Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Liputan Khusus. Tampilkan semua postingan

3 Feb 2017

EKARISTI PEMBERKATAN DAN PENYEMBUHAN DI FRANSISKUS ASSISI

EKARISTI PEMBERKATAN DAN PENYEMBUHAN DI FRANSISKUS ASSISI



Jumat 3 Februari 2017, tepat pukul 18.00 Wib, Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang dipenuhi umat yang antusias hendak menerima berkat dari pastor dalam rangka peringatan Santo Blasius. Seperti telah diuraikan dalam artikel sebelumnya berkat Santo Blasius diberikan berdasar sejarah masa silam dari seorang uskup yang diangkat menjadi martir karena kegigihannya mempertahankan iman kepada Kristus.

Misa yang juga berlangsung tepat sebagai misa Jumat pertama bulan dipadati umat dari berbagai usia. Prosesi Ekaristi dilakukan sebagaimana biasanya, dipimpin oleh Pastor Agus, OFMCap yang juga memberkati lilin sebagai sarana berkat penyembuhan yang digunakan dalam prosesi pemberkatan. Usai lilin diberkati pada akhir Misa Ekaristi umat disilakan untuk maju dan masing-masing menerima berkat dari empat orang pastor yakni Romo Agus, OFMCap, Romo Gathot, OFMCap, Pastor Marius, OFMCap, dan Pastor Yerri, OFMCap. (Hes)



2 Feb 2017

SELAMAT JALAN, KAKEK SANDING...

SELAMAT JALAN, KAKEK SANDING...


Duka dan kehilangan kembali meliputi suasana hati umat Katolik. Jika beberapa waktu yang lalu salah seorang gembala Kapusin yang bertugas di Medan telah kembali ke pangkuan Bapa, kini Kapusin kembali harus kehilangan salah satu anggotanya, Pastor Matheus Sanding, OFM. Cap. Sosok yang akrab disapa kakek ini berpulang ke pangkuan Bapa pada Rabu, 1 Februari 2017. Kepulangannya cukup mengejutkan mengingat tak ada keluhan sakit selama ini yang diderita. Kepulangannya ke rumah Bapa pun terbilang begitu mudah dan tenteram. Kakek meninggal dunia pada saat tidur siang, suatu kondisi yang benar-benar di luar dugaan. Begitu banyak kenangan yang ditinggalkan kakek bagi orang-orang yang pernah berhadapan langsung dengan sosoknya. Beberapa waktu yang lalu ketika Kapusin merayakan puncak karya 111 tahun di Kalbar, kakek datang menyambangi pusat misi Kapusin pertama di Kota Singkawang. Pada saat itu hal paling tak terlupakan adalah manakala ia dengan semangat berkobar berdiri di mimbar dan mengatakan bahwa tahun ini adalah penutupan tahun Kerahiman Ilahi sementara pada saat bersamaan umat sudah bubar usai misa 111 tahun digelar. Satu hal yang terbersit saat itu adalah di usianya yang menginjak delapan dasawarsa, semangatnya masih selalu membara. Pribadinya pun selalu hangat terhadap siapapun yang dijumpainya. Jumat, 3 Februari 2017, kakek akan diantar ke peristirahatan terakhir di pemakaman Santo Yosef, Sungai Raya. Selamat jalan, Kakek.. Bahagia dan damai dalam peristirahatan kekal di rumah Bapa.. Kami semua sangat kehilangan. (Hes)

22 Jan 2017

KALA MEHWA BERSEMI DI HALAMAN GEREJA

KALA MEHWA BERSEMI DI HALAMAN GEREJA


Singkawang, Sabtu (21/1) Kesibukan menyambut Imlek tampak mewarnai Gereja Fransiskus Assisi, Singkawang. Beberapa orang terlihat memasang properti khas perayaan musim semi. Tiga batang pohon bunga Mehwa dan lampion-lampion menghiasi halaman persis di sebelah gerbang tahun kerahiman yang memang berornamen oriental kian menambah semarak suasana gereja yang berlokasi di jalur arteri kota. 

Gereja Katolik memang mengadopsi kultur budaya masyarakat dimana pun ia berada, tidak terkecuali di Kota Singkawang yang salah satu mayoritas sukunya adalah etnis Tionghoa. Sedianya selain mendandani gereja dengan properti khas musim semi, gereja juga akan menggelar Ekaristi khusus perayaan Imlek seperti tahun-tahun sebelumnya yang kali ini jatuh pada hari Sabtu, 28 Januari 2107. 

Akhirnya, selamat menyambut perayaan musim semi. Semoga di tahun yang baru ini segala berkat Tuhan menaungi kehidupan iman dan pendaran segala harapan dapat terwujudkan. Gong Xi Fa Cai.. (Hes)







26 Nov 2016

111 Tahun Kapusin, Totalitas Menggembala Oleh Mereka yang Berkaul Miskin

111 Tahun Kapusin, Totalitas Menggembala Oleh Mereka yang Berkaul Miskin


Tahun 2016 merupakan tahun istimewa bagi Ordo Kapusin Propinsi Pontianak. Ordo yang resmi berdiri 3 Juli 1528 ini, pada 2016 memasuki 111 tahun bermisi di Kalimantan Barat. 30 November 1905 silam, misi yang dirintis empat orang Kapusin asal Belanda ini menjadikan Kalimantan Barat, tepatnya Singkawang sebagai lahan garapan menabur benih ajaran Tuhan. Kala itu Singkawang otomatis menjadi stasi pertama dengan jumlah umat berkisar 300 dan didominasi oleh masyarakat Tionghoa. 

Seabad lebih berselang, pada 20 November 2016, berpusat di Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang tempat pertama kali Kapusin bermisi, digelar perayaan syukur 111 tahun karya misi Kapusin di Kalimantan Barat. Perayaan syukur digelar selama tiga hari berturut-turut dan melibatkan seluruh lapisan umat Katolik di Singkawang. Umat bahu membahu berupaya menyukseskan perayaan syukur para gembala yang selama ini telah dengan setia melayani mereka. 

Perayaan yang dimulai sejak Jumat malam, 18 November 2016 ini mengusung pentas hiburan rakyat sebagai magnet utamanya. Berbagai atraksi menarik yang berasal dari berbagai kring, persekolahan Katolik, Rumah Sakit St Vincentius, OMK, maupun sumbangsih dari lintas agama yang dimeriahkan dengan tarian rancak semarak oleh Yayasan Budha Maitreya sukses membesut perhatian tak hanya umat Katolik yang hadir saja. Hal ini tampak saat kegiatan dilangsungkan tidak sedikit warga yang kebetulan melintasi jalur utama kota menyempatkan diri menghentikan kendaraan guna menikmati hiburan yang memang digelar  tepat di halaman gereja. 

Tidak berhenti sampai di situ, pada Sabtu, 19 November 2016, tepat pukul 14.00 Wib, gereja bersama berbagai elemennya menggelar pawai napak tilas misi Kapusin. Beberapa jalur utama dalam kota yang dimulai dari SD Suster (Jalan P. Diponegoro), Jalan Niaga, Jalan Budi Utomo, Jalan Saman Diman, Jalan Setia Budi, Jalan Niaga, Jalan Sejahtera, dan berakhir di halaman Gereja St Fransiskus Assisi merupakan rute yang dipilih oleh panitia untuk melakukan kilas balik peringatan  111 tahun kaum berjubah coklat ini berkarya di Singkawang. Masih di hari yang sama, pada malam harinya kembali digelar pentas hiburan lanjutan.



