Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri nama katolik. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri nama katolik. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

24 Mar 2020

EKARISTI ONLINE BERSAMA DENGAN TETAP MENGINDAHKAN SERUAN SOCIAL DAN PHYSICAL DISTANCING

Saudara-saudari terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus, menyikapi suasana pandemi yang tengah melanda bumi ini, Gereja Katolik sedunia tidak lepas merasakan imbasnya. Tentunya hal ini tak lantas membuat kita hanya meratap, bersedih, berkeluh kesah tanpa berbuat apapun. Gereja Katolik kemudian mengambil langkah melaksanakan Ekaristi atau misa online yang menjembatani kedahagaan umat bertemu langsung menghadap Bapa melalui misa.

Adanya misa online bukan berarti kita yang di rumah tinggal menonton seenaknya dan sesuka hati kita. Ada cara-cara yang harus kita lakukan dan penuhi ketika ingin mengikuti misa secara online juga ya!

Yang pertama, yang harus kita lakukan tentu kita harus mempersiapkan kuota yang mencukupi agar ketika misa sudah berlangsung tidak ada istilah eh kehabisan kuota atau lain hal. Kemudian akan lebih baik jika kita juga mempersiapkan perlengkapan misa seperti salib dengan lilin di sampingnya untuk membantu kita semakin menghayati Ekaristi walaupun secara online.

Yang kedua, seperti biasa kita mulai mempersiapkan hati dan pikiran kita agar tetap fokus kepada misa, karena kita mau menghayati Allah yang hadir saat perayaan Ekaristi walaupun kita di rumah, percayalah, sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka." (Mat 18:20)

Yang terakhir, ketika kita hendak misa secara online, kita tidak seharusnya mengajak orang-orang yang ada di luar untuk mengikuti atau istilah lainnya (nobar: nonton bareng). Menapa? Karena sama saja ketika kitsa mengajak orang ramai-ramai untuk mengikuti misa kita sudah menyalahi aturan social distancing yang mengharuskan kita di rumah saja, kecuali jika dalam satu rumah kita memang satu keluarga dan ingin merayakan Ekaristi bersama dengan keluarga yang ada di rumah. Hal itu diperbolehkan tetapi ingat kita juga harus saling menjarak sejauh lebih kurang satu meter.

Ada hal yang terasa sumbang ketika kita mendengar komentar miring, ibadah kok online, misa kok online! Tenang, jangan langsung berkecil hati. Misa online adalah sarana bukan tujuan utama yang lantas bisa disimpangkan menjadi alasan untuk kita bermalas-malasan memilih untuk tidak beribadah atau malah bertindak ekstrim mengecam para gembala gereja yang telah berupaya mencari jalan tengah penyelesaian permasalahan peribadahan. Dan sebenarnya misa online bukan hanya baru terjadi saat pandemi menguasai atmosfer bumi ini, namun pada situasi krisis tertentu pun Ekaristi online seringkali dijalankan dan diperbolehkan. 

Jadi ingat ya, misa online bukan berarti kita mengajak orang untuk nonton bareng. Cukup di rumah saja kita mengikuti misa dengan khusyuk dan menghayati pesan-pesan yang disampaikan romo ketika misa berlangsung. Satu hal yang perlu kita ingat, Gereja Katolik tetap menjadi salah satu garda depan penyeru instruksi pemerintah yang telah berupaya sekuat tenaga melindungi rakyatnya dengan berbagai upaya.

Yuk kita misa dan berdoa, demi kebaikan dan kesembuhan bumi kita agar segera terhindar dari Virus Corona, dan kita semua dilindungi oleh segala marabahaya yang dapat menimpa kita.

Amin..  Tuhan memberkati kita semua!

KATEKESE MISA ONLINE




9 Jul 2019

PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA DAN PELANTIKAN PENGURUS DPP ST FRANSISKUS ASSISI SINGKAWANG 2019-2022 OLEH USKUP AGUNG KEUSKUPAN AGUNG PONTIANAK




Singkawang, Minggu, 7 Juli 2019. Sebanyak 181 orang boleh merasa sangat berbahagia karena baru saja menerima tanda penguatan berupa Sakramen Krisma dari Uskup Agung Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Para penerima Sakramen Krisma kali ini cukup istimewa karena dari para penerima Sakramen Penguatan tersebut terdiri dari berbagai kalangan usia. Jika biasanya Sakramen Krisma ini didominasi oleh usia remaja, namun kali ini hampir 1/3 penerima Sakramen ini adalah kalangan yang sudah berusia lanjut. Dalam khotbahnya, Uskup Agung mengungkap dengan diterimakannya Sakramen Krisma ini, kita disadarkan bahwasanya kita itu lemah. Bertindak sebagai konselebran misa pada kesempatan kali ini adalah Pastor Paroki Singkawang, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. 

Tak berhenti pada penerimaan Sakramen Krisma, di kesempatan yang sama juga digelar pelantikan pengurus Dewan Pastoral Paroki (DPP) masa bakti 2019 – 2022 berdasarkan surat keputusan Uskup Agung Pontianak No 181.SK/SKR.KAP/VI/2019 yang bersumber dari Kitab Hukum Kanonik 1983, Kanon 536 tentang pembentukan Dewan Pastoral Paroki  dan partisipasi umat beriman Kristiani pelaksana reksa pastoral paroki. Adapun tugas-tugas pengurus DPP adalah segala hal yang berkaitan dengan liturgia, keryma, diakonia, koinonia, martyria serta mewartakan Injil sebagai inti pewartaan gereja. 

Berikut ini adalah susunan nama para pengurus DPP Santo Fransiskus Singkawang, Keuskupan Agung Pontianak, masa bakti 2019 – 2022:

I. PENGURUS HARIAN
1. Ketua Umum : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap. (Pastor Kepala Paroki Singkawang)
2. Sekretaris : Ns. Ignatius Nandang, S. Kep
Wakil Sekretaris : Drs. Titus Pramana, M.Pd.
3. Bendahara : Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap.
Wakil Bendahara : Elisabet Buntoro

II. KETUA-KETUA BIDANG
1. KETUA BIDANG PERSEKUTUAN (KOINONIA)
Ketua :  Aben, S.Ag.
Seksi Kepemudaan : Trifonia Afridiana, A.Md, Kep.
Seksi Kerasulan Keluarga: Helaria Helena, A.Ma.
Sekami : Febronia Fatwati
Sekolah Minggu : Elisabeth Suharijani, A.Ma.

2. KETUA BIDANG KATEKESE (KERYGMA)
Ketua : Sumarni, S.Ag.
Seksi Pendidikan : R. Sitinjak, S.Ag.
Seksi Komunikasi Sosial : Natalia Hesty T.H., M.Pd.
Seksi Kerasulan Kitab Suci : Kristiani Murty, S.Ag.
Seksi Katekese : Adiran, S. Ag.

3. KETUA BIDANG PELAYANAN SOSIAL (DIAKONIA)
Ketua : dr. Liem Fong Chung
Seksi Kesehatan : dr. Tatang Supriana
Seksi Pengembangan Ekonomi : Hermanto Halim, S.E.
Seksi Perbendaharaan/aset : Robertus Adun

4. KETUA BIDANG PERIBADATAN (LITURGI)
Ketua : Stefanus Cahyadi, S.Ag.
Seksi Paduan Suara : Dra. Lucia Sutiono, M.M.
Seksi Pemazmur : Yuvita
Seksi Lektor : Dra. Lusiana Lidwina, M.M.

5. KETUA BIDANG MARTIRYA
Ketua : Drs. Benedictus Saidin
Seksi Panggilan : Br. Baptista, MTB
Seksi Hub AntarAgama : Aloysius Kilim, S.Ag.
Seksi Humas : Christian Valentino, S.H.
Seksi Keamanan : Gregorio Bambang

III. KETUA LINGKUNGAN
1. Ketua Lingkungan Santa Maria : Ridwan
2. Ketua Lingkungan Santa Theresia : Albertus
3. Ketua Lingkungan Santa Anna : Welly
4. Ketua Lingkungan Santa Caeilia : Asun AR
5. Ketua Lingkungan Santa Elisabeth : V. Marsiana
6. Ketua Lingkungan Santa Clara : Herkulanus, S.Ag.
7. Ketua Lingkungan Santo Yohanes : Aloysius Wahyu Tri Broto
8. Ketua Lingkungan Santo Paulus : Arry Hariadi, Apt
9. Ketua Lingkungan Santo Thomas : Suhartanto
10. Ketua Lingkungan Santo Clement : Idman
11. Ketua Lingkungan Santo Yoseph : Elisabeth Chen
12. Ketua Lingkungan Santo Fransiskus Assisi : Emilius Hardiyanta
13. Ketua Lingkungan Santo Leo Agung : Tobias, S.Sos.
14. Ketua Lingkungan Putra Daud : Fidelia Ngunadi

IV. KETUA STASI
1. Stasi Roban : Stephanus Aldriatno
2. Stasi St Paulus Sijangkung : Romanus, S.H.
3. Stasi St Michael Pangmilang : Vincentius Aplus
4. Stasi St Kristoporus Sagatani : Bartolomeus Solomon
5. Stasi St Clara Mayanus : Hendrikus Sinsoi Aman
6. Stasi St Maria Bunda Yesus : Rafael R.
7. Stasi St Dionisius Mandor : F. Sius
8. Stasi St Thomas Sebandut : Aphin
9. Stasi Cahaya Kristus Sarangan : Albertus Apuan
10. Stasi St Caecilia Medang : Epiphania Nuniani
Anggota : Lidia
11. Stasi St Gregorius Agung Capkala : Fransiskus
Anggota : Adrianus, Sebastianus
12. Stasi St Pio Parit Baru : Barnabas Salimin
13. Stasi Hati Kudus Yesus Setanduk : Samara
14. Stasi St Yoseph Aris : Apolonius Andus
Anggota : Antonius
15. Stasi Trans SP 1 : Herlina Elisabeth
16. Stasi Trans SP 2 : Angselmus Adi

V. KELOMPOK RELIGIUS
1. Kongregasi Bruder MTB : Br. Baptisa, MTB
2. Kongregasi Suster SFIC : Sr. Ursula, SFIC
3. Ordo Fransiskan Sekuler OFS : Yohanes Kaswin

VI. KELOMPOK KATEGORIAL
1. Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) : Helaria Helena, A.Ma.
2. ISKA : Kuria Rosa Mustica
3. Legio Presidium Ratu Rosario Yang Amat Suci : Yohana Tina
4. Presidium Ratu Para Malaikat : Bibiana, A.Md, Kep
5. New Katekumen : Elisabeth Cen, Yohana Maria
6. Santa Monika : Emilia Karsiah
7. BPPKS : Frumentius, S.H.
8. Bapakat : Arianto Ari
9. Sekami : Gregoria Laura Wivanda
10. Pemuda Katolik : Marsianus Dismas
11. OMK : Sinta

Usai misa perayaan Ekaristi istimewa berisikan penerimaan Sakramen Krisma dan Pelantikan DPP, digelar ramah tamah di halaman Gereja Katolik Paroki Singkawang yang diikuti oleh seluruh umat yang hadir pada misa kedua. 

Selamat bagi para penerima Sakramen Krisma, semakin dikuatkan dalam iman dan keyakinan, dan selamat berkarya bagi para pengurus DPP masa bakti 2019 – 2022. Tuhan beserta kita! (Hes)     



19 Agu 2018

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA





Pernikahan Katolik, monogami dan tak terceraikan. Berlatar belakang itulah Kursus Persiapan Pernikahan (KPP) yang kini berubah nama menjadi Kursus Membangun Rumah Tangga (MRT) digelar oleh gereja Katolik, tidak terkecuali Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang.

