Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda

28 Nov 2015

RENCANA BANTUAN OLEH BAKAMLA-RI

RENCANA BANTUAN OLEH BAKAMLA-RI


Singkawang, Selasa, 24 November 2015. Bertempat di pastoran Singkawang, pihak Paroki Singkawang kedatangan tamu istimewa dari Deputi  Badan Keamanan Laut Republik Indonesia (Bakamla-RI). Kedatangan rombongan dari  Jakarta dipimpin oleh Ibu Fenda yang merupakan rangkaian perayaan ulang tahun Bakamla-RI ke 43 ini serta merta  menyampaikan rencana kunjungan dan pemberian bantuan langsung  berupa bingkisan kepada anak-anak Sekolah Minggu yang akan dilaksanakan pada Desember 2015. Rombongan diterima langsung oleh Pastor Paroki, Stephanus Gathot Purtomo, OFM, Cap, dan pengurus Dewan Paroki.  (RS)      



15 Nov 2015

Menunggu Dan Merindu

Menunggu Dan Merindu

Karya Pena  :  Sr. Maria Magdalena OSCCap

Google Images.jpg


Maria, Engkau penuh rahmat Allah
Engkau, satu-satunya wanita yang istimewa
Engkau, dipilih menjadi Bunda
Sang Juru Selamat dunia

Maria Engkau tangkai Gloria Allah
Tundukkan ranting bahagiamu
Sharingkan kelimpahan kurniamu
Buah Roh Kudus bersemayam tentram dalam rahimmu

Maria, hantarkan aku ke Putramu
Bagaikan matahari dalam jiwaku
Menyoroti setiap sudut kegelapanku
Hingga terang merekah dihidupku

O, Yosef setiawan
Kau buah kearifan Allah
Pengasuh mulia keluarga kudus
Bapa sahaja yang tulus

Mempelai Bunda Allah yang suci
Pendamping Maria Perawan murni
Pecinta kesederhanaandan rendah hati
Bapak bijaksana dan teguh hati
Terpujilah Maria, Yosef, orang tua yang kudus
Engkau menyiapkan dan menantikan putramu
Penuh cinta kasih, mencari perteduhan dan penampungan
Untuk kedatangan, kehadiran, kelahiran putramu

Datanglah Tuhan, Juru Selamat dan Penebusku
Betapa hamba rindu, menunggu dan menantiMu
Penuh harap, siap siaga dan berjaga-jaga
Menyambut kedatanganMu O, Juru Selamatku

Kusadari tak layak dan tak pantas
Jiwaku yang miskin, papa dan hina
Hidupku yang lemah dan rapuh
Kotor oleh noda dosa

Ku tetap siap sebuah tempat
Persinggahan, perkemahan, penampungan, dan perteduhan
Dikala Maria dan Yosef mencarinya
Untuk kelahiran Juru Selamat dan Penebus dunia

O, Maria dan Yosef
Sudilah singgah, berkemah dan tinggalah
Di jiwa, hati dan hidupku
Inilah aku, apa adanya aku

Supaya paduan kudus ada di jiwaku
Sang kanak-kanak suci mencuci hatiku
Anak Kudus Maha Tinggi meraja dihidupku
Bayi Ilahi menjadi kedamaian dan keselamatanku

 


6 Nov 2015

“Per Mariam Ad Jesum!”

“Per Mariam Ad Jesum!”



Hari libur adalah hari yang begitu didambakan bagi semua orang. Pada malam hari sebelum hari libur ada banyak hal yang biasa dilakukan, seperti berkumpul bersama keluarga, menonton film, main game sepuasnya, dan sebagainya. Bahkan, mungkin ada yang tidak melakukan kegiatan yang sebenarnya sangat bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan iman mereka, contohnya yaitu berdoa. 

