehariannya.” 

Mendung masih bergelayut enggan pupus meski langit sesiang tadi sempat memuntahkan hujan seperti tembikar sarat akan air yang pecah di udara manakala saya memacu kendaraan ke arah jantung kota. Hari itu hari Sabtu, dan saat itu tujuan saya satu, segera berada di sebuah biara yang bersebelahan dengan gereja, Biara Providentia. Kamis sebelumnya saya membuat janji dengan salah satu penghuninya. Melalui piranti komunikasi temu janji disambut suara ringan nan gembira yang siap menyambut kehadiran saya untuk melakukan wawancara. Suara yang terdengar semanis paras pemiliknya adalah suara Suster M. Laetitia, OSCCap. Maka Sabtu, kira-kira dua jam menjelang senja, rinai gerimis mengantarkan langkah saya menjumpainya. 

Kedatangan saya disambut senyumnya yang jernih seperti yang biasa tergambar pada jiwa yang menyerahkan sepenuhnya kesulitan dunia pada penciptanya dan selalu bersyukur pada setiap keriaan sekecil apapun bentuknya. Jabat erat saya dapat disertai kecup dan pelukan hangat. Kami berhadap-hadapan pada sebuah ruangan berukuran 3 x 4, dihalangi meja lengkap dengan minuman dan kudapan. Sepanjang wawancara senyum dalam binar mata ramah bersahaja membingkai di wajahnya. Ia begitu antusias ketika saya mulai menyoal ketertarikannya menanggapi panggilan hidup membiara. Segalanya berawal dari dalam keluarga. Tepat kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Putri kedelapan dari dua belas bersaudara pasangan bapak Paulus Hendrikus Pawe dan ibu Katarina Irmina Meo ini memang berlatar ayah dan ibu yang merupakan mantan calon biarawan dan biarawati. Keinginan kedua orang tuanya di masa muda untuk menapaki hidup membiara terkendala karena jauh sebelum keduanya bersua, ternyata pihak keluarga telah seiya sekata menjodohkan keduanya hingga mereka menyatu dalam biduk rumah tangga. Namun bagai gayung bersambut oleh buah hati mereka, Laetitia muda menjadi penawar dahaga cita-cita yang tertunda. 

Laetitia tumbuh di lingkungan Katolik yang taat. Berlatar kedua orang tua yang paham benar tentang agama, segala ritual pujian bagi yang maha juga rapalan untaian doa merupakan menu wajib dilakukan dalam keluarga dan bukan hal yang sama sekali baru baginya hingga tak lagi mengejutkan ketika ia mulai menapaki kehidupan membiara. Rumah masa kecilnya pun menjadi saksi bisu perjalanan kegembalaan biarawati dan biarawan maupun para frater, calon balatentara Tuhan yang menggelar kegiatan pelayanan keagamaan. Tidak berhenti sampai di situ, keterbiasaan menyaksikan pemandangan yang berkait erat dengan pelayanan, ketika kecil, ia bersama teman acapkali bermain peran menjadi kaum rohaniawan, membagi hosti yang adalah roti dalam sebuah permainan perayaan Ekaristi.   

