Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri paroki. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri paroki. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

14 Apr 2020

KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (Bagian II)


Kabar gembira tentang berhasilnya Paroki Singkawang menembus angka 1000 subscriber youtube menjadi perbincangan hangat di antara kami, tim komunikasi sosial Paroki Singkawang. Tak habis-habisnya aku dan temanku terus memantau perkembangan subscriber yang signifikan terus beranjak naik. Saat itu tercatat sudah lebih dari 1200 subscriber.

"Hebat, Bro. Paroki kita akan segera mengudara di youtube!" kata temanku yang biasa menyapaku dengan sebutan bro hingga terkesan tak ada jarak lagi di antara kami.

"Eitss, jangan gembira dulu. Masih harus dibuktikan. Apakah bisa live atau tidak!" ungkap romo parokiku dengan nada yang terdengar agak pesimis namun kurasa sekuat tenaga berusaha beliau tepis.

"Akan saya coba dulu, Mo. Saya sudah dapat aplikasi yang disarankan," ungkapku dengan penuh optimis.

"Kalau begitu saya pindahkan wiffi dulu bagaimana? Biar tidak repot ke sana-sini, jadi nanti kalau sudah beres tinggal jalankan?" tanya romo kepada kami.

"Baiklah, saya coba dulu ya, Mo." 

Beberapa menit pertama ketika aku mencoba untuk memulai mengotak-atik aplikasi live ini, memang awalnya terasa gampang-gampang susah, namun aku mencoba memulainya dengan perlahan-lahan seolah orang yang baru belajar bagaimana cara mengotak-atik ilmu teknologi melalui gawai yang tersedia. Orang IT atau orang yang bisa dikatakan profesional saja butuh berminggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mengotak-atik ini, sedangkan aku harus berhadapan dengan H-1 menjelang misa hari Minggu esok, yang sudah harus live, karena kalau tidak maka umat yang ada di Paroki Singkawang pun kecewa. 

Dua puluh menit awal masih bisa kuikuti berbagai petunjuk aktivasi akun youtube dengan baik, sembari tak lepas dari pantauan romo yang juga tak putus mengajukan pertanyaan, "Apakah sudah bisa live?!" Pertanyaan yang terdengar sesederhana itu namun mampu membuatku menjadi gugup dan membuat tidak percaya diri akan kemampuan yang kami miliki. Memang, aku ini bukanlah orang yang ahli IT atau hal sejenis media sosial. Aku hanya bisa menulis!

Di menit menuju 40, aku sudah mulai kewalahan, karena tingkatan ataupun caranya semakin sulit untuk dimengerti, dan pada akhirnya ketika kamera sudah menunjukkan terkoneksi, seketika aku sempat merasa senang dan mencoba membuka youtube apakah berhasil atau tidak. Segera kuambil piranti komunikasi yang ada di dekatku, dan mencari laman youtube bernama Paroki Singkawang, aku sudah terkoneksi dan ternyata live streaming sudah aktif tetapi gambar tidak muncul di layar kamera alias gelap tanpa suara, sama seperti hatiku yang suram tanpa kata-kata ketika melihat hal itu. 

Seketika, romo kembali menanyakan kepada saya, "Bagaimana, Bro? Sudah berhasil?"

Jawabku kepada beliau, "Belum, Mo, masih belum ter-connect"

"Atau kita tetap pakai Instagram saja, ya?" ujar romo dengan nada cemas.

"Jangan, Mo, tunggu dulu, saya coba lagi."

"Baiklah, coba sampai bisa ya, pasti bisa kok!" sambung romo memberikan semangat kepadaku.

Aku terus mengikuti tutorial dari awal hingga 6 kali dan kenyataanya permasalahan masih saja sampai di gagalnya terkoneksi antara gambar dan suara. Aku sempat memegang kepala yang sudah mulai pusing dan berat, sembari meminum secangkir teh yang ada di hadapanku. 
Romo kemudian datang lagi, untuk yang ketiga kalinya memastikan apakah kali ini benar-benar bisa dan berhasil, 

"Bagaimana? Sudah bisa?"

Kendalanya tidak ter-connect ke kamera, Mo. Haduh bagaimana ya?" jawabku dengan nada mulai pesimis seakan tak mempunyai harapan lagi untuk live.

Pada saat yang sama teman-temanku yang ada di pastoran datang, mereka kembali setelah memasang jaringan internet nirkabel di dalam gereja. Mereka sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan aku yang masih diliputi kegalauan. 

Saya memberitahu kepada mereka, bahwa kendalanya ada di bagian koneksi kamera ke laptop yang masih belum berhasil. Akhirnya teman-temanku juga berjuang dan berusaha bagaimana caranya dengan menanyakan kepada teman-teman mereka, bahkan ke frater novis yang ahli IT sekalipun tidak sanggup menanganinya. 

Sejurus kemudian aku mengambil hp, mencari secercah harapan sambil memantau akun Youtube Paroki Singkawang yang sudah mencapai 2000 subscriber kala itu. Tak lama berselang aku  mendapat pesan dari seorang teman bahwa bisa menggunakan aplikasi lain untuk live streaming. Aku langsung mencoba mencari dan mengunduhnya. Dua puluh menit awal aku mempelajari aplikasinya, dan ketika sudah sampai ke bagian koneksi antar hp dengan wifi, hatiku mulai dag dig dug tak karuan. 

'Ready' muncul tulisan Ready untuk live. Terasa ada yang meledak Bahagia dalam hati ketika membaca tulisan itu. Seketika aku membuka youtube paroki, dan ternyata bisa! 

"Horeeeeee…" teriakku penuh kegirangan. Aku segera menghambur ke pastoran menemui romo untuk memberitahu romo terkait hal itu dan mengajak romo untuk membuktikannya. Romo juga tak kalah gembira sambil melihat, 

"Loh kok ada muka saya di situ?" ujar romo. 

"Iya, Mo, kita kan sedang live!" ujarku bersemangat. 

Seketika, perasaan dan situasi yang suram tanpa harapan itu membuat kami semuanya bersorak, terlebih lagi ada salah satu umat yang menyatakan kegirangannya lewat live chat kami. 

"Hore! Mantap Paroki Singkawang!" kalimat sederhana itu seketika membuat kami kembali bersemangat untuk kembali melayani serta berperan aktif. Bagaimana mungkin? Hal yang hampir membuat kami putus asa pada akhirnya bisa membuahkan hasil untuk kami. 

Hal yang bisa kita pelajari adalah, bahwa dalam keadaan apapun percayalah pada usaha kita, jangan pernah mengeluh dan berputus asa, walau harapan itu hanya sedikit tetapi, kita bisa mengubah yang sedikit itu menjadi sebuah momentum bagi kita untuk memecahkan kebuntuan yang kita alami. 

Mari, jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena dengan mencoba kita mengetahui. Dengan kita mengetahui kita mempelajari. Dengan mempelajari kita membuahkan hasil. Dengan adanya hasil kita memberikan buah kepada orang-orang yang membutuhkan. Izinkan aku sedikit mengambil kutipan motto salah seorang kebangganku yang kujadikan pedoman hidup. Begini kalimatnya, "Ubi ego sum ibi Deo Servio" yang artinya "Di manapun aku berada, aku akan mengabdi kepada-Mu ya Tuhan." 

Akhir kata kuucapkan terima kasih dan mari bersama kita tak putus asa mempelajari hal-hal dan menjalani pengalaman baru. Selamat Paskah, Tuhan memberkati! (Leo)




15 Jan 2016

SETAHUN BERSAMA, LIKES SEBAGAI MEDIA DAN JURNAL PEMULA

SETAHUN BERSAMA, LIKES SEBAGAI MEDIA DAN JURNAL PEMULA




“………………………………..
Pena dan penyair keduanya mati, berpalingan.”

