Segenap tim komunikasi sosial Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sinfu Pasifikus Wiadi, OFM.Cap dan Romo Stephanus Ganthot Purtomo, OFM.Cap.Semoga sehat selalu, panjang usia, dan selalu setia dalam panggilan imamat. Tuhan memberkati.
Gereja Katolik St. Fransiskus Assisi Singkawang
Jl. P. Diponegoro No. 1 Singkawang
16 Apr 2020
SELAMAT ULANG TAHUN SINFU DAN ROMO
Kamis, April 16, 2020
No comments
SELAMAT ULANG TAHUN SINFU DAN ROMO
Kamis, April 16, 2020
No comments
Segenap tim komunikasi sosial Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sinfu Pasifikus Wiadi, OFM.Cap dan Romo Stephanus Ganthot Purtomo, OFM.Cap.
Semoga sehat selalu, panjang usia, dan selalu setia dalam panggilan imamat. Tuhan memberkati.
14 Apr 2020
KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (Bagian II)
Selasa, April 14, 2020
1 comment
Kabar gembira tentang berhasilnya Paroki Singkawang menembus angka 1000 subscriber youtube menjadi perbincangan hangat di antara kami, tim komunikasi sosial Paroki Singkawang. Tak habis-habisnya aku dan temanku terus memantau perkembangan subscriber yang signifikan terus beranjak naik. Saat itu tercatat sudah lebih dari 1200 subscriber.
"Hebat, Bro. Paroki kita akan segera mengudara di youtube!" kata temanku yang biasa menyapaku dengan sebutan bro hingga terkesan tak ada jarak lagi di antara kami.
"Eitss, jangan gembira dulu. Masih harus dibuktikan. Apakah bisa live atau tidak!" ungkap romo parokiku dengan nada yang terdengar agak pesimis namun kurasa sekuat tenaga berusaha beliau tepis.
"Akan saya coba dulu, Mo. Saya sudah dapat aplikasi yang disarankan," ungkapku dengan penuh optimis.
"Kalau begitu saya pindahkan wiffi dulu bagaimana? Biar tidak repot ke sana-sini, jadi nanti kalau sudah beres tinggal jalankan?" tanya romo kepada kami.
"Baiklah, saya coba dulu ya, Mo."
Beberapa menit pertama ketika aku mencoba untuk memulai mengotak-atik aplikasi live ini, memang awalnya terasa gampang-gampang susah, namun aku mencoba memulainya dengan perlahan-lahan seolah orang yang baru belajar bagaimana cara mengotak-atik ilmu teknologi melalui gawai yang tersedia. Orang IT atau orang yang bisa dikatakan profesional saja butuh berminggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mengotak-atik ini, sedangkan aku harus berhadapan dengan H-1 menjelang misa hari Minggu esok, yang sudah harus live, karena kalau tidak maka umat yang ada di Paroki Singkawang pun kecewa.
Dua puluh menit awal masih bisa kuikuti berbagai petunjuk aktivasi akun youtube dengan baik, sembari tak lepas dari pantauan romo yang juga tak putus mengajukan pertanyaan, "Apakah sudah bisa live?!" Pertanyaan yang terdengar sesederhana itu namun mampu membuatku menjadi gugup dan membuat tidak percaya diri akan kemampuan yang kami miliki. Memang, aku ini bukanlah orang yang ahli IT atau hal sejenis media sosial. Aku hanya bisa menulis!
Di menit menuju 40, aku sudah mulai kewalahan, karena tingkatan ataupun caranya semakin sulit untuk dimengerti, dan pada akhirnya ketika kamera sudah menunjukkan terkoneksi, seketika aku sempat merasa senang dan mencoba membuka youtube apakah berhasil atau tidak. Segera kuambil piranti komunikasi yang ada di dekatku, dan mencari laman youtube bernama Paroki Singkawang, aku sudah terkoneksi dan ternyata live streaming sudah aktif tetapi gambar tidak muncul di layar kamera alias gelap tanpa suara, sama seperti hatiku yang suram tanpa kata-kata ketika melihat hal itu.
Seketika, romo kembali menanyakan kepada saya, "Bagaimana, Bro? Sudah berhasil?"
Jawabku kepada beliau, "Belum, Mo, masih belum ter-connect"
"Atau kita tetap pakai Instagram saja, ya?" ujar romo dengan nada cemas.
"Jangan, Mo, tunggu dulu, saya coba lagi."
"Baiklah, coba sampai bisa ya, pasti bisa kok!" sambung romo memberikan semangat kepadaku.