Sebelum menjalani hidup di biara, Suster Laetitia yang dulunya bernama Yosefina Basildis ini sempat menjalani pendidikan sebagai perawat kesehatan di sebuah SPK nun di gugusan Flobamora (Flores, Sumba, Timor, dan Alor). Seolah tumbuh menjadi mawar gurun yang mekar, kala itu tidak sedikit pemuda yang hatinya sanggup dibuatnya tergetar. Bukan hanya satu atau dua pemuda belaka, namun lebih dari hitungan jumlah jari pada kedua telapak tangan telah tercatat mencoba merebut hatinya dengan segala cara. Dari cara yang halus hingga yang ketus, dari yang terselubung hingga yang nyata-nyata mengajak pemuda lain tarung. Dengan rendah hati, ia menanggapi segalanya dengan tetap merangkul semua menjadi sanak saudara untuk tetap saling menjaga dalam doa. Baginya segala cinta dari lawan jenis yang silih berganti menghampiri tak ayal merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk menyentuh dan menyadarkannya bahwa tiada kasih yang lebih besar dari kasih Juru Selamatnya. “Semua hadir untuk menguji kelestarian panggilan dan kesetiaan pilihan dalam pengalaman hidup, kalau tidak ada tantangan, kita tidak bisa tahu bahwa panggilan ini benar-benar berharga. Panggilanku ini adalah pilihanku dan inilah yang dikehendaki Tuhan,” begitu ia berujar. Mungkin benar, untuk mengetahui kadar ketebalan iman seseorang, terkadang memang diperlukan ujian. Iseng saya bertanya untuk sekadar mengetahui siapa saja yang hadir  menawarkan hati pada suster yang sangat senang bersahabat ini, namun begitu rapat ia merahasiakan semua nama yang masih mencoba mendekatinya meski ia telah hidup dalam lingkup biara. Pernah pada suatu masa, sehari menjelang kaul kekalnya, ia menghadapi godaan yang sungguh luar biasa. Kala itu ada suara lain yang didengarnya yang sempat menggetarkan hatinya. Suara dari seseorang yang hampir saja membuatnya urung mengucap kaul kekal dan berpikir ulang untuk meneruskan panggilan. Ya, suara seorang dari antara kaum adam yang selama ia berada dalam masa pendidikan selalu memberikan perhatian. Pergulatan sungguh menjadi awan hitam yang meliputi batinnya, namun dalam seluruh kekuatan ia menyerahkan sepenuhnya ke tangan Bapa dalam doa. Lelah berdoa ia jatuh tertidur hingga akhirnya pada saat terbangun hal pertama yang dilihatnya adalah salib Kristus. Serta merta dipeluknya tanda penyelamat hidupnya. Seketika hilang rasa ragu, dengan mantap ia menjawab panggilan itu.

Rasanya sungguh padan jika kutipan catatan seorang maestro kesusastraan Indonesia disematkan pada suster yang hobi bernyanyi dan menari ini; “Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi, dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.”* Suster yang pada 31 Maret 2017 mendatang genap berusia 55 tahun ini sungguh lembut namun tegas, begitu halus tetapi kukuh. Pribadinya ibarat menolak tangan berayun kaki, memeluk tubuh mengajar diri. Sungguh, ia disiplin dan hanya sedikit berkompromi untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Hedonisme ia tinggalkan, bersetia ia pada panggilan. Hal ini ditunjukkan ketika dengan segala kesempatan untuk berada di tengah-tengah keramaian, hati kecilnya tetap rindu untuk pulang. Biaralah rumahnya, sebagai suster pendoalah panggilan kemanusiaannya. 

Masih berkisar pada pengalaman panggilan yang dialaminya, suster yang ketika belia menjadi primadona remaja ini mengalami suatu kejadian tak terlupakan. Manakala bersama teman-teman seusianya berolah raga, matanya tiba-tiba terpaku pada sosok biarawati yang meski berada di tengah keriuhan tetap setia merapal doa dengan rosario dalam genggamannya. Saat itu tanpa banyak bicara, Laetitia berlari menjauh dari perkumpulan. Masuk kamar ia kembali merenungkan niatnya menanggapi panggilan. Dengan pemandangan sesederhana itu, Tuhan kembali hadir menyentuh inti kalbu. 

Suatu ketika dalam masa pencarian ordo yang benar-benar dirasa pas di hati, ia menemukan jawaban secara tak sengaja. Melalui majalah Hidup yang saat itu memuat profil dan foto Bapa Uskup Mgr Hieronimus Bumbun bersama dua orang suster OSCCap, Laetitia membulatkan tekadnya. Korespondensi dilakukan, harap-harap cemas ia menanti balasan. Tak berapa lama berselang, bagai tak bertepuk sebelah tangan, jawaban memuaskan ia dapatkan. Bapa Uskup menyambut baik keinginannya bahkan menunjukkan cara untuk memuluskan niat sucinya. Suatu kebetulan yang menyenangkan berselang beberapa waktu kemudian dalam urusan pekerjaan  Bapa Uskup mengunjungi provinsi tempat ia berdomisili. Dibantu oleh Bapa Uskup, Laetitia akhirnya sampai ke Biara Providentia yang sangat didambanya. Kesan pertama melihat bangunan biara, ia langsung merasa bahwa inilah tujuan hidupnya, inilah ‘rumah’ baginya.