20 November 2016, perayaan Ekaristi yang pada hari Minggu biasa dilangsungkan dua kali, khusus di tanggal ini hanya digelar satu kali. Ekaristi dipimpin langsung oleh Uskup Agung Pontianak sebagai selebran utama didampingi beberapa pastor Kapusin. Usai Misa Agung digelar dilanjutkan dengan perayaan sukacita. Umat tampak saling menyokong satu sama lain sekaligus merupakan bukti kecintaan yang luar biasa kepada para gembalanya. Seluruh umat terlibat aktif dalam menyukseskan gawe akbar perayaan syukur 111 tahun misi Kapusin, Sang Gembala yang berkaul miskin. (Hes)


 

Penutupan Tahun Kerahiman Illahi di Fransiskus Assisi

Penutupan Tahun Kerahiman Illahi di Fransiskus Assisi

 


Minggu, 13 November 2016. Seperti biasa Ekaristi dipersembahkan dalam dua kesempatan, pukul 06.00 dan pukul 08.00 Wib. Sedianya pada jadwal misa yang beredar setiap dua bulan sekali pada hari dan tanggal tersebut Ekaristi di Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang dipimpin oleh Pastor Pasifik. Namun ada yang berbeda pada misa kedua. Tiga orang Pastor Kapusin lain memulai perarakan dari halaman gereja menuju altar. Bukan tanpa sebab Ekaristi 13 November 2016 itu mendaulat P. William Chang, OFMCap yang juga Vikaris Jenderal  Keuskupan Agung Pontianak sebagai selebran utama didampingi Pastor Krispin, dan tentunya pastor paroki sebagai tuan rumah, Gathot Purtomo sebagai konselebran. Misa yang khusyuk diikuti umat Paroki Singkawang dan sekitarnya pada hari itu merupakan misa penutupan tahun Kerahiman Illahi. 

Penutupan  tahun kerahiman Illlahi sendiri sedianya resmi dilakukan pada 20 November 2016. Pada hari itu pintu tahun kerahiman di pusat gereja Katolik di Vatikan  akan ditutup oleh Paus Fransiskus. Di luar area itu penutupan dimajukan satu minggu sebelumnya, yakni pada 13 November 2016.

Tidak ada simbol khusus penutupan Tahun Kerahiman Illahi seperti pada pembukaannya tahun lalu, namun homili yang disampaikan Pastor William Chang cukup menjadi pemantik keimanan umat agar tak putus berharap pada curahan rahmat indulgensi yang akan menjangkau setiap hati yang sarat akan keyakinan pada Sang Sumber Rahmat. 

Dalam khotbahnya P. William juga menyoroti  perihal berbagai isu yang berkembang  di masyarakat. Topik paling hangat dan tak kunjung habis menjadi pembahasan adalah mengenai prediksi kapan dunia akan berakhir.  Tentang hal itu beliau mengingatkan kecuali Bapa di surga, tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan waktunya kiamat. Kita tak perlu takut dan cemas jika beriman  penuh pada Kristus karena  Kristus adalah kedamaian. Kedamaian dan penyembuhan dari luka-luka dosa telah diberikan Bapa melalui gereja yang sepanjang setahun kemarin membuka pintu kerahimannya.
Meski pada Minggu, 13 November lalu tahun kerahiman ditutup namun belas kasih Tuhan akan terus mengalir. P. William juga mengajak kita untuk tetap  mendaraskan Doa Koronka yang di dalamnya terdapat janji Bapa atas rahmat kerahiman yang terbuka lebar bagi semua jiwa. (Hes)

KEMERIAHAN KAUL KEKAL DAN PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA SUSTER KLARIS KAPUSINES SINGKAWANG


KEMERIAHAN KAUL KEKAL DAN PESTA PERAK HIDUP MEMBIARA
 SUSTER KLARIS KAPUSINES SINGKAWANG
 
 

Pagi yang cerah dan penuh kedamaian ini, Para Suster Klaris Kapusines atau lebih dikenal dengan sebutan Suster Slot di Providensia Singkawang sedang penuh dengan suka cita dan kegembiraan di dalam Tuhan. Selasa 1 November 2016 yang bertepatan dengan pesta hari raya semua orang kudus, Suster Slot, sebutan akrab para biara Klaris Kapusines, merayakan pesta Kaul Kekal Meriah dan pesta perak (25 tahun) hidup membiara. Suster yang mengucapkan Kaul Kekal Meriah adalah Suster Maria Agnes Silaen, OSCCap, sedangkan suster yang merayakan pesta perak adalah Suster M. Laetitia, OSCCap. 
 

Pesta meriah ini dikemas dalam suatu perayaan Ekaristi (Misa) di Gereja Katolik Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang. Misa ini dpimpin oleh Pastor Amandus Ambot, OFMCap, selaku Minister Provinsial Ordo Kapusin Pontianak dan didamping beberapa Pastor Kapusin dan Pastor SVD. Misa dimulai tepat pukul 09.00 dan diiringi oleh tari-tarian dari Sanggar Buria Enek, Persekolahan Katolik Nyarumkop, Singkawang Timur. Seribu lebih umat hadir memenuhi gedung Gereja Katolik ini. Kehadiran umat sangat membantu dalam doa dan sekaligus menyemarakkan rangkaian pesta iman ini. 

Inti dari pesta ini adalah pengucapan 3 kaul oleh Sr Maria Agnes Silaen, OSCCap. Di hadapan Abdis Sr Rosa OSCCap dan seluruh umat yang hadir, Sr Agnes mengucapkan 3 kaul kepada Allah. Abdis adalah sebutan untuk pimpinan Biara Klaris Kapusines. Ke 3 kaul tersebut adalah kemurnian (tidak menikah), ketaatan, dan tanpa milik (kemiskinan). Kaul adalah janji suci yang diucapkan oleh seorang anggota religius untuk mengikuti jalan panggilan Tuhan. Misa ini selesai pada pukul 11.30 dan dilanjutkan dengan ramah tamah / resepsi dan santap siang bersama di halaman samping Biara Providensia. Selamat dan sukses untuk Suster Agnes dan Suster Laetitia. Semoga makin mantap dan selalu setia mengikuti panggilan Tuhan. (Eko Heru Nugroho)

TRANSITUS DAN PERAYAAN SYUKUR ST. FRANSISKUS DARI ASSISI, BAPA PELINDUNG PAROKI

TRANSITUS DAN PERAYAAN SYUKUR

ST. FRANSISKUS DARI ASSISI, BAPA PELINDUNG PAROKI 

Senin, 3 Oktober 2016 seperti tahun-tahun sebelumnya terlihat suasana yang berbeda di Gereja Pusat Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang, terutama menjelang Hari Raya St. Fransiskus Assisi. Peristiwa ini disebut oleh Keluarga Fransiskan-Fransiskanes sebagai “Transitus St. Fransiskus Assisi”. Apakah yang dimaksud dengan ‘Transitus’? Transitus adalah suatu istilah untuk mengilustrasikan beralihnya jiwa si miskin dari Assisi, dari dunia fana menuju surga penuh kemuliaan. 

