Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri gereja dan dunia. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri gereja dan dunia. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

16 Mar 2016

OMK: Sumber Daya Manusia yang Perlu Dibimbing dan Dikembangkan Melalui Kegiatan yang Menarik dan Bermanfaat

OMK: Sumber Daya Manusia yang Perlu Dibimbing dan Dikembangkan Melalui Kegiatan yang Menarik dan Bermanfaat

Oleh: Gabriel Fileas, S.IP

OMK atau Orang Muda Katolik merupakan sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi kaum muda Katolik agar dapat mengembangkan diri mereka melalui pengaderan, pelatihan, kompetisi dan pelayanan. Komunitas ini memiliki peran yang sangat vital karena kaum muda Katolik merupakan calon penerus gereja. Mereka juga memiliki tenaga yang prima dan tingkat kreativitas yang tinggi. Oleh karena itu, kaum muda Katolik merupakan sumber daya manusia yang sangat penting untuk dikembangkan demi masa depan gereja.

Di sisi lain, kaum muda Katolik juga memberikan sebuah tantangan besar bagi gereja. Masa-masa pencarian jati diri dan perkembangan zaman yang sangat pesat menjadi ancaman yang tidak bisa dipandang remeh. Pengawasan dan bimbingan melalui kegiatan-kegiatan yang bermanfaat merupakan salah satu solusi jitu agar kaum muda Katolik tidak terjerumus ke dalam lubang kegelapan seperti narkoba, minuman keras, sex bebas, dan hal lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai gereja.

Kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan, retret, kemah rohani, olah raga, dan berbagai macam kegiatan lain yang harus dikemas dengan menarik agar menarik minat kaum muda Katolik. Materi-materi yang membantu penelusuran minat dan bakat, pengetahuan tentang kitab suci, pendidikan tentang pentingnya hidup di dalam komunitas dan persaudaraan, serta pengenalan tentang keadaan lingkungan sekitar amat sangat diperlukan untuk mempersiapkan kaum muda Katolik agar dapat menjadi Laskar Kristus yang peka, proaktif dan berwawasan.


Dalam awal tahun 2016 ini sudah dua kali terlaksana kegiatan akbar yang melibatkan OMK. Kegiatan yang pertama adalah HOMKKAP (Hari Orang Muda Katolik Keuskupan Agung  Pontianak). Acara yang dilaksanakan di Nyarumkop pada 3−5 Januari 2016 tersebut mengusung ide tentang perlunya bimbingan dan pembinaan untuk kaum muda Katolik agar iman mereka tetap terpelihara dan berbuah. Ide tersebut kemudian diimplementasikan dengan mewujudkan iman Katolik melalui kehidupan sehari-hari, menjalin relasi dengan kaum muda Katolik dari daerah lain, dan perutusan kaum muda Katolik untuk mewartakan pengalaman dan pengetahuan yang didapat selama acara itu berlangsung.

Secara garis besar, kegiatan HOMKKAP 2016 lebih berfokus kepada peningkatan kapasistas kaum muda Katolik dalam hal pengetahuan. Acara yang diberikan lebih banyak berupa seminar dan workshop. Salah satu yang menarik adalah seminar tentang beriman secara radikal. Seminar yang dibawakan pada malam pertama tersebut menjelaskan bahwa kata radikal seringkali disalahartikan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang keras, kasar dan destruktif. Radikal sendiri berbeda dengan fanatik. Beriman secara radikal berarti mau menghayati iman secara penuh dan total. Semakin radikal seseorang dengan imannya, maka ia akan semakin damai dan penuh kasih seturut ajaran Kristus. Sedangkan beriman secara fanatik memiliki arti yang berlawanan di mana seseorang yang hanya memiliki pengetahuan agama yang dangkal namun merasa paham akan segalanya dan menganggap kepercayaan orang lain sebagai sesuatu yang sesat. Melalui seminar tersebut kaum muda Katolik dipanggil untuk mau menghayati imannya secara radikal agar menjadi insan yang rela berkorban demi kemuliaan Tuhan dan penuh cinta kasih.

Pada hari berikutnya, seluruh kontingen peserta HOMKKAP 2016 dilebur dan dipecah menjadi tujuh kelompok. Setiap kelompok akan mengikuti satu dari tujuh workshop yang telah disediakan oleh panitia. Workshop-workshop tersebut antara lain tentang “Masa Depan Tanah Borneo Lingkungan Hidup dan Sosial”, “Tanggung Jawab OMK”, “Media Sosial dan Digipreneursip”, “Panggilan Hidup Berkeluarga”, “Ajaran Sosial Gereja”, “Radikalisme dalam Dunia Politik”, dan “Perdamaian dalam Multikultural”. Sistem ini sangat cerdas karena selain menambah pengetahuan dan wawasan, kaum muda Katolik juga dituntut untuk saling sharing kepada teman-teman kontingennya tentang materi yang didapatnya melalui workshop tersebut.

Kegiatan yang kedua adalah Capuchin’s Camp 2 yang diadakan di Pontianak pada 28-31 Januari 2016. Temu OMK yang dilaksanakan di Tirta Ria tersebut juga mengusung ide tentang perlunya bimbingan dan pendampingan untuk kaum muda Katolik. Melalui kegiatan tersebut, Ordo Kapusin Pontianak berusaha untuk menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai spiritual kristiani kepada kaum muda Katolik secara komunal maupun personal. Ide tersebut berusaha dicapai melalui pembinaan iman, mental dan spiritual kaum muda, pembangunan kreativitas, penumbuhan kepekaan social dan semangat persaudaraan dengan semua ciptaan Tuhan.

Acara di dalam kegiatan Capuchin’s Camp 2 lebih banyak berfokus pada jalinan keakraban kaum muda Katolik dari berbagai daerah, peningkatan kreativitas dalam menciptakan lagu rohani, gerakan lagu rohani dan ice breaking yang dapat digunakan di dalam berbagai kegiatan OMK, serta peningkatan rasa cinta terhadap alam melalui outbound. Sejak hari pertama, peserta yang mengikuti Capuchin’s Camp tidak lagi berkumpul bersama teman-teman dari kontingen yang sama, melainkan dilebur ke dalam sebuah kelompok kecil yang disebut dengan komunitas. Semua kegiatan mulai dari makan, workshop, latihan, penampilan dan outbound dilakukan di dalam komunitas yang telah dibentuk. Metode ini terbilang sangat baik karena dapat meningkatkan tali persaudaraan antar kaum muda dari berbagai macam daerah.

Peningkatan kreativitas kaum muda di Capuchin’s Camp juga terbilang baik. Sebelum ditugaskan untuk membuat lagu rohani, gerakan lagu rohani dan ice breaking, para peserta diberikan materi tentang cara membuatnya oleh orang-orang yang berpengalaman di bidang tersebut dengan cara yang menyenangkan. Untuk dapat menciptakan lagu rohani yang baik penciptanya harus menggunakan hati, perasaan dan kreativitas. Inspirasi untuk lagu tersebut dapat ditemukan lewat Kitab Suci, pengalaman pribadi dan orang lain, nada-nada iklan di tv dan masih banyak lagi. Menciptakan gerakan lagu dan ice breaking juga menuntut seseorang untuk menggunakan hati, perasaan dan kreativitasnya. Para peserta dapat membuat sesuatu yang baru atau melakukan inovasi melalui sebuah metode unik yaitu ATM atau kepanjangan dari amati, tiru dan modifikasi yang bertujuan untuk menjaga orisinalitas. Peningkatan kreativitas seperti ini merupakan langkah yang sangat penting di dalam pendampingan kaum muda agar tenaga, talenta, waktu, dan kreativitasnya dapat disalurkan ke arah yang positif.



Acara yang paling ditunggu-tunggu dari HOMKKAP dan Capuchin’s Camp adalah outbound. Mengapa tidak? Di dalam nyaterdapat permainan-permainan yang menyenangkan serta kompetisi antarkelompok yang memacu semangat muda para peserta. Tujuan dari outbound sendiri adalah untuk meningkatkan jiwa kepemimpinan, kerjasama dan sportifitas. Banyak hal yang bisa diambil dari kegiatan ini seperti rasa peka terhadap sesama di mana di dalam kelompok outbound terdiri dari berbagai macam orang dengan kemampuan dan keterbatasan yang berbeda-beda. Untuk dapat memenangkan permainan, peserta di dalam kelompok hendaknya mengerti satu sama lain agar dapat membagi tugas dan bekerjasama dengan baik. Hal-hal seperti ini sangat dibutuhkan di dalam masyarakat yang heterogen di mana terdapat berbagai macam orang dengan latar belakang yang berbeda-beda. Kaum muda Katolik hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan baik di dalam masyarakat dengan mengerti dan peka akan orang-orang dan lingkungan di sekitarnya.

Dari kedua kegiatan di atas kita mengetahui bahwa, pengembangan OMK sebagai sumber daya manusia yang penting bagi gereja merupakan sebuah proses tanpa henti. Proses tersebut menuntut peran serta semua elemen gereja. Tentunya sangat diharapkan agar kegiatan-kegiatan tersebut terus berlangsung atau bahkan bertambah banyak agar dapat melahirkan kaum muda Katolik yang berwawasan, kreatif, peka dan mau melayani.

3 Sep 2018

SEMINAR KITAB SUCI OLEH DOKTOR PAULUS TONI DI FRANSISKUS ASSISI

SEMINAR KITAB SUCI OLEH DOKTOR PAULUS TONI DI FRANSISKUS ASSISI




Senin, 3 September 2018 pukul 18.00 WIB, bertempat di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang digelar seminar kitab suci. Kegiatan yang mendatangkan narasumber ahli kitab suci, Pastor Dr. Paulus Toni Tantiono, OFM.Cap ini digelar masih dalam rangkaian acara Bulan Kitab Suci Nasional 2018.

Seminar yang mendapuk doktor lulusan Universitas Gregoriana Roma ini digelar di dalam gereja dan mendapat perhatian cukup antusias dari umat Paroki Singkawang. Hal ini dibuktikan dengan terisinya bangku-bangku hingga sepertiga kapasitas tampung gereja yang berada di jalur utama Kota Singkawang.