Sejak awal hidup di biara, ia bersama teman-temannya saling menguatkan dalam doa. Rasa rindu pada orang tua serta sanak keluarga merupakan hal jamak dan tak terhindarkan. Laetitia sempat rapuh ketika di awal masa panggilan ia seolah sengaja diputus kontak oleh kedua orang tua. Seluruh surat yang dikirimnya ke kampung halaman tak jua kunjung ada balasan. Sedih dan merasa dikucilkan, rindu namun semacam terbuang. Ia tak mengetahui alasan di balik sikap kedua orang tua yang tidak pernah membalas surat-suratnya. Sedih tak tertahan, letih hati menahan rindu tidak berkesudahan, ia merasa sendirian, hanya Surat Rasul Paulus kepada umat yang termuat dalam Kitab Suci selalu menjadi hiburan. Pada suatu kesempatan ia menghadap Bapa Uskup Hieronimus Bumbun, mengadukan ihwal yang mengganggu batinnya. Jawaban tak terduga melipurkan laranya. Bapa Uskup menguatkannya hanya dengan kata-kata, “Buat apa bersedih, saya dan yang lain yang hidup dalam panggilan juga sendirian. Tidak sedang bersama orang tua, kita semua sama.” Dengan jawaban sederhana itu Laetitia merasakan kekuatan dan bahwa ia memang tidak sendirian. Hingga tiba pada suatu masa, ia diberi keleluasaan untuk kembali mengunjungi orang tua di kampung halamannya. Saat itu baru ia dapatkan jawaban atas segala yang menjadikannya ragu. Kedua orang tuanya tak ingin masa pendidikannya terusik rindu yang pada akhirnya akan mengganggu.  

Semua yang hidup akan tetap menemukan gairahnya jika ia masih meniupkan asa dalam cita-cita, dalam sebuah keinginan, dan dalam selaksa harapan. Pun demikian halnya dengan Laetitia. Hal yang belum terpenuhi dan menjadi sebuah harapan sepanjang pembaktian hidupnya dalam membiara dituturkannya, “Saya hanya merindukan menjadi seorang pendoa yang sungguh-sungguh menjadi penyalur rahmat bagi banyak orang, bisa menjadi seorang pribadi yang sungguh berguna bagi diri, keluarga, gereja dan dunia. Dan jika saya meninggal saya ingin menjadi kudus, tapi itu rasanya masih jauh dari bisa menjadi kudus,’ ungkapnya yang disusul sipu malu dalam senyumnya yang bersahaja.

4 Oktober 2016, tercatat tepat 25 tahun ia berkarya. Berbagai cobaan dan rintangan silih berganti menghampiri, namun tangan Tuhan kiranya terus bekerja, menjaga ia setia pada panggilan imannya. Selamat berkarya, Suster. Tetaplah menjadi pendoa kami semua. (Hes) 

NB: (*) kutipan tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru: Rumah Kaca.   
Biodata Singkat

Nama: Yosefina Basildis Anu Pawe.
Tempat tanggal lahir: Flores, Bajawa Mataloko, 31 Maret 1962 
Tahun 1977 tamat SD Katolik Toda Belu II.
Tahun 1981 Masuk SMP Kartini Mataloko.
Tahun 1982 pindah ke SMP Immaculata Ruteng Manggarai.
Tahun 1983 masuk ke SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan) di Lela Maumere.
Setelah tamat, bekerja di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Maumere, sebagai pembantu bidan bersama Sr. Solmaris, S.Sps selama 2 tahun.
Pada tahun 1987 berkenalan dengan biara Providentia melalui majalah Hidup. 
Tanggal 6 Agustus 1988 berangkat ke Singkawang bersama Sr. Emiliana SFIC dan diantar ke biara Providentia oleh Sr. Paulin SFIC.
Tanggal 6 Agustus 1988: masuk sebagai calon (aspiran)
Tanggal 29 September 1988: Masuk Postulan
Tanggal 4 Oktober 1989: Masuk Novis
Tanggal 4 Oktober 1991: mengikrarkan Kaul sementara.
Tahun 1991-1992 tinggal di Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 1993 kembali ke Biara Providentia Singkawang.
Tanggal 4 Oktober 1994: Mengikrarkan kaul kekal meriah.
Tahun 1996 di tugaskan kembali ke Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 1997 kembali ke Singkawang.
Tahun 2003 ditugaskan kembali ke Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 2005 kembali ke Biara Providentia Singkawang sampai saat ini.
Tanggal 4 Oktober 2016, genap 25 tahun hidup kaul membiara.