Keluarga Fransiskan-fransiskanes Singkawang (suster SFIC, bruder MTB, Saudara Kapusin, Suster Klaris Kapusines, OFS (Ordo Fransiskan Sekular) dan Suster KFS), anak-anak asrama asuhan Bruder MTB dan suster SFIC serta umat se-paroki Singkawang memperingati Transitus St. Fransiskus Assisi dengan ibadat bersama. Ibadat bersama ini dipimpin oleh P. Gabriel Marcel, OFMCap dibarengi dengan permenungan mendalam dan khusyuk melalui drama singkat Transitus St. Fransiskus. Drama ini diperankan oleh para saudara Novis Kapusin Gunung Poteng. 

Adapun butir-butir renungan Ibadat Transitus disimpulkan oleh P. Gabriel dengan melihat kembali pengalaman hidup Fransiskus mulai dari pertobatannya sampai ia sendiri menghadapi kematian badani. P. Gabriel kembali menegaskan bahwa hidup St. Fransiskus adalah menepati Injil secara sederhana tetapi sempurna. Inilah yang menghantar dia ke negeri orang-orang yang hidup. Inilah yang membuka matanya pada pandangan sempurna akan Allah. Inilah yang mengangkat Fransiskus masuk ke persekutuan paling akrab dengan Allah Tritunggal, yang dirindukannya di atas segala-galanya. St. Fransiskus setia dalam menepati Injil sampai akhir hidupnya. Di akhir permenungan, P. Gabriel juga mengajak Keluarga Fransiskan-fransiskanes agar tetap setia pada janji yang telah diucapkan seturut “Ajakan Bapa Kita St. Fransiskus,” melakukan yang kita janjikan dan mendambakan yang dijanjikan kepada kita. Nikmat singkat, siksa kekal. Penderitaan tak berarti, kemulian tak terbatas. Banyak orang dipanggil, sedikit dipilih, semua orang mendapat balasan. 

Setelah mengakhiri permenungan singkat ini, acara dilanjutkan dengan  pembaharuan janji setia para Saudara-saudari Fransiskan kepada Tuhan dan sesama. Janji setia yang telah diucapkan ini menjadi tanda kesetiaan, keikutsertaan mereka dalam melakukan kehendak Allah, mewujudnyatakan karya keselamatan di tengah-tengah gereja dan dunia zaman ini. Dan Ibadat Transitus ditutup dengan pembagian roti St. Fransiskus sebagai tanda pemberian diri total para pengikutnya kepada Allah dan berbagi kasih terhadap sesama. 

Demikian proses Ibadat Tansitus berjalan dengan baik menyongsong perayaan besar St. Fransiskus Assisi keesokan harinya. Perayaan ini dimulai pada Selasa, 4 Oktober 2016 pukul 18.00 WIB dengan Misa Syukur Hari Raya St. Fransiskus Assisi. Misa syukur dipimpin oleh P. Gabriel Marcel, OFMCap sebagai selebran utama dan sebagai konselebran P. Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap, P. Yeremias, OFMCap dan P. Felix Triono, OFMCap. Perayaan ini diikuti oleh seluruh umat Paroki Singkawang dengan khidmat dan penuh sukacita. (Fr. Diego)

Pengalaman Pertama Donor Darah yang Menegangkan

Pengalaman Pertama Donor Darah yang Menegangkan


Hallo pembaca Buletin Likes yang budiman. Anda jika mendengar donor darah, mungkin pernah bertanya “Seperti apa sih rasanya donor darah?”, “Sakit ga sih?”. Pertanyaan-pertanyaan tersebut seringkali muncul di benak orang-orang yang belum pernah melakukan donor darah. Wajar saja, karena hampir semua hal yang berhubungan dengan darah memiliki kaitan erat dengan rasa sakit. Apalagi jika darah kita yang keluar dalam jumlah yang cukup banyak. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut saya akan berbagi cerita tentang pengalaman pertama saya melakukan donor darah.

Sebelum masuk lebih lanjut  lagi, kita perlu mengetahui apa sih itu donor darah dan apa tujuannya. Donor darah adalah proses pengambilan darah untuk disimpan di dalam bank darah sebagai stock darah bagi orang-orang yang membutuhkan transfusi darah. Hal ini sangat penting sekali mengingat ketersediaan darah untuk transfusi akan sangat membantu untuk menyelamatkan nyawa orang lain yang membutuhkannya.

Pada tanggal 28 Agustus 2016, Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi mengadakan aksi donor darah yang diadakan di pelataran Gua Maria. Acara ini diselenggarakan oleh Orang Muda Katolik yang bekerjasama dengan PMI Kota Singkawang. Banyak sekali umat yang mendaftarkan diri untuk mengikuti aksi donor darah tersebut. Saya sendiri pada saat itu bertugas sebagai panitia yang mengurus pengisian formulir untuk para pendonor. Pada saat itu saya sama sekali tidak berpikiran untuk mendonorkan darah saya karena di dalam kepala saya sudah banyak sekali ketakutan-ketakutan yang ditimbulkan oleh berbagai macam pertanyaan seperti di awal bacaan tadi. Belum lagi saya pernah mendengar isu yang belum tentu jelas kebenarannya bahwa ada pendonor yang darahnya tidak bisa berhenti mengalir setelah melakukan aksi donor dan ada juga pendonor yang luka bekas jarum donornya memancurkan darah ketika mengangkat benda berat setelah melakukan aksi donor darah. Pokoknya saya tidak mau melakukan donor darah.

Tetapi Tuhan berkata lain, mungkin karena tahu kalau saya takut untuk mendonorkan darah, diam-diam seorang teman saya yang pada saat itu juga menjadi panitia (Paulina Puspitasari) mengambil sebuah formulir pendaftaran donor darah dan mengisinya dengan data saya. Setelah data tersebut terisi penuh dengan santainya ia memberikan formulir tersebut untuk saya bubuhi tanda tangan. Sontak melihat hal tersebut saya menolak untuk melakukannya. Perdebatan pun terjadi. Saya tetap kukuh menolak untuk menandatangani formulir tersebut. Di sisi lain teman saya dengan gigih berusaha meyakinkan saya bahwa donor darah tidak seseram yang saya bayangkan. Entah ia ingin mengerjai saya dengan menyodorkan rasa takut akan donor darah di depan wajah saya atau ia memang ingin meyakinkan saya.

Sejenak saya terdiam dan bertanya dalam hati. “Jika donor darah menyeramkan, mengapa banyak umat yang mendaftar? Jika donor darah berbahaya, mengapa gereja memfasilitasinya dan  mengapa orang-orang kesehatan sangat menganjurkan untuk melakukan donor darah?” Akhirnya dengan berat hati saya pun membubuhkan tanda tangan saya di atas formulir tersebut. Toh hidup hanya sekali, apa salahnya saya mencoba hal yang  cukup menantang seperti ini celetuk saya di dalam hati bertujuan untuk menguatkan mental. 