Maka pada hari Senin, 13 Oktober 2015 PPA (Putera - Puteri Altar) mengadakan sebuah agenda baru, bersama Pastor Gathot dan Pastor Marius, untuk berdoa Rosario bersama di depan Goa Maria Paroki pada pukul 18.00 wib dalam rangka Bulan Rosario dan keakraban antar anggota serta mengenang peristiwa Mukjizat Matahari yang ke 98 tahun di Fatima, Portugal (13 Oktober 1917) “Besokkan libur, jadi tentu dong teman - teman semua punya waktu. Kita manfaatkan waktu luang kita ini untuk berdoa Rosario bersama-sama dan kita berdoa bagi perdamaian dunia, seperti yang Bunda Maria pesankan kepada kita semua.” Sekilas kata sambutan yang saya sampaikan untuk membuka agenda kami pada hari itu.

Acara doa Rosario pun berjalan dengan khidmat. Semua yang hadir tampak khusyuk saat mendasarkan butir-butir Salam Maria, sambil mengenang peristiwa gembira yang memang dianjurkan pada hari itu. Setelah selesai berdoa Rosario, Pastor Gathot memberi berkat kepada semua yang hadir pada malam itu. Kemudian acara dilanjutkan dengan foto bersama di depan Goa Maria dan pembagian snack.


Setelah foto bersama, Pastor Marius diminta kesediaannya untuk memberikan renungan maupun pesan - pesan kepada kami yang hadir pada malam itu. Beliau berkata “Doa Rosario adalah salah satu kesukaan dari Bunda kita. Disaat kalian berdoa Rosario, dari doa-doa Salam Maria yang kalian ucapkan, kalian telah memberikan rangkaian mawar yang harum kepada Bunda Maria, dan tentu ia akan menerima mawar-mawar yang telah kalian berikan kepadanya.” 

Selain memberikan arahan, beliau juga menceritakan sebuah kisah yang sangat menarik tentang salah satu kisah peristiwa ajaib dari berdoa Rosario. Kisah yang beliau ceritakan adalah penetapan tanggal 7 Oktober sebagai hari raya Santa Maria Ratu Rosario yang dilatarbelakangi oleh kemenangan pasukan Kristen melawan pasukan Islam Turki yang kala itu hendak merebut Eropa. Semua yang hadir begitu tertarik dengan cerita yang beliau sampaikan. Untuk mengakhiri kisah yang diceritannya, beliau berkata “Oleh karena itu, kalian jangan malu-malu atau malas untuk mempersembahkan mawar - mawar  kepada Bunda Penyelamat kita. ‘Per Mariam Ad Jesum’  yang artinya melalui Maria sampai kepada Yesus!” (Nicolas Gratia Gagasi)




Beata Magdalena Martinenggo

Beata Magdalena Martinenggo

Google Images.Jpg

Beata Magdalena dibaptis dengan nama Margareta Martinenggo. Dia adalah anak bungsu  dari keluarga bangsawan Leopardo Martinenggo Graf dan Margarita Seccly. Dia dibaptis pada usia 5 tahun dan pada usia 10 tahun ia tinggal di Biara Ursulin untuk menerima pendidikan dan pengetahuan. Selama berada di Biara dia hidup dalam kesunyian, kehidupan batinnya mendalam dan siang malam berdoa. Dia sering berlutut di depan Salib sambil memegang salib ditangannya dan menciumnya. Dengan cara yang polos dia berbicara dengan Yesus berjam-jam lamanya, kadang-kadang ia minta ampun atas dosa-dosanya dan dilain kesempatan ia mohon agar dipenuhi cinta Ilahi.

Terkadang dia minta agar disalibkan bersama Yesus dan sering juga dia mempersembahkan dirinya sebagai kurban pelunas bagi kaum pendosa. Pada usia 10 tahun dia mengikat diri kepada Yesus hidup dalam kesucian sebagai mempelai satu-satunya, baginya mencintai Yesus harus juga mencintai Salib dan mahkota pengantin baginya adalah mahkota duri. Sejak kecil dia sudah menjumpai salib dalam hidupnya. Salib itu antara lain:

  • Dia sering diganggu oleh setan yang mengejutkan dengan macam-macam bayangan.
  • Dia pernah dilempar ke jalan oleh kuda yang ditumpanginya.
  • Kegelisahan merenggut kedamaian dalam hatinya ketika dia menjatuhkan hosti pada komuni   pertama, sehingga dia mengambil hosti itu dengan lidahnya,  dia menganggap itu sebagai   siksaan atas dosa-dosanya.
  • Di Asrama dia pernah menghadapi tantangan besar yakni dijauhkan dari menyambut komuni.
  • Ketika dia mengucapkan janji setianya dengan maksud untuk menjaga kesucian jiwa-raganya untuk Yesus, maka banyangan yang tak senonoh meliputi jiwanya bagaikan segumpal awan yang gelap gulita. 
  • Dengan peristiwa itu dia kawatir akan mengalami hukuman abadi.
  • Kadang-kadang gelombang badai sedemikian hebat mengamuk sampai-sampai mendorong dia mengutuki Tuhan dan ingin bunuh diri.  

Malam gelap itu dialaminya selama 3 tahun. Saat dia mengalami malam gelap, Ayahnya merencanakan pernikahannya. Dia pernah membicarakan hal ini pada seorang Imam tetapi Imam itu tidak mengerti akan pergumulannya. Menghadapi tawaran Ayahnya dia menjadi terombang-ambing. Dalam situasi itu malaikat pelindungnya berbisik dalam telinganya agar dia memilih Yesus. Mendengar bisikan itu dia pergi ke Kapel dan berdoa lama sekali sampai matahari terbit lagi dalam hatinya yang gelap gulita itu.  

Akhirnya dia sadar bahwa cinta Ilahi yang harus dipilih dan dikejar. Dengan segenap hati dia memeluk salib sambil berjanji bahwa dia akan mengabdikan dirinya kepada Yesus melalui ordo yang keras cara hidupnya.  Sejak saat itu hatinya diliputi kegembiraan dan dengan penuh damai dia pergi tidur. Malam  itu dia bermimpi: Didepan tahta Santa Perawan Maria dia melihat Santa Theresia Avila dan Santa Klara Assisi saling memperjuangkan dia untuk memilih hidup mereka. Sementara  itu Santa Perawan Maria  memberi keputusan bahwa Margareta sungguh dipilih untuk masuk biara Kapusines, maka mimpi itu hilang.

Pada tahun 1704 Margareta meninggalkan rumah orangtuanya yang serba mewah itu guna memulai masa percobaan sebelum masa pendidikan novisiat resmi. Sungguh mengagumkan bahwa Margareta ternyata bertekun meskipun jiwanya mengalami kekeringan padang gurun. Dalam situasi itu, Ayahnya datang dan mengajaknya keluar dari biara dan dia mengikuti keinginan Ayahnya.  Ayahnya mengajaknya melancong  keseluruh negeri Italia, Milan, Lombardi dan Venesia. Di Venesia mereka menginap dirumah pamannya. Pamannya memperkenalkan dia pada putra seorang senator. Putra senator itu berusaha menarik perhatian Margareta yang acuh dan tetap dingin. Dan akhirnya ia tergoda juga akan cinta duniawi.  Daya tarik untuk menikah semakin kuat tetapi kadang ia ingat akan janjinya pada kaki salib Yesus di Brescia.  Dia berlutut di kamarnya dan berdoa. Pada akhirnya hanya satu doa yang keluar dari hatinya yaitu: ”Tuhan selamatkanlah saya, saya binasa”.  Dia menyesali perbuatannya dan pada tanggal 8 september 1705 ia masuk biara Kapusines lagi dan pada tahun 1707 dia mengucapkan profesi kekalnya.  

Pada Masa Novisiat dalam Kapitel dia ditolak karena berbagai tuduhan yang dilontarkan pemimpinnya.  Penolakan itu membuat Margareta mengalami pergolakan yang luar biasa hebatnya. Dia merasa bahwa Tuhan tidak mau menerima kurbannya dan berbagai hal muncul dalam pikirannya. Dia mencari pertolongan kepada bapa pengakuan namun semua sia-sia.  Situasi ini juga membuatnya semakin tekun berdoa, melakukan tapa sampai dia jatuh sakit.  Dalam kapitel yang kedua, suatu mujizat terjadi, hal ini diakui oleh  semua suster dan  berkat karya Roh Kudus dia diterima untuk mengucapkan kaulnya. Semua suster memandang bahwa bukan si novis yang salah tetapi pemimpinnya. Kemudian pemimpin novisnya diganti.