Bertempat di Gedung Dewan Pastoral Paroki, kegiatan yang sudah memasuki angkatan ke XIII ini digelar pada Sabtu-Minggu, 18-19 Agustus 2018, dan kali ini diikuti oleh 9 pasang calon mempelai yang hendak membangun bahtera rumah tangga.

Dijumpai di kesempatan yang sama pada saat kegiatan berlangsung, Helaria Helena, A.Ma., selaku koordinator menyampaikan bahwasanya aktivitas yang kini rutin digelar beberapa kali dalam setahun ini merupakan salah satu program gereja di seluruh Indonesia. "Kegiatan ini berisi berbagai hal, yang pertama membahas tentang hukum kanonik, pernikahan dalam Katolik, ekonomi keluarga, kesehatan alat reproduksi, dan psikologi keluarga yang dalam hal ini membahas keseluruhan rangkuman dan diasuh oleh saya sendiri. Seluruh hal yang tim kami sampaikan bersumber dari buku Amoris Laetitia. Kegiatan ini juga dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dalam setiap pertemuan dan kita mengambil kebijakan menggelar kegiatan setiap Sabtu dan Minggu. Hal ini mengingat hari lain adalah hari kerja, " ujar wanita cantik yang juga merupakan pegawai Departemen Agama.

Di samping itu beliau juga menegaskan bahwa kursus MRT ini tidak hanya melingkupi pasangan yang akan segera melaksanakan pernikahan, namun boleh juga diikuti oleh pasangan dewasa yang berada dalam taraf penjajakan. "Jika sudah mengikuti kursus ini akan mendapat sertifikat, karena tanpa sertifikat maka tidak akan bisa mendaftar pernikahan kanoniknya nanti," lanjut wanita yang juga aktif dalam wadah WKRI cabang Singkawang ini.


Dicecar mengenai harapan digelarnya kegiatan bimbingan ini beliau mengungkap, "Kita mengadakan bimbingan ini untuk memperkecil kemungkinan perceraian antarpasangan dalam keluarga dan tentunya memberikan berbagai arahan bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, karena belakangan ini banyak pasangan muda yang baru menikah sudah bercerai, jadi kita berusaha untuk bisa mengatasi dan menghindari hal-hal semacam itu," pungkasnya. (Hes)



13 Mar 2018

50 TAHUN BERKARYA, MENJADI LEBIH INDONESIA DARI YANG ASLI INDONESIA

50 TAHUN BERKARYA, MENJADI LEBIH INDONESIA DARI YANG ASLI INDONESIA

“Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.” 

(Pramoedya Ananta Toer)

Kutipan tulisan Pramoedya Ananta Toer, sang sastrawan garda depan Indonesia itu ada benarnya. Dengan ‘senjata’ tinta dan pena, maka sebuah nama mungkin saja akan kekal sepanjang masa. Dikenang karena sumbangsih berupa tulisan bagi dunia pengetahuan, pendidikan maupun kebudayaan yang tentu akan berguna baik di masa sekarang maupun  masa depan. Ini pula yang tengah ditapaki oleh salah satu gembala kita. Meski karya-karyanya ia hasilkan tanpa tendensi apa-apa, namun publik boleh percaya bahwa apa yang dikerjakannya bukanlah suatu yang sia-sia dan besar pengaruhnya pada dunia pengetahuan, sejarah juga budaya.          

Sosoknya seperti orang Eropa pada umumnya. Tinggi besar, berkulit putih, bermata biru. Yang menjadikannya istimewa adalah kala ia bertutur menggunakan bahasa Indonesia yang begitu lancar, namun aksen Eropa tetap tak lekang dari lidahnya meski telah setengah abad bermukim di Indonesia.
C.M.W. Melis, lebih dikenal sebagai Pastor Yeremias, OFMCap atau dalam keseharian kebanyakan orang menyapanya dengan panggilan Pastor Yeri. Sosoknya baru benar-benar saya perhatikan pada 31 Desember 2014 lalu. Usai memimpin misa di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Singkawang, ia segera melepas jubah kuning yang saat itu dikenakannya lantas bergegas menuju deretan kursi belakang. Ia duduk tepat di hadapan saya yang kala itu ditugaskan meliput perayaan natal di lapas. Dengan tenang ia mulai menyulut rokok dan perlahan menghisapnya. Berada dekat perokok bukanlah hal asing bagi saya, hanya saja ketika memandang beliau yang tengah masyuk dengan batangan rokoknya, ada yang sukses menarik perhatian, khusus bagian kuku dan ujung jari Pastor Yeri tampak kecoklatan akibat dilekati nikotin pada rokok yang begitu setia menemani hari-harinya. Kala itu saya tersenyum kecil dan hanya sebagai pengamat pasif sosok pria 77 tahun itu. 


Kesan kedua yang benar-benar lekat dalam ingatan saya tentang Pastor Yeri selain kuku dan jarinya yang menjadi coklat karena nikotin  adalah saat saya meliput perayaan Naik Dango yang digelar pada bulan Mei lalu. Di tengah hiruk pikuk yang hadir, dari jarak belasan meter, saya yang saat itu tengah membidikkan lensa kamera ke arahnya sempat dibuat tertegun kala beliau ‘menyapa’ dengan anggukan kepala. Kesan ketiga dan yang paling menyentak kesadaran saya sebagai orang asli Indonesia adalah kala beliau menitipkan sebuah catatan kecil kepada pastor paroki berkait ketidaktepatan diksi yang saya gunakan saat menulis berita tentang beliau. Jujur, perasaan yang terlintas dalam benak saya saat itu adalah rasa sedikit jengkel, namun manakala saya telaah kembali, kritikan beliau memang ada benarnya. Bahkan, saya yang dilahirkan, dibesarkan dan berdarah asli Indonesia saja tidak memiliki pemahaman sebaik beliau dalam berbahasa. Sejak saat itu paradigma saya tentang beliau semakin mengerucut, beliau merupakan sosok yang sangat teliti. 

Beberapa bulan berselang, pada saat rapat redaksi digelar, saya yang memang selalu ditugaskan menulis pada Rubrik Sosok merasa ada yang sedikit menggusarkan pikiran. Bagaimana tidak, sosok biarawan yang dipilih untuk dikupas profilnya kali ini adalah Pastor Yeri. Sosok teliti yang juga harus saya hadapi dengan sedikit hati-hati. Saya tidak ingin melakukan kesalahan serupa untuk kedua kali berkait diksi. Dibantu temu janji oleh pastor paroki, akhirnya saya dipertemukan dengan pria yang mengaku tidak menyukai pesta namun diketahui menaruh perhatian begitu  besar terhadap lingkungan dan alam. 

Lagi-lagi ada yang menarik kala itu, beliau mengatakan hanya menyediakan waktu 10 menit untuk wawancara dan di tangannya telah tergenggam buku-buku yang ditulis maupun karya yang dialihbahasakannya. Kesimpulan yang saya tangkap, beliau hanya mau diwawancara berkaitan dengan buku-buku karyanya. Benar saja, belum sempat saya menjabat tangan, beliau telah lebih dulu membuka obrolan dengan panjang lebar menjabarkan dua buah buku tebal  berjudul Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis, Historis 1854 dan Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis, Historis 1856  tulisan Profesor Pieter Johannes Veth yang telah dialihbahasakannya dan diterbitkan pada April 2012. Khusus dua buku dengan judul yang telah disebutkan di atas dikerjakan dalam waktu yang terbilang cukup lama, kira-kira sepuluh tahun. Hal ini disebabkan pada saat beliau menggarapnya,  di masa yang sama beliau menjabat sebagai pastor paroki. Ia sendiri memulai terjun ke dunia kepenulisan sejak 1979, dalam buku Doa dan Berkat Sepanjang Tahun, yang pada 2004 saja telah menjejaki cetakan ke tujuh. Antusiasnya kentara kala  saya mengungkapkan ketertarikan pada salah satu buku yang diterbitkan bertepatan dengan 50 tahun ia berkarya di Indonesia, Sejarah Kongsi Lan-Fong Mandor yang telah saya baca tuntas sebelum proses wawancara dilakukan. 

Rupanya ada kisah yang cukup menggelikan di balik penerbitan buku-buku beliau yang diluncurkan bertepatan dengan tahun emas dalam berkarya di Indonesia. “Dulu satu tahun yang lalu, mereka bicara mau merayakan 50 tahun saya di Indonesia, saya bilang oke kalau segala buku beres, semua ikut menolong, kira-kira 15 orang. Kalau tidak minimum lima, kalau tidak, tidak jadi,” tegasnya. Berbekal kalimat sakti yang separuh berisi ‘ancaman’ ini maka panitia perayaan 50 tahun Pastor Yeri berkarya di Indonesia dituntut bekerja ekstra keras. Namun, di sela-sela penjabaran mengenai buku-buku yang diterbitkan bertepatan dengan perayaan setengah abad beliau berkarya di Indonesia, terdengar nada sedikit kurang puas  mengenai ketidaktepatan penerbit dalam mencetak yang jika dirunut dapat berakibat fatal. “Ada yang tidak beres, berubah waktu mereka cetak cepat-cepat, Lanskap Pinoh, tidak ditulis tahun berapa, orang pikir dibuat tahun ini. Di sini juga tidak disebut sumber, di sini juga kata pengantar dari saya, saya buat sebagai keterangan, tapi ditulis J.P.J. Barth. Ini juga ada, J.T. Willer juga, tidak disebut tahun, Eks Residen Pontianak,  dari ITLV dari situ diterbitkan. Kata pengantar, ditulis oleh J.T. Willer. Di sini ada lagi, catatan dari penerjemah, ditulis penerjemah J.T. Willer. Di buku Kongsi Monterado, ini juga tidak ada tahun, dan nama orang itu hilang. Gambar satu orang penting dari Monterado, ini terbit dari 1893, Liu Chang Po kapten Monterado dari abad ke 18. Harus ada nama itu juga di situ. Dunselman (buku dengan judul Adat dan Bahasa Dayak Kendayan Kalimantan Barat) di sini juga tidak ada tahun dan nama di sini, saya tulis mereka hilangkan. Ini Pastor Dunselman karena itu saya masukkan (sambil menunjuk salah satu biarawan yang terdapat di cover buku), dan foto ini juga sebenarnya menarik karena ini Seminaris Pontianak, sebelum zaman Jepang. Salah satu dari ini, Oevaang Oeray. Dia termasuk salah satu dari ini, saya pikir ini, tapi saya tidak tahu. (sambil spekulasi menunjuk salah satu dari orang-orang yang terdapat dalam foto di cover buku. Belakangan setelah saya coba telusuri fakta melalui internet, memang sosok yang ditunjuk oleh beliau adalah Oevaang Oeray). Nama selain Pastor Dunselman saya tidak tulis tapi justru ini, karena ini buku ditulis Pastor Dunselman. Dalam buku sama sekali tidak ada keterangan tentang foto. Tapi kalau di sini, ada nama, orang tahu itu penulis bukunya,” ujarnya.

Meski telah menghasilkan beberapa buku yang ditulis sendiri maupun alihbahasa, beliau masih selalu berproses dalam menghasilkan karya. Terdapat sekitar 7 buku yang sedang dalam proses penerbitan, belum lagi sebuah buku yang memang sedang dalam proses pengerjaan, buku berjudul Borneo Almanak. “Buku ini berisi kutipan dan foto-foto dengan  format 360 halaman. 76 halaman dengan foto saja, 629 foto. Borneo Almanak adalah buku tahunan dari Kapusin Belanda untuk mencari dana dan juga memperkenalkan daerah misi baik Borneo maupun Sumatera. Buku ini berisi cerita umum, lelucon dan apapun tapi juga banyak berisi informasi, surat yang pastor-pastor kirim, renungan, tapi juga banyak yang  mereka alami, dan berisi satu sejarah gereja, permulaan yang cukup menarik,” paparnya. 