Dalam seminarnya kali ini Pastor Toni menjabarkan dengan gamblang berbagai hal yang berkaitan dengan Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2018
yang merupakan kelanjutan dari rangkaian tema besar tentang Mewartakan Kabar Gembira. "Berbagai tema besar ini dimulai sejak tahun 2017, dengan tema: Mewartakan Kabar Gembira (MKG) dalam Arus Zaman Masa Kini, dilanjutkan tahun 2018 dengan tema: MKG dalam Kemajemukan, disambung tahun 2019 dengan tema MKG dalam Krisis Lingkungan Hidup dan ditutup tahun 2020 dengan MKG di tengah Krisis Iman dan Identitas Diri.

"Tema 'MKG dalam Kemajemukan' tahun ini mengangkat bagaimana tugas mewartakan Injil yang diberikan Yesus kepada para rasul ke seluruh dunia berhadapan dengan aneka kekayaan dan keunikan budaya non-Yahudi. Karena itu sejak dari awal para rasul harus aktif ke luar dari daerah Israel/Palestina sambil mencari metode-metode baru berhadapan dengan situasi tempat dan budaya-religiositas baru di tempat-tempat baru. Rasul Paulus bersama para rasul gereja perdana berjuang membumikan dan mengejawantahkan nilai dan pesan Injil Yesus secara konkret dan bermakna di bawah bimbingan Roh Kudus," paparnya.

Di samping itu, gembala yang juga bagian dari persaudaraan dina Kapusin ini juga menitikberatkan seminarnya pada poin-poin tugas mewartakan Kabar Gembira gereja Katolik dewasa ini di Indonesia yang menggarisbawahi empat tema/situasi yg dapat dibahas, yaitu; 1) Dialog dengan Kaum Miskin 2) Dialog dengan Budaya 3) Dialog dengan Agama lain 4) Dialog dengan Gereja-gereja Protestan. Keempat tema ini dibahas satu persatu dalam tiap minggu selama empat minggu pertemuan, dengan contoh perikop Kitab Sucinya masing-masing.

Di akhir seminar, beliau memberikan simpulan bawasanya gereja Katolik Indonesia mempunyai kesempatan sekaligus tugas mewartakan Kabar Gembira dalam aneka kemajemukan, ber-Bhinneka Tunggal Ika. Ada banyak peluang, sekaligus tantangan bagaimana menyapa masyarakat Indonesia yang sangat pluralistis (majemuk) dengan agama, budaya, adat-kebiasaan masing-masing. Diperlukan usaha keras untuk ke luar dari dinding gereja dan keberanian untuk menyapa dan berkontak dengan semua orang yang memerlukan sapaan Kabar Gembira. Selain itu, kerendahan hati dan kreativitas yang tinggi juga diperlukan supaya pesan Injil dapat masuk dan diterima orang-orang dalam budayanya masing-masing," ungkapnya.

Masih di kesempatan yang sama dan tidak kalah menarik, beliau juga menekankan bahwasanya gereja Katolik Indonesia sudah ditebus oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu dan sekarang meneruskan karya penyelamatan, dan penebusan tersebut kepada semua orang yang dijumpai. Tugas yang tidak mudah, namun indah dan luhur sesuai dengan amanat agung Tuhan Yesus di bawah bimbingan Roh Kudus dalam perlindungan dari Allah Bapa. (Nat)



31 Mei 2017

SEJARAH BULAN MEI DAN OKTOBER SEBAGAI BULAN MARIA

SEJARAH BULAN MEI DAN OKTOBER SEBAGAI BULAN MARIA

Bulan Mei

Secara tradisi, Gereja Katolik mendedikasikan bulan- bulan tertentu untuk devosi tertentu. Bulan Mei yang sering dikaitkan dengan permulaan kehidupan, karena pada bulan Mei di negara- negara empat musim mengalami musim semi atau musim kembang. Maka bulan ini dihubungkan dengan Bunda Maria, yang menjadi Hawa yang Baru. Hawa sendiri artinya adalah ibu dari semua yang hidup, “mother of all the living” (Kej 3:20). Devosi mengkhususkan bulan Mei sebagai bulan Maria diperkenalkan sejak akhir abad ke 13. Namun praktek ini baru menjadi populer di kalangan para Jesuit di Roma pada sekitar tahun 1700-an, dan baru kemudian menyebar ke seluruh Gereja.
Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria. Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen. Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Paus Paulus VI dalam surat ensikliknya, the Month of Mary mengatakan, “Bulan Mei adalah bulan di mana devosi umat beriman didedikasikan kepada Bunda Maria yang terberkati,” dan bulan Mei adalah kesempatan untuk “penghormatan iman dan kasih yang diberikan oleh umat Katolik di setiap bagian dunia kepada Sang Ratu Surga. Sepanjang bulan ini, umat Kristen, baik di gereja maupun secara pribadi di rumah, mempersembahkan penghormatan dan doa dengan penuh kasih kepada Maria dari hati mereka. Pada bulan ini, rahmat Tuhan turun atas kita … dalam kelimpahan.” (Paus Paulus VI, the Month of May, 1)

Bulan Oktober

Sedangkan penentuan bulan Oktober sebagai bulan Rosario, berkaitan dengan peristiwa yang terjadi 3 abad sebelumnya, yaitu ketika terjadi pertempuran di Lepanto pada tahun 1571, di mana negara- negara Eropa diserang oleh kerajaan Ottoman yang menyerang agama Kristen. Terdapat ancaman genting saat itu, bahwa agama Kristen akan terancam punah di Eropa. Jumlah pasukan Turki telah melampaui pasukan Kristen di Spanyol, Genoa dan Venesia. Menghadapi ancaman ini, Don Juan (John) dari Austria, komandan armada Katolik, berdoa rosario memohon pertolongan Bunda Maria. Demikian juga, umat Katolik di seluruh Eropa berdoa rosario untuk memohon bantuan Bunda Maria di dalam keadaan yang mendesak ini. Pada tanggal 7 Oktober 1571, Paus Pius V bersama- sama dengan banyak umat beriman berdoa rosario di basilika Santa Maria Maggiore. Sejak subuh sampai petang, doa rosario tidak berhenti didaraskan di Roma untuk mendoakan pertempuran di Lepanto (teluk Korintus). Dalam pertempuran ini pada awalnya tentara Kristen sempat kalah. Tetapi kemudian mereka berhasil membalikkan keadaan hingga akhirnya berhasil‎ menang.. Walaupun nampaknya mustahil, namun pada akhirnya pasukan Katolik menang pada tanggal 7 Oktober. Kemenangan ini memiliki arti penting karena sejak kekalahan Turki di Lepanto, pasukan Turki tidak melanjutkan usaha menguasai Eropa. Kemudian, Paus Pius V menetapkan peringatan Rosario dalam Misa di Vatikan setiap tanggal 7 Oktober. Kemudian penerusnya, Paus Gregorius XIII, menetapkan tanggal 7 Oktober itu sebagai Hari Raya Rosario Suci.
Demikianlah sekilas mengenai mengapa bulan Mei dan Oktober dikhususkan sebagai bulan Maria. Bunda Maria memang terbukti telah menyertai Gereja dan mendoakan kita semua, para murid Kristus, yang telah diberikan oleh Tuhan Yesus menjadi anak- anaknya (lih. Yoh 19:26-27). Bunda Maria turut mengambil bagian dalam karya keselamatan Kristus Putera-Nya, dan bekerjasama dengan-Nya untuk melindungi Gereja-Nya sampai akhir jaman.
Amanat dari Peristiwa Lepanto Battle
Bunda Maria, "terbukti" telah menyertai Gereja dan umat beriman melalui doa Sang Bunda kepada Tuhan Yesus untuk menyertai kita yang berziarah di dunia ini. Tuhan Yesus Kristus telah menyerahkan Bunda Maria, ibuNya yang amat terberkati kepada Santo Yohanes, dan Santo Yohanes menjadi "anak" Sang Bunda (Yoh 19 : 26 - 27 , Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: "Ibu, inilah, anakmu !" Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu!" Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.). Tentu pesan Tuhan Yesus ini, yang memberikan ibuNya kepada Santo Yohanes, tidak terbatas kepada Santo Yohanes, tentu juga Tuhan Yesus menyerahkan ibuNya bagi kita semua, untuk mendampingi, menyertai, dan mendoakan kita. Bunda Maria memainkan peranan penting sebagai "agen" karya keselamatan Yesus Kristus.
Sumber: www.katolisitas.org




21 Des 2016

PERAYAAN EKARISTI HARI RAYA NATAL (MISA SIANG)

PERAYAAN EKARISTI HARI RAYA NATAL
(MISA SIANG) 

   
Minggu, 25 Desember 2016

RITUS PEMBUKA

   
LAGU PEMBUKA -umat berdiri-!
           
TANDA SALIB DAN SALAM (umat berdiri)
I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu
U. Dan bersama rohmu
   
PENGANTAR (umat berdiri)

SERUAN TOBAT
       
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkaulah Sabda Allah, yang ada sejak awal mula, dan menjadi perantara penciptaan alam semesta.
K. Kyrie, eléison (Tuhan, kasihanilah kami)
U. Kyrie, eléison (Tuhan, kasihanilah kami).
 
I. Engkaulah Sabda Allah, yang menjadi manusia dan menjadi cahaya bagi kami dalam kegelapan.
K. Christe, eléison (Kristus, kasihanilah kami)
U. Christe, eléison  (Kristus, kasihanilah kami).
 
I. Engkaulah Sabda Allah, penuh rahmat, yang rela tinggal di antara kami.
K. Kyrie, eléison (Tuhan, kasihanilah kami)
U. Kyrie, eléison (Tuhan, kasihanilah kami).
 
I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.
   
MADAH KEMULIAAN (umat berdiri)
Glória in excélsis Deo  
(Kemuliaan kepada Allah di surga)
   et in terra pax homínibus bonae voluntátis.
(dan damai di bumi kepada orang yang berkenan pada-Nya.)
    Laudámus te,
(Kami memuji Dikau,)
    benedícimus te,
(Kami meluhurkan Dikau,)
    adorámus te,
(Kami menyembah Dikau,)
    glorificámus te,
(Kami memuliakan Dikau,)
    grátias ágimus tibi propter magnam glóriam tuam,
(Kami bersyukur kepada-Mu, kar'na kemuliaan-Mu yang besar.)
    Dómine Deus, Rex cæléstis,
(Ya Tuhan Allah, Raja surgawi)
    Deus Pater omnípotens.
(Allah Bapa yang Mahakuasa)
    Dómine Fili Unigénite, Iesu Christe,
(Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang Tunggal)
    Dómine Deus, Agnus Dei, Fílius Patris,
(Ya Tuhan Allah, Anak domba Allah, Putra Bapa,)
    qui tollis peccáta mundi, miserére nobis;
(Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami;)
    qui tollis peccáta mundi, súscipe deprecatiónem nostram.
(Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami.)
    Qui sedes ad déxteram Patris, miserére nobis.
(Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami.)
    Quóniam tu solus Sanctus, tu solus Dóminus, tu solus Altíssimus,
(Kar'na hanya Engkaulah kudus, hanya Engkaulah Tuhan, hanya Engkaulah Mahatinggi,)
    Iesu Christe, cum Sancto Spíritu: in glória Dei Patris. Amen.
(Ya Yesus Kristus, bersama dengan Roh Kudus dalam kemuliaan Allah Bapa. Amin.)      
     