      


26 Feb 2017

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK




Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam rangka pertobatan dan pembaharuan hidup beriman, Gereja Katolik mengajak kita semua untuk mewujudkannya, terutama dalam masa prapaskah ini dengan memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini.

Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:

Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jum`at Agung. Pada hari Jumat lain-lainnya selama Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k. 1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur 18 tahun (KHK k. 97 § 1).
Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
- Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k. 1252).
Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok, gula dan semua manisan (permen, minuman manis), serta hiburan (bioskop, film)


Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang, sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun, umat beriman, baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok, dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa.

Ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Gereja Katolik:

Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.

Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.

MAKNA PUASA DAN PANTANG

Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian pada saat meditasi dan doa.

Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.

Puasa pantas disebut doa dengan tubuh karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.

Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.

Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.

Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.

Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.


Penerapan puasa dan pantang adalah:
1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa Prapaska.
2. Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab itu tidak ada artinya.
3. Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
4. Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaska).
5. Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang kita kasihi)
7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.


Sumber: www.imankatolik.or.id dan www.katolisitas.org




2 Feb 2017

TRADISI PEMBERKATAN TENGGOROKAN PADA PERINGATAN SANTO BLASIUS TANGGAL 3 FEBRUARI

TRADISI PEMBERKATAN TENGGOROKAN PADA PERINGATAN SANTO BLASIUS TANGGAL 3 FEBRUARI




Tangal 3 Februari kita akan memperingati St. Blasius, seorang uskup yang menjadi martir karena kegigihannya dalam mempertahankan iman kepada Kristus. Tapi tahukah Anda, bahwa pada peringatan ini, ada sebuah tradisi unik yang sudah jarang dijumpai lagi di masa sekarang?
Tradisi itu adalah pemberkatan tenggorokan menggunakan dua buah lilin bersilang yang telah diberkati. Apakah itu? Mari kita simak!
Tradisi kuno pada abad ke-4 mengisahkan, dalam perjalanan St. Blasius untuk dimasukkan penjara pasca penangkapannya, ia berpapasan dengan seorang ibu yang anaknya sekarat karena tenggorokan nya tersangkut duri ikan. Ibu ini bersimpuh di kaki St. Blasius sambil memohon doanya agar anak si Ibu ini sembuh. St. Blasius kemudian berdoa dan memberkati anak tersebut. Ajaib! Duri ikan yang membuat anak ini tidak bisa bernapas langsung keluar sehingga nyawa si anak terselamatkan.
Berakar dari kisah ini, St. Blasius kemudian dikenal sebagai pelindung para penderita penyakit tenggorokan. Berbagai macam mukjizat kesembuhan pun terjadi berkat doa-doa St. Blasius. Seiring berkembangnya devosi umat, pada abad ke-16 muncullah praktik pemberian berkat St. Blasius ini.
Nah, bagaimana sih tatacara pemberkatan St. Blasius ini? Mari kita simak langkah-langkahnya.
1. Siapkan 2 buah lilin (usahakan cukup panjang), karena nantinya kedua lilin yang Anda bawa nanti akan disilangkan pada leher Anda.
2. Pergilah ke imam atau diakon terdekat dengan membawa kedua lilin ini. Ingat, berkat ini hanya diberikan pada hari peringatan St. Blasius saja. Biasanya berkat St. Blasius diberikan pada saat Misa yang dirayakan pada hari tersebut.
3. Mintalah dengan sopan kepada beliau untuk memberikan berkat St. Blasius, dengan terlebih dahulu memohon berkat untuk lilin-lilin yang Anda bawa.