Aku terus mengikuti tutorial dari awal hingga 6 kali dan kenyataanya permasalahan masih saja sampai di gagalnya terkoneksi antara gambar dan suara. Aku sempat memegang kepala yang sudah mulai pusing dan berat, sembari meminum secangkir teh yang ada di hadapanku.
Romo kemudian datang lagi, untuk yang ketiga kalinya memastikan apakah kali ini benar-benar bisa dan berhasil,
"Bagaimana? Sudah bisa?"
Kendalanya tidak ter-connect ke kamera, Mo. Haduh bagaimana ya?" jawabku dengan nada mulai pesimis seakan tak mempunyai harapan lagi untuk live.
Pada saat yang sama teman-temanku yang ada di pastoran datang, mereka kembali setelah memasang jaringan internet nirkabel di dalam gereja. Mereka sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan aku yang masih diliputi kegalauan.
Saya memberitahu kepada mereka, bahwa kendalanya ada di bagian koneksi kamera ke laptop yang masih belum berhasil. Akhirnya teman-temanku juga berjuang dan berusaha bagaimana caranya dengan menanyakan kepada teman-teman mereka, bahkan ke frater novis yang ahli IT sekalipun tidak sanggup menanganinya.
Sejurus kemudian aku mengambil hp, mencari secercah harapan sambil memantau akun Youtube Paroki Singkawang yang sudah mencapai 2000 subscriber kala itu. Tak lama berselang aku mendapat pesan dari seorang teman bahwa bisa menggunakan aplikasi lain untuk live streaming. Aku langsung mencoba mencari dan mengunduhnya. Dua puluh menit awal aku mempelajari aplikasinya, dan ketika sudah sampai ke bagian koneksi antar hp dengan wifi, hatiku mulai dag dig dug tak karuan.
'Ready' muncul tulisan Ready untuk live. Terasa ada yang meledak Bahagia dalam hati ketika membaca tulisan itu. Seketika aku membuka youtube paroki, dan ternyata bisa!
"Horeeeeee…" teriakku penuh kegirangan. Aku segera menghambur ke pastoran menemui romo untuk memberitahu romo terkait hal itu dan mengajak romo untuk membuktikannya. Romo juga tak kalah gembira sambil melihat,
"Loh kok ada muka saya di situ?" ujar romo.
"Iya, Mo, kita kan sedang live!" ujarku bersemangat.
Seketika, perasaan dan situasi yang suram tanpa harapan itu membuat kami semuanya bersorak, terlebih lagi ada salah satu umat yang menyatakan kegirangannya lewat live chat kami.
"Hore! Mantap Paroki Singkawang!" kalimat sederhana itu seketika membuat kami kembali bersemangat untuk kembali melayani serta berperan aktif. Bagaimana mungkin? Hal yang hampir membuat kami putus asa pada akhirnya bisa membuahkan hasil untuk kami.
Hal yang bisa kita pelajari adalah, bahwa dalam keadaan apapun percayalah pada usaha kita, jangan pernah mengeluh dan berputus asa, walau harapan itu hanya sedikit tetapi, kita bisa mengubah yang sedikit itu menjadi sebuah momentum bagi kita untuk memecahkan kebuntuan yang kita alami.
Mari, jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena dengan mencoba kita mengetahui. Dengan kita mengetahui kita mempelajari. Dengan mempelajari kita membuahkan hasil. Dengan adanya hasil kita memberikan buah kepada orang-orang yang membutuhkan. Izinkan aku sedikit mengambil kutipan motto salah seorang kebangganku yang kujadikan pedoman hidup. Begini kalimatnya, "Ubi ego sum ibi Deo Servio" yang artinya "Di manapun aku berada, aku akan mengabdi kepada-Mu ya Tuhan."
Akhir kata kuucapkan terima kasih dan mari bersama kita tak putus asa mempelajari hal-hal dan menjalani pengalaman baru. Selamat Paskah, Tuhan memberkati! (Leo)
4 Apr 2020
KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (BAGIAN I)
Sabtu, April 04, 2020
No comments
Jari-jemariku tengah menari-nari di atas tuts keyboard komputerku yang sudah mulai kusam dengan huruf-huruf yang juga sudah mulai memudar. Ketika tengah asyik bekerja, tiba-tiba kudengar ada nada panggilan masuk pada smartphoneku. Langsung saja kuambil smartphoneku dan kuangkat. Seketika aku mendengar sapaan ramah dari seberang sana. Suara itu begitu akrab di telingaku, karena pemilik suara itu adalah gembalaku sendiri. Beliau memintaku agar jaringan misa live streaming di parokiku bisa diperluas. Sebaiknya tidak memakai akun Instagram, karena pengguna akun ini masih sangat sedikit dan jangkauannya pun terbatas. Ia menyarankan sebaiknya pindah ke channel Youtube saja, karena pengguna Youtube itu jauh lebih banyak dan jangkauannya pun semakin luas, bahkan bisa terkoneksi hingga ke Greenland ataupun Antartika. Dengan demikian semakin banyak orang bisa mengikuti misa secara online dari mana saja.