(Chairil Anwar dalam Nocturno (fragment))


Desember 2014 Edisi Perdana, Awal Tahap Belajar Bersama

Penggalan puisi di atas jika ditinjau dari kacamata sastra menunjukkan adanya keterkaitan besar pada kedua objeknya, pena dan penyair. Sekadar meminjam istilah saja, ketika hal serupa dihubungkan dengan penulis dan media. Seseorang belum dianggap penulis jika tulisannya belum dibaca orang lain. Persoalan tulisan yang dihasilkan berbobot atau tidak, maka kembali pada kemampuan penulisnya sendiri dalam mengemas pemikiran atau hal yang diberitakan dan merangkainya dengan estetika bahasa menjadi satu kesatuan yang layak baca. Hal serupa berlaku pula pada media yang memuat karya penulis. Suatu media akan diperhitungkan jika mampu memberikan kontribusi yang dibutuhkan guna memuaskan dahaga informasi pembacanya. Masih ada kaitan dengan penulis dan karyanya, media dan isinya, pada Desember 2014 lalu, menjadi satu langkah nyata dari sekelompok orang yang disatukan dalam ide pengejawantahan media informasi seputar paroki. Hanya dalam hitungan pekan, bermodal tekad dan kemauan, edisi perdana LIKES diluncurkan. Kala itu awak redaksi digawangi sebelas sukarelawan. Masing-masing dipercaya untuk menangani bidangnya. LIKES sendiri bagi redaksi tak lain sebagai wadah belajar dan media penyalur hobi menulis. Perkara edisi perdana muncul pada Desember 2014, LIKES lebih menekankan pada berbagai kegiatan gereja di masa Natal. 

Maju Bersama dalam Dinamika

Bukan perkara mudah menyatukan pemikiran dari beberapa kepala, bukan hal gampang mencocokkan waktu bertemu dengan beberapa individu, bukan masalah ringan membagi jadwal liputan dan kapling tulisan mengingat masing-masing personil memiliki beragam kesibukan. Mendewasa dalam dinamika, menyeimbang dalam sikap saling pengertian, menjadi eksis dalam kesadaran tentang konsistensi kebersamaan, hal tersebut menjadi landasan kuat untuk selalu mewujudkan setiap edisi buletin paroki. Berbagai  rintangan kecil menjadi aral penerbitan LIKES. Gejolak paling menjadi riak dalam proses penerbitan LIKES timbul manakala bongkar pasang personil yang menangani  pe-layout-an harus dilakukan. Dalam kurun waktu satu tahun, pada tujuh edisi yang telah diterbitkan, tercatat sudah empat layouters menanganinya. Hal tersulit dihadapi kala harus kehilangan selama-lamanya personil  layouters  untuk edisi kedua yang  berasal dari kalangan profesional. Kekalutan sempat benar-benar  melanda segenap awak redaksi LIKES, namun berkat Tuhan kiranya selalu melingkupi niat baik yang lantas dijawab-Nya dengan hadirnya layouters yang baru.           

Berat Sama Dipikul, Ringan Berdampak ‘Ampul’

LIKES, media sederhana wadah belajar bagi para penulis pemula, kini di usianya yang baru satu tahun  digawangi oleh 12 orang awaknya. Ada banyak keterbatasan yang dimiliki sebelas orang pencetus awalnya hingga dengan berbagai pertimbangan, redaksi mengajak rekan-rekan lain yang memiliki hobi dan potensi serupa penunjang kokohnya sebuah media untuk bergabung di dalamnya. Bongkar pasang personil menjadi hal tak asing bagi media yang tak dimungkiri masih penuh kekurangan di sana-sini.  Dengan digarap 12 orang kru, rasanya pekerjaan redaksi dalam mewujudkan eksistensi  informasi paroki semakin teratasi. Ya, beban berat yang sama dipikul tentunya akan berdampak ‘ampul’ (kecil dan ringan).     

Menyuguhkan Berita, Membaca  Pembaca

Selama setahun, berbagai hal berkaitan aktivitas lingkup Paroki Singkawang diberitakan. Tercatat enam edisi sebelum edisi terakhir yang kini berada di tangan pembaca ini diluncurkan. Dalam dinamikanya, sekali dalam sebulan awak redaksi dikumpulkan guna membahas isi buletin ke depan. Berbagai informasi yang diperoleh dari pastor paroki menjadi modal dasar lingkup pemberitaan kami. Tidak hanya itu, informasi kegiatan dari pembaca di seputar paroki pun menjadi ‘undangan’ khusus bagi  kru redaksi untuk mewujudkan suatu informasi.   

Tak Ada Gading yang Tak Retak, Tak Ada Donatur LIKES Tak Naik Cetak

Sebagai media berumur batita (bawah tiga tahun), LIKES tidak pernah lepas dari kekeliruan maupun kesalahan. Salah cetak, luput dari proses pengeditan, kekinian berita yang kadang  dipertanyakan,  hingga konsistensi waktu penerbitan sebuah media yang sifatnya berkala. Meski tercatat pernah satu kali mengalami keterlambatan penerbitan namun dengan segenap hati, tenaga dan pikiran, redaksi selalu berusaha menjumpai pembaca setia tepat pada waktunya. Tak dapat dimungkiri pada edisi perdana LIKES, kekurangan masih terserak di sana-sini, baik dari segi isi maupun tampilan, melalui tahapan mendengarkan masukan, saran dan kritikan dibarengi perbaikan, maka perubahan perlahan-lahan lantas dilakukan. Edisi perdana juga terbit berkat kegigihan dari seksi usaha dana yang harus ‘bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Mencari pemasang iklan dahulu, barulah terbit kemudian.’ Dalam setahun perjalanan, lagi-lagi seksi usaha danalah yang menggeliat dalam sepak terjang. Ranum dan manis hasil yang didapatkan. Hingga tujuh edisi berjalan segala yang berkaitan dengan pendanaan disokong sepenuh-penuhnya oleh para donatur yang berperan. Di usianya yang pertama LIKES telah mengukuhkan diri sebagai salah satu bagian dari paroki.       

Di Kemudian Hari Ada Regenerasi

Menuntaskan dahaga informasi pembaca yang tak kenal batas ruang dan waktu sungguh menjadi kenikmatan tersendiri bagi redaksi. Terdapat kepuasan mana kala LIKES ditunggu dan dipertanyakan tentang waktu penerbitan oleh pelanggan, itu artinya kehadiran kami sungguh dinantikan. Namun tetap ada yang mengganjal mengingat keberlangsungan media yang terbit dua bulanan ini digawangi oleh generasi yang secara usia dapat dikatakan matang. Memang usia tidak bisa menjadi alasan untuk produktivitas seseorang, namun sungguh, mimpi kami dari pihak redaksi di kemudian hari  ada regenerasi, agar media informasi paroki berbanderol LIKES ini tetap kokoh berdiri. 

Pembaca Tak Hanya Membaca  

LIKES adalah media dan jurnal pemula. Sejak awal berdiri, redaksi tak putus-putus mengundang pembaca untuk ikut berkarya di dalamnya. LIKES bukan hanya milik redaksi. Seluruh pembaca memiliki hak berkarya di dalamnya. LIKES merupakan wadah penampung kreativitas, tempat belajar, dan media penyampai informasi. Didasari tujuan awal terbentuknya, maka redaksi mengajak pembaca untuk tidak hanya membaca, namun terlibat secara aktif dalam mewujudkan eksistensi media informasi tercinta kita ini. (Hes)   



10 Sep 2015

40 TAHUN IMAMAT PASTOR PASIFIKUS TJIU, OFMCap

40 TAHUN IMAMAT PASTOR PASIFIKUS TJIU, OFMCap


Hari Minggu 12 Juli 2015 merupakan hari yang sangat istimewa bagi Pastor Pasifikus Tjiu, OFMCap. Pada hari itu beliau merayakan 40 tahun imamatnya. P. Pasifikus berkesempatan memimpin misa syukur bersama Pastor Paulus Kota, OFMCap yang juga merayakan 40 tahun kehidupan membiaranya. Pastor Paulus Kota merupakan sahabat dan teman seangkatan beliau ketika menjalani masa pendidikan untuk menjadi calon imam. Misa syukur dipersembahkan di Gereja St. Fransisikus Assisi Paroki Singkawang.

Pastor Pasifikus Tjiu, imam kelahiran Singkawang 16 April 1944 merupakan anak laki-laki pertama dari 12 bersaudara. Sejak kecil beliau sudah dipersembahkan untuk gereja oleh kedua orang tuanya. Beliau dibabtis dengan nama Fidelis yang berarti kesetiaan. Pastor Pasifikus selalu didoakan orang tuanya agar selalu setia menjalani panggilan hidupnya.

Panggilan merupakan suatu anugerah dan misteri Allah kepada setiap manusia yang dikehendaki-Nya dengan didasari oleh iman manusia itu sendiri. Panggilan itu juga merupakan inisiatif Tuhan dengan bebas kepada seseorang yang dengan bebas juga mau menanggapi dan menjawab panggilan tersebut. Menjawab panggilan inilah, Pastor Pasifikus mengikuti pendidikan seminari di Nyarumkop ketika beliau kelas 2 SMP. Berkat doa dan keberanian serta dukungan dari orang tua, keluarga, saudara dan berbagai pihak, beliau menyelesaikan pendidikan seminarinya dan menjalani masa novisiat di STFT Pematang Siantar, Sumatera Utara.