Saya sempat mencecar beliau dengan pertanyaan mengenai alasan yang menggugah beliau untuk menerjemahkan buku-buku yang berkaitan dengan sejarah lokal Kalimantan. Jawaban cukup logis sekaligus mencengangkan  saya terima, “Orang hampir tidak tahu sejarah diri sendiri dan banyak catatan yang sekarang dibuat tidak benar, yang salah, atau semua sesuai dengan kepentingan sendiri terkadang dibuat menjadi sejarah. Setelah itu saya pikir ada satu-satunya kemungkinan karena sumber bahasa Indonesia tidak ada, pemeriksa juga hampir tidak ada, yang ada hanya dari Sumatera, Jawa, dan Bali, tidak ada kemungkinan lain lagi, buku semacam ini, orang Indonesia walaupun pandai bahasa Belanda cukup baik hampir tidak bisa menerjemahkan, karena bahasa sudah kuno, bahasa Belanda. Juga banyak bahasa Perancis dipakai, bahasa Jerman. Mengartikan itu harus ada orang yang ada sedikit feeling untuk menerjemahkan, lain kemungkinan untuk menerjemahkan tidak ada,” ujarnya.        

Pastor yang setelah purnakarya tak berniat kembali ke Belanda ini ‘terasa lebih Indonesia’ dibandingkan orang yang asli Indonesia, tak berlebihan dikatakan demikian karena berdasarkan fakta yang ditelusuri di lapangan, terdapat beberapa artikel yang menyebutkan bahwa pastor yang resmi menjadi WNI pada 1981 ini pernah membebaskan seorang warga terkait sengketa tanah yang akan dijadikan perkebunan. Kalimat pujian saja rasanya tak cukup untuk mengapresiasi tindakan beliau. Bahkan orang asli Indonesia sendiri kadang tidak peduli dengan kondisi lingkungan alamnya. Kembali jawaban merendah, menyuruk bumi namun bernada jenaka saya dapatkan,  “Tapi waktu itu saya tidak sendiri, Sering pastor harus menjadi bendera, harus muncul karena saya dengan sengaja pakai jubah putih, supaya orang nampak, supaya orang yang lebih hebat itu takut. Ini  taktik juga. Waktu dulu kerusuhan saya juga ambil lebih 300 anak asrama Nyarumkop, pindahkan ke Menjalin, sewa 10 bus dengan berapa truk, di tengah-tengah perang saya juga pakai jubah putih segala aparat tidak banyak omong,” paparnya dengan nada bersungguh-sungguh yang malah memancing gelak tawa saya. 

Hal lain yang juga menjadi fokus perhatian dalam hidup beliau adalah mengenai pelestarian alam. Dengan wajah serius beliau memaparkan, “Tanah Kalimantan sebenarnya tidak cocok untuk kelapa sawit,  hanya dengan tambah banyak pupuk. Tidak bisa disamakan dengan tanah di Sumatera. Di sini kalau satu kali ditanam sudah, habis. Lain di Sumatera, bisa berganti-ganti, di sini tidak. Lihat asap, lihat air.  Lihat segala-galanya mengalami kemunduran. Apa yang dicintai manusia nanti juga akan hilang.  Saya benar-benar meragukan nanti kalau khusus berhubungan dengan orang Dayak bahwa sepuluh, dua puluh tahun masih ada orang Dayak atau tidak. Memang manusia tetap akan ada, tapi suku bukan sebagai suku lagi, segala dasar akan hilang, artinya mereka nanti akan menjadi terpinggirkan oleh segala perubahan, pulau hancur. Lihat asap. Harus baca doa kami bagi orang yang ‘membangun’ Kalimantan,” ungkapnya. (Bahwasanya doa para ‘pembangun’ Kalimantan 2015 ditulisnya sebagai sarkasme yang dibacakan saat beliau memimpin perayaan Ekaristi  pada 27 September 2015 di Gereja St. Fransiskus Assisi. Di bagian akhir artikel ini dilampirkan ‘doa’ tersebut.) 

Kiranya selain pembahasan mengenai buku, obrolan tentang lingkungan dan alam mangkus menjadi senjata saya mengulur waktu untuk menggali lebih banyak hal yang berkaitan dengan pandangan anak kedua dari lima bersaudara kelahiran Belanda, yang ia sendiri tidak tahu tanggal lahirnya namun hanya mengingat hari Minggu, pukul 2 siang, pada suatu April di 1938 itu. Bukan rahasia jika kebanyakan sosok Eropa dikenal mencintai Indonesia karena tertarik pada budaya maupun kultur, namun baginya, tak ada hal lain yang mendasar yang membuatnya bertahan berkarya selama setengah abad  di Indonesia selain karena alasan  mencintai manusia. “Kebudayaan sesuatu ungkapan, dari siapa orang itu dan bagaimana mereka hidup, bisa disuka, bisa dilihat, tapi bukan itu alasan saya di sini. Alasan manusia, dan alam yang dirusak,” tegasnya. 

Sedikit mengalami kesukaran kala saya berusaha menggali lebih lanjut mengenai kehidupan pribadinya. Saat itu saya pertanyakan alasannya memilih menjadi biarawan, hanya jawaban ringkas yang saya dapatkan, “Kalau saya lahir sekarang mungkin tidak menjadi pastor. Ini jalan Tuhan. Saya juga tidak tahu.” Kejahilan saya kambuh manakala mendengar jawaban beliau. Iseng saya tawarkan beberapa profesi, artis, dosen, atau penulis buku, spontan beliau menjawab dengan nada khasnya bicara yang serius tetapi malah mengundang derai tawa, “Artis pasti tidak, saya tidak bisa menyanyi, tidak pandai bersandiwara. Saya belum pernah mengajar, saya belum pernah beri retret. Saya juga tidak pandai omong setengah jam, satu jam, hanya menjadi omong kosong. Seperti berapa kali di gereja khotbah setengah jam atau lebih sebenarnya berapa kali saya mau lari tapi saya pikir banyak orang lihat, benar itu kalau orang tidak lihat, saya pasti lari. Kalau khotbah begitu lama  dan sama sekali tidak ada aturan apapun, omong mengenai apa, setengah hati pun tidak bisa ditangkap, lihat umat di gereja dalam ekspresi mengantuk. Hampir tidak ada yang mendengar, apa gunanya saya pikir itu. Untung saya pikir orang Katolik itu baik rupanya, coba tahan mendengar itu ya,” candanya.

Pada akhirnya 52 menit total waktu obrolan dari yang awalnya hanya bersedia 10 menit saja untuk melayani wawancara. Begitu banyak hal didapat untuk mengenal pribadinya secara lebih dekat. Pribadi yang humoris, cermat, hangat dan begitu bersahabat. Profisiat, Pastor. Semoga selalu sehat dan penuh berkat dalam berkarya dan melayani umat. (Hes)  

Bibliografi:
  •  Doa dan Berkat Sepanjang Tahun (tahun terbit; 1979), hingga kini masih dicetak dapat diperoleh di Emaus.    Batakki (Berita Antar Kampung Kita)  (tahun terbit; 1997)
  • Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis, Historis 1854, penulis P.J. Veth, dialihbahasakan P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; April 2012), diterbitkan oleh Institut Dayakologi
  • Borneo Bagian Barat Geografis, Statistis, Historis 1856, penulis P.J. Veth, dialihbahasakan P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; April 2012), diterbitkan oleh Institut Dayakologi
  • Sejarah dan Geografi Daerah Sungai Kapuas Kalimantan Barat,  penulis J.J.K. Enthoven, 1905, judul asli Bijdragen Tot De Geographie van Borneo’s Wester-Afdeeeling, dialibahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; 2013), diterbitkan oleh Institut Dayakologi
  • Sejarah Sanggau “Het Rijk Sanggau” (tahun terbit; 2014) terjemahan diambil dari buku Indische Taal; Land; en Volkenkunde, terbitan Bativaansch Genootschapp van Kunsten en Wetenschappen tahun 1884, penulis H.P.A. Bakker, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, diterbitkan kembali oleh Pemerintah Kabupaten Sanggau, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sanggau.
  • Adat dan Bahasa Dayak Kendayan Kalimantan Barat, penulis P. Donatus Dunselman, OFMCap, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; September 2015), diterbitkan oleh Pohon Cahaya, dapat diperoleh di Pastoran Singkawang.
  • Kongsi-kongsi Monterado Sumbangan kepada sejarah dan pengetahuan dari perkumpulan-perkumpulan orang Cina di Pantai Barat Borneo, penulis S.H. Schaank, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; September 2015), diterbitkan oleh Pohon Cahaya, dapat diperoleh di Pastoran Singkawang.
  • Kronik Mampawah (dan Pontianak), penulis J.T. Willer, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; September 2015), diterbitkan oleh Pohon Cahaya, dapat diperoleh di Pastoran Singkawang.
  • Lanskap-lanskap di Pinoh-Hulu (Bagian Barat Borneo), penulis J.P.J. Barth, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; September 2015), diterbitkan oleh  Pohon Cahaya, dapat diperoleh di Pastoran Singkawang.
  • Sejarah Kongsi Lan-Fong Mandor, penulis Dr. JJ.M. De Groot dan J.W. Young, dialihbahasakan oleh P. Yeremias, OFMCap, (tahun terbit; September 2015), diterbitkan oleh Pohon Cahaya, dapat diperoleh di Pastoran Singkawang.  

DOA PARA ‘PEMBANGUN’ KALIMANTAN 2015

Karya Pena : Pastor Yeremias, OFMCap

Bapa kamu, UANG, yang ada di bumi
dimuliakanlah namamu, perkuatkanlah kerajaanmu

Engkaulah, Uang, mengatur raja-raja, pemerintah-pemerintah,
mereka yang harus ambil keputusan.

Tutup mata dan hati mereka terhadap penderitaan rakyat
dan penghancuran lingkungan hidup.

Berilah bahwa kami tidak ditindak
kalau kami membersihkan lapangan yang kami butuhkan
dengan membakar saja,
walaupun itu mengakibatkan banyak asap
yang merugikan banyak orang,
baik fisik, ekonomis dan mental.

Semoga di bawah bimbinganmu perkebunan sawit dan
pertambangan bertambah banyak.

Berilah kami, dibantu oleh pemberianmu sendiri,
banyak orang yang mudah dibutakan
agar mereka tidak melihat masa depannya sendiri
dan dari anak-cucunya.

Berilah kami banyak orang yang mau kerja dengan gaji rendah
tanpa mengomel.

Aturlah bahwa mereka semua kehilangan tanahnya
dan berhutang kepada kami
agar mereka selama-lamanya terikat.

Jangan membawa kami kepada pertobatan,
tetapi tolonglah agar pemimpin-pemimpin agama-agama,
dan tokoh-tokoh masyarakat tetap bersedia,
memberkati atau mendukung usaha-usaha kami,
sesudah terima sumbangan secukupnya
untuk tujuan yang baik atau koceknya sendiri.

Karena hanya Engkaulah Uang yang penting
dan pantas dicari dan dipuji untuk selama-lamanya.

Amin.