Ketika menerima jubah ia membayangkan kepalanya dipenggal dan diletakkan di kaki salib. Margareta tetap setia, dia tidak mengikuti kehendaknya tetapi memperhatikan apa yang suster harapkan dari dia. Semua pekerjaan ia lakukan dengan hati gembira dan wajah berseri.  Dia semakin maju dalam kesempurnaan. Dia pernah berjanji bahwa ia akan selalu berpikir dan berkata serta berbuat apa yang lebih sempurna. Dia memandang keutamaan sebagai berikut:
  • Kerendahan hati, kesabaran dan cinta kasih.
  • Doa yang terus menerus, kesamadian bermatiraga dalam segala hal, memanggul setiap salib dengan hati gembira.
  • Selensium, hidup dihadirat Tuhan dan
  • Penyangkalan kehendak diri.

Inilah yang dipersembahkan kepada keagungan Tuhan. Dikemudian hari dia menjadi Abdis, penjaga pintu dan pemimpin novis.  Dia sering mendaraskan doa St. Paulus “Tuhan Yesus berikanlah saya penderitaan dan kasihanilah kami pendosa”.

Pada tahun 1728  dia jatuh sakit, hatinya terdorong untuk mengaku dosa, pengakuannya diiringi dengan tangisan dan banyak keluhan sehingga tidak dapat menyelesaikan pengakuannya dalam satu hari. Oleh karena itu Bapa pengakuan menunda absolusinya sampai keesokan harinya.  Malam itu dia dilewatinya dengan doa, dia berlutut pada kaki altar didepan Sakramen Mahakudus dan memohon kerahiman Yesus.  Tiba-tiba dia melihat Yesus berdiri didepannya mengenakan pakaian seorang Imam dan menaruh tangannya diatas kepala Magdalena dan berkata:”Anakku segala dosamu Kuampuni.” Penglihatan itu menghilang. Dia mengalami kebahagiaan surgawi dan pagi berikutnya dia menerima absolusi. Magdalena seumur sangat menghormati Ekaristi suci. 

Peristiwa berikut adalah bukti bahwa ia menghormati Tuhan dalam Komuni suci. Dia pernah menyantap hosti yang dimuntahkan oleh seorang Novis sebab dia melihat Yesus didalam hosti suci itu. Pada suatu hari ketika Don Yoanes Baptist Moreti membagikan komuni suci kepada para suster maka dengan tiba-tiba Hosti itu melayang dari tangannya langsung menuju ke lidah Magdalena. Dengan komuni seringkali dia merasa dikuatkan dari sakitnya. Pada tanggal 27 Juli 1736 dia menerima sakramen  minyak suci, dia merasa lemah dan sambil tersenyum dia menundukkan kepalanya dan meninggal. Ia digelar beata pada tanggal 3 Juni 1900 oleh Paus leo XIII.

Sumber: Dari buku orang kudus dalam bahasa Belanda terjemahan Indonesia oleh suster OSC Cap, Diringkas oleh Sr.M. Agnes OSC Cap.




   


St. Agnes dari Asissi

St. Agnes dari Asissi


Google Images.Jpg


Gambar santa Agnes sering ditampilkan menggendong Kanak-kanak Suci Yesus dan pestanya dirayakan pada tanggal 19 November. Ia lahir pada tahun 1197/1198 di Asissi dan dibaptis dengan nama Katarina. Dia adalah anak ke empat dari lima bersaudara, satu diantaranya tidak diketahui namanya. Tiga diantaranya bernama Penenda, Beatrice dan Santa Klara. Santa Agnes berasal  dari keluarga bangsawan Asissi Favarone di Offreducio dan ibunya bernama Hortulana. Santa Agnes adalah adik dari Santa Klara.  Agnes mengabungkan diri dengan kakaknya 16 hari setelah Klara mengikuti jejak Fransiskus dari Asissi.