Pada 1975 beliau menyelesaikan pendidikannya dan ditahbiskan di Gereja St. Fransiskus Assisi Paroki Singkawang oleh Mgr. Herculanus Joannes Van Burgt, OFMCap dan berkarya selama 4 tahun sebagai pastor paroki di Gereja Katedral Pontianak. Kemudian pada 1979-1982, beliau diutus untuk menlanjutkan studi di Roma. Kepribadiannya yang pantang mundur mau mengikuti Yesus yang tersalib itu telah membuatnya berhasil menyelesaikan pendidikan di Roma dengan prestasi yang sangat memuaskan. Setelah menyelesaikan pendidikan di Roma, ia kembali bertugas di Kalimantan Barat, yaitu di Paroki Bengkayang.

Pada 1984-2009, beliau kembali bertugas di Paroki Singkawang, kota kelahirannya menjabat sebagai pastor paroki, hingga saat ini beliau masih bertugas sebagai pastor pembantu di Singkawang. Pastor yang hobi berkebun ini tidak main-main dengan panggilan Allah, dengan penyerahan total beliau mengabdikan dirinya hanya untuk Tuhan, mau setia sampai mati sesuai seperti nama babtisnya, Fidelis (setia) 

Kesetiaan Pastor Pasifikus dalam menjalani panggilannya terlihat jelas dalam perjalanan waktu 40 tahun sebagai imam atau gembala serta jatuh bangunnya dalam menemui kerikil-kerikil tajam semasa pengabdiannya. Beliau sadar semua itu merupakan bagian dari hidupnya atau salib-salib kecil yang harus dipanggulnya bersama Yesus. Beliau mengerti menjadi pengikut Yesus harus menyangkal diri dan memanggul salib.

Pastor Pasifikus dalam menjalankan imamatnya memegang prinsip, “Segala sesuatu hanya bergantung pada Tuhan, bekerja sama dengan rahmat Tuhan dan selalu dekat dengan Tuhan Yesus.” Tantangan bukanlah akhir suatu perjuangan, melainkan guru untuk berkomitmet guna menemukan arti panggilan itu sendiri. Mengutip pernyataan dari seseorang yang kenal baik terhadap beliau, “Pastor Pasifikus dengan penuh konsekuensi mau bekerja untuk Tuhan dengan sekuat tenaga seperti Musa memimpin bangsa Israel sampai tanah terjanji. Seperti pohon kelapa semakin tinggi dan semakin tua, maka sudah banyak buahnya.”

Pengabdian Pator Pasifikus boleh menjadi contoh teladan bagi umat amupun para religius muda di zaman sekarang. Terima kasih atas pengabdiannya di Paroki Singkawanbg dan profisiat kepada Pastor Pasifikus Tjiu, semoga beliau mendapat kesehatan yang baik agar tetap dapat menggembalakan umatnya. Berikut dilampirkan sebuah puisi singkat yang ditulis oleh Sr. Florentin, OSCCap sebagai hadiah kecil kepada Pastor Pasifikus Tjiu. (wv_na)

Hanya masa senja mulai berkunjung

daya hidup mulai kendur.

Tetapi semangat doa dan semadi,

tak pernah surut.

Tetap doakan umatmu supaya iman tetap teguh dan utuh. 


14 Sep 2016

Yang Muda yang Berkarya dalam Militansi Kehidupan Menggereja

Yang Muda yang Berkarya dalam Militansi Kehidupan Menggereja


Minggu, 24 Juli 2016. Berlatarhalaman Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang, Komisi Kepemudaan panitia pra IYD (Indonesian Youth Day) Keuskupan Agung Pontianak yang dimotori oleh Kasianus Kurniawan melakukan perarakan replika Salib IYD 2016 yang lantas diserahkan kepada Ketua Dekenat Singkawang, Pastor Krispinus Endi, OFM. Cap., dan untuk selanjutnya diserahkan kepada Pastor Paroki Singkawang yang merupakan tempat peziarahan  pertama Salib IYD 2016. 

Penyerahan replika Salib IYD yang melibatkan seluruh OMK di stasi-stasi yang ada di wilayah Paroki Singkawang ini bukan tanpa maksud dan tujuan. Ditemui usai perayaan Ekaristi, pria yang akrab disapa Kas ini mengungkap, “Prosesi penyerahan salib dari Komisi Kepemudaan panitia pra IYD Keuskupan Agung Pontianak diantarkan dari komisi kepemudaan pra IYD pertama kali ke Paroki Singkawang. Salib sebagai tanda Kerahiiman Allah menjadi pemersatu dan terang bagi seluruh kegiatan OMK di seluruh paroki di Keuskupan Agung Pontianak. Agar seluruh teman-teman OMK mengalami merasakan sukacita kehadiran Allah di tengah-tengah mereka, tidak hanya OMK yang menjadi utusan paroki untuk ikut dalam even IYD, namun salib yang akan kita bawa dalam IYD yang akan digelar di Manado nanti bisa menjadi lambang pemersatu dan sukacita bagi seluruh OMK.”

Adapun Salib IYD 20016  dibawa ke Paroki Singkawang merupakan replika. Aslinya tetap berada di Keuskupan Agung Pontianak. Salib ini dirancang oleh tim IYD 2016 dari Komisi Kepemudaan Kesuskupan Agung Pontianak. Setelah melewati berbagai diskusi maka dirancang sekaligus dipilihlah berbagai bahan dasar pembuatannya. Bahan-bahan yang dipilih untuk membuat Salib IYD 2016 ini kiranya mengusung segala kearifan lokal. Dari bahannya saja menunjukkan bahwa pemilihan dan penetapannya berdasar kekayaan alam yang mudah dijumpai pada ranah lokal. Salib IYD ini berbahan dasar rangka rotan. Filosofi begitu kental dan sarat makna menjadikan rotan dipilih sebagai rangkanya. Rotan sendiri merupakan tanaman yang tumbuh hampir di seluruh dan begitu mudah dijumpai di seluruh pelosok Kalimantan Barat. Rotan tumbuh menjalar panjang mengikuti tinggi dan lebat pepohonan tempatnya bernaung, bisa mencapai puluhan meter panjangnya. Rotan sangat lentur, sederhana, kuat, dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Demikian hal yang sama diharapkan berlaku pula pada OMK agar dapat menjadi ‘rotan’ di dalam sisi kehidupannya; menjadi pribadi yang memiliki kelenturan/fleksibilitas dalam sikap dan perilaku, sederhana; memiliki tekad dan kemauan yang kuat dalam segala tindakan, pemersatu, sehingga sungguh-sungguh siap mewartakan sukacita Injil dan membawa manfaat bagi masyarakat di lingkungannya.

Bahan berikutnya adalah kulit kayu/kapuak. Kapuak merupakan kulit tanaman kayu tertentu yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan bagi keperluan hidup manusia, dan hingga saat ini masih bisa didapatkan di beberapa tempat, khususnya Kalimantan Barat maupun Kalimantan pada umumnya. Untuk siap digunakan kulit kayu mengalami proses yang ‘berat’ sampai menjadi kapuak, dan banyak digunakan untuk pengikat maupun berbagai keperluan hidup lainnya serta sekalipun dengan tampilan sederhana kapuak dapat diolah menjadi kostum/pakaian adat yang unik, alami, dan memiliki nilai ekonomis. OMK-pun setelah mengalami proses yang ‘berat’ dalam berbagai sisi kehidupannya diharapkan mampu menjadi pribadi yang tangguh, ulet dalam mewartakan Injil serta bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di lingkungannya. Bahan dasar lain yang juga digunakan adalah korpus dan pengikat dari kawat berunsur logam. Dalam hal ini bahan dasar logam merupakan elemen yang berasal dan ditemukan dari perut bumi dan mengalami proses pemurnian, baik itu proses sederhana maupun berulang. Setelah mengalami bentuknya yang baru, logam dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan manfaat yang beragam. Dalam Salib IYD juga terdapat simbol lingkaran dengan tiga duri di setiap sudutnya. Lingkaran sendiri merupakan sebuah bentuk yang tidak terputus, satu kesatuan, berkesan dinamis, dan siklus yang berulang. Lingkaran ‘berduri’ dan berwarna merah dan putih, melengkapi Salib yang merupakan wujud Kerahiman Ilahi, Allah Tritunggal Maha Kudus sendiri; merupakan kesatuan langkah hidup dan perjuangan OMK mewujudnyatakan iman Katoliknya di tengah keberagaman hidup berbangsa dan bernegara, serta sebagai bangsa Indonesia, dan dalam bimbingan Roh Allah sendiri menajdi100% Katolik, 100% Indonesia. 