5 Jun 2017

23 Tahun Imamat; 10 Tempat Menggembala Umat

23 Tahun Imamat; 10 Tempat Menggembala Umat


Jika tak mengenal pribadinya, jika sekilas saja awam memandangnya, maka kesan pertama yang akan muncul darinya adalah sosok seorang pengusaha. Dengan kulit yang putih bersih dan tampilan demikian rapi rasanya tak berlebihan andaikata banyak yang terkecoh. 

Pribadinya dinamis, antusias, dan sangat cermat memperhatikan lawan bicara. Setidaknya itulah kesan yang saya tangkap manakala berhadapan dengan pria yang sudah menghayati kehidupan imamatnya selama 23 tahun. Siang itu di tengah riuhnya derai tawa dan canda para biarawan region Singkawang dan sekitarnya berkumpul di pastoran Singkawang, ia adalah salah seorang di antaranya. Saat itu saya sengaja singgah ke pastoran guna mengembalikan diska lepas pada pastor paroki yang beberapa hari sebelumnya diserahkan kepada saya guna menyetorkan artikel yang akan dimuat di buletin. Pada kesempatan itu juga saya sempat menanyakan pada pastor paroki siapa kiranya sosok yang akan dikupas profilnya pada buletin edisi yang akan datang. Entah mengapa, saya dan pastor paroki semacam tak sengaja bersepakat mengarahkan pandangan pada sosoknya. Ia yang siang itu mengenakan kemeja merah memang tampak mencolok di antara pastor-pastor lainnya. Serta merta pada kesempatan itu juga saya ‘melamar’ kesediaannya untuk menjadi sosok yang akan diangkat dalam Rubrik Sosok Likes edisi 13. Bukan tanpa alasan saya menyematkan kesan dinamis, antusias, dan cermat padanya, karena di siang itu juga ‘lamaran’ saya diterima dengan sangat terbuka, nada suara ringan, dan tak bertele-tele.

Temu janji dilakukan. Di tengah kesibukannya memimpin persekolahan ia tetap memberikan saya ruang dan kesempatan. Ketukan pada pintu saya daratkan. Tak lama, pintu dibukakan langsung oleh sosok yang saya tuju. Dengan ramah saya disilakan menuju ruang makan yang cukup teduh dan luas. Diiringi tembang-tembang rohani yang mengalun lembut, saya memulai pembicaraan.

Jujur ketika menghadapi beliau hampir semua daftar pertanyaan yang sudah saya susun sebelumnya menjadi berantakan. Pertanyaan-pertanyaan saya yang sungguh awam terhadap posisi beliau membuat wawancara sedikit mengalami kekacauan. Sepertinya beliau menangkap kebingungan saya, namun dengan kebijakan dan keramahtamahan beliau, obrolan tetap mengalir ringan.   

Terlahir di Ketori, 53 tahun silam tepatnya 20 April 1964, ia sulung dari tujuh bersaudara. Dengan penuh semangat dan bangga ia menuturkan bahwa ayahnya adalah seorang katekis yang banyak meng-Katolikkan orang dan seringkali memimpin ibadat pernikahan. Melalui jalan katekis itu juga yang membuatnya berdiri begitu rapat dan erat dengan panggilan imamat. Heri kecil tak dapat menyangkal keterpesonaannya terhadap jubah para imam yang ketika turne seringkali menginap di rumah orang tuanya. Baginya jubah yang dikenakan oleh para imam sangat sakral. Sungguh berbeda dan istimewa, tak semua awam bisa mengenakannya. Ada penggalan kenangan jenaka dituturkannya berkenaan dengan denyar panggilan imamat yang sejak usia dini sudah didengarnya, “Sejak kecil saya sudah sering bermain misa-misaan. Umatnya adik saya, pastornya saya. Lalu saya memakai pakaian ibu yang diandaikan sebagai jubah, dan irisan pisang sebagai hostinya,” ujarnya dengan sudut mata menyipit menandakan ada suatu dimensi waktu di masa lalu yang menyambangi ingatan dan perasaannya sekaligus menimbulkan efek bahagia ketika dikenang. 

Masih berkait dengan panggilannya sebagai imam, ia juga sempat menuturkan bahwasanya semasa masih berusia remaja nanggung ia berkuat hendak menempuh kehidupan sebagai gembala karena dalam angannya seorang imam tak perlu menempuh pendidikan yang melibatkan ilmu yang beragam, matematika dan lain sebagainya. Pendek kata ia berpikir bahwa untuk ditahbiskan menjadi pastor ilmu yang dikuasai hanya ilmu pastor. Tergelak saya mendengar kisah yang disampaikannya dan membuat saya berujar, “Padahal untuk menjadi pastor jauh lebih berat ya, minimal harus bergelut dengan filsafat yang begitu berat, dan teologi yang juga tidak bisa serta merta langsung dipahami.” 

Kisah lain yang tak kalah mewarnai keragu-raguannya dalam memulai langkah pastoral adalah pengalaman yang sempat menciutkan hatinya berkenaan dengan tarik suara. Terdengar agak ajaib memang jika Heri kecil sempat berpikir untuk mengurungkan niatnya menjadi imam karena ia merasa tak pandai menyanyi. Pengalaman ketika kecil memiliki dan berhadapan dengan pastor asal Swiss yang jago bernyanyi membuatnya berpikir untuk menjadi seorang pastor haruslah sosok yang pandai bernyanyi. Akhirnya semakin bertambah usia, pengetahuannya semakin terang benderang, bahwasanya pandai menyanyi bukanlah salah satu tuntutan untuk menjadi pastor.
 
Bicara soal penempatan tugasnya sebagai imam, pria berkacamata silinder ini bercerita banyak dan sangat runtut. Ia masih kuat mengingat berbagai kejadian monumental yang akhirnya membentuk jejak-jejak tak terlupakan dalam kenangan. Sekelumit kisah yang sebenarnya membekas bahkan mengundang traumatik ia tuturkan. Ibarat kata, lukanya memang sudah sembuh, namun bekasnya masih terasa bila diraba. Ya, beliau sempat beberapa waktu merasakan enggan ketika hendak dikirim pulang ke tempat awal menggembala usai ia ditahbiskan. Seperti yang disampaikannya ketika awal kehidupan menggembala ia ditempatkan di persekolahan Nyarumkop dan bertugas sebagai salah satu pengajar. Dalam kurun waktu singkat berbagai kejadian silih berganti menempa kematangan emosionalnya. Hal terberat yang menggusarkan mata batinnya adalah ketika sudah dengan sepenuh jiwa ia mengusahakan untuk berkarya, namun ada saja pihak yang tak membaca perjuangannya sebagai sesuatu daya yang bertujuan membentuk karakter anak menjadi lebih mulia. “Kita sudah memberikan waktu siang malam tetapi itu yang kira terima, umpatan, makian. Tapi saya menyadari bahwa itu semua adalah bagian dari pelayanan,” tegasnya. Ya, ia yang kini duduk di hadapan saya telah berhasil melewati masa-masa pendewasaan itu. Sesuai dengan kutipan Pram, “Bila akar dan batang sudah cukup kuat dan dewasa, dia akan dikuatkan oleh taufan dan badai.” (Pramoedya Ananta Toer, Jejak Langkah)
 
Tercatat sepanjang karir kegembalaan, ia telah berpindah ke berbagai tempat pelayanan sebanyak sepuluh kali. Menyikapi hal itu pemilik nama lengkap Heribertus Samuel, OFMCap., ini selalu memegang prinsip di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. “Suasana tempat tugas di mana-mana pasti berbeda. Pertama dan menjadi kunci utama kita harus merasa at home. Harus cepat beradaptasi dengan pekerjaan dan lingkungan, dengan demikian kita dapat bekerja dengan baik. Sepuluh kali pindah saya tidak merasa terikat dengan satu tempat. Pindah ya pindah. Contoh ketika propinsial menelepon memindahkan saya. Tidak harus bertemu langsung tapi by phone, oh bisa  pindah ke mana saja ok.” Baginya hal yang bisa dipermudah tidak perlu dipersulit. “Pimpinan tentunya  sudah menimbang dan mendiskusikan kemanapun saya ditempatkan,” lanjutnya. Dalam batin saya menggumam, betapa patuh dan taatnya ia pada panggilan pelayanannya. Tak berhenti sampai di situ kekaguman saya menyeruak terhadap sosoknya karena di sela-sela obrolan kami, ia sempat menceritakan kesukaannya bercocok tanam dan memelihara hewan ternak. Rasanya tak terbayang jika sosok rapi dan bersih yang sedang duduk di hadapan saya bersedia membersihkan kandang dan berbagai jenis kotoran hewan. Namun itulah yang terjadi. Dari jagung hingga sayur, dari ayam sampai marmut tak lepas dari sentuhan tangan dinginnya. Baginya, menghayati bekerja adalah sebagai bagian dari hidup. “Homo laboran, salah satu identitas manusia. Jika manusia malas dia bukan manusia. Malas yang betul-betul malas, ya. Bagi saya segala pekerjaan adalah relatif. 

Dasarnya saya tidak memilih kerja. Dari memungut sampah, bersih-bersih lingkungan, berkebun, bakar sampah dan itu biasa saya lakukan, hampir setiap hari. Nanti sore penampilan saya akan lain. Saya bekerja memakai kaos, sepatu boot untuk berkebun, akan lain dengan yang sekarang,” paparnya. Saya berdecak. Sungguh, rasanya masih sulit membayangkan ia yang demikian rapi tiba-tiba harus bergelut dengan sampah atau mencangkul tanah.


Ketika iseng saya bertanya di mana tempat bertugas paling istimewa, maka dengan gamblang ia menuturkan bahwa semua tempat tugas baginya masing-masing memiliki keistimewaannya. “Jakarta tidak bisa disamakan dengan Pontianak, apalagi Nyarumkop. Untuk kenyamanan yang terpenting kita cepat merasa at home sehingga kita tidak lagi memikirkan yang sudah lewat. Ada kenyamanan dan sebagainya, itu kan ekstra, yang sudah lewat ya sudah di awang-awang, tempat tugas terbaru kita dan di mana kita berada saat ini adalah yang  real. Memang tidak selalu gampang ketika pindah, tapi ini perutusan dari kongergasi utk melayani. Karena itu saya selalu bersyukur diminta untuk bertugas sana-sini, membuat pengalaman kita lebih beragam. Setiap pengalaman relatif namun dasar pelayanan adalah prinsip ketaatan untuk gereja,” imbuhnya.
 
Meski ia berdarah asli tanah Borneo, namun putera dari almarhum Bapak Alfonsus Agen dan almarhumah Ibu Bernadeta Deta ini sama sekali tak keberatan dipanggil dengan sebutan Romo, sebutan bagi umumnya gembala di tanah Jawa. Hal ini berkait erat dengan pengalamannya menggembala umat di ibu kota. Tercatat dua kali ia ditempatkan di pulau Jawa dan dalam kurun waktu itu juga ia merasakan berkat yang sungguh pekat dalam kehidupan imamat. Setidaknya dataran Eropa baik timur maupun barat telah dijelajahinya, beberapa negara di Asia telah disambanginya, dan berbagai pengalaman tak biasa telah  dirasakannya, termasuk pengalaman berakting dalam sinema elektronika mini bertajuk rohani. Ya, semua hal itu sangat disyukurinya sebagai buah dari kehidupan menggembala.