Ketika keluarganya mendengar bahwa Agnes bergabung dengan Klara maka pada hari berikutnya, pamannya pergi ke tempat tinggal Klara bersama 12 orang pria. Secara lahiriah mereka menyembunyikan maksud mereka yang jahat dan bersikap secara damai masuk ke biara. karena dahulu mereka gagal membawa Klara pulang maka secara langsung mereka berpaling pada Agnes dan mengajak Agnes pulang tetapi Agnes tidak mau meninggalkan Klara. Pamannya mendekati Agnes, memukul dan menyepaknya tanpa belaskasihan. Agnes seperti diterkam oleh singa dan diseret keluar sementara yang lain mendorongnya dari belakang. Agnes berteriak minta tolong pada kakaknya, melihat itu Klara bertiarap sambil berdoa dan menangis. Klara memohon kepada Tuhan agar adiknya diberi kekuatan Ilahi untuk bertahan. Tiba-tiba saja badan Agnes yang terbaring ditanah menjadi begitu berat sehingga mereka tak sanggup mengangkat badan Agnes. Petani-petani yang sedang bekerja dikebun Anggur berdatangan menolong tetapi mereka tidak bisa mengangkat Agnes dari tanah itu.  Karena mereka gagal mengangkatnya, pamannya Monaldo menjadi begitu marah sehingga ia memukul Agnes dengan  tangannya tetapi tiba-tiba tangannya menjadi sakit dan sakit itu harus ia derita cukup lama.

Setelah perjuangan itu Klara datang untuk menghentikan perlakuan keluarganya. Akhirnya Pamannya menyerahkan Agnes pada Klara dan mereka pulang dengan kecewa. Setelah mereka pergi Agnes berdiri dengan hati gembira karena boleh merasakan derita salib  karena Kristus. Sejak saat itu Agnes menyerahkan diri selama-lamanya dalam pengabdian pada Allah. Fransiskus memotong rambut Agnes dan mengajarkan padanya jalan Tuhan Yesus Kristus.   

Kira-kira tahun 1229, diusia yang masih 30 tahun, Agnes diutus oleh Klara ke sebuah biara di Montecelli dekat Florence untuk membimbing biara itu, yang ingin menggabungkan diri dengan putri-putri miskin yang dibentuk oleh Klara.  Selama berada di sana jiwanya merasa menderita dan sedih karena secara badani terpisah dengan kakaknya Klara. Padahal dia pernah berharap akan hidup dan mati didunia ini bersama-sama dengan Klara dan para suster di San Damiano.  Pada akhirnya dia percaya bahwa satu kematian dan satu kehidupan akan menyatukan mereka  di Surga.  Di dalam biara yang ia pimpin ditemukan kerukunan yang besar, tidak ada perpecahan dan ramah.  Semua susternya menaruh pasrah, hormat dan taat kepadanya. Dan pada Klara, Agnes mengatakan bahwa dia bersedia melaksanakan dengan setia ajaran dan peraturan yang dibuat oleh  Klara untuk cara hidup yang mereka jalani. Dalam suratnya kepada santa Klara dikatakan bahwa dia adalah seorang pelayan Kristus, yang rendah hati dan yanh tak berarti.

Agnes tinggal di Biara Montecelli sampai pada tahun 1253, pada tahun ini juga Agnes kembali ke Biara San Damiano bersama Ermentrudis seorang pertapa yang ingin  bertemu dengan Klara di San Damiano Assisi dan sekaligus untuk mengunjungi Klara yang sedang sakit.  Pada tanggal 27 Agustus 1253 Agnes meninggal, dia tidak lagi hidup pada masa beatifikasi Klara menjadi orang kudus sebab dikatakan bahwa dia meninggal tepat 2 minggu sesudah Klara wafat tetapi menurut tradisi pada tanggal 16 november 1253 Agnes wafat. St Agnes dikanonisasi pada tahun 1753 oleh Paus Pius Benedictus XIV. 