Tidak lama setelah mengumpulkan formulir, saya pun dipanggil tim dokter untuk melakukan check up. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah saya layak atau tidak untuk melaukan donor darah dari segi kesehatan dan kekuatan fisik. Tensi dan tekanan darah saya pun diukur oleh para dokter tersebut dan TERNYATA saya layak untuk melakukan donor darah. Sebuah jawaban yang bertentangan dengan hati kecil saya yang sebenarnya mengharapkan hasil sebaliknya. Namun semuanya sudah terlambat dan saya harus melanjutkan ke proses berikutnya yaitu masuk ke dalam ruang donor darah.

Ketika saya memasuki ruangan donor darah, saya melihat sebuah tumpukan yang mirip dengan kantong infus yang berisikan darah para pendonor sebelum saya. Sebelum berbaring di tempat tidur saya sempat bertanya kepada seorang perawat. “Kak bagaimana jika ternyata darah di dalam kantong darah ini milik seseorang yang memiliki penyakit berbahaya yang bisa ditularkan melalui transfusi darah?” Saya menanyakan hal tersebut karena sebelumnya tidak ada test untuk mengetahui apakah para pendonor yang akan mendonor memiliki penyakit yang bisa ditularkan melalui transfusi darah atau tidak. Perawat tersebut menjawab “Nanti setelah terkumpul, darah-darah ini akan diperiksa di lab dan jika ditemui penyakit di dalamnya, maka si pemilik darah akan dihubungi melalui kontak yang  tertulis di dalam formulir donor darah.” Saya pikir bagus juga, hitung-hitung cek kesehatan gratis.

Akhirnya saat-saat yang paling menyeramkan pun tiba. Saya harus berbaring di tempat tidur dan bersiap untuk melakukan transfusi darah. Teman saya yang dengan jahilnya menulis data saya di dalam formulir tadi juga ikut mendampingi saya pada saat itu. Seperti kata-kata orang pada umumnya ia mengatakan “Ga sakit kok, cuma seperti digigit semut.” Tapi saya tidak semudah itu percaya ketika melihat jarum yang sudah terhubung dengan kantong darah yang siap menampung darah saya mendekat. Beberapa kali saya meronta untuk mengelak dari jarum tersebut. Hingga akhirnya perawat tersebut mengatakan bahwa saya harus tenang supaya tidak terluka oleh gerakan saya sendiri. Saya akhirnya pun pasrah karena sadar bahwa tidak ada jalan untuk melarikan diri lagi dari semua ini. Ketika jarum tersebut mendekat, saya menutup mata dan bertanya “Sudah ditusuk belum?” mendengar pertanyaan saya tadi, perawat tersebut tertawa dan mengatakan bahwa jarumnya sudah menancap di tangan saya dan darah segar mulai mengalir melalui selang ke dalam kantong darah.

Tidak ada rasa sakit sama sekali. Bahkan digigit semut masih jauh lebih sakit jika dibandingkan dengan rasa ditusuk jarum donor. Mulai saat itu segala rasa takut saya terhadap donor darah hilang seketika. Saya juga merasa telah melakukan sebuah hal besar dalam hidup saya dan berencana untuk melakukan donor darah lagi di periode berikutnya. Begitulah pengalaman pertama saya melakukan donor darah. Selang beberapa lama setelah mendonor saya merasakan bahwa badan saya terasa lebih ringan, segar dan juga lebih sehat. Ayo jangan takut untuk mendonorkan darah! Setetes darahmu nyawa bagi sesama. (Gebot)

Semangat OMK Keuskupan Agung Pontianak dalam INDONESIAN YOUTH DAY II MANADO 2016: Indonesian Youth Day 2016....Go IYD..Go IYD..Go IYD..

Semangat OMK Keuskupan Agung Pontianak
dalam INDONESIAN YOUTH DAY II MANADO 2016:   
Indonesian Youth Day 2016....Go IYD..Go IYD..Go IYD..

IYD atau Indonesian Youth Day adalah Hari Orang Muda Se-Indonesia yang merupakan perjumpaan OMK Se-Indonesia. Acara ini digagas oleh Komisi Kepemudaan Konferensi Waligereja Indonesia dan disetujui oleh para Uskup. IYD pertama kali diselenggarakan pada tahun 2012 di Sanggau. Melihat semangat dari kaum muda pada IYD yang pertama, maka disepakati bersama untuk melaksanakan kegiatan akbar ini setiap lima tahun sekali. Kegiatan Indonesian Youth Day II pun disepakati untuk dilaksanakan di Keuskupan Manado pada tahun 2016 dengan tema “Orang Muda Katolik: Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk”. 

Tahun ini Keuskupan Agung Pontianak mengutus 76 orang peserta dari berbagai paroki yang berada dalam lingkup Keuskupan Agung Pontianak. Sebelum berangkat ke Manado sebagian besar peserta mengikuti PRA IYD I di Wisma Immacullata pada 22 - 24 Juli 2016 dan PRA IYD II di Rumah Retret Tirta Ria pada 28-29 September 2016. Kedua kegiatan tersebut dilaksanakan di Pontianak dengan maksud menyatukan dan mengakrabkan seluruh peserta dalam memahami tema serta maksud dan tujuan diselenggarakannya IYD II  tersebut.

Tanggal 30 September 2016 seluruh peserta IYD Keuskupan Agung Pontianak berangkat dalam 2 kelompok terbang menuju Manado dari Bandara Internasional Supadio.  Kloter kedua tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado tepatnya pukul 20:00 WITA, para peserta IYD KAP disambut dengan musik kolintang dan bersama kloter pertama yang sudah tiba lebih dahulu kami langsung dibawa Panitia lokal menuju Paroki Maria Ratu Damai, Uluindano, Tomohon sebagai tempat Live In peserta IYD KAP. Selama dalam perjalanan menuju Tomohon, kami merasakan sejuknya udara malam dan memperoleh banyak informasi tentang semua tempat yang dilalui. Akhirnya, peserta IYD KAP tiba di depan Gedung Kristianitas, di sana sudah ada begitu banyak umat paroki Maria Ratu Damai yang menunggu kedatangan peserta IYD KAP. Selanjutnya, kami disambut dengan Tari Kabasaran; tari penyambutan tamu khas Minahasa, yang membawa kami masuk gedung pertemuan paroki tersebut. Sambil bergerak masuk setiap peserta IYD KAP mendapatkan setangkai bunga segar dari umat paroki untuk merepresentasikan kota Tomohon sebagai kota bunga. Setelah itu acara dilanjutkan perkenalan dan makan malam bersama kemudian acara ramah tamah di mana kami dipertemukan dengan keluarga angkat yang dibagi panitia secara acak. Keseluruhan pelaksanaan IYD II di Keuskupan Manado berlangsung selama 6 hari. Dimulai dari hari Sabtu tanggal 1 Oktober 2016 sampai Kamis 6 Oktober 2016.

Peserta IYD KAP menghabiskan tiga hari pertama bersama keluarga angkat dan mengikuti berbagai macam kegiatan sehari-hari mereka. Banyak sekali kegiatan menyenangkan yang diikuti. Ada yang membantu orang tua angkatnya berjualan ikan, sayur, bertani, buka bengkel hingga menjadi tukang bangunan. Semua itu dilakukan dengan maksud agar para peserta mendapatkan pengalaman iman melalui interaksi lansung dengan keluarga angkat maupun masyarakat setempat dalam suasana persaudaraan penuh keakraban. Selain itu ada banyak sekali kegiatan rohani yang diikuti seperti bible sharing, misa dan doa rosario. Pada hari keempat peserta IYD KAP dan 0MK paroki Maria Ratu Damai Tomohon saling bertukar menu makanan. Dalam acara ini suasana kekeluargaan sungguh terasa erat sekali.