DOA PEMBUKA (umat berdiri)
I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I. Ya Allah, secara mengagumkan Engkau menciptakan manusia dengan martabat yang luhur, dan secara lebih mengagumkan lagi Engkau membaruinya. Kami mohon perkenankanlah kami ikut serta dalam keilahian Kristus yang sudah berkenan menjadi manusia seperti kami. Dialah Tuhan, Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa.
U. Amin.

LITURGI SABDA

   
BACAAN I (Yes 52:7-10) (umat duduk)

       
"Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan telah menghibur umatnya."
   
L. Bacaan dari Kitab Yesaya:
   
O betapa indah kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan bentara yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik; yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion, "Allahmu meraja!" Dengarlah suara orang-orang yang mengawal engkau: Mereka bersorak-sorai serempak. Sebab dengan mata kepala sendiri mereka melihat bagaimana Tuhan kembali ke Sion. Bergembiralah, bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab Tuhan telah menghibur umat-Nya. Ia telah menebus Yerusalem. Tuhan telah menunjukkan tangan-Nya yang kudus di depan mata semua bangsa; maka segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
   
MAZMUR TANGGAPAN ( Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6) -umat duduk-
Ulangan:


Mazmur:
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus.
2. Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya, Ia telah menyatakan keadilan-Nya di antara para bangsa. Ia ingat akan kasih dan kesetiaan-Nya terhadap kaum Israel.
3. Segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bersorak-sorailah bagi Tuhan, hai seluruh bumi, bergembiralah dan bermazmurlah.
4. Bermazmurlah bagi Tuhan dengan kecapi, dengan kecapi dan lagu merdu; dengan nafiri dan sangkakala yang nyaring bersorak-sorailah di hadapan Raja, yakni Tuhan.


BACAAN II (Ibr 1:1-6) (umat duduk)
 
 "Allah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya."
 
 L. Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani:
 
Saudara-saudara, pada zaman dahulu Allah berulangkali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan para nabi. Tetapi pada zaman akhir ini Allah telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya. Anak-Nya itulah yang ditetapkan-Nya sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dialah Allah menjadikan alam semesta. Dialah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah. Dialah yang menopang segala yang ada dengan sabda-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah berhasil mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar di tempat yang tinggi. Ia jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat sebagimana nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah daripada nama mereka. Karena kepada siapakah di antara malaikat-malaikat itu Allah pernah berkata, "Anak-Kulah Engkau! Pada hari ini Engkau telah Kuperanakkan" Atau pun: "Aku akan menjadi Bapa-Nya, dan Ia menjadi Anak-Ku". Lagipula, ketika mengantar Anak-Nya yang sulung ke dunia, Allah berkata, "Semua malaikat Allah harus menyembah Dia."
 
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
 
BAIT PENGANTAR INJIL -umat berdiri-
 

 
BACAAN INJIL (Yoh 1:1-18) -umat berdiri-

"Firman telah menjadi manusia."

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.
I: Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U: Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
 
HOMILI -umat duduk-

AKU PERCAYA (MB 224)
       
K. Aku percaya akan satu Allah,
K. Bapa yang mahakuasa, pencipta langit dan bumi, dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan.
U. Aku percaya.
K. dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad.
U. Aku percaya.
K. Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar.
U. Aku percaya.
K. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
U. Aku percaya.
K. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita.
U. Aku percaya
K. Dan ia menjadi daging oleh Roh Kudus dari perawan Maria, dan menjadi manusia.
U. Aku percaya.
K. Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus; Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
U. Aku percaya
K. Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci. Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
U. Aku percaya
K. Ia akan kembali dengan mulia, mengadili orang yang hidup dan yang mati; kerajaan-Nya takkan berakhir.
U. Aku percaya.
K. Aku percaya akan Roh Kudus, Ia Tuhan yang menghidupkan; Ia berasal dari Bapa dan Putra,
U. Aku percaya.
K. Ia serta Bapa dan Putra, disembah dan dimuliakan; Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
U. Aku percaya.
K. Aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat. Amin.
U. Aku percaya.
         

DOA UMAT -umat berdiri-
     
I. Tuhan hendak tinggal di antara kita, dan kita adalah putra dan putri-Nya di rumah-Nya. Dengan kepercayaan ini marilah berdoa kepada Bapa kita:
 
L. Bagi Gereja kita: Semoga Allah Bapa mendampingi kita agar iman akan perutusan Yesus tetap mendorong Gereja untuk selalu memperbarui diri, umat dan masyarakat seturut kehendak-Nya.


L. Bagi perdamaian di antara umat manusia: Semoga Allah Bapa menerangi kita agar makna nyanyian para malaikat terwujud benar, dan tercapailah perdamaian, bukan perang, kebahagiaan bukan penderitaan: kegembiraan bukan kesedihan, bagi seluruh umat manusia. Marilah kita mohon.
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi para papa: Semoga kelahiran Putra-Nya di Gua Betlehem menjadi hiburan bagi mereka yang lemah dan papa, dan membangkitkan semangat optimis dalam perjuangan hidup mereka. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kita semua: Semoga Allah Bapa membantu kita agar suasana perayaan Natal tidak menyebabkan kitam elupakan mereka yang terpencil dan menderita. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa kami, hidup adalah suatu permohonan terus-menerus. Dengarkanlah doa putra dan putri-Mu, dan berilah tanggapan dalam diri Yesus Kristus, Putra-Mu. Tuhan kami.
U. Amin.
 
LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN

LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN  (umat duduk)
     
DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa. (umat berdiri)
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I.  Ya Allah, sudilah menerima persembahan kami pada hari raya ini. Semoga oleh persembahan ini, kami didamaikan kembali sepenuhnya dengan Dikau dan ibadat kami kepada-Mu disempurnakan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI NATAL II -umat berdiri-

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita
U. Sudah layak dan sepantasnya
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Sebab sungguh agung dan tak terperikan misteri kelahiran Putra-Mu yang kami rayakan ini. Dia, Allah yang tak dapat dilihat, kini tampak sebagai manusia seperti kami. Ia, yang sudah ada sebelum adanya waktu, kini memasuki kurun waktu agar segala-galanya dijadikan baru. Alam semesta yang hancur berantakan dipulihkan keutuhannya, umat manusia yang jauh tersesat dipanggil-Nya kembali, dan dituntun-Nya menuju kebahagiaan abadi. Maka, bersama semua malaikat, kami pun memuji dan memuliakan Dikau dan dengan sukaria bernyanyi:
 
KUDUS  -umat berdiri-

Sanctus, Sanctus, Sanctus,
Dominus Deus Sabbaoth;
Pleni sunt caeli et terra gloria Tua.
Hosanna in excelsis.
Benedictus qui venit in nomine Domini.
Hosanna in excelsis
       
Kudus, kudus, kuduslah Tuhan Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.
   
DOA SYUKUR AGUNG


C. KOMUNI


BAPA KAMI -umat berdiri-
     
DOA DAMAI -umat berdiri-
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu. Restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah Pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
 
ANAK DOMBA ALLAH  (umat berdiri)

PERSIAPAN KOMUNI (berlutut/berdiri)
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Yesus Kristus, Raja Penyelamat yang dijanjikan Allah, dan kini berada di tengah-tengah kita. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya.
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas Engkau datang pada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI

LAGU KOMUNI
SAAT HENING

DOA SESUDAH KOMUNI
I. Marilah kita berdoa:
I.  Allah Yang Mahapenyayang, hari ini sudah lahir Juru Selamat dunia. Semoga Dia, yang telah menjadikan kami anak-anak Allah, juga memberi kami hidup abadi. Sebab Dialah Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.
   
RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT (umat berdiri)
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Semoga Tuhan yang mahabaik mengobarkan semangat kebajikan dalam hati saudara.
U. Amin.
I. Semoga Tuhan menjadikan Saudara pewarta kabar sukacita yang menyelamatkan.
U. Amin.
I. Semoga Tuhan menganugerahkan damai ke atas bumi dan berkenan akan amal bakti Saudara.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian, dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN (umat berdiri)
D/I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai
U. Syukur kepada Allah
D/I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.