Ditanya soal perspektif memandang dunia pendidikan yang kini dibawahinya dan relevansi dengan kondisi saat ini, dengan lugas ia bertutur, “Pendidikan sangat penting karena pendidikan membuka wawasan pikiran. Sesuai dengan moto pendidikan di sini, Non schole sed vitae discimus, kita belajar bukan untuk sekolah melainkan untuk hidup. Dengan sekolah orang membuka pikiran, dan tentu dengan pikiran yang terbuka kesuksesan dalam hidup dapat diraih. Untuk suasana real di lapangan sendiri zaman dulu jauh berbeda dengan sekarang. Sekarang terasa semangat studi sangat lemah padahal sekarang kompetitifnya lebih susah. Setiap hari ada kasus. Ada sifat melawan dari anak, cuek, menyukai hal-hal praktis. Memang tidak semua siswa bersikap seperti itu, tapi yang sedikit itu bisa memengaruhi yang lain karna itu masalah ketika hidup dalam lingkungan sosial. Tapi itulah tantangan. Tapi bisa kita lihat hasilnya, tamatan dari Nyarumkop akan lain karena mereka tinggal di asrama” ujarnya mantab.

Disoal mengenai harapan ke depan tentang dunia yang kini dalam asuhannya, ia menyatakan sangat memendam asa bahwa Persekolahan Katolik Nyarumkop dapat lebih eksis dan mampu bersaing dengan sekolah lain. Selain itu pendidikan tidak berjalan sepihak dalam artian antara pendidik, yang dididik, dan pihak keluarga dapat kooperatif dalam membentuk manusia berkarakter mulia. 

Kini ia berada nun di timur Kota Amoy, bertenang diri dan mengabdi sebagai pemimpin umum Persekolahan Katolik Nyarumkop. Menjamin keberlangsungan segala hal yang berkait dengan pendidikan di persekolahan yang berdiri lebih dari seabad yang lalu tetap berjalan dengan baik dari jenjang Taman Kanak hingga Topang. Selamat bertugas, Romo. Semoga selalu sehat dan bersemangat dalam panggilan imamat dan dalam tugas-tugas berat. (Hes)

Riwayat Pendidikan 

SDN Ketori (1973 - 1979)
SMP Gunung Bengkawan (1979 - 1981)
SMA Seminari Santo Paulus Nyarumkop (1981 - 1984)
Tahun Persiapan/Retorika, Pematang Siantar (1984 - 1985)
Novisiat Parapat (1985 - 1986)
STFT St Yohanes (1987 - 1991)
Tahun Orientasi Panggilan, Menjalin (1991 - 1992)
STFT St Yohanes (1992 - 1994)

Kegembalaan

Tahbisan Imam 20 Oktober1994 di Laverna, Sanggau.
Ngabang (1994)
Nyarumkop (1995 - 1997)
Paroki Tebet, Jakarta (1997 - 1999)
Postulat Sanggau (1999 - 2003)
Pos Novisiat Singkawang (2003 - 2004)
Tirta Ria, Pontianak (2004)
Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah (2004 - 2007)
Paroki Tebet, Jakarta (2007 - 2012)
Biara San Lorenzo, Pontianak (2012 - 2016)
Pimpinan Umum Persekolahan Katolik Nyarumkop (2016 - sekarang)          

6 Mar 2017

Profil Pastor Yosua Boston Sitinjak, OFMCap.

Yosua Boston Sitinjak, OFMCap.


Motto
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu” 
(1 Petr: 5:7)

Biodata

Nama lahir : Boston Sitinjak
Nama Biara : Yosua Boston Sitinjak, OFMCap.
Tempat/tgl lahir : Pematang Kerasaan/16 Januari 1986
Putra : Pertama dari lima bersaudara
Nama Ayah : Pendi Sitinjak
Nama Ibu : Martauli br. Gultom
Paroki  Asal : Kristus Raja - Perdagangan Keuskupan Agung Medan
Kaul Perdana : Pontianak, 1 Agustus 2009
Kaul Kekal : Novisiat Padre Pio - Gunung Poteng, 30 Juli 2015
Tahbisan Diakon : Paroki Salib Suci Ngabang, 27 Agustus 2016
Riwayat Pendididikan
1991 - 1997 : SDN 901631 - Pematang Kerasaaan (Sumut)
1997 - 2000 : SLTP Katolik Abdi Sejati - Perdagangan
2000 - 2003 : SMK Katolik Abdi Sejati - Kerasaan I
2004 - 2007 : KJJ STP IPI Malang
2007 -2008 : Postulat St. Leopold Mandic - Bunut, Sanggau Kapuas
2008 - 2009 : Novisiat St. Padre Pio Gunung Poteng - Singkawang
2009 - 2013 : Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) St Yohanes - Pematang Siantar
2013 - 2014 : Tahun Orientasi Pastoral (TOP) di Paroki St. Perawan Maria Tak Bernoda - Pusat Damai
2014 - 2016 : Sekolah Tinggi Teologi Pastor Bonus - Pontianak
2016 - 2017 : Diakonat di Paroki St. Parawan Maria Diangkat ke Surga Balai Sebut

Riwayat Panggilan

Nun di timur kota Singkawang, awal saya jatuh hati pada kehidupan gembala gerejawi. Pada sebuah rumah Novisiat yang mengenalkan arti sahabat, pada sebuah biara yang mengajarkan makna kehidupan bersaudara dalam hidup bersama. Kembali kekuatan tentang panggilan saya temukan ketika berhadapan dengan para suster (OSCCap) yang selalu menguatkan manakala saya ragu menanggapi panggilan.  

Tak berhenti sampai di situ, langkah menuju kehidupan imamat pun terganjal restu. Kedua orang tua tercinta tak serta merta memberikan izinnya mengingat dalam adat Batak Toba, saya adalah putra pertama yang diharapkan meneruskan nama marga dalam keluarga. 

Empat tahun menjalani pendidikan tanpa restu di tangan, di tahun kelima masa pendidikan segala kesungguhan akhirnya menuai buah kemenangan. Tekad kuat mengalahkan segala yang menghambat, restu orang tua lantas saya dapat. Satu pesan dari kedua orang tua yang berisi harapan juga restu, “Jangan buat kami malu.”

Setelah hampir sedasawarsa, melalui doa teladan Santo Fransiskus Assisi, Bunda Maria, dukungan orang tua, segenap keluarga, dan para Saudara Kapusin, kini saya melangkah pasti menuju kehidupan imamat gerejawi. 
  

3 Mar 2017

Menguji Kelestarian Panggilan dan Kesetiaan Pilihan dalam Pengalaman Hidup

Menguji Kelestarian Panggilan dan Kesetiaan Pilihan dalam Pengalaman Hidup


 “Bukan semudah membalikkan telapak tangan untuk setia pada satu pilihan, pilihan yang berlaku seumur hidup, sepenuh usia, sepanjang hayat. Sama seperti orang awam, kaum rohaniawan juga mengalami hal serupa. Jika jejak langkah awam dihadapkan pada jibaku persoalan hidup yang seolah tidak pernah surut, pun demikian halnya dengan mereka yang hidup di balik tembok biara. Masing-masing dengan perannya, masing-masing dengan tantangan hidupnya, masing-masing dengan persoalan yang membelit kesehariannya.” 

Mendung masih bergelayut enggan pupus meski langit sesiang tadi sempat memuntahkan hujan seperti tembikar sarat akan air yang pecah di udara manakala saya memacu kendaraan ke arah jantung kota. Hari itu hari Sabtu, dan saat itu tujuan saya satu, segera berada di sebuah biara yang bersebelahan dengan gereja, Biara Providentia. Kamis sebelumnya saya membuat janji dengan salah satu penghuninya. Melalui piranti komunikasi temu janji disambut suara ringan nan gembira yang siap menyambut kehadiran saya untuk melakukan wawancara. Suara yang terdengar semanis paras pemiliknya adalah suara Suster M. Laetitia, OSCCap. Maka Sabtu, kira-kira dua jam menjelang senja, rinai gerimis mengantarkan langkah saya menjumpainya. 

Kedatangan saya disambut senyumnya yang jernih seperti yang biasa tergambar pada jiwa yang menyerahkan sepenuhnya kesulitan dunia pada penciptanya dan selalu bersyukur pada setiap keriaan sekecil apapun bentuknya. Jabat erat saya dapat disertai kecup dan pelukan hangat. Kami berhadap-hadapan pada sebuah ruangan berukuran 3 x 4, dihalangi meja lengkap dengan minuman dan kudapan. Sepanjang wawancara senyum dalam binar mata ramah bersahaja membingkai di wajahnya. Ia begitu antusias ketika saya mulai menyoal ketertarikannya menanggapi panggilan hidup membiara. Segalanya berawal dari dalam keluarga. Tepat kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Putri kedelapan dari dua belas bersaudara pasangan bapak Paulus Hendrikus Pawe dan ibu Katarina Irmina Meo ini memang berlatar ayah dan ibu yang merupakan mantan calon biarawan dan biarawati. Keinginan kedua orang tuanya di masa muda untuk menapaki hidup membiara terkendala karena jauh sebelum keduanya bersua, ternyata pihak keluarga telah seiya sekata menjodohkan keduanya hingga mereka menyatu dalam biduk rumah tangga. Namun bagai gayung bersambut oleh buah hati mereka, Laetitia muda menjadi penawar dahaga cita-cita yang tertunda. 

Laetitia tumbuh di lingkungan Katolik yang taat. Berlatar kedua orang tua yang paham benar tentang agama, segala ritual pujian bagi yang maha juga rapalan untaian doa merupakan menu wajib dilakukan dalam keluarga dan bukan hal yang sama sekali baru baginya hingga tak lagi mengejutkan ketika ia mulai menapaki kehidupan membiara. Rumah masa kecilnya pun menjadi saksi bisu perjalanan kegembalaan biarawati dan biarawan maupun para frater, calon balatentara Tuhan yang menggelar kegiatan pelayanan keagamaan. Tidak berhenti sampai di situ, keterbiasaan menyaksikan pemandangan yang berkait erat dengan pelayanan, ketika kecil, ia bersama teman acapkali bermain peran menjadi kaum rohaniawan, membagi hosti yang adalah roti dalam sebuah permainan perayaan Ekaristi.   

Sebelum menjalani hidup di biara, Suster Laetitia yang dulunya bernama Yosefina Basildis ini sempat menjalani pendidikan sebagai perawat kesehatan di sebuah SPK nun di gugusan Flobamora (Flores, Sumba, Timor, dan Alor). Seolah tumbuh menjadi mawar gurun yang mekar, kala itu tidak sedikit pemuda yang hatinya sanggup dibuatnya tergetar. Bukan hanya satu atau dua pemuda belaka, namun lebih dari hitungan jumlah jari pada kedua telapak tangan telah tercatat mencoba merebut hatinya dengan segala cara. Dari cara yang halus hingga yang ketus, dari yang terselubung hingga yang nyata-nyata mengajak pemuda lain tarung. Dengan rendah hati, ia menanggapi segalanya dengan tetap merangkul semua menjadi sanak saudara untuk tetap saling menjaga dalam doa. Baginya segala cinta dari lawan jenis yang silih berganti menghampiri tak ayal merupakan perpanjangan tangan Tuhan untuk menyentuh dan menyadarkannya bahwa tiada kasih yang lebih besar dari kasih Juru Selamatnya. “Semua hadir untuk menguji kelestarian panggilan dan kesetiaan pilihan dalam pengalaman hidup, kalau tidak ada tantangan, kita tidak bisa tahu bahwa panggilan ini benar-benar berharga. Panggilanku ini adalah pilihanku dan inilah yang dikehendaki Tuhan,” begitu ia berujar. Mungkin benar, untuk mengetahui kadar ketebalan iman seseorang, terkadang memang diperlukan ujian. Iseng saya bertanya untuk sekadar mengetahui siapa saja yang hadir  menawarkan hati pada suster yang sangat senang bersahabat ini, namun begitu rapat ia merahasiakan semua nama yang masih mencoba mendekatinya meski ia telah hidup dalam lingkup biara. Pernah pada suatu masa, sehari menjelang kaul kekalnya, ia menghadapi godaan yang sungguh luar biasa. Kala itu ada suara lain yang didengarnya yang sempat menggetarkan hatinya. Suara dari seseorang yang hampir saja membuatnya urung mengucap kaul kekal dan berpikir ulang untuk meneruskan panggilan. Ya, suara seorang dari antara kaum adam yang selama ia berada dalam masa pendidikan selalu memberikan perhatian. Pergulatan sungguh menjadi awan hitam yang meliputi batinnya, namun dalam seluruh kekuatan ia menyerahkan sepenuhnya ke tangan Bapa dalam doa. Lelah berdoa ia jatuh tertidur hingga akhirnya pada saat terbangun hal pertama yang dilihatnya adalah salib Kristus. Serta merta dipeluknya tanda penyelamat hidupnya. Seketika hilang rasa ragu, dengan mantap ia menjawab panggilan itu.