Setelah selesai bertukar makanan dan santap bersama, kami berangkat menuju garis start Defile IYD 2016 di Stadion Koni di Kota Manado. Defile atau pawai tersebut diikuti oleh seluruh kontingen IYD 2016 dari 37 keuskupan seluruh Indonesia ditambah dari keuskupan Kinabalu, Sabah, Malaysia. Defile dimulai pada pukul 15:00 WITA dan berakhir pada pukul 17:30 WITA di Stadion Klabat. Acara kemudian dilanjutkan dengan misa konselebrasi pembukaan IYD II Manado 2016 pada pukul 18:00 WITA, dipimpin oleh Uskup Manado, Yang Mulia Mgr.Yosef Suwatan, MSC bersama uskup lainnya, termasuk Uskup Agung Pontianak, Yang Mulia Mgr.Agustinus Agus. Selesai misa acara dilanjutkan dengan makan malam dan penampilan pentas seni oleh tuan rumah. Selesai acara di stadion Klabat ini, seluruh peserta diarahkan untuk menuju tempat puncak acara di Amphitheater Emmanuel Youth Center, di  Lotta, Pineleng. Peserta IYD Keuskupan Agung Pontianak mendapatkan tempat tinggal pada keluarga-keluarga di sekitar area komplek Amphitheater ini. 

Hari kelima tepatnya hari Rabu tanggal 5 Oktober 2016 dimulainya kegiatan inti dari seluruh rangkaian IYD II Manado 2016 yang dihadiri seluruh peserta. Kegiatan diawali dengan misa pagi dan dilanjutkan dengan NGOPI atau Ngobrol Pintar. NGOPI merupakan kegiatan sharing yang berisikan diskusi kelompok dan pembahasan materi yang dirancang menjadi 15 kelas terpisah dengan tema yang berbeda-beda dari berbagai narasumber : uskup, pejabat katolik, tokoh politik / masyarakat, maupun figur-figur orang muda katolik dalam bidang masing-masing. Beberapa tema yang menarik adalah: “OMK Mewartakan Evangeli Gaudeum (Sukacita Injil)”, “Aku Bangga Menjadi Katolik”, “OMK Berdialog Agama atau Kepercayaan Lain”, “OMK dan Budaya dalam Era Globalisasi atau MEA”, dan OMK Mendengar Panggilan Hidup Selibat atau Berkeluarga.” Tema-tema tersebut merupakan hal-hal yang harus dihadapi para Orang Muda Katolik dalam kehidupannya sehari-hari. Setelah mengikuti kegiatan sharing tersebut, diharapkan para peserta dapat membagi ilmu dan materi yang  didapatkannya kepada sesama. Setelah itu acara dilanjutkan dengan kegiatan jalan salib, makan malam, doa taize, pengakuan dosa dan berdialog dengan sosok orang tua.

Hari kamis tanggal 6 Oktober 2016 diawali dengan materi yang dibawakan antara lain oleh public figure seperti Daniel Mananta dan Wregas Bhanuteja. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan siang, menjelang misa penutup panitia IYD II Manado menghadirkan MENPORA Bp. Imam Nahrawi. Beliau memberikan motivasi dan semangat bagi Orang Muda Katolik agar semakin berkembang dan menjaga kesatuan NKRI dalam keberagaman. Setelah itu acara dilanjutkan dengan misa konselebrasi penutupan IYD II Manado 2016 dipimpin oleh Ketua Komisi Kepemudaan KWI, Mgr. Pius Riana Prapdi. Setelah misa berakhir acara diteruskan dengan makan malam bersama dan penampilan pentas seni dari setiap regio keuskupan. Peserta dari KAP menampilkan sendratari tentang kehidupan orang muda katolik dengan judul “Tanah Borneo”. Setelah semua rangkaian acara berakhir IYD II Manado 2016 resmi ditutup oleh Uskup Manado Mgr. Josef Swatan, MSC.

Hari Jumat tanggal 7 Oktober 2016 pagi kami dijemput oleh teman-teman OMK Paroki Maria Ratu Damai Tomohon dan rombongan untuk mengikuti city tour di sekitar kota Tomohon. Kami berjalan-jalan ke bukit doa, seminari, Danau Linau dan kembali ke rumah orang tua angkat masing-masing untuk persiapan menuju tempat acara perpisahan bersama umat Paroki Tomohon sekaligus menghadiri ulang tahun Pastor Paroki Maria Ratu Damai. Pada saat acara OMK Paroki Maria Ratu damai dan umat menampilkan berbagai macam penampilan dan dilanjutkan dengan pemberian souvenir kepada orang tua angkat masing-masing peserta IYD KAP. Sovenir-sovenir tersebut sebelumnya memang sudah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum keberangkatan. Acara dilanjutkan dengan malam keakraban hingga pukul 02:00 WITA.


Akhirnya, Sabtu 8 Oktober 2016 dini hari kami melakukan persiapan menuju bandara untuk pulang. Pesawat kami berangkat pukul 06:15 pagi dan siang harinya kami tiba dengan selamat di Pontianak. Senang sekali bisa menghadiri IYD II di Manado karena kami bisa menyaksikan dan merasakan keramahtamahan umat di sana. Kami juga bisa merasakan bagaimana menyatu dalam kehidupan dengan budaya yang berbeda. Tema IYD II “OMK: Sukacita Injil di Tengah Masyarakat Indonesia yang Majemuk” pun sangat terasa sekali. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan juga sangat membantu kami dalam memaknai kehidupan sehari-hari agar menjadi lebih baik lagi di masa depan. Semoga dengan semangat IYD, Orang Muda Katolik bisa menghayati iman mereka di tengah masyarakat yang majemuk dengan mewartakan sukacita Injil. Go IYD! Go IYD! Go IYD!! Salam Sukacita Injil. (OMK-KAP)


16 Sep 2016

Pernikahan Katolik: Satu, Tak Terceraikan, Selalu Dibaharukan

Pernikahan Katolik: Satu, Tak Terceraikan, Selalu Dibaharukan

 


Jumat, 6 Mei 2016. Usai perayaan Ekaristi Jumat pertama bulan, sebanyak 49 pasangan suami istri dengan antusias mengikuti pembaharuan janji pernikahan. Acara yang sebelum-sebelumnya acapkali digelar namun tanpa mengambil waktu khusus, kali ini dipimpin oleh Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap.

Berbeda dari yang sudah-sudah, pada kesempatan ini pembaharuan janji pernikahan pasutri secara khusus dijadwalkan. Hal tersebut ternyata digagas oleh para pengurus Dewan Pastoral Paroki Seksi Keluarga. Bukan tanpa maksud prosesi sederhana namun sarat makna ini digadang. Selain tujuan utama yakni pembaharuan janji pernikahan dilangsungkan, syahdan setelah itu berbagai game-game seru diadakan. Hal ini diharapkan sekaligus sebagai ajang silaturahmi antarpasangan maupun keluarga dalam lingkup Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang.