PERARAKAN KELUAR

2 Nov 2017

MENDOAKAN JIWA ORANG-ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

MENDOAKAN JIWA ORANG-ORANG YANG SUDAH MENINGGAL

Sumber:ericopieter.blogspot.co.id

Ada pernyataan bahwa kita tidak usah berdoa untuk jiwa-jiwa yang sudah meninggal, karena itu menjadi urusan Tuhan sendiri dan doa kita tidak akan berguna bagi mereka. Benarkah demikian? Gereja Katolik mengajarkan bahwa Tuhan berkuasa menentukan apakah seseorang yang meninggal itu masuk surga, neraka, atau jika belum siap masuk surga, dimurnikan terlebih dulu di Api Penyucian. Umat Kristen non-Katolik yang tidak mengakui adanya Api Penyucian, mungkin menganggap bahwa tidak ada gunanya mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Namun Gereja Katolik mengajarkan adanya masa pemurnian di Api Penyucian, silakan membaca dasar dari Kitab Suci dan pengajaran Bapa Gereja tentang hal ini, http://katolisitas.org/624/bersyukurlah-ada-api-penyucian, sehingga doa-doa dari kita yang masih hidup, dapat berguna bagi jiwa-jiwa mereka yang sedang dalam tahap pemurnian tersebut. Bahkan, dengan mendoakan jiwa-jiwa tersebut, kita mengamalkan kasih kepada mereka yang sangat membutuhkannya, dan perbuatan ini sangat berkenan bagi Tuhan (lih. 2 Mak 12:38-45).
Sebenarnya, prinsip dasar ajaran Gereja Katolik untuk mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal adalah adanya Persekutuan Orang Kudus yang tidak terputuskan oleh maut. Rasul Paulus menegaskan “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:38-39).
Kuasa kasih Kristus yang mengikat kita semua di dalam satu Tubuh-Nya itulah yang menjadikan adanya tiga status Gereja, yaitu 1) yang masih mengembara di dunia, 2) yang sudah jaya di surga dan 3) yang masih dimurnikan di Api Penyucian. Dengan prinsip bahwa kita sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya saling tolong menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) di mana yang kuat menolong yang lemah (Rm 15:1), maka jika kita mengetahui (kemungkinan) adanya anggota keluarga kita yang masih dimurnikan di Api Penyucian, maka kita yang masih hidup dapat mendoakan mereka, secara khusus dengan mengajukan intensi Misa kudus (2 Mak 12:42-46).
Memang, umat Kristen non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe ini dalam Kitab Suci mereka. Juga, bagi mereka, keselamatan hanya diperoleh melalui iman saja (sola fide), yang sering dimaknai terlepas dari perbuatan, dan hal mendoakan ini dianggap sebagai perbuatan yang tidak berpengaruh terhadap keselamatan. Sedangkan ajaran iman Katolik adalah kita diselamatkan melalui iman yang bekerja oleh perbuatan kasih (Gal 5:6), maka iman yang menyelamatkan ini tidak terpisah dari perbuatan kasih. Dengan memahami adanya perbedaan perspektif Katolik dan non- Katolik ini, kita dapat mengerti bahwa umat Kristen non- Katolik menolak ‘perbuatan’ mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sedangkan Gereja Katolik mengajarkan bahwa perbuatan-perbuatan kasih yang didasari iman sangatlah berguna bagi keselamatan kita (baik yang didoakan maupuan yang mendoakan). Jika “kasih” di sini diartikan menghendaki hal yang baik terjadi pada orang lain, dan jika kita ketahui bahwa maut tidak memisahkan kita sebagai anggota Tubuh Kristus (lih. Rom 8:38-39), maka kesimpulannya, pasti berguna jika kita mendoakan demi keselamatan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal. Sebab perbuatan kasih yang menghendaki keselamatan bagi sesama, adalah ungkapan yang nyata dalam hal “bertolong-tolonglah dalam menanggung bebanmu” (Gal 6:2).
Jangan lupa bahwa yang kita bicarakan di sini adalah bahwa doa- doa yang dipanjatkan untuk mendoakan jiwa-jiwa orang-orang yang sedang dimurnikan dalam Api Penyucian, sehingga mereka sudah pasti masuk surga, hanya sedang menunggu selesainya saat pemurniannya. Dalam masa pemurnian ini mereka terbantu dengan doa-doa kita, seperti halnya pada saat kita kesusahan sewaktu hidup di dunia ini, kita terbantu dengan doa-doa umat beriman lainnya yang mendoakan kita. Sedangkan, untuk orang-orang yang meninggal dalam keadaan tidak bertobat, sehingga masuk ke neraka, memang kita tidak dapat mendoakan apapun untuk menyelamatkan mereka. Atau untuk orang -orang yang langsung masuk ke surga (walaupun mungkin tak banyak jumlahnya), maka doa-doa kita sesungguhnya tidak lagi diperlukan, sebab mereka sudah sampai di surga. Namun masalahnya, kita tidak pernah tahu, kondisi rohani orang-orang yang kita doakan. Pada mereka memang selalu ada tiga kemungkinan tersebut, sehingga, yang kita mohonkan dengan kerendahan dan ketulusan hati adalah belas kasihan Tuhan kepada jiwa-jiwa tersebut, agar Tuhan memberikan pengampunan, agar mereka dapat segera bergabung dengan para kudus Allah di Surga.
Pengajaran tentang Api Penyucian termasuk dalam ajaran iman De fide (Dogma):
“The Communion of the Faithful on earth and the Saints in Heaven with Poor Souls in Purgatory:
The living Faithful can come to the assistance of the Souls in Purgatory by their intercessions (suffrages).”
Terjemahannya:
Persekutuan umat beriman di dunia dan Para Kudus di Surga dengan Jiwa-jiwa yang menderita di Api Penyucian:
Para beriman yang [masih] hidup dapat membantu jiwa-jiwa di Api Penyucian dengan doa-doa syafaat (doa silih).
Silih di sini diartikan tidak saja doa syafaat, tetapi juga Indulgensi, derma dan perbuatan baik lainnya, dan di atas semua itu adalah kurban Misa Kudus. Ini sesuai dengan yang diajarkan di Konsili Lyons yang kedua (1274) dan Florence (1439).
Jadi meskipun umat Kristen non-Katolik tidak mengakui kitab Makabe, namun sesungguhnya mereka secara obyektif tidak dapat mengelak bahwa tradisi mendoakan jiwa orang yang telah meninggal sudah ada di zaman Yahudi sebelum Kristus. Tradisi ini kemudian diteruskan oleh para rasul, seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus ketika mendoakan Onesiforus yang sudah meninggal, “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya [Onesiorus] pada hari-Nya.” (2 Tim 1:18). Tradisi mendoakan jiwa orang yang sudah meninggalpun dicatat dalam tulisan para Bapa Gereja, seperti:
1) Tertullian, yang mengajarkan untuk menyelenggarakan Misa kudus untuk mendoakan mereka pada perayaan hari meninggalnya mereka setiap tahunnya. 
2) St. Cyril dari Yerusalem dalam pengajarannya tentang Ekaristi memasukkan doa-doa untuk jiwa orang-orang yang sudah meninggal.
3) Sedangkan St. Yohanes Krisostomus dan St Agustinus mengajarkan bahwa para beriman dapat mendoakan jiwa orang-orang yang meninggal dengan mengadakan derma.
Karena hal mendoakan jiwa-jiwa orang yang sudah meninggal telah diajarkan dalam Kitab Suci dan telah dilakukan oleh Gereja sejak awal mula, terutama dalam perayaan Ekaristi maka, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi Bdk. DS 856. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka” (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).
KGK 1371 Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang mati di dalam Kristus, “yang belum disucikan seluruhnya” (Konsili Trente: DS 1743), supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan damai:
“Kuburkanlah badan ini di mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli dengannya. Hanya satu yang saya minta kepada kamu: Di mana pun kamu berada, kenangkan saya pada altar Tuhan” (Santa Monika sebelum wafatnya, kepada santo Augustinus dan saudaranya: Agustinus, conf. 9,11,27).
“Lalu kita berdoa [dalam anaforal untuk Paus dan Uskup yang telah meninggal, dan untuk semua orang yang telah meninggal pada umumnya. Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan dalam kurban yang kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar darinya… Kita menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang telah meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa… Kita mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita mendamaikan Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan mereka dan dengan kita” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,9,10).
KGK 1414 Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.
Maka memang, mendoakan jiwa orang-orang yang sudah meninggal bagi orang Katolik merupakan salah satu perbuatan kasih yang bisa kita lakukan, terutama kepada orang-orang yang kita kasihi yang telah mendahului kita. Ini adalah salah satu dogma yang semestinya kita jalankan, sebagai orang Katolik. Tentu saja, kita tidak bisa memaksakan hal ini kepada mereka yang tidak percaya. Namun bagi kita yang percaya, betapa indahnya pengajaran ini! Kita semua disatukan oleh kasih Kristus: kita yang masih hidup dapat mendoakan jiwa-jiwa yang di Api Penyucian, dan jika kelak mereka sampai di surga, merekalah yang mendoakan kita agar juga sampai ke surga. Doa mereka tentu saja tidak melangkahi Perantaraan Kristus, sebab yang mengizinkan mereka mendoakan kita juga adalah Kristus, sebab di atas semuanya, Kristuslah yang paling menginginkan agar kita selamat dan masuk ke surga. Jadi doa para kudus saling mendukung dalam karya keselamatan Allah bagi manusia. Kita tergabung dalam satu persekutuan orang-orang kudus, karena kita semua adalah anggota Tubuh Kristus yang diikat oleh kasih persaudaraan yang tak terputuskan oleh maut, sebab Kristus Sang Kepala, telah mengalahkan maut itu bagi keselamatan kita.
Sumber: katolisitas.org

6 Jul 2015

Keluarga Kuat, Gereja Kuat: Belajar Menjadi Orang Tua dari Maria dan Yusuf

Keluarga Kuat, Gereja Kuat:  Belajar Menjadi Orang Tua dari Maria dan Yusuf


Image by Google
Tumbuh  dan menjadi orang tua barangkali sebuah keniscayaan. Namun, menjadi orang tua yang bijaksana merupakan sebuah panggilan. Setiap pasangan suami-istri yang menikah dipanggil untuk menjadi orang tua yang bijaksana. Orang tua yang menyediakan diri mereka menjadi alat Tuhan untuk mendidik, dan mendampingi anak-anak menuju kepada kesuksesan. Walau itu tidaklah mudah. Terlebih di mana perkembangan teknologi saat ini sangat pesat, dan tantangan makin besar. Anak sejak dini telah disuguhi berbagai iklan yang cenderung merusak kesejatian manusia sebagai citra Allah. Televisi, internet dan media sosial lebih akrab dengan anak dibanding dengan orang tuanya. Kenyataan ini membuat anak-anak terasing dari dunianya, “Masyarakat yang  kehilangan identitas” kata Henri J.M. Nouwen. Padahal kita tahu keluarga yang kuat menjadi prasyarat terbentuknya gereja dan negara yang kuat.

Kita dipanggil Allah untuk membangun keluarga yang kuat, mendidik anak-anak dengan pola cinta kasih Kristiani. Dari Maria dan Yusuf kita bisa belajar menjadi orang tua dalam mengasuh anak-anak secara benar sesuai dengan rencana Allah. Kita akan belajar bagaimana mereka mendidik dan membesarkan Yesus. Keteladanan Maria dan Yusuf dapat kita lihat dari Lukas 2 :41-52 “Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah”

Konsep diri positif
. Maria dan Yusuf memiliki konsep positif mengenai penciptaan. Bagi mereka Yesus adalah citra Allah (bdk.1:26-28). Allah memberkati setiap anak dengan berkat ilahi (bdk. Kej 1:27-28). Persepsi ini sangat menentukan pola asuh. Jika orang tua memiliki persepsi yang keliru mengenai anak, maka pola asuh pun akan keliru juga. Setiap anak apapun keadaannya, ia adalah gambar Allah. Mereka adalah citra Allah yang diutus ke dalam keluarga kita masing-masing dengan misi tertentu.