Rasanya sungguh padan jika kutipan catatan seorang maestro kesusastraan Indonesia disematkan pada suster yang hobi bernyanyi dan menari ini; “Orang bilang ada kekuatan-kekuatan dahsyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi, dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.”* Suster yang pada 31 Maret 2017 mendatang genap berusia 55 tahun ini sungguh lembut namun tegas, begitu halus tetapi kukuh. Pribadinya ibarat menolak tangan berayun kaki, memeluk tubuh mengajar diri. Sungguh, ia disiplin dan hanya sedikit berkompromi untuk hal-hal yang bersifat duniawi. Hedonisme ia tinggalkan, bersetia ia pada panggilan. Hal ini ditunjukkan ketika dengan segala kesempatan untuk berada di tengah-tengah keramaian, hati kecilnya tetap rindu untuk pulang. Biaralah rumahnya, sebagai suster pendoalah panggilan kemanusiaannya. 

Masih berkisar pada pengalaman panggilan yang dialaminya, suster yang ketika belia menjadi primadona remaja ini mengalami suatu kejadian tak terlupakan. Manakala bersama teman-teman seusianya berolah raga, matanya tiba-tiba terpaku pada sosok biarawati yang meski berada di tengah keriuhan tetap setia merapal doa dengan rosario dalam genggamannya. Saat itu tanpa banyak bicara, Laetitia berlari menjauh dari perkumpulan. Masuk kamar ia kembali merenungkan niatnya menanggapi panggilan. Dengan pemandangan sesederhana itu, Tuhan kembali hadir menyentuh inti kalbu. 

Suatu ketika dalam masa pencarian ordo yang benar-benar dirasa pas di hati, ia menemukan jawaban secara tak sengaja. Melalui majalah Hidup yang saat itu memuat profil dan foto Bapa Uskup Mgr Hieronimus Bumbun bersama dua orang suster OSCCap, Laetitia membulatkan tekadnya. Korespondensi dilakukan, harap-harap cemas ia menanti balasan. Tak berapa lama berselang, bagai tak bertepuk sebelah tangan, jawaban memuaskan ia dapatkan. Bapa Uskup menyambut baik keinginannya bahkan menunjukkan cara untuk memuluskan niat sucinya. Suatu kebetulan yang menyenangkan berselang beberapa waktu kemudian dalam urusan pekerjaan  Bapa Uskup mengunjungi provinsi tempat ia berdomisili. Dibantu oleh Bapa Uskup, Laetitia akhirnya sampai ke Biara Providentia yang sangat didambanya. Kesan pertama melihat bangunan biara, ia langsung merasa bahwa inilah tujuan hidupnya, inilah ‘rumah’ baginya.

Sejak awal hidup di biara, ia bersama teman-temannya saling menguatkan dalam doa. Rasa rindu pada orang tua serta sanak keluarga merupakan hal jamak dan tak terhindarkan. Laetitia sempat rapuh ketika di awal masa panggilan ia seolah sengaja diputus kontak oleh kedua orang tua. Seluruh surat yang dikirimnya ke kampung halaman tak jua kunjung ada balasan. Sedih dan merasa dikucilkan, rindu namun semacam terbuang. Ia tak mengetahui alasan di balik sikap kedua orang tua yang tidak pernah membalas surat-suratnya. Sedih tak tertahan, letih hati menahan rindu tidak berkesudahan, ia merasa sendirian, hanya Surat Rasul Paulus kepada umat yang termuat dalam Kitab Suci selalu menjadi hiburan. Pada suatu kesempatan ia menghadap Bapa Uskup Hieronimus Bumbun, mengadukan ihwal yang mengganggu batinnya. Jawaban tak terduga melipurkan laranya. Bapa Uskup menguatkannya hanya dengan kata-kata, “Buat apa bersedih, saya dan yang lain yang hidup dalam panggilan juga sendirian. Tidak sedang bersama orang tua, kita semua sama.” Dengan jawaban sederhana itu Laetitia merasakan kekuatan dan bahwa ia memang tidak sendirian. Hingga tiba pada suatu masa, ia diberi keleluasaan untuk kembali mengunjungi orang tua di kampung halamannya. Saat itu baru ia dapatkan jawaban atas segala yang menjadikannya ragu. Kedua orang tuanya tak ingin masa pendidikannya terusik rindu yang pada akhirnya akan mengganggu.  

Semua yang hidup akan tetap menemukan gairahnya jika ia masih meniupkan asa dalam cita-cita, dalam sebuah keinginan, dan dalam selaksa harapan. Pun demikian halnya dengan Laetitia. Hal yang belum terpenuhi dan menjadi sebuah harapan sepanjang pembaktian hidupnya dalam membiara dituturkannya, “Saya hanya merindukan menjadi seorang pendoa yang sungguh-sungguh menjadi penyalur rahmat bagi banyak orang, bisa menjadi seorang pribadi yang sungguh berguna bagi diri, keluarga, gereja dan dunia. Dan jika saya meninggal saya ingin menjadi kudus, tapi itu rasanya masih jauh dari bisa menjadi kudus,’ ungkapnya yang disusul sipu malu dalam senyumnya yang bersahaja.

4 Oktober 2016, tercatat tepat 25 tahun ia berkarya. Berbagai cobaan dan rintangan silih berganti menghampiri, namun tangan Tuhan kiranya terus bekerja, menjaga ia setia pada panggilan imannya. Selamat berkarya, Suster. Tetaplah menjadi pendoa kami semua. (Hes) 

NB: (*) kutipan tulisan Pramoedya Ananta Toer dalam Tetralogi Pulau Buru: Rumah Kaca.   
Biodata Singkat

Nama: Yosefina Basildis Anu Pawe.
Tempat tanggal lahir: Flores, Bajawa Mataloko, 31 Maret 1962 
Tahun 1977 tamat SD Katolik Toda Belu II.
Tahun 1981 Masuk SMP Kartini Mataloko.
Tahun 1982 pindah ke SMP Immaculata Ruteng Manggarai.
Tahun 1983 masuk ke SPK (Sekolah Pendidikan Kesehatan) di Lela Maumere.
Setelah tamat, bekerja di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Maumere, sebagai pembantu bidan bersama Sr. Solmaris, S.Sps selama 2 tahun.
Pada tahun 1987 berkenalan dengan biara Providentia melalui majalah Hidup. 
Tanggal 6 Agustus 1988 berangkat ke Singkawang bersama Sr. Emiliana SFIC dan diantar ke biara Providentia oleh Sr. Paulin SFIC.
Tanggal 6 Agustus 1988: masuk sebagai calon (aspiran)
Tanggal 29 September 1988: Masuk Postulan
Tanggal 4 Oktober 1989: Masuk Novis
Tanggal 4 Oktober 1991: mengikrarkan Kaul sementara.
Tahun 1991-1992 tinggal di Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 1993 kembali ke Biara Providentia Singkawang.
Tanggal 4 Oktober 1994: Mengikrarkan kaul kekal meriah.
Tahun 1996 di tugaskan kembali ke Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 1997 kembali ke Singkawang.
Tahun 2003 ditugaskan kembali ke Biara St. Klara Sarikan Anjungan.
Tahun 2005 kembali ke Biara Providentia Singkawang sampai saat ini.
Tanggal 4 Oktober 2016, genap 25 tahun hidup kaul membiara.


      


2 Mar 2017

Saint Tarsi Festival 2017

Saint Tarsi Festival 2017

“Tarsisius hebat....”
Ungkapan ini sebagai bentuk syukur atas keberhasilan SMP Santo Tarsisius dalam menyelenggarakan event “Saint Tarsi Festival 2017“ dari tanggal 18 - 21 Januari 2017 lalu, yang sebelumnya event ini dikenal dengan nama “Sosial Day“. Dipelopori oleh Br.Valensius Ngardi, S.Pd, MTB event ini adalah event tahunan SMP Santo Tarsisius dan menjadi event terbesar sekolah karena melibatkan peserta dari semua Sekolah Dasar baik negeri maupun swasta se-kota Singkawang.

Melalui kegiatan ini, SMP Santo Tarsisius menjadi wadah dan ajang kreativitas siswa yang pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. Sikap ini hanya akan tumbuh jika dilakukan serangkaian proses kegiatan dalam “Saint Tarsi Festival 2017” kepada siswa yang meliputi pengamatan, penilaian serta penumbuhan rasa memiliki keterlibatan siswa dalam segala aktivitas seni dan pengetahuan di luar sekolah, khususnya bagi siswa Sekolah Dasar yang memiliki bakat dan kreativitas.

Dan hasilnya..., “sangat luar biasa”... di luar dugaan, antusiasme dan proaktif dari para peserta Saint Tarsi Festival 2017 mengejutkan pihak panitia. Hal ini dibuktikan dengan hasil perlombaan dan jumlah peserta yang mencapai target sesuai dengan yang diharapkan. Kemampuan, bakat dan kreativitas peserta lomba juga membuat kagum dewan juri pada saat perlombaan, mengingat peserta event ini adalah siswa/i Sekolah Dasar se-kota Singkawang. Keberanian untuk tampil di depan tanpa rasa gugup sedikitpun yang membuat penonton bergemuruh memberikan sorak sorainya. Bagi mereka peserta lomba, menang atau kalah dalam sebuah perlombaan adalah hal biasa, yang terpenting mereka bisa menampilkan yang terbaik dari bakat dan kreativitas yang dimilikinya, begitu ungkap salah satu peserta.

Menurut Bapak Agus, salah satu dari guru pendamping SDN 24 Singkawang Barat sekaligus pelatih untuk lomba modern dan musikalisai puisi, beliau mengapresiasi SMP Santo Tarsisius yang berani mengadakan gebrakan baru melalui event “Saint Tarsi Festival 2017” sebagai wadah bagi siswa Sekolah Dasar dalam berapresiasi dalam bidang seni dan olah raga. Lanjutnya lagi SMP Santo Tarsisius merupakan SMP Swasta berlatarkan sekolah Katolik yang mengadakan kegiatan event seperti ini sehingga beliau berpesan untuk tetap eksis dan menginovasi ide-ide kreatif bagi SMP Santo Tarsisius dalam event berikutnya di tahun mendatang.

Beberapa kegiatan dan perlombaan dalam event “Saint Tarsi Festival 2017“ kami sajikan melalui foto-foto berikut ini :


26 Feb 2017

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK




Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam rangka pertobatan dan pembaharuan hidup beriman, Gereja Katolik mengajak kita semua untuk mewujudkannya, terutama dalam masa prapaskah ini dengan memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini.

Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:

Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jum`at Agung. Pada hari Jumat lain-lainnya selama Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k. 1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur 18 tahun (KHK k. 97 § 1).
Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
- Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k. 1252).
Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok, gula dan semua manisan (permen, minuman manis), serta hiburan (bioskop, film)


Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang, sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun, umat beriman, baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok, dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa.

Ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Gereja Katolik:

Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.

Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.

MAKNA PUASA DAN PANTANG

Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian pada saat meditasi dan doa.

Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.

Puasa pantas disebut doa dengan tubuh karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.

Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.

Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.

Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.

Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.


Penerapan puasa dan pantang adalah:
1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa Prapaska.
2. Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab itu tidak ada artinya.
3. Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
4. Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaska).
5. Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang kita kasihi)
7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.


Sumber: www.imankatolik.or.id dan www.katolisitas.org




8 Jan 2017

BERKATI RUMAH KITA DENGAN KAPUR

BERKATI RUMAH KITA DENGAN KAPUR


Gereja Katolik sangat kaya dengan tradisi dan simbol iman, dan dengan setia terhadap tradisi, kita berupaya melestarikan iman Kristiani juga. Salah satunya yang masih populer di benua Amerika dan Eropa adalah tradisi "memberkati" rumah dengan kapur. Kok bisa? Simak ulasan berikut ini yuk!

Sudah menjadi tradisi di Hari Raya Penampakan Tuhan/Epifani (6 Januari atau bisa digeser ke hari Minggu terdekat), pastor paroki akan memberkati kapur, air suci, dan garam yang akan dibagikan kepada masing-masing keluarga. Nah setelah mendapatkan kapur, air suci, dan garam, para keluarga akan pulang ke rumah masing-masing dan memberkati rumah mereka dengan air suci dan garam, kemudian menuliskan "20+C+M+B+17" dengan kapur di palang pintu masuk. Biasanya yang memimpin upacara singkat ini adalah kepala keluarga.

APA MAKSUD HURUF DAN ANGKA TERSEBUT?

20 dan 17 adalah angka tahun saat ini, jadi kita tuliskan sesuai angka tahun saat ini. Jika kita tulis di tahun 2018, cukup kita ganti angka 17 dengan angka 18. C, M, B adalah singkatan dari ketiga nama Para Majus, yakni Caspar, Melchior, dan Balthasar. Namun di sisi lain huruf-huruf tersebut merupakan singkatan dari bahasa Latin "Christus Mansionem Benedicat", yang berarti "Semoga Kristus memberkati rumah ini". Lambang "+" sendiri merupakan lambang Salib.

BUAT APA ADA TRADISI INI?
Sederhana, yakni sebagai wujud penghayatan iman kita serta permohonan kita kepada Allah supaya melindungi rumah kita dari kekuatan si jahat. Selain itu menandai palang pintu dengan kapur yang telah diberkati menandai komitmen keluarga untuk selalu menyambut Kristus dalam seluruh kehidupan keluarga, baik dalam suka maupun duka sepanjang tahun.

RUMUSAN UPACARA
* Pemberkatan Kapur
I: Pertolongan kita dalam nama Tuhan
U: Yang menjadikan langit dan Bumi.
I: Tuhan sertamu.
U: Dan sertamu juga.

Marilah berdoa,
Ya Tuhan, berkatilah kapur tulis ini sehingga dapat dipergunakan sebagai sarana keselamatan bagi umat-Mu. Semoga melalui pertolongan Nama-Mu yang kudus, Kristus berkenan memberkati rumah umat-Mu yang dengan penuh iman menandai pintu rumahnya dengan menggunakan kapur ini. Kiranya melalui perantaraan orang kudus-Mu, Caspar, Melchior, dan Balthasar, umat-Mu memperoleh perlindungan, kesehatan, dan kesejahteraan baik jiwa maupun raganya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin. (*kapur diperciki air suci)

* Ketika menuliskan "20+C+M+B+17", bacalah doa ini:
Tiga orang Majus, Caspar, Melchior, dan Balthasar mengikuti bintang menuju Anak Allah yang menjadi manusia 2017 tahun yang lalu. Semoga Kristus memberkati rumah kami dan senantiasa bersama kami sepanjang tahun ini. Amin.

* Kemudian bacalah doa ini:
Berkatilah ya Tuhan, rumah umat-Mu sehingga di dalamnya terdapat kesehatan, kemurnian, keteguhan, kerendahan hati, kebaikan dan keramahan, ketaatan dan ketakwaan kepada perintah-Mu, serta ucapan syukur senantiasa dilambungkan kepada-Mu Allah Tritunggal Mahakudus: Bapa, Putra, dan Roh Kudus. Semoga berkat-Mu senantiasa menaungi dan tetap tinggal di dalam rumah dan mereka yang akan menempatinya. Kiranya rumah dan keluarga umat-Mu Kau mampukan menjadi saluran berkat dan kasih-Mu kepada siapapun yang akan berkunjung serta sesama di sekitarnya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

(Sumber rumusan doa dari rumusan doa pemberkatan kapur yang dibagikan di Kapel Kanisius Menteng)

3 Jan 2017

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN)

PERAYAAN EKARISTI: 8 JANUARI 2017 (HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN) 


HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Sabtu-Minggu, 7 - 8 Januari 2017





RITUS PEMBUKA

LAGU PEMBUKA  -berdiri-
 
TANDA SALIB DAN SALAM -berdiri-

I. Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U. Amin
I. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus bersamamu.
U. Dan bersama rohmu.


PENGANTAR -berdiri-

I. Hari Raya Penampakan Tuhan atau Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus latin pada 6 Januari, namun Gereja memperbolehkan Konferensi Uskup setempat untuk menggeser hari raya ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata serapan lain dalam kosakata gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata Epifani berasal dari bahasa Yunani, dan berarti “manifestasi” atau “pewahyuan”. Hari Raya Penampakan Tuhan mulai dirayakan pada abad ke-3 di Gereja Timur (baca: Gereja partikular yang menggunakan  ritus Timur dan berkedudukan di sebelah timur Yerusalem) pada 6 Januari dengan maksud untuk menghormati Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai salah satu dari tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta. Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat (baca: Gereja ritus latin yang berkedudukan di sebelah barat Yerusalem dan berpusat di Roma) pada abad ke-4 namun dengan fokus yang berbeda. Liturgi yang  berkaitan dengan Epifani seharusnya mengandung 3 aspek, yaitu: kunjungan orang majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan memang, Ibadat Pagi (Laudes)  pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani dalam antifon Kidung Zakharia (lihat buku Ibadat Harian halaman 96) : “Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan Gereja, sebab di Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas membawa persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air yang diubah menjadi anggur, alleluya.”  Makna Epifani menjadi semakin jelas jika kita melihat hubungan antara bacaan Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan dari penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi menjelang penyaliban-Nya. Yesus menyatakan diri-Nya kepada bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) yang terwakilkan melalui para majus, dan adalah bangsa kafir (baca: bangsa non-yahudi) pula, yaitu perwira romawi, yang kemudian mengenali Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib. Peristiwa yang paralel ini mengingatkan kita bahwa. Liturgi kita mempunyai “tema besar”, yaitu bahwa, sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan Apostolik, kita selalu merayakan misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus!
   
SERUAN TOBAT -berdiri-

   
I. Saudara-saudari, marilah mengakui bahwa kita telah berdosa supaya layak merayakan peristiwa penyelamatan ini.

I+U. Saya mengaku kepada Allah yang mahakuasa dan kepada Saudara sekalian, bahwa saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian. Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa. Oleh sebab itu saya mohon kepada Santa Perawan Maria, kepada para malaikat dan orang kudus, dan kepada Saudara sekalian, supaya mendoakan saya pada Allah Tuhan kita.

I. Semoga Allah yang mahakuasa mengasihani kita, mengampuni dosa kita dan mengantar kita ke hidup yang kekal.
U. Amin.

TUHAN KASIHANILAH KAMI  -berdiri-


MADAH KEMULIAAN  -berdiri-
K. Kemuliaan kepada Allah di surga,
U. dan damai di bumi, dan damai di bumi
kepada orang yang berkenan pada-Nya.
Kami memuji Dikau.
Kami meluhurkan Dikau.
Kami menyembah Dikau.
Kami memuliakan Dikau.
Kami bersyukur, kami bersyukur. Kami bersyukur pada-Mu.
Karena kemuliaan-Mu yang besar.
Kar'na kemuliaan-Mu yang besar.
Ya Tuhan Allah, raja surgawi, Allah Bapa yang mahakuasa.
Ya Tuhan Yesus Kristus, Putra yang tunggal.
Ya Tuhan Allah, Anak Domba Allah, Putra Bapa.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kasihanilah kami.
Engkau yang menghapus dosa dunia, kabulkanlah doa kami.
Engkau yang duduk di sisi Bapa, kasihanilah kami.
Karena hanya Engkaulah kudus.
Hanya Engkaulah Tuhan.
Hanya Engkaulah mahatinggi,
ya Yesus Kristus,
bersama Roh Kudus, bersama Roh Kudus
dalam kemuliaan Allah Bapa.
Amin.
 
DOA PEMBUKA -berdiri-

I. Marilah kita berdoa:
(hening sejenak)
I.  Ya Allah, pada hari ini dengan bimbingan bintang Engkau telah mewahyukan Putra Tunggal-Mu kepada bangsa-bangsa. Kami mohon, semoga kami yang telah mengenal Engkau dengan iman kelak Engkau perkenankan memandang wajah-Mu dalam kemuliaan. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
LITURGI SABDA

BACAAN I (Yes 60:1-6) -duduk-

"Kemuliaan Tuhan terbit atasmu."

L. Bacaan dari Kitab Yesaya:
Beginilah kata nabi kepada Yerusalem: Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan Tuhan terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang Tuhan terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja menyongsong cahaya yang terbit bagimu. Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling! Mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. Melihat itu, engkau akan heran dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan-perbuatan masyhur Tuhan.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.

MAZMUR TANGGAPAN -duduk-


Mazmur:
1. Ya Allah berikanlah hukum-Mu kepada Raja, dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum.
2. Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya, dan damai sejahtera-berlimpah, sampai tidak ada lagi bulan! Kiranya ia memerintah dari laut ke laut, dari sungai Efrat sampai ke ujung bumi.
3. Kiranya raja-raja dari Tarsis dan pulau-pulau membawa persembahan-persembahan, kiranya raja-raja dari Syeba dan Seba menyampaikan upeti; kiranya semua raja sujud menyembah kepada-Nya, dan segala bangsa menjadi hamba-Nya.
4. Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.

BACAAN II (Ef 3:2-3a.5-6) -duduk-

"Rahasia Kristus kini telah diwahyukan, dan para bangsa menjadi pewaris perjanjian."

L. Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Efesus:
Saudara-saudara, kamu telah mendengar tentang tugas penyelenggaraan kasih karunia Allah yang telah dipercayakan kepadaku demi kamu, yakni bagaimana rahasianya telah dinyatakan kepadaku melalui wahyu. Pada zaman angkatan-angkatan dahulu rahasia itu tidak diberitakan kepada umat manusia, tetapi sekarang dinyatakan dalam Roh kepada para rasul dan para nabi-Nya yang kudus. Berkat pewartaan Injil, orang-orang bukan Yahudi pun turut menjadi ahli waris, menjadi anggota anggota tubuh serta peserta dalam janji yang diberikan Kristus Yesus.

Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah

BAIT PENGANTAR INJIL  -berdiri-



BACAAN INJIL (Mat 2:1-12) -berdiri-

"Kami datang dari timur untuk menyembah Sang Raja."