Permainan dalam ajang kali ini dipandu oleh Br Gregorius Petrus Boedi Sapto Noegroho, MTB. Permainan itu sendiri terdiri dari tiga jenis, yakni merayu pasangan, mengukur kekompakan dengan menjawab berbagai hal yang berkaitan dengan pasangan, dan lomba peragaan busana berpasangan. Selama permainan berlangsung, derai tawa tak surut mewarnai lingkup Gereja St Fransiskus Assisi, tempat di mana acara tersebut digelar.

Para pasangan yang hadir tampak begitu antusias dengan digelarnya acara ini. Beberapa di antara mereka berharap agar acara serupa dapat menjadi agenda tahunan dan mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah peserta maupun berbagai bentuk kegiatan lainnya. (7539)

14 Sep 2016

Perayaan Yubileum Saudara-Saudara Kapusin di Singkawang

Perayaan Yubileum Saudara-Saudara Kapusin di Singkawang

Senin, 1 Agustus 2016 merupakan hari yang tak akan terlupakan bagi Saudara-Saudara Kapusin. Pasalnya di hari itu para saudara yang identik dengan jubah coklat itu merayakan yubileum yang dipusatkan di Kota Amoy, Singkawang. Adapun agenda perayaan yang telah digagas jauh hari tersebut meliputi tiga rangkaian yakni ziarah ke makam Saudara-Saudara Kapusin, misa bersama umat, dan temu umat dengan para Kapusin.

Pada agenda pertama ziarah ke makam diisi dengan pembacaan riwayat  tujuh belas Saudara Kapusin yang dimakamkan di pemakaman Singkawang. Riwayat para Saudara Kapusin tersebut dibacakan oleh P. Yeri. Secara singkat P. Yeri menjelaskan siapa mereka, apa karyanya dan dimana mereka berkarya. Harapannya supaya para Kapusin zaman sekarang bisa menimba semangat awal dari para misionaris awal dan mengenal siapa mereka dan karya mereka dalam misi awal. Teranyata masih ada juga beberapa saudara Kapusin yang dimakamkan di tempat lain spt di Kuching, Bengkayang, Sambas, Pontianak, Sanggau Kapuas. Beliau mengajak supaya mereka inipun dikenal dan didoakan. Selesai pembacaan riwayat hidup dilanjutkan  dengan Ibadat sore bersama. Dihadiri juga oleh para Suster SFIC, sebagian Panitia Kerahiman Ilahi dan beberapa umat. Selesai Ibadat sore diteruskan dengan tabur bunga dan meninjau lokasi “rumah masa depan” bagi para Kapusin. Lokasi ini ditawarkan sebagai salah satu kemungkinan “rumah masa depan” Saudara-Saudara Kapusin.


Usai ziarah dilaksanakan, acara berikutnya adalah Misa bersama umat. Bertempat di Gereja Paroki  pada pukul 18.00 dirayakan misa konselebrasi para imam Kapusin. Tercatat kurang lebih 50 saudara Kapusin yang terdiri atas para imam, bruder dan frater Kapusin menghadiri misa tersebut. Sebagai selebran utama Mgr Hieronymus Bumbum, Uskup Emeritus Keuskupan Agung Pontianak dan P. Amandus Ambot selaku Propinsial Kapusin Pontianak bertindak sebangai pengkotbah. Dalam kata pengantarnya Mgr Bumbun berkisah tentang karya misi awal dan perjuangan para Kapusin di bumi Kalimantan. Para Propaganda Fidei (Komisi Pewartaan Iman) menyerahkan tugas  pelayanan pewartaan iman di Bumi Kalimantan seluruhnya kepada para Kapusin dan karya misi ini berawal di kota Singkawang yang akhirnya menyebar ke hampir seluruh Kalimantan. Dalam kotbahnya P. Ambot menyampaikan beberapa alasan : pertama, untuk mengisi Tahun Kerahiman Ilahi yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus para Kapusin juga ingin berziarah ke tempat yang ditunjuk oleh Bapa Uskup Agung Pontianak. Kedua, mau mengenang karya misi Kapusin awal sehingga bisa menimba semangat mereka dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, mau menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan umat paroki Singkawang terhadap karya misi Kapusin dari dulu hingga sekarang. 

Usai Misa digelar, para Saudara Kapusin berkesempatan untuk mengadakan temu umat. Bertempat di Gua Maria, umat yang dimotori oleh Panitia Kerahiman Ilahi telah menyediakan semacam “pesta rakyat”.  Disediakan makanan dan minuman khas kota Singkawang yang bisa dinikmati oleh setiap orang secara gratis. Sambil menikmati makanan ringan ada iringan musik. Sebagian umat dan Kapusin menari bersama sehingga tercipta  interaksi yang hangat dan merakyat antara umat paroki Singkawang dengan Kapusin. (Gathot)

 

Yang Muda yang Berkarya dalam Militansi Kehidupan Menggereja

Yang Muda yang Berkarya dalam Militansi Kehidupan Menggereja


Minggu, 24 Juli 2016. Berlatarhalaman Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang, Komisi Kepemudaan panitia pra IYD (Indonesian Youth Day) Keuskupan Agung Pontianak yang dimotori oleh Kasianus Kurniawan melakukan perarakan replika Salib IYD 2016 yang lantas diserahkan kepada Ketua Dekenat Singkawang, Pastor Krispinus Endi, OFM. Cap., dan untuk selanjutnya diserahkan kepada Pastor Paroki Singkawang yang merupakan tempat peziarahan  pertama Salib IYD 2016. 

Penyerahan replika Salib IYD yang melibatkan seluruh OMK di stasi-stasi yang ada di wilayah Paroki Singkawang ini bukan tanpa maksud dan tujuan. Ditemui usai perayaan Ekaristi, pria yang akrab disapa Kas ini mengungkap, “Prosesi penyerahan salib dari Komisi Kepemudaan panitia pra IYD Keuskupan Agung Pontianak diantarkan dari komisi kepemudaan pra IYD pertama kali ke Paroki Singkawang. Salib sebagai tanda Kerahiiman Allah menjadi pemersatu dan terang bagi seluruh kegiatan OMK di seluruh paroki di Keuskupan Agung Pontianak. Agar seluruh teman-teman OMK mengalami merasakan sukacita kehadiran Allah di tengah-tengah mereka, tidak hanya OMK yang menjadi utusan paroki untuk ikut dalam even IYD, namun salib yang akan kita bawa dalam IYD yang akan digelar di Manado nanti bisa menjadi lambang pemersatu dan sukacita bagi seluruh OMK.”