4. Kemudian, imam atau diakon akan menyilangkan kedua lilin tersebut dan menyentuhkannya pada leher Anda (lilin tidak perlu dinyalakan), sambil mendoakan rumusan ini: "Semoga Allah membebaskan Saudara dari penyakit tenggorokan dan dari penyakit lainnya berkat doa St. Blasius, uskup dan martir, + Dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus."
5. Ucapkan terima kasih kepada beliau, ucapkanlah syukur kepada Tuhan dan St. Blasius karena telah memberkati dan mendoakan Anda, dan jangan lupa, doakanlah imam atau diakon yang telah memberkati Anda tadi.
NOTE:
Jika tidak ada imam terdekat, Anda juga bisa memohon berkat St. Blasius kepada pelayan awam. Pelayan awam tersebut akan menyilangkan lilin pada leher Anda dan mengucapkan rumusan berkat St. Blasius tanpa memberikan berkat Tanda Salib layaknya imam atau diakon.
Jika dalam Misa tidak sempat diberikan berkat St. Blasius satu persatu, maka imam, tanpa perlu memegang lilin yang bersilang, merentangkan tangannya kepada umat yang hadir sambil mengucapkan rumusan berkat St. Blasius.
Zaman semakin modern, dan dunia medis semakin canggih. Banyak riset dan inovasi medis dilakukan demi peningkatan kesehatan umat manusia. Dalam situasi ini, kita cenderung memasrahkan segala-galanya ke dunia medis jika terserang penyakit, entah ke dokter atau bahkan ke rumah sakit. Memang hal ini tidak salah, namun jangan lupa untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Kerahiman Illahi seraya memohon doa-doa dari orang kudus, supaya melalui sakit-penyakit tersebut, iman kita semakin dikuatkan dan dengan demikian, kita mau mempersatukan seluruh penyakit kita dengan sengsara Kristus, demi keselamatan kita sendiri dan keselamatan Gereja.
 Sumber: www.catholicculture.org




3 Jan 2017

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN)

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN) 


HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Sabtu-Minggu, 7 - 8 Januari 2017





RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA  -berdiri-
 
TANDA SALIB DAN SALAM -berdiri-

I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
U. Dan bersama rohmu.


PENGANTAR -berdiri-

I. Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus latin pada 6 Januari, namun Gereja memperbolehkan Konferensi Uskup setempat untuk menggeser hari raya ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata serapan lain dalam kosakata gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata Epifani berasal dari bahasa Yunani, dan berarti “manifestasi” atau “pewahyuan”. Hari Raya Penampakan Tuhan mulai dirayakan pada abad ke-3 di Gereja Timur (baca: Gereja partikular yang menggunakan  ritus Timur dan berkedudukan di sebelah timur Yerusalem) pada 6 Januari dengan maksud untuk menghormati Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta. Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat (baca: Gereja ritus latin yang berkedudukan di sebelah barat Yerusalem dan berpusat di Roma) pada abad ke-4 namun dengan fokus yang berbeda. Liturgi yang  berkaitan dengan Epifani seharusnya mengandung 3 aspek, yaitu: kunjungan orang majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan memang, Ibadat Pagi (Laudes)  pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani dalam antifon Kidung Zakharia (lihat buku Ibadat Harian halaman 96) : “Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan Gereja, sebab di Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas membawa persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air yang diubah menjadi anggur, alleluya.”  Makna Epifani menjadi semakin jelas jika kita melihat hubungan antara bacaan Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan dari penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi menjelang penyaliban-Nya. Yesus menyatakan diri-Nya kepada bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) yang terwakilkan melalui para majus, dan adalah bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) pula, yaitu perwira romawi, yang kemudian mengenali Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib. Peristiwa yang paralel ini mengingatkan kita bahwa. Liturgi kita mempunyai “tema besar”, yaitu bahwa, sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, kita selalu merayakan misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus!
   