Demikian kisah perjalanan Salib IYD 2016 yang menyambangi Paroki Singkawang sekaligus pemaknaan yang mendalam, melebihi sekadar tampilan fisik dan diharapkan mampu mewakili mengobarkan semangat kehidupan menggereja dan militansi iman kaum muda. (7539)
 

20 Jun 2022

RUMAH UNTUK OPA FIRMINUS




Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki St. Fransiskus Singkawang melaksanakan program kerjanya dengan melakukan Pembangunan Rumah untuk Bapak Firminus, warga Lingkungan St. Thomas Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang.  Rumah untuk Opa Firminus ini merupakan pembangunan ketiga oleh PSE. Pembangunan ini dilakukan karena kondisi rumah milik Opa Firminus yang memprihatinkan. 

Besama dengan Pastor Paroki, PSE merancang program pembangunan dan membuka donasi. Total biaya yang digunakan untuk pembangunan ini kurang lebih 30 Juta. Dana pembangunan ini 95% berasal dari donasi saudara/I kita yang berbaik hati mau ambil bagian dalam program pembangunan milik PSE, sedangkan 5% berasal dari dana paroki yang digunakan untuk membiayai beberapa peralatan dan menutupi biaya diluar dugaan. 
Pembangunan ini diawali dengan peletakan batu pertama pada tanggal 17 April 2022 dan selesai pada tanggal 28 Mei 2022. Rumah ini telah diberkati pada tanggal 30 Mei 2022 oleh Pastor Paroki Singkawang, Pastor Joseph Juwono, OFMCap. Beberapa orang turut hadir dalam pemberkatan, antara lain Opa Firminus, Ketua RT, Bapak Susito (Ketua Lingkungan St. Thomas terdahulu), Bpk. Yohanes Suyama (Ketua Lingkungan St. Thomas yang menjabat), Ibu Firmina (Pemilik Lahan), Legio Maria, Bpk. Hermanto Halim, S.E (Ketua PSE Paroki), Beberapa Ketua Lingkungan dan juga warga Lingkungan St. Thomas.
Rumah untuk Opa Firminus ini merupakan langkah baru yang diambil PSE dalam menyejahterakan umat Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang. Semoga program ini dapat berlanjut dan lebih banyak umat yang terbantu.
Terimakasih banyak kepada para donatur dan saudara/i yang telah memberikan dukungan yang berupa meteri maupun morel. Semoga limpahan kasih Tuhan menyertai saudara. Sampai jumpa dalam program PSE berikutnya.



12 Sep 2016

Istimewanya Menjadi Misdinar

Istimewanya Menjadi Misdinar


Misdinar St Tarsisius Paroki Singkawang telah mengadakan rekoleksi yang bertemakan “Istimewanya Menjadi Misdinar” yang diadakan dari tanggal 8 s/d 9 Maret 2016 di GerejaParoki St Fransiskus Assisi Singkawang, tepatnya di Gedung Sekretariat Paroki. Acara rekoleksi kali ini diikuti oleh anggota Misdinar sebanyak 104 orang, Big Brothers Team, dan Frater Hendri.

Acara reoleksi tersebut ditujukan untuk semua anggota misdinar Paroki Singkawang untuk menyadari betapa istimewanya mereka menjadi seorang misdinar. Keistimewaan tersebut tentunya tidak bias dirasakan oleh semua anak didunia, bahkan anak-anak di sekitaran paroki kita pun belum tentu dapat merasakannya. Keistimewaan tersebut antara lain dapat melayani Tuhan secara lebih dekat dan akrab dalam Ekaristi Kudus, menjadi umat pertama yang menerima Tubuh Tuhan saat komuni, berkesempatan memakai pakaian liturgi, bisa berdiri, duduk, dan berlutut di sekitaran Altar Tuhan/Panti Imam, menjadi teladan atau contoh bagi umat dan lain-lain.

Rekoleksi dibuka dengan berdoa Rosario bersama di Goa Maria Paroki. Ujud-ujud yang disampaikan pun tak lepas dari kehidupan sehari-hari antara lain bagi para Misdinar, bagi orang sakit, bagi orang tua, bagi pendidikan para peserta, bagi Bapa Suci dan kaum biarawan/biarawati, bagi jiwa-jiwa di Api Pencucian,  dan bagi para pendosa yang belum tergerak hatinya untuk bertobat. Setelah itu, para peserta akhirnya dipecah menjadi    sembilan kelompok yang namanya diambil dari nama-nama peralatan saat Misa yang tentu nama tersebut tidak asing di telinga para Misdinar,  yaitu kelompok Tabernakel, Monstran, Ampul, Piala, Candella, Lonceng, Gong, Wiruk, dan Patena. Setelah pembagian kelompok,  acara dilanjutkan dengan santap malam bersama kemudian dilanjutkan dengan malam keakraban. Dengan dikomando oleh Big Brothers Team malam keakraban bias dilaksanakan dengan begitu menyenangkan di antaranya penampilan yel-yel tiap kelompok, beberapa permainan yang mengasah otak, dan lain-lain. Untuk menutup malam keakraban, acara dilanjutkan dengan refleksi dan ibadat malam yang dipimpin oleh Frater Hendri.

Antusias peserta terhadap acara rekoleksi sangat tinggi. Hal ini terbukti ketika jam tiga subuh para peserta sudah mempersiapkan diri untuk mengikuti kelanjutan rangkaian acara rekoleksi, padahal panitia sedianya menyediakan waktu untuk mempersiapkan diri mulai pukul 05.00 pagi.

Setelah persiapan pribadi, acara dilanjutkan denga ibadat pagi yang dipimpin oleh Frater Hendri, kemudian dilanjutkan dengan sarapan bersama. Setelah itu para peserta diajak untuk masuk ke dalam gedung paroki untuk menerima materi yang akan disampaikan oleh Frater Hendri seputar keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh seorang misdinar. Tentunya di sela-sela materi para peserta diajak untuk menyanyi dan menari bersama atau yang dikenal dengan istilah Ice Breaking demi memecah suasana yang mungkin saja menimbulkan rasa kantuk. Setelah menerima materi, panitia mengajak semua kelompok untuk menuliskan komitmen mereka pada sebuah kertas warna-warni dan menempelnya pada sebuah karton, kemudian harus dihias dengan menarik. Waktu yang diberikan oleh panitia sangat singkat, sehingga membuat para peserta sangat geregetan. Namun, hasilnya lumayan juga.

Setelah menuliskan komitmen mereka, dimulailah arak-arakan menuju gereja dengan membawa lilin bernyala dan meletakannya pada papan-papan di bawah Arca Maria Bunda Allah. Tahun Kerahiman Ilahi pun dimanfaatkan oleh para panitia. Hal tersebut terlihat dengan penerimaan sakramen tobat secara pribadi yang dibantu oleh tiga orang pastor yaitu Pastor Gathot, Pastor Marius dan Pastor Yeri.

Acara rekoleksi tahun 2016 ditutup dengan Misa Kudus yang dipimpin oleh Pastor Gathot. Setelah Misa, para peserta dipersilakan untuk berkemas-kemas. Semoga dengan acara rekoleksi tahun ini, para Misdinar di paroki kita semakin giat bertugas dan tidak takut salah ketika bertugas. Misdinar St. Tarsisius, Istimewa! (Nicolas Gratia Gagasi)


2 Jul 2015

‘BULAN MADU’ SANG IMAM BARU

                                  ‘BULAN MADU’ SANG IMAM BARU

 


“Lebih susah bikin janji wawancara dengan Pastor ya, dari pada dengan Walikota.”

Demikian seloroh saya pada imam yang baru saja ditahbiskan pada akhir Januari 2015 itu. Sebenarnya hal ini cukup bisa dimaklumi mengingat para imam yang baru ditahbiskan biasanya mengalami masa ‘bulan madu’ dengan tugas imamatnya . Unik memang istilah bulan madu, seolah pengantin baru yang baru saja mengikat janji pernikahan dan disibukkan dengan aktivitas yang beraroma memetik sari manis kehidupan awal berumah tangga, demikian pula para imam yang baru ditahbiskan. Mereka menjalani aktivitas sebagai imam seusai mengucap kaul kekal untuk panggilan awal kegembalaan. 