Adapun Salib IYD 20016  dibawa ke Paroki Singkawang merupakan replika. Aslinya tetap berada di Keuskupan Agung Pontianak. Salib ini dirancang oleh tim IYD 2016 dari Komisi Kepemudaan Kesuskupan Agung Pontianak. Setelah melewati berbagai diskusi maka dirancang sekaligus dipilihlah berbagai bahan dasar pembuatannya. Bahan-bahan yang dipilih untuk membuat Salib IYD 2016 ini kiranya mengusung segala kearifan lokal. Dari bahannya saja menunjukkan bahwa pemilihan dan penetapannya berdasar kekayaan alam yang mudah dijumpai pada ranah lokal. Salib IYD ini berbahan dasar rangka rotan. Filosofi begitu kental dan sarat makna menjadikan rotan dipilih sebagai rangkanya. Rotan sendiri merupakan tanaman yang tumbuh hampir di seluruh dan begitu mudah dijumpai di seluruh pelosok Kalimantan Barat. Rotan tumbuh menjalar panjang mengikuti tinggi dan lebat pepohonan tempatnya bernaung, bisa mencapai puluhan meter panjangnya. Rotan sangat lentur, sederhana, kuat, dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Demikian hal yang sama diharapkan berlaku pula pada OMK agar dapat menjadi ‘rotan’ di dalam sisi kehidupannya; menjadi pribadi yang memiliki kelenturan/fleksibilitas dalam sikap dan perilaku, sederhana; memiliki tekad dan kemauan yang kuat dalam segala tindakan, pemersatu, sehingga sungguh-sungguh siap mewartakan sukacita Injil dan membawa manfaat bagi masyarakat di lingkungannya.

Bahan berikutnya adalah kulit kayu/kapuak. Kapuak merupakan kulit tanaman kayu tertentu yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan bagi keperluan hidup manusia, dan hingga saat ini masih bisa didapatkan di beberapa tempat, khususnya Kalimantan Barat maupun Kalimantan pada umumnya. Untuk siap digunakan kulit kayu mengalami proses yang ‘berat’ sampai menjadi kapuak, dan banyak digunakan untuk pengikat maupun berbagai keperluan hidup lainnya serta sekalipun dengan tampilan sederhana kapuak dapat diolah menjadi kostum/pakaian adat yang unik, alami, dan memiliki nilai ekonomis. OMK-pun setelah mengalami proses yang ‘berat’ dalam berbagai sisi kehidupannya diharapkan mampu menjadi pribadi yang tangguh, ulet dalam mewartakan Injil serta bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di lingkungannya. Bahan dasar lain yang juga digunakan adalah korpus dan pengikat dari kawat berunsur logam. Dalam hal ini bahan dasar logam merupakan elemen yang berasal dan ditemukan dari perut bumi dan mengalami proses pemurnian, baik itu proses sederhana maupun berulang. Setelah mengalami bentuknya yang baru, logam dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang beragam. Dalam Salib IYD juga terdapat simbol lingkaran dengan tiga duri di setiap sudutnya. Lingkaran sendiri merupakan sebuah bentuk yang tidak terputus, satu kesatuan, berkesan dinamis, dan siklus yang berulang. Lingkaran ‘berduri’ dan berwarna merah dan putih, melengkapi Salib yang merupakan wujud Kerahiman Ilahi, Allah Tritunggal Maha Kudus sendiri; merupakan kesatuan langkah hidup dan perjuangan OMK mewujudnyatakan iman Katoliknya di tengah keberagaman hidup berbangsa dan bernegara, serta sebagai bangsa Indonesia, dan dalam bimbingan Roh Allah sendiri menajdi100% Katolik, 100% Indonesia. 

Demikian kisah perjalanan Salib IYD 2016 yang menyambangi Paroki Singkawang sekaligus pemaknaan yang mendalam, melebihi sekadar tampilan fisik dan diharapkan mampu mewakili mengobarkan semangat kehidupan menggereja dan militansi iman kaum muda. (7539)
 

13 Sep 2016

SYD, Kobarkan Semangat Kaum Muda dalam Militansi Hidup Menggereja

SYD, Kobarkan Semangat Kaum Muda dalam Militansi  Hidup Menggereja

 


Singkawang Youth Day atau yang disingkat SYD sukses digelar pada 24 hingga 26 Juni 2016 lalu. Kegiatan yang merupakan wadah berkumpulnya Orang Muda Katolik se-Paroki Singkawang  dan diisi dengan berbagai hal positif tersebut bertempat di persekolahan Katolik SMP St Tarsisius Singkawang. Pemusatan digelarnya segala aktivitas dengan lokasi SMP St Tarsisius bukan tanpa sebab. Setidaknya dua hal menjadi alasan dipilihnya sekolah yang berlokasi di Jalan Gunung Bawang Pasiran, Singkawang Barat itu didapuk sebagai tempat digelarnya sebagian besar kegiatan SYD. Alasan pertama karena SMP St Tarsisius merupakan persekolahan yang dikelola oleh Pastoran Paroki Singkawang, dan alasan kedua karena letaknya yang strategis didukung lingkungan asri dan nyaman hingga memungkinkan segala aktivitas yang berkaitan dengan kegiatan SYD dapat digelar.

Segala rangkaian kegiatan yang dimotori oleh OMK Paroki Singkawang dan mendaulat  Sdr Gabriel Fileas, S.Ip sebagai ketua panitia penyelenggara ini terbilang sukses. Pasalnya jika dirunut dari segala persiapan yang dilakukan panitia penyelenggara dituntut berjibaku dengan waktu untuk menghimpun dana yang bersifat swadaya. Segala upaya dikerahkan dari mulai menggelar bazar, mengamen di berbagai kesempatan, hingga sebagian kecil diperoleh dari hasil kolekte umat sebagai alternatif terakhir yang ditempuh panitia. Tak tanggung-tanggung puluhan juta rupiah diggelontorkan demi menyukseskan SYD 2016.

Selama tiga hari sebanyak 199 peserta yang berasal dari berbagai stasi di Paroki Singkawang tampak antusias mengikuti seluruh kegiatan yang telah disusun sedemikian rupa oleh panitia. Tak hanya dijejali teori-teori tentang keimanan, para peserta juga secara tak langsung dibimbing psikisnya, dikobarkan semangatnya untuk menjadi militan terhadap kehidupan gereja dan  diajak turut serta dalam giat aktif, berbaur, berkreasi, dan berkompetisi memunculkan dan mengasah segala kompetensi diri.

Begitu banyak komentar positif yang terujar dari para peserta SYD 2016. Sebagian besar dari mereka merasa beruntung dapat menjadi bagian dari giat yang digagas dalam lingkup Gereja Katolik. Di sisi lain terdapat pula komentar bernada asa dari perwakilan OMK Paroki Pemangkat yang berharap penuh agar ikut dilibatkan dalam rangkaian kegiatan SYD, tak sekadar sebagai undangan dalam pembukaan yang kala itu diawali dengan misa. Felix Lawira perwakilan OMK Paroki Pemangkat menuturkan, “Kami sangat tertarik dengan digelarnya SYD, sayangnya hanya melibatkan OMK dari stasi yang ada di Singkawang. Semoga ke depannya jika diadakan acara serupa bisa mengundang OMK dari paroki lain, contohnya dari Paroki Pemangkat.”

Sedianya SYD 2016 akan dibuka oleh Gubernur Kalimantan Barat dan Walikota Singkawang, namun karena satu dan lain hal urung dilakukan. Sebagai gantinya dari pihak gubernur mengutus Alexander  Wakum, S.E., yang menjabat sebagai  Kasubag  Agama Kristen dan Katolik Kalimantan Barat dan walikota Singkawang diwakili oleh Kepala Dinas Badan Kesatuan bangsa dan Politik, Drs. Ahyadi, M.M. 