SERUAN TOBAT -berdiri-

   
I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I+U. Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus, dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TUHAN KASIHANILAH KAMI  -berdiri-


MADAH KEMULIAAN  -berdiri-
K. Kemuliaan kepada Allah di surga,
U. dan damai di bumi, dan damai di bumi
kepada orang yang berkenan pada-Nya.
Kami memuji Dikau.
Kami meluhurkan Dikau.
Kami menyembah Dikau.
Kami memuliakan Dikau.
Kami bersyukur, kami bersyukur. Kami bersyukur pada-Mu.
Karena kemuliaan-Mu yang besar.
Kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
Ya Tuhan Allah, raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra Bapa.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami.
Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami.
Karena hanya Engkaulah kudus.
Hanya Engkaulah Tuhan.
Hanya Engkaulah mahatinggi,
ya Yesus Kristus,
bersama Roh Kudus, bersama Roh Kudus
dalam kemuliaan Allah Bapa.
Amin.
 
DOA PEMBUKA -berdiri-

I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I.  Ya Allah, pada hari ini dengan bimbingan bintang Engkau telah mewahyukan Putra Tunggal-Mu kepada bangsa-bangsa. Kami mohon, semoga kami yang telah mengenal Engkau dengan iman kelak Engkau perkenankan memandang wajah-Mu dalam kemuliaan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
LITURGI SABDA

BACAAN I (Yes 60:1-6) -duduk-

"Kemuliaan Tuhan terbit atasmu."

L. Bacaan dari Kitab Yesaya:
Beginilah kata nabi kepada Yerusalem: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling! Mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Melihat itu, engkau akan heran dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN -duduk-


Mazmur:
1. Ya Allah berikanlah hukum-Mu kepada Raja, dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
2. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera-berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi.
3. Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti; kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya.
4. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

BACAAN II (Ef 3:2-3a.5-6) -duduk-

"Rahasia Kristus kini telah diwahyukan, dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian."

L. Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:
Saudara-saudara, kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kamu, yakni bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu. Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan para nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL  -berdiri-



BACAAN INJIL (Mat 2:1-12) -berdiri-

"Kami datang dari timur untuk menyembah Sang Raja."

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Pada zaman pemerintahan raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Mendengar hal itu, terkejutlah Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya kete-rangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu, dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya, “Pergilah, dan selidikilah dengan saksama hal-ikhwal Anak itu! Dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku, supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata Raja Herodes, berangkatlah para majus itu. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya, dan mempersembahkan persembahan kepada Anak itu, yaitu emas, kemenyan dan mur. Kemudian, karena diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes, mereka pun pulang ke negerinya lewat jalan lain.
 I. Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

HOMILI -duduk-

AKU PERCAYA  -berdiri-

I + U. Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat. Amin.
     
DOA UMAT (Jawaban umat: TPE Lagu 6)  -berdiri-
I. Cinta kasih Allah kepada manusia nyata dalam diri Yesus. Berkat Dia kita diperkenankan menghadap Bapa dan berdoa:
 
L. Bagi para misionaris di seluruh dunia: Semoga Allah Bapa melimpahkan Roh Kudus kepada para misionaris agar karya kerasulan mereka berhasil baik. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi para pejabat pemerintahan: Semoga Allah Bapa, sumber cahaya, menerangi para pejabat pemerintahan agar mereka semakin menyadari bahwa tugas mereka merupakan pengabdian kepada masyarakat, bukan penguasaan. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja: Semoga mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja, merupakan tantangan bagi kami untuk hidup yang lebih sesuai lagi dengan Injil, sehingga menjadi cahaya bintang bagi mereka.  Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kita di sekitar altar ini: Semoga Allah Bapa mendampingi kita agar masa pembaruan dan pembangunan sekarang ini jangan sampai membuat kami bingung dan acuh tak acuh, melainkan menggugah kita untuk sebagaimana para sarjana, mencari cahaya yang dibawa penyelamat kita. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa di surga, sumber cahaya iman, kami bersyukur atas tanda-tanda cinta kasih-Mu yang telah kami terima. Namun kami mohon, janganlah meninggalkan kami, tetapi siapkanlah kami untuk kebahagiaan tetap dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN -duduk-