Mengajak vs memerintah/menyuruh. Maria danYusuf adalah tipe orang tua yang mengajak anak, bukan tipe orang yang suka memerintah tanpa melaksanakan. “Ketika Yesus telah berumur 12 tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti lazimnya pada hari raya Paskah” (bdk Luk 2:41-42). Ajakan menjadi model efektif karena mengandung peneguhan dan penguatan yang besar. Pola ini mau mengkritik kecenderungan orang tua zaman sekarang yang lebih cenderung menyuruh atau memerintah.

Memberi ruang demokrasi vs otoriter.
  Maria dan Yusuf adalah contoh orang tua demokratis. Mereka selalu memberi kesempatan  kepada Yesus untuk menjelaskan apa yang dilakukan, dan dengan sabar mendengarkan Yesus, “Ibu, tidakkah Engkau tahu bahwa aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku”. Kesabaran Maria dan Yusuf pantas kita acungi jempol.  Dengan memberi ruang demokrasi anak akan terbiasa bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan. Anak akan menjadi pribadi yang tahu mengapa dia melakukan dan mengapa dia tidak melakukan. Inilah kemandirian diri. Otoritas diri anak sangat dihargai oleh Maria dan Yusuf.  Dengan pola ini, anak merasa nyaman, aman, dan dihargai. Anak tidak merasa direndahkan. Perasaan ini menjadi pengalaman eksistensial anak dalam membangun konsep diri positif.

Memberi kebebasan yang tetap dikontrol.
Maria dan Yusuf sadar betul makna penting kebebasan dalam perkembangan pribadi Yesus. Mengekang seorang anak dengan berbagai peraturan dan larangan tidak lebih memperlakukan anak sebagai objek. Maria dan Yusuf memberikan kepada Yesus kebebasan yang tetap dikontrol dan diawasi. Peristiwa ketika mereka pergi ke Yerusalem saat Yesus berumur 12 tahun di mana Maria dan Yusuf membiarkan Yesus berada di antara para kerabatnya merupakan bukti bahwa mereka memberi kebebasan. Sikap kontrol yang dilakukan Maria danYusuf ditunjukan dengan mencari Yesus kembali ke bait Allah. Banyak di antara orang tua sekarang, memberikan kebebasan kepada anak dengan sebebas-bebasnya, hingga orang tua tidak mengetahui lingkungan pergaulan si anak. Dan bahkan orang tua tidak “mencari” anak walau anak belum pulang ke rumah hingga larut malam. Kebebasan seperti ini identik dengan pembiaran. Hal ekstrem  lainnya adalah mengekang anak dengan berbagai larangan dan aturan hingga anak tidak memiliki kesempatan belajar dari dunia “luar” diri dan keluarganya.

Mengikuti anak secara bijak
. Sikap ini ditunjukkan oleh Maria dengan sangat baik, bahkan sampai ia mengikuti Yesus di jalan salib sampai di puncak Golgota. Dalam konteks pendampingan anak, mengikuti ini diartikan menemani anak. Memberikan waktu untuk menemani aktivitas anak, terutama ketika anak melakukan aktivitas terpenting dalam hidupnya, seperti ketika anak  pertama kali tampil dalam acara tertentu di sekolah, menemani ke gereja, saat anak ulang tahun, saat ia sakit  dan seterusnya. Ini akan memberikan kekuatan moral yang luar biasa besar kepada anak.

Tidak mendebat anak
. Mendebat di sini diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap gagasan atau argumentasi anak. Kita tahu dan sadar bahwa tidak setiap gagasan dan argumentasi anak itu benar, tetapi bukan berarti benar juga ketika kita langsung mendebatnya pada saat itu. Memberikan ruang kepada anak berdemokrasi juga berarti mendengarkan argumentasi dan gagasan anak ketika dia berusaha menjelaskan kepada kita mengapa dia melakukan tindakan tertentu. Jika gagasan itu kurang benar, akan lebih baik jika kita menyampaikan kekeliruan atas gagasan itu pada kesempatan setelah itu. Maria prototype dari sikap ini “Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” ( Bdk. Luk 2:19,51) 

Membawa dalam doa.
Sikap Maria yang selalu menyimpan semua perkara yang tidak dia pahami di dalam hatinya dan merenungkannya merupakan sikap doa yang sangat mendalam. Banyak hal tidak dipahami selama  membesarkan Yesus. Maria membawanya dalam doa. Bagi Maria, doa menjadi satu-satunya cara yang ampuh dalam pendampingan anak. Kekuatannya untuk tetap setia mendengarkan kehendak Allah dan melaksanakan terletak pada doa. Kita tahu setiap anak memiliki kelemahan dan kekurangan. Seringkali anak tidak mampu mengungkapkan keterbatasan dan keterbelengguan itu. Doa orang tua untuk anak adalah doa yang sangat ampuh. Yesus sendiri menyatakan kekuatan doa dan puasa mampu mengalahkan kekuatan roh jahat yang paling jahat (bdk. Mrk 9:29) Pernahkan kita sebagai orang tua melakukan doa dan puasa untuk anak kita?

Setiap orang barangkali bisa menjadi orang tua, tetapi tidak setiap orang tua mampu menjadi mitra Allah dalam mendidik anak sesuai dengan citra-Nya. Belajar dari keluarga Yusuf dan Maria serta parcaya akan penyertaan Allah, kita akan mampu melakukan misi itu. Membangun keluarga yang kuat berarti membangun gereja yang kuat. Dengan begitu kita telah ambil bagian dalam perwujudan Kerajaan Allah di dunia ini. Itulah misi kita sebagai pengikut Yesus. (Agustinus Purwanto, Katekis/Pengajar tinggal di Paroki Trinitas, Cengkareng Jakarta Barat)

14 Sep 2016

Berbelas Kasih Seperti Bapa

Berbelas Kasih Seperti Bapa

 

Siang itu selesai melayani sakramen perminyakan orang sakit saya langsung kembali ke pastoran. Terik matahari yang tak kenal kompromi, membuat saya mempercepat langkah supaya segera tiba di rumah. Di halaman pastoran saya melihat rekan pastor sekomunitas baru saja memarkir mobilnya. 

“Ah kebetulan”, pikir saya dalam hati. “Saya harus menyampaikan berita ini kepada beliau karena yang baru saja saya layani adalah ‘pasien’nya”.  Saya membuat istilah pasien untuk menyebut orang sakit yang setiap bulan mendapat kunjungan dari saudara saya ini dan menerima komuni suci dari tangannya.

“Selamat siang, Pater”, sapa saya begitu sampai di dekatnya.

“Hei, selamat siang juga. Pastor dari mana?” tanyanya ramah kepada saya.

“Dari rumah sakit. Tadi ada permintaan pelayanan sakramen minyak suci. Oh ya Pater, barusan saya menerimakan sakramen orang sakit  kepada ‘pasien’ yang Pater layani dalam komuni suci,” kata saya sambil memberikan informasi kepadanya.

“Oh. Siapa kira-kira ya? Tahu namanya? Sekarang dia masih bisa menyambut komuni apa tidak? Di ruang apa dan nomor berapa ya?” deretan pertanyaan yang begitu banyak langsung ditujukan kepada saya.

“Mohon maaf Pater saya gak tanya namanya.  Saya pun gak ingat di ruang apa dan nomor berapa. Tapi dia pasti bisa menyambut komuni karena tadi masih bisa diajak bicara. Saya pun lupa mengantarkan komuni suci kepadanya.”

“Oh gak papa. Terimakasih informasinya ya,” jawabnya singkat.

Saya pun menjawabnya dengan anggukan kepala. Dengan langkah cepat, saudaraku ini langsung menuju kamarnya. Tak sampai hitungan menit, dia pun sudah keluar lagi dengan membawa piksis (sibori kecil tempat hosti kudus) di tangannya. Dan dia terus melangkah. Saya tahu arah yang akan ditujunya. Pasti akan segera ke rumah sakit untuk mengunjungi ‘pasien’nya dan menerimakan komuni suci kepadanya.

“Harus secepat itukah?” pikir saya penuh rasa heran dan kaget. “Bukankah beliau baru saja kembali dari stasi yang cukup jauh? Harusnya kan istirahat dan makan siang dulu (maklumlah beliau  hanya mau makan kalau di pastoran). Lagipula menerimakan komuni suci kan bisa ditunda sampai nanti sore atau besok”. Terbersit rasa bersalah juga dalam diri saya karena waktu yang tidak tepat menyampaikan berita ini kepadanya. Tetapi saya pun hanya diam dan terpaku. Tiba-tiba rasa haru membuncah dalam hati saya melihat saudaraku yang selalu siap melayani. Bahkan pelayanannya tidak setengah-setengah. Dia melayani sampai tuntas, walaupun tanpa ada pemintaan. Dia tahu apa yang harus dilakukannya.

Dalam ketenangan dan kesendirian saya mencoba merenungkan dan memaknai apa yang telah dilakukan oleh saudaraku ini. Sikap tanggapnya dan tanpa menunda-nunda waktu mengingatkan saya akan motto Tahun Kerahiman Ilahi yang sedang  dirayakan oleh dunia, Berbelas Kasih seperti Bapa. Dengan tindakannya yang sangat sederhana saudaraku ini telah menghidupi apa yang disampaikan oleh Bapa Suci, Paus Fransiskus dalam ajaran-ajarannya. Sikapnya yang selalu mau melayani menjadi bukti bagaimana dia mengambil tindakan nyata untuk memperlihatkan wajah Allah yang berbalas kasih itu kepada sesama.

Berulang kali Paus Fransiskus selalu mengingatkan agar Gereja berani meninggalkan ‘zona aman’ untuk pergi dan menjumpai manusia, terutama mereka yang lemah dan sakit. Gereja tidak boleh berdiam diri melihat penderitaan umat manusia. Mau tidak mau, Gereja harus hadir dan terlibat secara aktif dalam setiap kegembiraan dan kesedihan umat manusia. Dan siapa Gereja itu sebenarnya? Tidak lain adalah kita semua yang berhimpun dan percaya akan Yesus Kristus.

Inspirasi dari tindakan berbelas kasih ini adalah tindakan Allah sendiri. Dia yang tidak bisa berdiam diri untuk selalu mencintai umat manusia. Dialah Allah yang tidak tahan untuk tidak mencintai manusia. Meskipun berulang kali ditolak oleh manusia,  Dia tetap mendekati dan memanggil manusia untuk datang kepada-Nya. Keterbukaan hati Allah yang selalu siap menerima disimbolkan dengan pintu suci yang juga ada di paroki kita. Dan wajah belas kasih Bapa itu menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus. Dialah penampakan wajah Allah Bapa yang tidak kelihatan. Dia datang kepada umat manusia bukan untuk menghukum dan mengadili. Tetapi untuk merangkul dan menerima manusia, terlebih mereka yang sedang menderita sakit dan disingkirkan.