Ada kisah menarik di balik wawancara saya dengan profil  imam yang pada edisi Likes kali ini diangkat menghiasi rubrik sosok. Pada awal penugasan, saya hanya diberitahu nama imam yang harus saya wawancarai. Sosok imam tersebut bernama Andreas Harmoko, OFMCap. Dari namanya, segera yang terlintas dalam benak saya adalah ingatan tentang seorang berkulit sawo matang, dengan sisiran rambut klimis, dan suaranya menggema  melalui TVRI atau RRI membacakan harga sembako, bawang merah serta cabe keriting dengan logat Jawa kental. Ya, yang terlintas saat itu adalah sosok menteri penerangan era Suharto. Otomatis paradigma saya yang terbentuk saat itu, saya akan dihadapkan pada sosok imam dari pulau seberang. Namun, di luar dugaan, ketika pertama kali saya menghubungi  via telepon imam yang harus saya angkat profilnya, suara beliau jauh dari kesan logat Jawa yang biasanya meskipun dipaksakan untuk terdengar normal tetap mengalami ‘keseleo’ pada pengucapan kata-kata tertentu. Untuk pertama, janji wawancara urung dilakukan karena pastor Harmoko memiliki mobilitas yang sangat tinggi dalam mempersembahkan misa perdana dari paroki satu ke paroki lain berkait tugas ‘bulan madu’ kegembalaan yang beliau emban. Lebih dari sebulan saya menunggu kesempatan untuk bertatap muka langsung dengan beliau. Akhirnya pada suatu malam di bulan Mei, saya berkesempatan menjumpai  pastor yang terlahir di Seringkong pada 30 Oktober 1984 itu di pastoran Paroki Singkawang, itu pun setelah dibantu temu janji oleh Pastor Gathot selaku pastor paroki.

Wajah beliau tersenyum hangat saat pertama kali tangannya saya jabat. Perbincangan santai lantas bergulir ditemani oleh pastor paroki dan seorang bruder yang saat itu sedang tidak bertugas melayani umat. Pada saat yang sama, saya mengutarakan kesan yang sebelumnya terlintas dalam pemikiran saya mengenai nama beliau. Jawaban yang cukup menggelitik lantas saya dapatkan. Dengan ringan beliau memaparkan sejarah nama yang disematkan pada dirinya memang ada kaitannya dengan sosok Harmoko yang pada era ’90-an menjabat sebagai menteri penerangan. Ya, kedua orang tua Pastor Harmoko, Bapak Petrus Tam dan Ibu Susana Serawati ini dulunya memang kader partai berbendera kuning tersebut. Jika oleh khalayak nama Harmoko seringkali diplesetkan sebagai akronim dari ‘Hari-hari omong kosong’, maka kita boleh berbangga bahwasanya gembala baru kita juga memiliki penjabaran akronim sendiri atas namanya yakni,  Harmoko; ‘Hari-hari omong kemuliaan ordo.’

Ketertarikan pastor yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara terhadap kehidupan membiara diawali saat SMA. Ia dibuat terpesona pada kesederhanaan Salib Tau yang dikenakan oleh para biarawan. “Salib itu dipakai dengan tali yang bersimpul-simpul, bukan dengan rantai,” ujarnya. Masih tentang awal ketertarikannya terhadap kehidupan membiara alasan lain yang cukup unik pun dilontarkannya, “Saya tertarik dengan orang-orang yang berjubah coklat itu. Penasaran bagaimana rasanya memakai jubah. Bayangkan saat jubah dipakai pastor dan berkibar-kibar ditiup angin, menimbulkan kesan dramatis,” ujarnya bersemangat. Diakuinya, ketika  memasuki  kehidupan membiara penuh dengan pertimbangan yang matang. “Selama setahun  setelah lulus SMA saya benar-benar berusaha mengenali arah yang saya tuju, pada akhirnya  dengan bantuan seorang bruder MTB saya disarankan menemui pastor paroki, pada saat itu Pastor Amandus Ambot. Oleh Pastor Ambot, saya dibimbing untuk menulis surat lamaran sebagai imam kepada Propinsial. Saya lantas  memberanikan diri mengirim surat lamaran, memantapkan pilihan memenuhi panggilan.  Puji syukur kepada Tuhan, surat lamaran saya dibalas dan saya terima tepat pada hari raya Pantekosta, 29 Mei 2003. Saat itu sangat luar biasa rasanya.”

Setelah menjadi bagian dari Ordo Kapusin, pastor yang memiliki hobi mengoleksi dan membaca buku-buku filsafat serta teologi ini menuturkan di setiap fase baik ketika menempuh pendidikan maupun saat bergelut dengan kehidupan dan komunitas membiara  penuh dengan tantangan. Ketakseragaman pola pikir antar individu sesama kapusin, mundurnya beberapa teman calon biarawan yang seangkatan karena satu dan lain hal, serta keberagaman budaya geografis tempat tinggal, menjadi sekian dari beberapa alasan mendasar yang dianggap tantangan. Berbagai tantangan tersebut lantas disikapi dengan kedewasaan. Memantapkan hati terhadap pilihan menjadi biarawan, menolerir berbagai hal dengan berusaha menempatkan juga membawa diri dalam komunitas, menyamakan persepsi serta mengesampingkan idealisme.  “Kami dituntut harus mampu mengerem diri. Apa yang kami kerjakan tidak hanya cukup berdasarkan teori yang diterima saat sekolah, kami dituntut hidup dan ‘hadir’ bersama komunitas namun tetap menjadi diri sendiri. Kami harus lebih banyak belajar dari yang tua, mendengar mereka karena para pembimbing dalam komunitas  sudah lama hidup dalam ordo, sudah langsung menjalani  kehidupan membiara dan karena pembimbing dalam komunitas tugasnya berat dalam membimbing kami.”, ujar  imam yang dulu sempat menjadi pembina pramuka itu penuh bijaksana.

Suaranya sempat menjadi lebih pelan, dan pandangannya sedikit menerawang  saat mengisahkan terdapat teman lama serta umat yang memandang dirinya secara berbeda karena label imam yang telah melekat pada dirinya. Ia berharap tak dipandang secara ekslusif dan bisa menjalani hari-hari selayaknya, tak  ‘berjarak’ dengan umat.

Masih di kesempatan yang sama, ketika ingatannya seolah diajak pulang ke masa pentahbisan, sinar matanya berpendar. “Saya harus berterima kasih pada warga Paroki Kuala Dua. Dengan kerja keras umat yang meskipun di kampung, namun mereka mengusahakan prosesi pentahbisan imam dengan sangat meriah. Saat itu saya dan kedua orang tua saya diarak menggunakan mobil yang dibentuk menjadi miniatur gereja.”, kenangnya.

Di akhir obrolan yang cukup menyenangkan, pastor yang memiliki motto ‘Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati,’ ini menuturkan harapannya. “Semoga panggilan imamat ini tetap dan kekal, semoga umat selalu mendoakan para imamnya dalam menjalankan karya kegembalaan, dan semoga umat dengan rela hati memberikan diri ataupun putera dan puterinya menjadi biarawan dan biarawati,” pungkasnya. (Hes) 

Riwayat pendidikan dan kegembalaan.
SDN Kuala Dua (1990-1996)
SMPK Kuala Dua (1996-1999)
SMUN 1 Kembayan (1999-2002)
Tahun Orientasi Panggilan (Nyarumkop, 2003-2004)
Postulat (St. Leopold Mandic - Sanggau Kapuas, 2004-2005)
Novisiat (St. Padre Pio, Gunung Poteng - Singkawang, 2005-2006)
Kaul Perdana (26 Juli 2006)
Post Novisiat (Tirta Ria - Pontianak, 2006-2007)
Sekolah Filsafat (STFT St. Yohanes - Pematang Siantar, 2007-2011)
Pelantikan Lektor dan Akolit (Biara Kapusin St. Fransiskus Assisi, 2010)
Tahun Orientasi Pastoral (Paroki Pusat Damai, 2011-2012)
Sekolah Teologi (STT Pastor Bonus, 2012-2014)
Kaul Kekal (Novisiat St. Padre Pio, 2 Agustus 2013)
Tahbisan Diakon (Sanggau Ledo, 24 Juli 2014)
Masa Diakonat (Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop)
Tahbisan Imam (Kuala Dua, 31 Januari 2015)
Tugas saat ini (Seminari Menengah St. Paulus Nyarumkop)

                    
                               

2 Mar 2017

Lomba Kor Natal Paroki Santo Fransiskus Asissi Singkawang

Lomba Kor Natal Paroki Santo Fransiskus Asissi Singkawang

 
Dalam rangka memeriahkan Natal 2016 Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang kembali mengelar lomba paduan suara gereja. Kegiatan tersebut berlangsung pada hari Senin, 12/12/2016. Pagi itu hujan menguyur Kota seribu Kelenteng mengiringi umat Paroki Singkawang yang datang dari berbagai stasi. Tetesan hujan bagai peluh semangat mengucur hingga membasahi beberapa peserta lomba kor yang sudah siap beradu kebolehan dalam  membawakan senandung suka cita Natal.  Perlombaan tersebut diikuti oleh delapan kelompok paduan suara yang tergabung dalam kelompok kor stasi, kring, maupun sekolah di wilayah Paroki singkawang.