 umat berdiri ketika didupai

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa. -berdiri-
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Ya Allah, pandanglah dengan rela kami, umat-Mu, yang mempersembahkan bukan lagi emas, dupa dan mur, melainkan Dia, yang dalam persembahan ini dimaklumkan, dikurbankan, dan disambut: Dialah Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI  (Kristus Terang Para Bangsa)  -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu. Sebab hari ini Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami yang tak terperikan. Hari ini Engkau menampakkan cahaya para bangsa, yakni Yesus Kristus, Putra-Mu terkasih. Dalam Dia Engkau memulihkan keadaan kami. Dengan tampil sebagai manusia yang akan mati seperti kami, Ia meresapi dengan daya ilahi yang tak dapat mati. Maka dari itu, bersama para malaikat dan malaikat agung, dan bersama dengan segala penghuni surga kami mengumandangkan madah kemuliaan bagi-Mu dengan bernyanyi:
 
KUDUS
K. Kudus, kudus,
U. Kuduslah Tuhan
K. Allah segala kuasa. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
U. Terpujilah Engkau di surga.
K. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, dalam nama Tuhan.
U. Terpujilah Engkau di surga.
 
DOA SYUKUR AGUNG I -berlutut/berdiri-
I. Ya Bapa yang mahamurah, dengan rendah hati kami mohon demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami:  Sudilah menerima dan memberkati  pemberian ini, persembahan ini, kurban kudus yang tak bernoda ini.
 
I. Kami mempersembahkan kepada-Mu pertama-tama untuk Gereja-Mu yang kudus dan katolik. Semoga Engkau memberikan kepadanya damai, perlindungan, persatuan, dan bimbingan di seluruh dunia bersama hamba-Mu Paus kami... dan Uskup kami ... serta semua orang yang menjaga dan menumbuhkan iman katolik, sebagaimana kami terima dari para rasul.
   
I. Ingatlah, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu... yang meminta doa kami; dan semua orang yang berhimpun di sini, yang iman dan baktinya Engkau kenal dan Engkau maklumi; bagi mereka, kurban ini kami persembahkan kepada-Mu. Ingatlah juga akan mereka yang mempersembahkan kepada-Mu kurban pujian ini bagi dirinya sendiri dan bagi kaum kerabatnya untuk penebusan jiwa mereka, untuk keselamatan dan kesejahteraan yang mereka harapkan dari-Mu, ya Allah yang benar, hidup dan kekal.
       
Communicantes
Dalam persatuan dengan seluruh Gereja, kami merayakan hari yang amat suci ini, saat Putra-Mu yang tuggal, yang sama dengan Dikau dalam kemuliaan abadi, menjelma menjadi manusia seperti kami dan menampakkan diri kepada kami; juga, mengenang dan menghormati: terutama Santa Maria, tetap perawan mulia, Bunda Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami.

Santo Yusuf, suaminya, serta para rasul dan para martir-Mu yang bahagia, Petrus dan Paulus, Andreas (Yakobus dan Yohanes, Tomas, Yakobus dan Filipus, Bartolomeus dan Matius, Simon dan Tadeus: Linus, Kletus, Klemens dan Sikstus, Kornelius dan Siprianus, Laurensius dan Krisogonus, Yohanes dan Paulus, Kosmas dan Damianus) dan semua orang kudus-Mu. Atas jasa dan doa mereka, lindungilah dan tolonglah kami dalam segala hal. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
   
(ada rumus lain untuk kesempatan khusus)
I*Maka kami mohon, ya Tuhan, sudilah menerima persembahan kami, hamba-hamba-Mu, dan persembahan seluruh keluarga-Mu ini: bimbinglah jalan hidup kami dalam damai-Mu, luputkanlah kami dari hukuman kekal, dan terimalah kami dalam kawanan para pilihan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
 
I. Ya Allah, kami mohon, sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan pada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus.

I. Pada hari sebelum menderita Ia mengambil roti dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia, dan sambil menengadah kepada-Mu, Allah Bapa-Nya yang mahakuasa, Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata:

Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.
     