Seiring dengan sikap Allah yang berbelas kasih itulah, Bapa Suci mengajak Gereja untuk memperlihatkan wajah belas kasih Allah ini sehingga sebanyak mungkin orang bisa mengalami belas kasih-Nya. Sudah bukan zamannya lagi Gereja menghakimi dan menghukum orang lain. Tetapi Gereja harus berani membuka diri, menerima setiap orang yang datang sehingga Gereja sungguh-sungguh menjadi tempat di mana belas kasih Allah ini sungguh dialami. Dan sikap itu sudah dipraktekkan oleh saudara sekomunitasku. Dengan cara yang sangat sederhana tetapi sarat makna, dia sudah memberikan teladan bagaimana menerima manusia. Tanpa diminta dia telah menghantar “Tuhan Yesus” kepada ‘pasien’nya yang sedang menderita.

Terimakasih, Saudara. Anda telah menjadi inspirasi bagi kami bagaimana mewujudnyatakan belas kasih Allah dalam pelayanan konkrit tanpa mengenal waktu. Kapanpun dan dimanapun selalu siap melayani mereka yang menderita.(Gathot)


14 Okt 2017

8 FAKTA MENARIK TENTANG ROSARIO YANG JARANG DIKETAHUI

8 FAKTA MENARIK TENTANG ROSARIO YANG JARANG DIKETAHUI



Rosario adalah salah satu devosi paling populer dalam Gereja Katolik. Umat Katolik biasanya berdoa Rosario baik secara pribadi maupun bersama-sama dalam komunitas doa umat basis.
Biasanya, umat Katolik mendaraskan doa Rosario menggunakan kalung Rosario yang berisi 59 manik. Semua manik itu memiliki makna tersendiri dan sangat membantu dalam berdoa Rosario.
Berhubung bulan Oktober adalah bulan Rosario bagi umat Katolik, ada baiknya kita membahas fakta-fakta unik seputar Rosario. Simak ulasan berikut dan jangan lupa share ya.

Rosario sudah ada sejak abad ke-3

Kalung Rosario suda digunakan sejak abad ke-3 oleh para biarawan/biarawati Timur. Mereka mengembangkan berbagai bentuk Rosario disesuaikan dengan zamannya.
Rosario baru digunakan Gereja Katolik pada abad ke-12. Itu semua karena kerja keras Santo Dominic yang telah menerima pesan dari Bunda Maria. Santo Dominic pula yang menjadi aktor penting dalam menyebarkan devosi ini ke berbagai wilayah saat itu.

Rosario artinya mahkota mawar

Rosario berasal dari kata bahas Latin, rosarium, yang berarti mahkota mawar. Semua itu memiliki makna yang sangat mendalam.
Mahkota mawar diartikan bahwa untaian kalung rosario adalah sebuah kalung mawar. Jadi, saat kita berdoa Rosario, kita diibaratkan tengah berjalan melewati sebuah taman bunga mawar milik Bunda Maria.

Penampakan Bunda Maria di Fatima

Sejarah mencatat bahwa penampakan Bunda Maria di Fatima (Portugal) telah ikut memengaruhi perkembangan doa Rosario. Peristiwa penampakan ini terjadi sebanyak enam kali kepada tiga anak dari Fatima yakni Francisco, Lucia de Jesus dan Jacinta Marto.
Dalam penampakan itu, Bunda Maria berpesan kepada ketiga anak itu untuk memberitahukan kepada seluruh dunia agar selalu berdoa Rosario. Doa Rosario adalah senjata ampuh melawan iblis dan mengalahkan kejahatan.

Dipakai aliran Gereja lainnya

Selama ini, Rosario selalu identik dengan umat Katolik. Namun, tahukah kamu, faktanya, Gereja Turki dan Ortodoks Timur Yunani juga menggunakan Rosario.
Bedanya ada pada jumlah manik-manik. Kedua gereja itu memiliki Rosario dengan 100 manik. Sedangkan Gereja Ortodoks Rusia memiliki 103 manik pada Rosario mereka.
Adapun Rosario Gereja Katolik Roma memiliki 59 manik, yang mana 53 manik ukuran kecil khusus untuk doa Salam Maria sedangkan 6 manik berukuran besar untuk doa Bapa Kami.

Rosario senjata umat beriman

Umat Katolik percaya bahwa Rosario adalah senjata ampuh melawan kuasa kegelapan juga sebagai pelindung dari yang jahat. Untuk itu, kalung Rosario banyak dipakai di leher, disimpan di mobil atau pun selalu dibawa saat bepergiaan jauh.

Paus Rosario

Paus Santo Leo XIII yang hidup pada tahun 1878-1903 dikenal sebagai Paus Rosario atau The Rosary Pope. Gelar ini diberikan kepada mendiang Paus Santo Leo XIII karena sumbangsihnya yang besar dalam mendorong penyebaran Rosario ke seluruh dunia.
Selain Paus Santo Leo XIII, Paus Santo Yohanes Paulus II juga dikenal sangat mencintai Rosario. Dia selalu mendorong umat Katolik seluruh dunia untuk terus berdoa Rosario bagi keselamatan dunia.

Penambahan Peristiwa Terang

Semula doa Rosario hanya terdiri dari tiga peristiwa yakni peristiwa gembira, mulia dan sedih. Namun, pada Oktober 2002, Paus Santo Yohanes Paulus II menambahkan peristiwa terang ke dalam devosi ini.
Kebijakan ini tertuang dalam surat Apostolik Rosarium Vrginis Mariae yang dikeluarkan Vatikan pada Oktober 2002 silam. Penambahan ini semakin memperkaya doa Rosario.

Doa Alkitabiah

Doa Rosario adalah doa yang alkitabiah, artinya didasarkan pada tulisan dalam Alkitab. Melalui doa Rosario, umat Katolik merenungkan perjalanan kehidupan Yesus Kristus juga Bunda Maria. Berdoa Rosario secara tidak langsung ikut merenungkan Alkitab dan menyelami semua karya Kristus.

Rosario adalah doa favorit Bunda Maria

Rosario merupakan doa terfavorit Bunda Maria, Bunda Kristus, Bunda kita semua. Melalui doa Rosario, umat Katolik semakin dekat dan mesra bersama Bunda Maria, Bunda Gereja.
Sumber: www.gerejawi.com

2 Jul 2015

PEMBEKALAN GURU BINA IMAN ANAK MENJADI GURU BIA YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN

PEMBEKALAN GURU BINA IMAN ANAK MENJADI GURU BIA YANG KREATIF DAN MENYENANGKAN




“Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.” (Mrk 10:14). Ayat ini sering dijadikan alasan kuat bagi gereja untuk memperhatikan iman anak-anak. Tentu sangat berbeda konteksnya anak-anak pada zaman Yesus dengan anak-anak sekarang. Jika dahulu anak-anak antusias datang kepada Yesus, apakah sekarang anak-anak juga antusias datang pada Yesus melalui Sekolah Minggu? Tidak bisa dimungkiri, gereja zaman sekarang berada di antara dua ketegangan. Ketegangan pertama, sebuah kesadaran bahwa anak-anak merupakan anggota gereja yang teramat penting karena mereka adalah yang empunya kerajaan Allah dan sekaligus mereka merupakan penerus gereja ini. Ketegangan kedua, justru pelayanan kepada anak-anak dirasakan sangat kurang maksimal, dan juga kurang merata menyentuh semua anak di paroki dan stasi.  Sekolah Minggu belum sungguh mampu menjawab kebutuhan akan pem-Bina-an Iman Anak (BIA). Selain belum menyentuh semua anak paroki/stasi karena terbatasnya pembina (katekis)  BIA juga karena proses Sekolah Minggu sering kali kurang menarik bagi anak-anak. Keprihatinan inilah  yang kemudian mendorong para pegiat katekese anak Paroki Singkawang menyelenggarakan pembekalan bagi para guru Sekolah Minggu.
  
Pelatihan ini diselenggarakan selama dua hari, 15-16 Mei 2015. Frater Ferdinand, OFM.Cap sebagai fasilitator mengemas seluruh rangkaian acara dalam dua topik utama, yakni spiritualitas sebagai guru Sekolah Minggu dan teknik implementatif mengemas Sekolah Minggu yang menarik dan menyenangkan. Topik pertama menjadi teramat penting karena setiap orang yang hendak menjadi pelayan haruslah memiliki spiritualitas (dorongan roh) yang benar. Para guru Sekolah Minggu (peserta pembekalan) pada kenyataanya lebih banyak bukan dari kelompok profesional pendidik dan pengajar tetapi dari para Orang Muda Katolik (OMK) yang didorong oleh keinginan besar untuk melayani anak-anak. Justru berawal dari hati seperti inilah, Tuhan akan membentuk mereka menjadi rasul-rasul tangguh di Sekolah Minggu, sebuah sekolah Bina Iman Anak. Frater Ferdinand, OFM,Cap sadar bahwa kerelaan dan ketulusan hati untuk melayani belumlah cukup sebagai modal menjadi guru Bina Iman Anak. Mereka harus dibekali dengan pengetahuan yang cukup dan keterampilan yang memadai supaya mampu mengemas proses Sekolah Minggu menjadi menarik dan menyenangkan. Dengan cara yang sangat menarik dan kreatif, Frater memberikan trik-trik bagaimana mengajar sekolah minggu yang menarik dan menyenangkan. Berbagai model dan metode ditampilkan, seperti mendongeng, mewarnai gambar, aktivitas “Hasta Karya”, pujian dan permainan dan sejenisnya mampu membuat proses Sekolah Minggu menjadi sangat menarik. Dengan proses yang menarik dan menyenangkan kita mampu membawa anak-anak lebih dekat pada Yesus, Sang Juru Selamat. Dengan cara seperti ini pula para guru Sekolah Minggu akan mengalami bahwa hidup mereka sungguh akan diubah oleh Tuhan karena mereka akan sangat kreatif dan inovatif yang tergerak oleh hati yang tulus dan cinta kepada anak-anak.