Ditemui  langsung usai membuka SYD, Alexander Wakum, S.E mengungkapkan bahwa kegiatan SYD merupakan momentum yang sangat baik untuk Gereja Katolik mengajarkan kepada muda-mudi Katolik agar mereka bisa hidup berlandaskan iman yang Kristus ajarkan, mereka bisa hidup jujur, berbaur, tidak menganggap diri eksklusif, dapat pula menjadi wadah yang membuat mereka melakukan hal-hal positif agar mereka bisa terhidar dari bahaya narkotika, seks bebas dan hal-hal tidak memuliakan Tuhan.

Besar harapan kegiatan serupa dapat kembali diselenggarakan dengan skala yang lebih besar dan kegiatan yang lebih beragam. (7539) 


Peresmian dan Pemberkatan `Santo Mikael` Pangmilang



Peresmian dan Pemberkatan `Santo Mikael` Pangmilang


Di ambang sore 18 Juni 2016, nun pada kilometer 12 kecamatan Singkawang Selatan dihelat gawe besar peresmian sekaligus pemberkatan Gereja Katolik Santo Mikael Pangmilang. Di tengah guyuran hujan yang tanpa ampun mendera sebagian besar wilayah Kota Singkawang ternyata tak menyurutkan iring-iringan kendaraan walikota, Drs. Awang Ishak, M.Si yang didaulat meresmikan gereja yang pengerjaannya memakan waktu menahun ini. Kala rombongan walikota hadir, Bapa Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus yang telah tiba terlebih dahulu dengan sigap menyambut kehadiran orang nomor satu di kota Singkawang tersebut.

Berjarak beberapa meter dari gereja, rombongan walikota bersama uskup diarak dengan tarian penyambutan yang menampilkan kebolehan dan aksi bujang dan dara-dara Dayak dalam gemulai gerakannya. 

Prosesi awal walikota yang didampingi uskup didapuk menebas bambu penanda gereja yang dikunjungi oleh walikota terbuka bagi umat Katolik pada umumnya maupun warga yang berkepentingan. Tak berhenti sampai di situ, walikota dalam sambutannya juga menggarisbawahi mengenai dana bantuan sosial yang akan dialirkan kembali guna menyempurnakan Gereja Pangmilang. Sontak hal tersebut mendapat tepukan meriah dari hadirin. Usai menyampaikan sambutannya walikota yang masih didampingi Bapa Uskup Agustinus Agus meresmikan Gereja Santo Mikael. Peresmian ini ditandai dengan dibukanya tirai yang menutup nama gereja sekaligus penandatanganan prasasti. 

Usai peresmian yang dilakukan oleh pemerintah kota, prosesi selanjutnya diambil alih oleh Bapa Uskup. Pemberkatan gereja dimulai dengan pembukaan pintu gereja oleh tokoh setempat lantas seluruh bagian gereja didupai dan direciki air suci oleh Bapa Uskup. 

Ditemui di tempat yang sama, Angguang, S.H., selaku ketua panitia pembangunan Gereja Santo Mikael Pangmilang mengungkapkan harapan atas dibangunnya Gereja Santo Mikael ini, “Semoga dengan dibangunnya gereja ini umat Katolik di Pangmilang dapat lebih mudah dalam beribadah sekaligus lebih bersemangat dalam membangun iman Katolik. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga kami haturkan kepada pemerintah kota Singkawang  dalam hal ini Bapak Walikota yang berkenan hadir meresmikan dan juga memberikan bantuan yang selama ini sudah kami terima dan kami manfaatan secara bertanggung jawab dalam pembangunan gereja ini, juga Bapa Uskup Keuskupan Agung Pontianak yang sudah menyiapkan waktu khusus untuk memberkati. Di samping itu terima kasih juga untuk seluruh umat dan donatur yang telah membantu secara moril maupun materil,” pungkasnya mengakhiri wawancara singkat. (7539)                

12 Sep 2016

Harapan Mengharu Biru Warnai Sambut Baru

Harapan Mengharu Biru Warnai Sambut Baru


Telah menjadi agenda tahunan Gereja Katolik di seluruh dunia untuk menerimakan Sakramen Ekaristi perdana (sambut baru/komuni pertama) bagi anak-anak maupun remaja yang sudah mengikuti proses pembelajaran dan pendalaman iman Katolik. Tak terkecuali dengan Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang yang pada Minggu, 29 Mei 2016 menerimakan Sakramen Ekaristi perdana pada 67 anak dan remaja. 

Rona gembira dan antusias terpancar tak hanya dari calon penerima Sakramen Ekaristi namun hal serupa juga menghiasi wajah para pembina Sekolah Minggu beserta orang tua yang selama setahun telah mempersiapkan sekaligus menanti salah satu momen paling berharga dalam nafas gereja dan keluarga Katolik ini. 


Misa pagi itu dipimpin oleh Pastor Paroki Singkawang, Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. Dalam homilinya, Pastor Gathot memaparkan hal-hal yang sangat esensial. Melalui kalimat-kalimat yang menyejukkan, beliau mengingatkan bahwa Allah melalui Yesus Kristus telah memberikan diri menjadi santapan rohani. Dalam kesempatan yang sama pula beliau mengajak seluruh yang hadir dalam perayaan Ekaristi tidak hanya sekadar merayakan Ekaristi namun menjadi Ekaristi itu sendiri melalui tindakan konkrit menolong orang lain dan tidak lari tanggung jawab. Beliau mengutip langsung pernyataan Sri Paus yang mengingatkan perihal tanggung jawab sebagai sesama manusia yang seyogyanya dapat berangkat dari hal sederhana namun sangat mendasar dengan tidak membuang makanan. Dengan membuang makanan berarti kita telah merampas hak orang miskin. Dari hal kecil tersebut dapat ditarik dua kesimpulan, kita diajak untuk peduli, kita juga diajak untuk menghargai makanan dan minuman, sekaligus memeriksa batin hal apa yang telah kita perbuat guna meringankan beban saudara-saudari kita yang kekurangan.

Usai merangkul umat yang hadir melalui khotbah sejuknya, pastor lantas memulai prosesi pemberkatan hosti. Syahdan, satu persatu calon penerima Tubuh dan Darah Kristus yang didampingi oleh orang tua maupun wali  masing-masing, maju menghampiri Pastor Gathot yang dengan tenang memegang piala berisi hosti dan memberikannya kepada putra-putri berjubah putih, pakaian khas sambut baru disusul kemudian oleh umat yang hadir. 

Usai menerima Tubuh dan Darah Kristus, penerima komuni pertama kembali menempati bangku-bangku di sayap kiri gereja berusia sembilan dasawarsa tersebut. Masing-masing larut dalam doa usai menjalani pengalaman pertamanya menerima salah satu dari tujuh sakramen dalam gereja Katolik.

Usai perayaan Ekaristi, semua penerima Sakramen Ekaristi perdana bersama orang tua dan wali diundang dalam acara ramah tamah yang bertempat di Gua Maria samping gereja. Dijumpai di sela-sela acara ramah tamah, Dionisius Liau, ayah dari Ignatius Widiawan Liau, salah satu penerima Sakramen Ekaristi asal SDS Cahaya Kebenaran ini mengungkap harapan yang mengharu biru,

“Semoga dengan sambut baru ini menjadikannya tumbuh lebih agamis, dekat dengan gereja, dijauhkan dari hal-hal buruk, dan kalau bisa saya sangat berharap ada panggilan sebagai imam atas dirinya,” pungkasnya mengakhiri wawancara singkat. (Hes)