"Kalau Pastor ada kesulitan, bisa menghubungi kami di Pontianak," pungkas Bapa Uskup mengakhiri pembicaraannya denganku. Sejenak aku termenung dan tak tahu langkah apa yang harus kuambil. Di satu sisi aku bersyukur karena Bapa Uskup sangat memperhatikan apa yang terjadi di parokiku. Beliau memang selalu menaruh perhatian yang besar kepada parokiku. Tetapi di sisi lain aku binggung karena sejujurnya aku tidak terlalu menguasai soal teknologi komunikasi dan jejaring sosial terkini. Rasanya pikiranku sudah mentok dan tak mampu lagi mengikuti lajunya perkembangan zaman. Namun, sesegera mungkin kutepis keraguanku. Pasti ada jalan keluar! Lagi pula ini juga bisa menjadi ajang untuk berbagi kepada umatku. Akan lebih banyak lagi orang yang tersapa oleh Tuhan meski hanya lewat dunia maya.
Aku segera menghambur ke luar kamar. Kutinggalkan komputer dengan seabrek pekerjaanku. Kucari temanku yang menjadi team kecil di parokiku. Aku beruntung mengenal dan mempunyai teman-teman sehebat mereka. Mereka inilah yang menjadi bagian dari team kreatif di parokiku, sehingga apa yang terjadi dalam parokiku bisa dengan mudah tersiar keluar melampaui batas ruang dan waktu. Kutemukan teman-temanku sedang asyik dengan smartphone-nya. Sudah seminggu ini mereka bekerja keras untuk merancang unggahan konten yang membantu umat agar tidak mengalami kebosanan karena tinggal di rumah saja.
"Sorry ganggu kesibukan kalian," kataku memecah keasyikan mereka. "Barusan Bapa Uskup telepon saya. Beliau meminta Paroki Singkawang untuk memperluas jaringan misa live streaming. Bukan lagi pakai Instagram, tetapi harus lewat Youtube".
"Waduh, susah, Mo," jawab seorang dari mereka.
"Akun Youtube paroki kita baru dapat 200-an subscriber. Untuk bisa live pun kita harus mencapai minimal 1.000 subscriber," jawabnya dengan nada pesimis.
"Harus dapat seribu subscriber?!" Sontak aku terperanjat mendengar penuturannya. Berarti masih harus cari 800-an subscriber lagi. Bagaimana mungkin dalam waktu yang sangat singkat ini? Kataku dalam hati.
"Padahal, Youtube paroki kita sudah lama dibuat, sekitar pertengahan tahun 2019. Tapi baru dapatnya segitu. Saya gak yakin, Mo, kita bisa dapat tambahan 800 lagi dalam waktu yang sesingkat ini," kata temanku yang lain yang semakin menambah keraguanku.
"Kamu harus coba kumpulkan 800 subscriber lagi. Entah bagaimana caranya. Harus bisa," kataku sedikit memaksa sembari mengusir kegundahan hatiku.
"Tapi, Mo. Rasanya sulit," jawabnya ragu-ragu.
"Ah, Coba saja. Pasti ada jalannya. Tolong buatkan pengumuman dan bagikan ke grup whatsapp yang kita miliki. Minta tolong sama mereka agar mereka membantu paroki kita mendapatkan 1000 Subscriber," kataku lagi sambil memberikan harapan kepada mereka.
Sejujurnya aku sendiri pun tak yakin bisa mengumpulkan subscriber hingga 1000. Temanku di dunia maya tidaklah banyak. Aku sendiri orang yang kurang pergaulan. Duniaku sempit. Tapi kucoba tepis keraguanku dengan kembali ke kamarku. Maksud hati hendak meneruskan pekerjaan. Tapi konsentrasiku sudah buyar. Pikiranku dipaksa untuk selalu kembali pada persoalan tentang bagaimana caraku bisa mendapatkan 1000 subscriber. Aku coba bunuh rasa gundahku dengan hanya berdiam dan termenung di depan komputerku.