Sekolah Minggu bukan hanya sebagai sebuah komunitas anak yang diwarnai dengan bermain dan bernyanyi melainkan juga sebagai komunitas yang berorientasi pada pendidikan rohani dan iman kepada Yesus. Oleh karena ini, anak-anak sejak dini telah dikenalkan dengan liturgi peribadatan dan Ekaristi. Pada kesempatan ini, Frater Ferdinand, OFM.Cap memberikan pembekalan bagaimana mengemas peribadatan yang sesuai dengan tata  cara peribadatan gereja tetapi sekaligus menarik dan sesuai dengan karakteristik dunia anak. Dengan ini dimaksudkan agar warta kitab suci dapat masuk dan diterima oleh anak-anak sesuai dengan usia mereka (kontekstual).

Kita menyadari betapa pentingnya pewartaan kabar gembira kepada anak-anak melalui Sekolah Minggu. Kita pun sadar bahwa para katekis Sekolah Minggu masih jauh dari cukup, baik itu jumlah maupun kemampuan dan ketrampilan. Akan tetapi, kesiapsediaan hati untuk melayani dan belajar kepada Bunda Maria yang berucap “Sungguh aku ini hamba Tuhan” (Luk 1:38a) kita berharap para guru Sekolah Minggu Paroki Singkawang menjadi rasul-rasul yang militan dan nabi-nabi cinta kasih di antara anak-anak. Tuhan Memberkati. (SHe)

16 Mar 2016

SAAT SUARA DARI TIMUR MENYAPA KOTA AMOI

SAAT SUARA DARI TIMUR MENYAPA KOTA AMOI

 


Suatu kegembiraan bagi Kota Singkawang dan khususnya warga paroki St Fransiskus Assisi (PSFA) atas kedatangan para imam dari berbagai keuskupan di Indonesia serta dua uskup dalam perayaaan Ekaristi Minggu, 21 Februari 2016. Bertepatan dengan penutupan perayaan Imlek, rangkaian acara diawali pawai lampion dan puncaknya adalah digelarnya festival Cap Go Meh.  Kaum berjubah yang hadir tak menyiakan kesempatan untuk turut menyaksikan rangkaian aktrasi perayaan Imlek 2016 di Kota Singkawang yang merupakan ritual memikat bagi para wisatawan baik dari lokal maupun mancanegara.

Aset Wisata
 
Misa pada Minggu itu dipimpin oleh dua uskup yaitu Mrg. Agustinus Agus, Pr dari Keuskupan Agung Pontianak dan Mgr. Dominikus Saku, Pr dari Keuskupan Atambua NTT sebagai selebran utama serta didampingi 14 imam sebagai konselebran, memberi warna tersendiri  di dalam gereja saat itu. Perayaan masa Prapaskah  kedua ini, semakin semarak oleh paduan suara dari koor St. Elisabet dengan dominasi lagu berbahasa latin.

Dalam pengantar kotbah yang disampaikan Oleh Mgr. Dominikus, bahwa Kota Singkawang merupakan aset wisata yang sudah dikenal di dunia internasional dalam perayaan Imlek. “Saya sangat senang karena boleh melihat langsung Kota Singkawang dan bisa ikut pawai  lampion bersama warga, berkat Mgr. Agus yang dengan segala kebaikannya memberi waktu saya untuk bertamu di tanah Borneo tercinta ini.” Tepukan tangan meriah dari umat semakin menggema saat itu ketika uskup memberi contoh bagaimana upaya umat Katolik dalam menghayati wajah Allah Yang Maha Rahim dalam segala dinamika hidup di PSFA tercinta ini. 

Usai perayaan ekaristi, uskup agung Pontianak memberi kesempatan kepada para pastor untuk memperkenalkan diri kepada umat sekaligus tujuan kedatangan tamu agung ini ke Kota Seribu Kelenteng. Delegatus imam dari aneka keuskupan ini ternyata ketua-ketua Komisi  Keadilan dan Perdamaian Pastoral Buruh Migran Perantau (KKPPBMP) di Gereja Katolik Indonesia. Merekalah sebagai tempat pelindung bagi keadilan kaum buruh, TKI, TKW hingga mereka yang di hukum mati di penjara pun kaum egaliter putih ini ikut berjuang bertapa mahal harga nyawa seseorang di hadapan sesama di muka bumi ini.

Aneka Kuliner Orisinil
 
Situasi keakraban para tamu berjubah semakin asyik karena mereka berkesempatan menikmati kuliner dari aneka bina ciptaan masakan  kue/kudapan  hasil karya orisinil umat  pelbagai lingkungan yang ada di PSFA Singkawang. 

Uskup dan kaum berjubah (rohaniwan, biarawan dan biarawati) menikmati berbagai sajian makanan dan minuman yang lezat dan bergizi ditambah suguhan hiburan  lagu-lagu rohani dari panitia yang sangat fantatis di siang itu semakin menyemarakkan suasana di depan halaman gereja. Rintik hujan pun seakan lenyap seketika karena suasana istimewa di bulan Februari 2016 ini.

Bapak Leonardus, Ketua Kring St Maria Singkawang, mengungkapkan kegembiraanya karena  keterlibatan umat dalam hidup menggereja sangat nyata bukan hanya seputar kegiatan rohani tetapi juga kegiatan mengadakan stand kuliner dari berbagai lingkungan yang ada. “Saya merasa juga bahwa hari ini umat sungguh menyatu dan bersatu untuk melihat karya nyata Allah dalam melayani dan menjamu tamu kehormatan dan umat yang hadir saat ini mau menikmati sajian kami dengan penuh gembira,” Komentar ketua panitia Open House sekaligus seksi penyambutan tamu agung ini dengan nada syukur.

Apa kata Mereka
 
Romo Koko, Pr  tidak dapat membendung kegembiraanya mengungkapkan, “Sangat senang dengan situasi gereja yang hidup. Umat  di sini sangat aktif dan terlibat penuh bukan hanya di seputar altar tetapi juga di dalam karya yang nyata. Tidak mudah mengajak umat di lingkungan kota  ini lho, untuk mau partisipatif tetapi di sini enak banget rasanya dech,” papar sekretaris eksekutif KKPPBMP yang berdomisili di Kota Jakarta ini  dengan logat Jakarta sembari dibarengi senyum merekah.

Selain itu Romo Pascal, Pr yang berkarya di Paroki Batam Keuskupan Pangkal Pinang inginnya satu bulan di Kota Singkawang. “Heemm, mimpiku terjawab dan rasanya enggan untuk meninggal kota yang eksotis ini.” Ketika disentil apa pendapatnya tentang suasana di gereja  PSFA hari ini, sembari tetap tersenyum beliau berujar,  “Wahh….pokoknya asyik dech, saya baru menemukan ketulusan umat dalam melayani gembalanya dengan heroik dan tulus. Selain itu  saya sendiri  sungguh-sunggu menemukan dan merasakan persaudaraan umat dengan kaum berjubah dan saya pikir ini pengaruh kedekatan Pastor Paroki dengan umat dengan modal humanis tinggi dan melayani dengan murah hati dan senyum yang tulus,” puji putra keturunan Flores yang suka  makanan bubur babi ini dengan mantap. Masih dengan nada bersemangat pastor penyuka penyuka badminton ini menuturkan, “Saya akan men-sharing-kan kepada umat saya di Batam sebagai oleh-oleh indah untuk saya dalam menggembala domba dari berbagai karakter yang saya temukan,” cetus si suara emas sambil menikmati kue di tangannya dengan antusias.

Uskup Dominikus tidak henti-hentinya memuji keramahtamahan umat di Singkawang dan sangat menikmati sajian di berbagi stand yang tersedia. Menurut Ketua KKPPBMP ini bahwa hidup menggereja di Singkawang sudah jauh berubah dari gaya  gereja piramidal menjadi gereja komunio. “Prinsip belarasa tahun kerahiman  Allah sepertinya diawali dari kebersamaan umat untuk bersama mengarungi langkah bersama Allah menuju tahta Allah di surga,” imbuh uskup yang penuh senyum ini sembari berbagi rasa pengalaman hidupnya dengan para pengungsi di perbatasan Timor Leste yang sampai saat ini masih menangani dengan ikhlas umat kegembalaanya di Atambua, NTT.

Bagaimana tanggapan Uskup Agung Pontianak? 
 
Beliau sengat senang sekali karena sudah sekian  kali mengunjungi PSFA selalu menemukan suasana gembira. Ia berharap, “Semoga PSFA sebagai barometer bagi paroki lain di Keuskupan Agung Pontianak dalam menyambut Tahun Kerahiman,” ungkap Bapa Uskup Agung ini penuh ramah.
Pastor Paroki juga tidak ketinggalan untuk mengungkapkan rasa kegembiraanya. Gathot yang  tidak pernah berhenti berkreasi dalam menggembalakan umatnya dengan spontan menyatakan bahwa, “Seturut  wejangan Paus Fransiskus sebagai gembala harus dekat dengan dombanya,” ujar pastor yang seringkali ber-stand up comedy dalam homili guna melayani kebutuhan siraman rohani umat ini. 

Mengakhiri open house yang meriah Bapa Uskup bersama kaum berjubah dan umat sama-sama menari kondan sebagai bentuk kebersamaan dari khas sang gembala dalam menikmati suasana gereja yang selalu gembira. Semoga momen ini menjadi kenangan manis dalam peziarahan hidup di muka bumi ini. *(Bruf)

 

16 Sep 2016

Kerudung Mantilla: Satu Dari Sejuta Tradisi Iman Katolik

Kerudung Mantilla: Satu Dari Sejuta Tradisi Iman Katolik


Kerudung adalah   kain yang berfungsi untuk menutupi kepala seorang perempuan. Pada gambar di atas, ada banyak kerudung yang dipakai oleh para wanita dengan tujuan dan maksud  yang mulia. Mantilla adalah kerudung yang dipakai oleh Wanita Katolik setiap akan menghadiri Adorasi maupun Misa Kudus. Pemakaian Mantilla pernah diwajibkan pada praKonsili Vatikan II kemudian direvisi dan diganti menjadi anjuran sehingga tidak ada salahnya jika ada umat yang memakainya di gereja saat misa atau pun melayani di altar. Dasar Kitab Suci mengenai penggunaan kerudung dalam liturgi terdapat dalam 1 Korintus 11:2-16 dimana dikatakan “Sebab itu, perempuan harus memakai tanda wibawa di kepalanya oleh karena para malaikat… Pertimbangkanlah sendiri: patutkah seorang perempuan berdoa kepada Allah dengan kepala yang tidak bertudung?” Walaupun dalam suratnya tersebut, St Paulus  ingin menegur jemaat di Korintus tapi tidak ada salahnya bukan jika tradisi ini dibangkitkan kembali.