Kegiatan lomba kor diawali dengan doa bersama dilanjutkan dan kata sambutan oleh koordinator lomba, Ibu Halena Hadijah dan Ketua DPP Paroki Singkawang Ambrosius Kingking, S.H. yang mana keduanya menyampaikan bahwa lomba kor Natal digelar bukan sekadar untuk berkompetisi dan bersaing menjadi pemenang melainkan sebagai wujud kebersamaan umat dan bentuk suka cita dalam menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Pada kesempatan tersebut mereka juga menyampaikan bahwa siapapun yang menjadi pemenang lomba harus diterima dan disyukuri bersama.

Lomba berlangsung di dalam gereja, masing-masing kelompok kor secara bergiliran menuju ke depan altar sesuai nomor urut yang diperoleh kemudian menyanyikan lagu-lagu Natal yang telah ditentukan oleh panitia. Dewan juri terpukau dengan penampilan-penampilan peserta lomba yang membawakan lagu kor dengan sangat merdu terlebih disajikan dengan kostum peserta yang serasi serta aransemen masing-masing kelompok kor yang cukup bervariasi. Ketiga juri di antaranya Ibu Rika, Bapak Aben, dan Pak Venan yang akrab disapa Bang Venan. Ketiganya merupakan orang-orang yang sudah berpengalaman dalam urusan seni tarik suara dan musik. Sebagai informasi bahwa ketiganya juga menjadi juri dalam lomba yang sama di tingkat stasi. Dari hasil penilaian dan kesepakatan para juri memunculkan tiga pemenang di pengujung lomba.  Kelompok kor SMP Pengabdi Singkawang menempati juara pertama, juara kedua diperoleh Stasi Mandor dan juara ketiga diraih oleh Stasi Roban. Selamat untuk ketiga pemenang! (Yudistira, S.Pd.)

11 Jan 2016

MERAJUT PERSAHABATAN LEWAT OMK FA CUP

MERAJUT PERSAHABATAN LEWAT OMK FA CUP




Setiap hari Sabtu dan Minggu selama bulan Oktober dan November, ada suasana berbeda di komplek persekolahan SMP Pengabdi Singkawang. Menjelang sore sekitar pukul 14.00 Wib, orang mulai berdatangan ke SMP Pengabdi. Meskipun cuaca kadang tidak mendukung karena hujan, namun hal itu tidak menyurutkan langkah banyak orang untuk pergi ke SMP Pengabdi. Mereka berasal dari berbagai kalangan: tua-muda, anak sekolah- karyawan/ karyawati, orang dari berbagai agama. Semuanya membaur dan tumpah ruah  ke SMP Pengabdi. Mereka datang untuk mengikuti perhelatan OMK FA Cup yang digelar oleh Orang Muda Katolik (OMK) Paroki Singkawang.

OMK FA Cup merupakan kepanjangan dari Orang Muda Katolik Fransiskus Assisi Cup. Acara ini adalah kemasan berbagai pertandingan dalam cabang olah raga yang diprakarsai oleh Orang Muda Katolik Paroki Singkawang. Perhelatan ini sudah menjadi agenda tahunan. Dengan menjunjung tinggi sportivitas perhelatan ini semula hanya dibatasi bagi kalangan kaum muda Katolik saja. Tetapi tahun ini dengan tekad dan semangat yang luar biasa OMK Paroki Singkawang mencoba keluar dari pakem yang sudah ada. Cakupannya diperluas dengan mengundang kelompok lain, terutama dari SMA dan SMK Negeri yang ada di Kota Singkawang. Di luar dugaan, respon dari para persekolahan sangat positif dan antusias. Ini terlihat dari jumlah peserta yang mendaftarkan diri untuk mengikuti turnamen OMK FA Cup. Tercatat ada 40 tim yang mengikuti lomba futsal putra, 32 tim bolla volley campuran, 24 peserta tenis meja tunggal putra, 14 peserta tenis meja tunggal putri, 16 peserta bulu tangkis ganda campuran, 32 peserta bulu tangkis tunggal putra, 16 peserta bulu tangkis tunggal putri dan 43 peserta lomba catur. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah peserta tahun ini naik hampir tiga kali lipat. 

Tanggapan positif disampaikan oleh seorang pembina OSIS dari sebuah sekolah negeri. “Kalau bisa turnamen ini dijadikan agenda tetap. Sekolah kami akan mengagendakan dalam kurikulum sehingga bisa tetap mengikuti turnamen OMK FA Cup. Turnamen seperti ini cukup bagus dan sangat langka di wilayah Singkawang”. Seorang tokoh Katolik yang sempat hadir untuk mengikuti dari dekat gelaran OMK Singkawang ini juga memberikan komentar positifnya. “Salut buat Orang Muda Katolik Singkawang. Mereka berhasil menyatukan berbagai kalangan yang berbeda satu dengan yang lain dalam bidang olah raga. Ke depan turnamen seperti ini harus tetap dilanjutkan”.

Dua bulan berlalu tanpa terasa. Pertandingan olah raga  yang digelar dalam OMK FA Cup berlangsung semakin seru. Ada kalanya terjadi pemainan yang keras tetapi tidak sampai menjurus pada permainan yang kasar. Sportivitas tetap dijunjung tinggi sebab bukan terutama mencari juara tetapi persahabatan. Puncak dari gelaran ini terjadi pada hari Minggu, 6 Desember 2015 dengan menggelar partai final di setiap cabang olah raga yang dipertandingkan. Kemeriahan sangat terasa di lapangan bola volley dan futsal karena masing-masing membawa suporternya lengkap dengan atributnya masing-masing. Bahkan ada suporter yang membawa alat-alat musik untuk memompa semangat tim kesayangannya yang sedang bertanding.

Selesai menggelar semua partai final, pada hari Minggu 6 Desember itu juga dibagikan hadiah kepada para pemenang. Dalam kata sambutannya, Sdr Bernardus Arbi yang didapuk selaku ketua Panitia OMK FA Cup mengungkapkan rasa terimakasihnya kepada berbagai pihak yang mendukung terlaksananya OMK FA Cup. Tanpa menutup mata terhadap berbagai kekurangan yang ada, pemuda yang senang bermain musik ini berharap bahwa di masa yang akan datang OMK FA Cup tetap dilangsungkan. Hal yang kurang lebih sama disampaikan oleh Bapak Lukas selaku Koordinator Kepemudaan Paroki Singkawang. Dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Trifonia, Bapak Lukas menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para peserta yang ikut menyukseskan gawenya Orang Muda Katolik Singkawang. Dia berharap agar persahabatan yang telah dirajut selama ini tetap dilanjutkan di masa yang akan datang. Selamat untuk para pemenang dan selamat untuk Orang Muda Katolik Paroki Singkawang. Di penghujung acara, Pastor Stephanus Gathot berkenan menutup seluruh rangkaian pertandingan OMK FA Cup dengan mengetuk mic tiga kali.