Tak terasa waktu menunjukkan hampir saatnya makan siang. Segera kumatikan komputerku dan aku beranjak hendak menuju ruang makan. Kulirik sebentar smartphone-ku, siapa tahu ada berita penting untukku. Benar saja, seorang Ibu yang selama ini kukenal memberi perhatian pada gereja, ia memberitahu bahwa subscriber Paroki Singkawang sudah mencapai 770. Seolah tak percaya, aku membaca sekali lagi pesan singkat darinya. Tertulis angka 770. Masih juga belum yakin, aku buka Youtube Paroki Singkawang. Di sana malah sudah kudapati angka 801. Itu berarti sudah tembus 800-an. Spontan aku meluapkan rasa syukurku kepada-Nya. Tuhan, Engkau memang sungguh baik!
"Romo, sebelum pukul 12.30 WIB, akun Youtube kita harus sudah capai 1000," tulisnya lagi dalam pesan singkat berikutnya. Aku bisa membayangkan bagaimana semangatnya ibu ini memberikan dukungan yang luar biasa untuk gereja. Aku kenal betul ibu ini punya banyak relasi dan karena beliau inilah, Paroki Singkawang mendapatkan banyak subscriber. Aku yakin dia menjadi salah satu alat Tuhan untuk menaburkan kebaikan-Nya bagi gereja.
"Luar biasa, Mo. Hampir tembus 1000!" kata kawanku, seolah tak percaya.
"Tuh kan apa kubilang. Pokoknya kita pasti bisa," jawabku sambil memberi acungan jempol kepadanya.
"Berarti malam ini kita pesta, Mo!
" katanya menggoda sambil tertawa lepas.
" katanya menggoda sambil tertawa lepas.
Aku hanya tersenyum. Ada nada haru dan syukur dalam kalbuku. Tuhan memang sungguh baik. Di tengah kebingunganku, Dia menyatakan kasih-Nya. Hanya dalam waktu kurang dari tiga jam, Paroki Singkawang sudah mendapatkan 800-an subscriber. Dengan cara-Nya sendiri Dia berkarya karena Dia ingin hadir di tengah umat-Nya yang sedang 'menderita'. Walau hanya lewat dunia maya, Dia ingin memberi daya.
Tuhan, aku berterima kasih kepada-Mu atas segala karya-Mu yang sedemikian indah dan nyata dalam hidupku serta berkat yang sudah Engkau berikan pada paroki kecilku ini, ucapku dalam hati. (Purtomo)
(Bersambung....)
28 Mar 2020
PENGUMUMAN HARI MINGGU PRAPASKAH V 29 Maret 2020
Sabtu, Maret 28, 2020
No comments
1. Paroki Singkawang akan melayani perayaan misa dan ibadat
secara online melalui channel Youtube Paroki Singkawang.
2. Jumat, 3 April adalah Jumat pertama bulan.
3. Sebagai pengganti sembahyang kubur, kita akan merayakan misa
arwah secara online pada hari Sabtu, 4 April pukul 18.00 WIB. Ibadat
arwah di pemakaman ditiadakan.
4. Dana pembangunan kanopi samping gereja paroki berjumlah Rp
21.754.000, 00
5. Untuk menerapkan tema APP 2020, Seksi Diakonia Paroki akan
memperbaiki dua rumah dari keluarga yang sangat miskin supaya
layak dihuni. Mohon bantuan dari para donatur dan umat sekalian.
Info lebih lanjut bisa menghubungi Bpk Hermanto Halim.
6. Berdasarkan Surat Edaran dari Bapak Uskup kita, maka
penundaan kegiatan gereja yang bersifat masal diperpanjang
sampai tanggal 15 Mei.
7. Akan menerima pemberkatan Perkawinan
Pengumuman I
Sdr Safarudin, putra Bpk Ali Akbar dan Ibu Maimunah Taufik
dari Singkawang dengan Sdri Maria Deviana Kadju, putri Bpk
Adrianus Kadju dan Ibu Ursula Sunan dari Singkawang.
Sdr Budiman, putra Bpk Jemain (+) dan Ibu Rostina dari
Roban dengan Sdri Yohana Veranisa putri Bpk Sabinus
Suratman dan Ibu Maria Bayong dari Sanggau Kulor.
Barangsiapa mengetahui adanya halangan dari pasangan ini,
mohon segera memberitahukan kepada Pastor Paroki.
Demikianlah pengumuman. Atas perhatian Sdr-sdri kami ucapkan terima
Langganan:
Postingan (Atom)