Tak bisa dimungkiri bahwa tradisi pemakaian Mantilla pernah hidup dalam Gereja Katolik dan pernah menjadi kewajiban. Namun seiring perkembangan zaman, tradisi ini mulai terlupakan. Akhirnya kebanyakan mindset atau pola pikir seseorang beranggapan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kerudung, pasti berkaitan dengan Wanita Muslim. Bahkan ada celotehan yang mengatakan Mantilla itu Jilbab dan mirip nenek-nenek. Padahal wanita-wanita Yahudi, wanita Katolik di Korea Selatan dan Amerika Latin, para biarawati, wanita Hindu-India dan dari banyak Negara juga memakai penudung kepala sehingga tidak ada istilah “ikut-ikutan” di antara semuanya ini. Bahkan, Bunda Maria sering digambarkan dengan memakai kerudung dan jika kita memperhatikan pada lukisan Dewi Kwan Im dalam agama Buddha Ia pun digambarkan mengenakan kerudung. Maka, sesungguhnya kerudung adalah hal yang lumrah yang sudah begitu lama dikenal di peradaban manusia.

Berdasarkan kegunaannya antara Mantilla dan  Jilbab memang sangat berbeda. Secara umum, jilbab dipakai dengan menutupi kepala, leher sampai dada dan penggunaannya untuk setiap hari. Sedangkan mantilla hanya dipakai untuk menutupi kepala seorang perempuan Katolik saat di hadapan Sakramen Maha kudus dimana ia (yang memakai Mantilla) menekankan feminimitas dan keindahan dirinya, namun ia secara bersamaan juga menunjukan dengan cara yang sedemikian rupa sehingga membangkitkan kesadaran bahwa Allah yang ada di atas Altar jauh lebih indah dari pada dirinya. Suatu sikap kerendahan hati yang ingin memperlihatkan Allah. Kerudung Misa menjadi sebuah tanda bagi orang lain, karena kerudung itu menyatakan bahwa ada sesuatu yang berbeda yaitu: bahwa Allah sungguh hadir di tengah kita. Dan apapun yang dapat kita lakukan untuk membantu memusatkan perhatian kepada-Nya, untuk menunjukkan bahwa Misa itu spesial, bahwa Misa itu khidmat, bahwa Misa itu sesuatu yang harus kita perlakukan dengan serius, dan bahwa kita perlu mempersiapkan seluruh diri kita untuk Misa Kudus. Kemudian  memakai kerudung misa dapat mengajak umat lainnya untuk berpakaian yang pantas saat akan pergi ke gereja. Selain itu, kerudung misa dapat membuat Anda untuk lebih focus dalam Perayaan Ekaristi dan membantu Anda untuk melepas sejenak beban duniawi untuk menikmati kasihTuhan dalam perayaan Ekaristi.

Mantilla menyerupai kerudung pengantin, karena yang memakainya adalah para mempelai Kristus yang sungguh merasakan kehadiran-Nya yang penuh mesra; dimana Ia menyerahkan Tubuh dan Darah-Nya bagi dunia. Ah, betapa beruntungnya para biarawati yang seumur hidup menggunakan gaun dan kerudung pengantin mereka.
 
Di paroki kita, selain Putri Altar pertama yang memakai Mantilla di Kalimantan, ternyata Tuhan juga telah mengetuk hati seorang wanita yang baru setahun menjadi Katolik; dimana Tuhan memanggilnya untuk lebih dekat, lebih mendalami kasihNya dan lebih militant dalam gereja-Nya. Dia akrab disapa dengan nama Maria Venny. Ia merasa terpanggil untuk memakai Mantilla setelah ia melihat postingan foto dimana dua orang idolanya memakai Mantilla untuk lebih menghormati Tuhan saat Misa dan panggilan tersebut semakin kuat saat ia melihat Putri Altar memakainya saat bertugas. Saat memakai Mantilla untuk pertama kalinya di MisaPertama, ia tidak merasa malu, karena ia sudah siap di dalam hatinya dan terbukti baginya bahwa Mantilla membantunya untuk lebih focus saat misa. Dan ini sudah menjadi minggu ke-lima ia bermantilla bagi Tuhan. Ia tidak peduli dengan keadaan orang sekitarnya, dimana mungkin banyak yang melihat atau mungkin mencibirnya karena memakai semacam ‘jilbab’ di kepalanya karena tujuan awalnya untuk datang ke gereja yaitu hanya untuk bertemu dan mendengarkan Tuhan; bukan untuk mendengarkan apa kata orang, sehingga dia enjoy saat memakainya.
 
Mantilla adalah simbol ketaatan, kemurnian dan kesederhanaan. Hal tersebut itu harus dimengerti dan dihayati, tidak sekadar dipakai. Selain itu juga harus tercermin dalam ucapan dan tindakan dalam membangun persaudaraan sejati dan perdamaian dengan sesama. Ketika simbol hanya menjadi simbol dan tidak berbicara dalam hidup, maka ia menjadi simbol yang mati. Bagi Anda yang sudah siap bermantilla, Anda bias mendapatkannya di Instagram @twideemantilla atau kunjungi website  twideemantilla.blogspot.co.id. Semoga dengan hadirnya kembali mantilla dalam p perayaan Ekaristi di paroki kita, makna Misa sebagai misteri yang kudus tetap terjaga. Tuhan menunggu mempelai-Nya dalam Misa Kudus. Ayo bermantilla bagi Tuhan!
(Putri Altar St Tarsisius Paroki Singkawang)

19 Mar 2016

MITOS VALENTINE’S DAY PENGORBANAN CINTA SUCI VALENTINE

MITOS VALENTINE’S DAYPENGORBANAN CINTA SUCI VALENTINE


Google Images.Jpg


Valentine’s Day konon berasal dari kisah hidup seorang Santo (orang suci dalam Katolik) yang bernama Valentine. Valentine adalah seorang Pastor yang hidup pada abad ketiga di Roma. Pada waktu itu, Roma dipimpin oleh Kaisar Cladius II. Kaisar tersebut terkenal sangat kejam dan  Ia berambisi agar kerajaan Romawi terus berjaya. Kaisar Cladius II membutuhkan bala tentara yang kuat, kokoh dan terampil tak terkalahkan. Menurut mitos, Kaisar mewajibkan para pemuda yang masih suci (belum pernah menikah) untuk masuk ke dalam pasukan bala tentara tersebut. Maka, Sang Kaisar melarang kepada semua pemuda di Roma untuk tidak menjalin hubungan dan menikah dengan wanita.

Keputusan Sang Kaisar di mana setiap titahnya merupakan hukum yang sama sekali tidak boleh ditawar-tawar sehingga menggegerkan rakyatnya. Banyak yang sesungguhnya menolak hal ini, namun mereka tidak berani untuk menentangnya secara terang-terangan. Karena setiap yang melanggar titah Sang Kaisar taruhannya teramat mahal: nyawanya sendiri.

Namun di luar kelaziman pada zaman itu, Santo Valentine diam-diam menentang keputusan Kaisar Claudius dan menyebutnya sebagai hal yang tidak manusiawi. Secara diam-diam, tokoh gereja ini tetap menikahkan pasangan muda yang saling mencintai. Aksi ini diketahui Kaisar yang segera memberikannya peringatan, namun Ia bergeming dan tetap memberkati pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang diterangi cahaya lilin, tanpa bunga dan tanpa kidung pernikahan.

Hingga suatu malam, Ia tertangkap basah memberkati pernikahan sepasang insan. Pasangan itu berhasil melarikan diri, namun malang ia tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam penjara dan divonis hukuman penggal. Bukannya dihina, ia malah dikunjungi banyak orang yang mendukung pengorbanannya menyatukan cinta kedua insan di dalam janji suci pernikahan kudus di hadapan Tuhan.

Mereka yang mendukung aksinya banyak mengirim bunga dan pesan berisi dukungan di jendela penjara. Salah seorang yang percaya pada kekuatan cinta itu adalah seorang putri penjaga penjara. Sang ayah mengizinkannya untuk mengunjungi Santo Valentine di dalam penjara. Tak jarang mereka berbicara selama berjam-jam. Gadis itu menumbuhkan semangat dan kekuatan bagi Santo Valentine bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang benar, suatu tindakan yang membela kebenaran dan keadilan. 

Pada hari saat ia dipenggal “14 Februari” Ia menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan teruntuk sahabatnya putri penjaga penjara atas perhatian, dukungan dan bantuannya selama di penjara. Di akhir pesan itu Ia menuliskan “Dengan Cinta, dari Valentine-mu” 

Cerita ini menjadi salah satu mitos yang paling dikenang, hingga pada 14 Februari 496 M Paus Gelasius meresmikan hari itu sebagai hari untuk memperingati Santo Valentine (The World Book Encyclopedia 1998). Walau demikian, Paus Gelasius sendiri mengakui bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui secara pasti mengenai martir-martir ini. Namun Gelasius tetap menyatakan tanggal 14 Februari tiap tahun sebagai hari raya peringatan Santo Valentine (Valentinus). 

Hari Valentine yang oleh Paus Gelasius dimasukkan dalam kalender perayaan gereja, pada tahun 1969 dihapus dari kalender gereja dan dinyatakan sama sekali tidak memiliki asal-muasal yang jelas. Sebab itu Gereja melarang Valentine’s Day dirayakan oleh umatnya. Walau demikian, larangan ini tidak ampuh dan Valentine’s Day masih saja diperingati oleh banyak orang di dunia hingga sekarang.

Hari Valentine ini diharapkan kepada kita umat Katolik untuk meneladani karya iman Santo Valentine akan cinta agape (cinta yang tulus, benar-benar suci, tidak berpamrih dan sarat akan pengorbanan). Cinta agape merupakan cinta yang secara total kepada sesama yang kerap identik dengan cinta Tuhan kepada ciptaan-Nya. Kutipan ayat emas yang akan menuntun dan menjiwai hidup kita dalam mencintai layaknya cinta kasih Tuhan tanpa batas yang murah hati dalam mengasihi manusia  :

1 Kor 13 : 1 -7 : Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah   dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. 
Marilah kita menumbuhkan bunga cinta kasih Tuhan di dalam hati serta memberikannya kepada sesama. 

Selamat merayakan Hari Kasih Sayang (Valentine’s Day). Banyak cinta kasih dalam hidup kita semua. (SHe)

(Disadur kembali dari sumber : wikipedia dan 1001 kisah teladan.com)

Google Images.Jpg