Banyak peristiwa menarik dan positif bisa diambil dari perhelatan OMK FA Cup tahun ini. Karena pesertanya berasal dari berbagai golongan, Orang Muda Katolik diajak untuk menyadari kemajemukan; bahwa ada kelompok lain di sekitar kita. Bersama mereka ini kaum muda Katolik juga harus berani menceburkan diri dan bergaul dengan mereka. Selain itu kaum muda katolik juga melatih diri untuk belajar berorganisasi  yang baik dan benar. Kedisiplinan dan sportivitas senantiasa harus ditumbuhkan. Memang masih ada banyak kekurangan di sana sini. Tetapi semangat untuk merajut persahabatan dengan berbagai kalangan dalam olahraga mengalahkan semua kekurangan yang ada. Telah terjadi kesepakatan antara OMK Paroki Singkawang dengan Seksi Kepemudaan untuk tetap menjadikan OMK FA Cup sebagai agenda tahunan. Kita berjumpa lagi di OMK FA Cup tahun 2016 yang akan datang. Profisiat untuk Orang Muda Katolik Singkawang. (Stephanus) 


 

15 Jul 2015

LAPORAN KEUANGAN BPPKS ST. FRANSISKUS ASISI DARI TANGGAL 19 JUNI 2014 S/D 22 JUNI 2015

PEMASUKAN DAN PENGELUARAN KEUANGAN BPPKS 

   DARI TANGGAL 19 JUNI 2014 S/D 22 JUNI 2015 ( 1 TAHUN 3 HARI)    


                                   
                                           
    A.     PEMASUKAN                                   
        1.    Sumbangan Perorangan / Badan / Organisasi                               
            1.1    H. Andri Alim Lingga                                    Rp           5.000.000                        
            1.2    Dr. Theresia, SPA                                           Rp           5.000.000                        
            1.3    Ny. Victoria ( Bu Viki)                                   Rp           9.500.000                        
            1.4    Dr. Trifina, S.POG                                          Rp           7.000.000                        
            1.5    Dr. Veridiana, S.POG                                      Rp           7.000.000                        
            1.6    Paulus Karno / Jie Lie Ngo                             Rp           1.000.000                        
            1.7    Marselinus                                                       Rp              500.000                        
            1.8    Pak Tedy (Jakarta)                                           Rp         10.000.000                        
            1.9    Ho Nyan Sen                                                   Rp                85.000                        
            1.10  Y. Kaswin                                                        Rp              850.000                        
            1.11  Y. F. Sujianto                                                   Rp         13.000.000                        
            1.12  Lewat Rekening P. Gathot                              Rp           6.500.000                        
            1.13  NN                                                                  Rp           1.000.000                        
            1.14  Melysa                                                            Rp           1.000.000                        
            1.15  Keluarga Denny Gregorius                             Rp           1.000.000                        
            1.16  Keluarga Tricia Yulia                                      Rp              500.000                        
            1.17  Suriyanti dan Viven                                        Rp              300.000                        
            1.18  Yohanes Aphin                                               Rp           5.000.000                        
            1.19  Suseno Purwo                                                 Rp              360.000                        
            1.20  NN Lewat P. Ghatot                                        Rp           1.000.000                        
            1.21  CU Bonaventura Singkawang                        Rp           5.000.000                        
            1.22  Keluarga Yomandi Loka lewar Sun Cen        Rp           6.000.000                        
            1.23  Pastor Kepala Paroki (P. Gathot)                    Rp         63.400.000                        
            1.24  NN lewat Pak Sujianto                                   Rp              600.000                        
        2    Terima uang liang lahat                                         Rp         16.300.000                        
        3    Terima sewa tenda dan kursi                                 Rp         18.938.500                        
        4    Untung penjualan Lilin 2 November 2014           Rp           2.032.000                        
        5    Iuran umat Katolik Paroki Singkawang                Rp         53.690.000                        
    JUMLAH PEMASUKAN                                              Rp       241.555.500                        
                                           
    B.    PENGELUARAN                                   
        1    Biaya pembuatan tenda (4 buah)                          Rp         14.350.000                        
        2    Pembelian Kursi (200 kursi)                                Rp         14.000.000                        
        3    Pembuatan Peti Mati                                            Rp           4.500.000                        
        4    Penimbunan tanah, potong kayu,

              dan bersihkan sampah                                          Rp         63.400.000                        
        5    Perlengkapan Kantor                                            Rp           2.389.000                        
        6    Perlengkapan Liturgi                                            Rp           2.197.000                        
        7    Perlengkapan ibadat dirumah duka                      Rp           2.950.000                        
        8    Biaya pasang bongkar tenda, 

              pengangkutan kursi                                              Rp         19.645.000                        
        9    Pembelian ATK dan Foto Copy                           Rp           2.484.200                        
        10    Pembelian Komputer, Laptop, Internet              Rp         13.269.500                        
        11    Konsumsi (Makan, Minum, Kue)                      Rp           2.184.000                        
        12    Upah kerja tebas halaman, cat kursi, 
                pembersihan gudang/garasi,                        
                semprot kuburan dengan Herbisida                   Rp           2.398.000                        
        13    Biaya ekspedisi (ongkos kirim baju kaos)         Rp              470.000                        
        14    Menyumbang umat Sanggau Ledo                    Rp              200.000                        
        15    Gaji Karyawan (Feri + Febriana / Juni 2015)    Rp         14.750.000                        
        16    Pembangunan 30 liang lahat                              Rp         40.290.000                        
        17    Bayar uang muka beli Mobil Y. Aphin              Rp         35.000.000                        
            (Mitsubishi PS 100, engkel Pick Up warna kuning)                               
    JUMLAH PENGELUARAN                                         Rp       234.476.700                        
                                           
    JUMLAH PEMASUKAN                                             Rp.      241.555.500
    JUMLAH PENGELUARAN                                         Rp      234.476.700                        
    SALDO                                                                          Rp.         7.078.800
                     

Apa yang sudah terlaksana oleh Badan Pelayanan Pemakaman Katolik Singkawang (BPPKS) St. Fransiskus Assisi selama kurun waktu 1 tahun dari tanggal 19 Juni 2015 sampai 22 Juni 2015?

Melihat dan membaca dari laporan keuangan yang dikelola BPPKS St. Fransiskus Assisi Singkawang tercermin dari pemasukan sebesar Rp.241.555.500,00 dan pengeluaran sebesar Rp.234.476.700,00 dan saldo Rp.7.078.800,00 telah menunjukkan kejelasan bahwa tidak sedikit kebutuhan pelayanan pemakaman selama satu tahun. Menginjak tahun kedua BPPKS St. Fransiskus Assisi Singkawang, sangat diharapkan partisipasi yang aktif dari seluruh umat Katolik Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang untuk membayar iuran tahunan yang sudah ditetapkan, rasanya masih belum memadai, apalagi masih diperlukan dana yang tak sedikit untuk membayar mobil dan membangun tembok pagar yang roboh sepanjang 40m dan untuk membersihkan rumput atau tumbuhan lain yang mulai menghutan.

Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pemakaman, BPPKS St. Fransiskus Assisi telah mengedarkan proposal yang dilaksanakan oleh seksi dana lewat 14 Kring dan 1 Stasi serta para donatur umat Katolik di Paroki Singkawang.Semoga demi tercapainya program pelayanan pemakaman Katolik Paroki St. Fransiskus Assisi Singkawang mendapat tanggapan yang baik dan positif dari seluruh umat Katolik Paroki Singkawang maupun dari umat Katolik Singkawang yang berada di tempat lain, seperti di Jakarta dan di manapun mereka tinggal.

KETUA BPPKS :    Y.F. SUDJIANTO 
WAKIL KETUA:    LIBERTUS AHIE,SH








                        

27 Feb 2017

PENTAHBISAN TIGA IMAM KAPUSIN DI PAROKI SINGKAWANG


PENTAHBISAN TIGA IMAM KAPUSIN DI PAROKI SINGKAWANG


Suka cita yang luar biasa tengah meliputi hati umat Katolik khususnya di Kalimantan Barat. Kamis, 23 Februari 2013 lalu bertempat di Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang, tepat pukul 09.00 Wib, digelar misa pentahbisan tiga imam baru antaranya Pastor Aloysius Anong, OFMCap., Pastor Jeneripitus, OFMCap., Pastor Yosua Boston Sitinjak, OFMCap. Bertindak sebagai selebran misa pentahbisan imam adalah Uskup Agung Keuskupan Pontianak, Mgr Agustinus Agus, dan 50-an pastor dari Ordo Kapusin sebagai konselebran.

Pentahbisan ketiga imam baru dari Ordo Kapusin ini berlangsung sangat meriah dan dihadiri oleh ribuan umat yang memadati gereja yang berada di jalur arteri kota Singkawang itu. Cuaca pada hari itu pun sangat mendukung digelarnya acara akbar tersebut. Pentahbisan imam Kapusin di Paroki Singkawang ini terbilang istimewa mengingat Kota Singkawang sendiri adalah kota bersejarah bagi ordo yang memegang teguh kaul kesucian, ketaatan, dan kemiskinan ini, ya, Kota Singkawang adalah kota pertama kali Kapusin bermisi.

Rasanya sangat pantas pentahbisan imam di kota amoy ini digelar meriah mengingat terakhir kali pentahbisan imam di paroki ini dilakukan hampir dua dasawarsa lalu. Kecintaan umat pada gembala-gembalanya yang berasal dari Ordo Kapusin tergambar jelas manakala dengan penuh semangat seluruh umat yang dikoordinir oleh panitia pentahbisan imam baru berupaya memberikan yang terbaik untuk menyambut tiga gembala barunya.