Disadur oleh Sr. Maria Agnes Cap (Biara Providentia) dari buku Hal Ikhwal dan Warisan St. Klara karya Goenen OFM, Klara Van Assisi oleh Anni Holleboom, Surat St. Agnes dari Assisi kepada St. Klara,

Mengapa menjadi suster Slot?

Mengapa menjadi suster Slot?



Menjadi suster Slot adalah pilihan Sr. Maria Serafin OSCCap sejak berusia 19 tahun. Ia masuk suster slot (Biara Klaris Kapusines) pada tanggal 8 September 1951 dan langsung menjadi postulan. 
Sebagai orang pribumi yang pertama diantara suster-suster Belanda, dia berjuang dengan tekun untuk belajar bahasa Belanda lewat pelajaran yang diterimanya melalui seorang suster SFIC di Nyarumkop.

Semangat dan penjuangannya untuk dapat menyesuaikan diri dengan suster-suster Belanda memampukannya untuk memasuki masa Novisiatnya pada tanggal 8 September 1952.  Pada tanggal 12 September 1953 dia berkaul sementara dan akhirnya menyerahkan diri secara depenitif dalam Ordo Santa Klara pada tanggal 12 September 1956. 

Beliau memilih cara hidup yang tertutup ini karena merasa bahwa cara hidup seperti ini mendukungnya untuk dapat banyak berdoa bagi gereja, dunia dan terutama bagi para penderma. Baginya berdoa adalah sesuatu yang menarik karena akan selalu bertemu dan ingat akan Tuhan yang menebus umat manusia dari dosa.  

Selama 60 tahun hidup membiara sr. Maria Serafin mengalami bahwa doanya tidak selalu dikabulkan oleh Tuhan dan meskipun doanya dikabulkan ia merasa bahwa itu bukan karena hasil doa dan tapa yang dipersembahkannya.  Karena itu baginya tidak begitu penting untuk mengetahui Apakah doanya dikabulkan Tuhan atau tidak.  Namun yang jelas tugas doa dia hayati sebagai penyerahan diri yang total kepada Tuhan melalui panggilan yang dia terima dari Tuhan.  Penyerahan diri yang total inilah yang mendorongnya untuk semangat menghadirkan sukacita bagi gereja dan dunia. 

Sr. Maria Serafin pernah menjadi abdis dari tahun 1989-1994 Beliau adalah seorang rubiah yang sederhana, polos, taat pada aturan, seorang karismatik dan seorang yang memiliki matiraga yang keras terutama terhadap dirinya sendiri. Semangat doanya tak pernah padam meskipun kini usianya telah 83 tahun. Dalam usia yang sudah senja ini ia mesih mampu bangun tengah malam setiap hari untuk berdoa bersama anggota komunitasnya. 

Misa syukur 60 Tahun Hidup Membiara

Pada tanggal 12 September 2015 Sr. Maria Serafin Daros OSC Cap merayakan Hari Ulang Tahun kaulnya nya ke-60 dalam Misa syukur yang dipimpin oleh P. Heribertus Hermes Pr yang adalah keponakannya sendiri dan didampingi oleh dua imam kapusin yaitu P. Harmoko OFM Cap Dan P. Krispinus OFM Cap dari Keuskupan Agung Pontianak.  Misa Syukur ini dihadiri oleh keluarga, Para fransiskan dan kenalan para suster. Karena diminta oleh Pastor yang menyampaikan homili Sr. M Serafin menyampaikan pesan untuk umat yang hadir agar tetap berdoa sebagai orang katolik sekurang-kurangnya pada hari minggu dan berdoa waktu makan dan tidur. Setelah Misa semua umat diundang makan bersama di Biara.  Acara Dibuka dengan menyanyikan lagu Ulang Tahun dengan beberapa bahasa, makan bersama dan beberapa suster menampilkan Lagu dan tarian Kipas untuk Sr. M.Serafin dan semua undangan yang hadir. Selamat atas HUT membiaranya suster semoga persembahan hidup suster mendatangkan kebahagiaan dan keselamatan bagi gereja dan dunia.
 (Sr. M. Agnes OSC Cap)