Ketika Imam memperlihatkan Hosti Suci dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Hosti Suci dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
       
Demikian pula, sesudah perjamuan, Ia mengambil piala yang luhur dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia. Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Dikau lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
 
Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.
         
Ketika Imam memperlihatkan Piala dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Piala dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
             
AKLAMASI ANAMNESIS


   
I. Oleh karena itu, ya Bapa, kami, hamba-Mu, dan juga umat-Mu yang kudus mengenangkan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami: penderitaan-Nya yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan juga kenaikan-Nya yang mulia ke surga.

Dari anugerah-anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami, ya Allah, yang mahamulia, kami mempersembahkan kepada-Mu, kurban yang murni, kurban yang suci, kurban yang tak bernoda, roti suci kehidupan abadi dan piala keselamatan kekal.
 
Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham dan seperti Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Allah yang mahakuasa: utuslah malaikat-Mu yang kudus mengantar persembahan ini ke altar-Mu yang luhur, ke hadapan keagungan ilahi-Mu, agar kami semua yang mengambil bagian dalam perjamuan ini, dengan menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Ingatlah juga, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu (.... dan ...) yang telah mendahului kami dengan meterai iman dan beristirahat dalam damai.          
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, perkenankanlah mereka dan semua orang yang telah beristirahat dalam Kristus mendapatkan kebahagiaan, terang dan damai. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Perkenankanlah juga kami, hamba-hamba-Mu yang berdosa ini, yang berharap atas kerahiman-Mu yang melimpah, mengambil bagian dalam persekutuan dengan para rasul dan para martir-Mu yang kudus: dengan Yohanes Pembaptis, Stefanus, Matias dan Barnabas, (Ignasius dan Aleksander, Marselinus dan Petrus, Felisitas dan Perpertua, Agata, dan Lusia, Agnes, Sesilia, dan Anastasia) dan semua orang kudus-Mu: perkenankanlah kami menikmati kebahagiaan bersama mereka, bukan karena jasa-jasa kami, melainkan kelimpahan pengampunan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
       
I. Dengan pengantaraan Dia, Engkau senantiasa menciptakan menguduskan, menghidupkan, memberkati, dan menganugerahkan segala yang baik kepada kami.
 
I. Dengan pengantaraan Kristus, - bersama Dia dan dalam Dia, - bagi-Mu,- Allah Bapa yang mahakuasa, - dalam persekutuan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U. Amin.
         
(Apabila akhir Doa Syukur Agung ini dinyanyikan Imam, maka "Amin" dinyanyikan umat, lihat TPE hlm 57)
 

C. KOMUNI


BAPA KAMI  -berdiri-
I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI -berdiri-
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH  -berdiri-

PERSIAPAN KOMUNI -berlutut/berdiri-
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI

LAGU KOMUNI

SAAT HENING -duduk-

DOA SESUDAH KOMUNI -berdiri-
I. Marilah kita berdoa:
I. Ya Allah, dengan terang surgawi berjalanlah di depan kami selalu dan di mana pun. Semoga dengan pandangan yang jernih dan kasih yang pantas kami mampu melihat dan menyambut misteri yang kami rayakan ini sesuai dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.
   
RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
 
I. Tundukkanlah kepalamu untuk menerima berkat Tuhan.
 
I. Saudara sekalian, Tuhan telah memanggil Saudara keluar dari kegelapan masuk terang-Nya yang mengagumkan. Semoga Ia melimpahi Saudara dengan berkat dan meneguhkan Saudara dengan iman, harapan dan kasih.
U. Amin.
I. Kristus yang Saudara ikuti dengan setia hari ini menampakkan diri sebagai cahaya yang memancar dalam kegelapan. Semoga Ia menjadikan Saudara terang bagi sesama.
U. Amin.
I. Dengan bimbingan bintang, para majus menemukan Kristus Tuhan, terang segala terang. Semoga sesudah peziarahan di dunia ini, Saudara pun sampai kepada-Nya.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN -berdiri-
D/I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai
U. Syukur kepada Allah.
D/I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.