Pesta untuk menyongsong pentahbisan imam sendiri telah digelar dua malam sebelumnya. Meski pada malam pertama pengunjung dapat dikatakan minim disebabkan oleh hujan yang sempat mengguyur, rasanya segalanya terobati pada malam kedua. Ratusan umat memadati halaman gereja berbaur dengan biarawan, biarawati yang juga terlihat tidak kalah antusias mengikuti berbagai performa dari seluruh pengisi acara. 

Usai ditahbiskan ketiga imam baru tersebut masing-masing akan bertugas di Rumah Retret Tirta Ria, Pontianak, di Paroki Balai Sebut, dan di Paroki Sanggau Ledo. Akhirnya, selamat bertugas untuk ketiga 'kuntum coklat muda' baru, semoga selalu bersetia pada panggilan imamat dan menjadi teladan bagi umat. (Hes)

9 Jul 2019

PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DAN PELANTIKAN PENGURUS DPP ST FRANSISKUS ASSISI SINGKAWANG 2019-2022 OLEH USKUP AGUNG KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK




Singkawang, Minggu, 7 Juli 2019. Sebanyak 181 orang boleh merasa sangat berbahagia karena baru saja menerima tanda penguatan berupa Sakramen Krisma dari Uskup Agung Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Para penerima Sakramen Krisma kali ini cukup istimewa karena dari para penerima Sakramen Penguatan tersebut terdiri dari berbagai kalangan usia. Jika biasanya Sakramen Krisma ini didominasi oleh usia remaja, namun kali ini hampir 1/3 penerima Sakramen ini adalah kalangan yang sudah berusia lanjut. Dalam khotbahnya, Uskup Agung mengungkap dengan diterimakannya Sakramen Krisma ini, kita disadarkan bahwasanya kita itu lemah. Bertindak sebagai konselebran misa pada kesempatan kali ini adalah Pastor Paroki Singkawang, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. 

Tak berhenti pada penerimaan Sakramen Krisma, di kesempatan yang sama juga digelar pelantikan pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) masa bakti 2019 – 2022 berdasarkan surat keputusan Uskup Agung Pontianak No 181.SK/SKR.KAP/VI/2019 yang bersumber dari Kitab Hukum Kanonik 1983, Kanon 536 tentang pembentukan Dewan Pastoral Paroki  dan partisipasi umat beriman Kristiani pelaksana reksa pastoral paroki. Adapun tugas-tugas pengurus DPP adalah segala hal yang berkaitan dengan liturgia, keryma, diakonia, koinonia, martyria serta mewartakan Injil sebagai inti pewartaan gereja. 

Berikut ini adalah susunan nama para pengurus DPP Santo Fransiskus Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak, masa bakti 2019 – 2022:

I. PENGURUS HARIAN
1. Ketua Umum : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. (Pastor Kepala Paroki Singkawang)
2. Sekretaris : Ns. Ignatius Nandang, S. Kep
Wakil Sekretaris : Drs. Titus Pramana, M.Pd.
3. Bendahara : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap.
Wakil Bendahara : Elisabet Buntoro

II. KETUA-KETUA BIDANG
1. KETUA BIDANG PERSEKUTUAN (KOINONIA)
Ketua :  Aben, S.Ag.
Seksi Kepemudaan : Trifonia Afridiana, A.Md, Kep.
Seksi Kerasulan Keluarga: Helaria Helena, A.Ma.
Sekami : Febronia Fatwati
Sekolah Minggu : Elisabeth Suharijani, A.Ma.

2. KETUA BIDANG KATEKESE (KERYGMA)
Ketua : Sumarni, S.Ag.
Seksi Pendidikan : R. Sitinjak, S.Ag.
Seksi Komunikasi Sosial : Natalia Hesty T.H., M.Pd.
Seksi Kerasulan Kitab Suci : Kristiani Murty, S.Ag.
Seksi Katekese : Adiran, S. Ag.

3. KETUA BIDANG PELAYANAN SOSIAL (DIAKONIA)
Ketua : dr. Liem Fong Chung
Seksi Kesehatan : dr. Tatang Supriana
Seksi Pengembangan Ekonomi : Hermanto Halim, S.E.
Seksi Perbendaharaan/aset : Robertus Adun

4. KETUA BIDANG PERIBADATAN (LITURGI)
Ketua : Stefanus Cahyadi, S.Ag.
Seksi Paduan Suara : Dra. Lucia Sutiono, M.M.
Seksi Pemazmur : Yuvita
Seksi Lektor : Dra. Lusiana Lidwina, M.M.

5. KETUA BIDANG MARTIRYA
Ketua : Drs. Benedictus Saidin
Seksi Panggilan : Br. Baptista, MTB
Seksi Hub AntarAgama : Aloysius Kilim, S.Ag.
Seksi Humas : Christian Valentino, S.H.
Seksi Keamanan : Gregorio Bambang

III. KETUA LINGKUNGAN
1. Ketua Lingkungan Santa Maria : Ridwan
2. Ketua Lingkungan Santa Theresia : Albertus
3. Ketua Lingkungan Santa Anna : Welly
4. Ketua Lingkungan Santa Caeilia : Asun AR
5. Ketua Lingkungan Santa Elisabeth : V. Marsiana
6. Ketua Lingkungan Santa Clara : Herkulanus, S.Ag.
7. Ketua Lingkungan Santo Yohanes : Aloysius Wahyu Tri Broto
8. Ketua Lingkungan Santo Paulus : Arry Hariadi, Apt
9. Ketua Lingkungan Santo Thomas : Suhartanto
10. Ketua Lingkungan Santo Clement : Idman
11. Ketua Lingkungan Santo Yoseph : Elisabeth Chen
12. Ketua Lingkungan Santo Fransiskus Assisi : Emilius Hardiyanta
13. Ketua Lingkungan Santo Leo Agung : Tobias, S.Sos.
14. Ketua Lingkungan Putra Daud : Fidelia Ngunadi

IV. KETUA STASI
1. Stasi Roban : Stephanus Aldriatno
2. Stasi St Paulus Sijangkung : Romanus, S.H.
3. Stasi St Michael Pangmilang : Vincentius Aplus
4. Stasi St Kristoporus Sagatani : Bartolomeus Solomon
5. Stasi St Clara Mayanus : Hendrikus Sinsoi Aman
6. Stasi St Maria Bunda Yesus : Rafael R.
7. Stasi St Dionisius Mandor : F. Sius
8. Stasi St Thomas Sebandut : Aphin
9. Stasi Cahaya Kristus Sarangan : Albertus Apuan
10. Stasi St Caecilia Medang : Epiphania Nuniani
Anggota : Lidia
11. Stasi St Gregorius Agung Capkala : Fransiskus
Anggota : Adrianus, Sebastianus
12. Stasi St Pio Parit Baru : Barnabas Salimin
13. Stasi Hati Kudus Yesus Setanduk : Samara
14. Stasi St Yoseph Aris : Apolonius Andus
Anggota : Antonius
15. Stasi Trans SP 1 : Herlina Elisabeth
16. Stasi Trans SP 2 : Angselmus Adi

V. KELOMPOK RELIGIUS
1. Kongregasi Bruder MTB : Br. Baptisa, MTB
2. Kongregasi Suster SFIC : Sr. Ursula, SFIC
3. Ordo Fransiskan Sekuler OFS : Yohanes Kaswin

VI. KELOMPOK KATEGORIAL
1. Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) : Helaria Helena, A.Ma.
2. ISKA : Kuria Rosa Mustica
3. Legio Presidium Ratu Rosario Yang Amat Suci : Yohana Tina
4. Presidium Ratu Para Malaikat : Bibiana, A.Md, Kep
5. New Katekumen : Elisabeth Cen, Yohana Maria
6. Santa Monika : Emilia Karsiah
7. BPPKS : Frumentius, S.H.
8. Bapakat : Arianto Ari
9. Sekami : Gregoria Laura Wivanda
10. Pemuda Katolik : Marsianus Dismas
11. OMK : Sinta

Usai misa perayaan Ekaristi istimewa berisikan penerimaan Sakramen Krisma dan Pelantikan DPP, digelar ramah tamah di halaman Gereja Katolik Paroki Singkawang yang diikuti oleh seluruh umat yang hadir pada misa kedua. 

Selamat bagi para penerima Sakramen Krisma, semakin dikuatkan dalam iman dan keyakinan, dan selamat berkarya bagi para pengurus DPP masa bakti 2019 – 2022. Tuhan beserta kita! (Hes)