I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu
I. Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius
U. Dimuliakanlah Tuhan.
I. Pada zaman pemerintahan raja Herodes, sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea, datanglah orang-orang majus dari timur ke Yerusalem. Mereka bertanya-tanya, “Dimanakah Raja Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di ufuk timur dan kami datang untuk menyembah Dia.” Mendengar hal itu, terkejutlah Raja Herodes beserta seluruh Yerusalem. Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya kete-rangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan. Mereka berkata kepadanya, “Di Betlehem di tanah Yudea, karena beginilah ada tertulis dalam kitab nabi: Dan engkau, Betlehem di tanah Yehuda, engkau sekali-kali bukanlah yang terkecil di antara mereka yang memerintah Yehuda karena dari padamulah akan bangkit seorang pemimpin, yang akan menggembalakan umat-Ku Israel.” Lalu dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus itu, dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu nampak. Kemudian ia menyuruh mereka ke Betlehem, katanya, “Pergilah, dan selidikilah dengan saksama hal-ikhwal Anak itu! Dan segera sesudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku, supaya aku pun datang menyembah Dia.” Setelah mendengar kata-kata Raja Herodes, berangkatlah para majus itu. Dan lihatlah, bintang yang mereka lihat di timur itu mendahului mereka hingga tiba dan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada. Melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu, dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya. Lalu mereka sujud menyembah Dia. Mereka pun membuka tempat harta bendanya, dan mempersembahkan persembahan kepada Anak itu, yaitu emas, kemenyan dan mur. Kemudian, karena diperingatkan dalam mimpi supaya jangan kembali kepada Herodes, mereka pun pulang ke negerinya lewat jalan lain.
 I. Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus

HOMILI -duduk-

AKU PERCAYA  -berdiri-

I + U. Aku percaya akan satu Allah,
Bapa yang mahakuasa,
pencipta langit dan bumi,
dan segala sesuatu yang kelihatan dan tak kelihatan;
dan akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putra Allah yang tunggal.
Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad,
Allah dari Allah,
Terang dari Terang,
Allah benar dari Allah benar.
Ia dilahirkan, bukan dijadikan,
sehakikat dengan Bapa;
segala sesuatu dijadikan oleh-Nya.
Ia turun dari surga untuk kita manusia
dan untuk keselamatan kita.
Ia dikandung dari Roh Kudus,
Dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia.
Ia pun disalibkan untuk kita, waktu Pontius Pilatus;
Ia menderita sampai wafat dan dimakamkan.
Pada hari ketiga Ia bangkit menurut Kitab Suci.
Ia naik ke surga, duduk di sisi Bapa.
Ia akan kembali dengan mulia,
mengadili orang yang hidup dan yang mati;
kerajaan-Nya takkan berakhir.
aku percaya akan Roh Kudus,
Ia Tuhan yang menghidupkan;
Ia berasal dari Bapa dan Putra,
yang serta Bapa dan Putra,
disembah dan dimuliakan;
Ia bersabda dengan perantaraan para nabi.
aku percaya akan Gereja
yang satu, kudus, katolik dan apostolik.
aku mengakui satu pembaptisan
akan penghapusan dosa.
aku menantikan kebangkitan orang mati
dan hidup di akhirat. Amin.
     
DOA UMAT (Jawaban umat: TPE Lagu 6)  -berdiri-
I. Cinta kasih Allah kepada manusia nyata dalam diri Yesus. Berkat Dia kita diperkenankan menghadap Bapa dan berdoa:
 
L. Bagi para misionaris di seluruh dunia: Semoga Allah Bapa melimpahkan Roh Kudus kepada para misionaris agar karya kerasulan mereka berhasil baik. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi para pejabat pemerintahan: Semoga Allah Bapa, sumber cahaya, menerangi para pejabat pemerintahan agar mereka semakin menyadari bahwa tugas mereka merupakan pengabdian kepada masyarakat, bukan penguasaan. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja: Semoga mereka yang dengan diam-diam meninggalkan Gereja, merupakan tantangan bagi kami untuk hidup yang lebih sesuai lagi dengan Injil, sehingga menjadi cahaya bintang bagi mereka.  Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

L. Bagi kita di sekitar altar ini: Semoga Allah Bapa mendampingi kita agar masa pembaruan dan pembangunan sekarang ini jangan sampai membuat kami bingung dan acuh tak acuh, melainkan menggugah kita untuk sebagaimana para sarjana, mencari cahaya yang dibawa penyelamat kita. Marilah kita mohon:
U. Dengarkanlah umat-Mu.

I. Allah Bapa di surga, sumber cahaya iman, kami bersyukur atas tanda-tanda cinta kasih-Mu yang telah kami terima. Namun kami mohon, janganlah meninggalkan kami, tetapi siapkanlah kami untuk kebahagiaan tetap dalam Kristus Yesus, Tuhan dan Pengantara kami.
U. Amin.

LITURGI EKARISTI


A. PERSIAPAN PERSEMBAHAN


LAGU PERSIAPAN PERSEMBAHAN -duduk-

 umat berdiri ketika didupai

DOA PERSIAPAN PERSEMBAHAN
I. Berdoalah, Saudara-saudari, supaya persembahanku dan persembahanmu berkenan pada Allah, Bapa yang mahakuasa. -berdiri-
U. Semoga persembahan ini diterima demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan kita serta seluruh umat Allah yang kudus.
I. Ya Allah, pandanglah dengan rela kami, umat-Mu, yang mempersembahkan bukan lagi emas, dupa dan mur, melainkan Dia, yang dalam persembahan ini dimaklumkan, dikurbankan, dan disambut: Dialah Yesus Kristus, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.

B. DOA SYUKUR AGUNG


PREFASI  (Kristus Terang Para Bangsa)  -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
I. Marilah mengarahkan hati kepada Tuhan
U. Sudah kami arahkan
I. Marilah bersyukur kepada Tuhan, Allah kita
U. Sudah layak dan sepantasnya.
I. Sungguh layak dan sepantasnya, ya Bapa yang kudus, Allah yang kekal dan kuasa, bahwa di mana pun juga kami senantiasa bersyukur kepada-Mu. Sebab hari ini Engkau menyingkapkan misteri penyelamatan kami yang tak terperikan. Hari ini Engkau menampakkan cahaya para bangsa, yakni Yesus Kristus, Putra-Mu terkasih. Dalam Dia Engkau memulihkan keadaan kami. Dengan tampil sebagai manusia yang akan mati seperti kami, Ia meresapi dengan daya ilahi yang tak dapat mati. Maka dari itu, bersama para malaikat dan malaikat agung, dan bersama dengan segala penghuni surga kami mengumandangkan madah kemuliaan bagi-Mu dengan bernyanyi:
 
KUDUS
K. Kudus, kudus,
U. Kuduslah Tuhan
K. Allah segala kuasa. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Surga dan bumi, surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu.
U. Terpujilah Engkau di surga.
K. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, dalam nama Tuhan.
U. Terpujilah Engkau di surga.
 
DOA SYUKUR AGUNG I -berlutut/berdiri-
I. Ya Bapa yang mahamurah, dengan rendah hati kami mohon demi Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami:  Sudilah menerima dan memberkati  pemberian ini, persembahan ini, kurban kudus yang tak bernoda ini.
 
I. Kami mempersembahkan kepada-Mu pertama-tama untuk Gereja-Mu yang kudus dan katolik. Semoga Engkau memberikan kepadanya damai, perlindungan, persatuan, dan bimbingan di seluruh dunia bersama hamba-Mu Paus kami... dan Uskup kami ... serta semua orang yang menjaga dan menumbuhkan iman katolik, sebagaimana kami terima dari para rasul.
   
I. Ingatlah, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu... yang meminta doa kami; dan semua orang yang berhimpun di sini, yang iman dan baktinya Engkau kenal dan Engkau maklumi; bagi mereka, kurban ini kami persembahkan kepada-Mu. Ingatlah juga akan mereka yang mempersembahkan kepada-Mu kurban pujian ini bagi dirinya sendiri dan bagi kaum kerabatnya untuk penebusan jiwa mereka, untuk keselamatan dan kesejahteraan yang mereka harapkan dari-Mu, ya Allah yang benar, hidup dan kekal.
       
Communicantes
Dalam persatuan dengan seluruh Gereja, kami merayakan hari yang amat suci ini, saat Putra-Mu yang tuggal, yang sama dengan Dikau dalam kemuliaan abadi, menjelma menjadi manusia seperti kami dan menampakkan diri kepada kami; juga, mengenang dan menghormati: terutama Santa Maria, tetap perawan mulia, Bunda Yesus Kristus, Tuhan dan Allah kami.

Santo Yusuf, suaminya, serta para rasul dan para martir-Mu yang bahagia, Petrus dan Paulus, Andreas (Yakobus dan Yohanes, Tomas, Yakobus dan Filipus, Bartolomeus dan Matius, Simon dan Tadeus: Linus, Kletus, Klemens dan Sikstus, Kornelius dan Siprianus, Laurensius dan Krisogonus, Yohanes dan Paulus, Kosmas dan Damianus) dan semua orang kudus-Mu. Atas jasa dan doa mereka, lindungilah dan tolonglah kami dalam segala hal. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
   
(ada rumus lain untuk kesempatan khusus)
I*Maka kami mohon, ya Tuhan, sudilah menerima persembahan kami, hamba-hamba-Mu, dan persembahan seluruh keluarga-Mu ini: bimbinglah jalan hidup kami dalam damai-Mu, luputkanlah kami dari hukuman kekal, dan terimalah kami dalam kawanan para pilihan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
U.Amin.
 
I. Ya Allah, kami mohon, sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan pada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami, Yesus Kristus.

I. Pada hari sebelum menderita Ia mengambil roti dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia, dan sambil menengadah kepada-Mu, Allah Bapa-Nya yang mahakuasa, Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecah-mecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata:

Terimalah dan makanlah: Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagimu.
     
Ketika Imam memperlihatkan Hosti Suci dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Hosti Suci dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
       
Demikian pula, sesudah perjamuan, Ia mengambil piala yang luhur dengan tangan-Nya yang kudus dan mulia. Sekali lagi Ia mengucap syukur dan memuji Dikau lalu memberikan piala itu kepada murid-murid-Nya seraya berkata:
 
Terimalah dan minumlah: Inilah piala Darah-Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi banyak orang demi pengampunan dosa. Lakukanlah ini untuk mengenangkan Daku.
         
Ketika Imam memperlihatkan Piala dengan mengangkat-Nya. Umat memandang-Nya. Ketika Imam meletakkan Piala dan berlutut. Umat menundukkan kepala dengan hormat dan khidmat.
             
AKLAMASI ANAMNESIS


   
I. Oleh karena itu, ya Bapa, kami, hamba-Mu, dan juga umat-Mu yang kudus mengenangkan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami: penderitaan-Nya yang menyelamatkan, kebangkitan-Nya dari alam maut, dan juga kenaikan-Nya yang mulia ke surga.

Dari anugerah-anugerah yang telah Engkau berikan kepada kami, ya Allah, yang mahamulia, kami mempersembahkan kepada-Mu, kurban yang murni, kurban yang suci, kurban yang tak bernoda, roti suci kehidupan abadi dan piala keselamatan kekal.
 
Sudilah memandang persembahan ini dengan hati yang rela dan wajah berseri; dan sudilah menerimanya seperti Engkau berkenan menerima persembahan hamba-Mu Habel dan kurban leluhur kami Abraham dan seperti Engkau berkenan menerima kurban suci dan tak bernoda yang dipersembahkan kepada-Mu oleh Melkisedek, Imam Agung-Mu.
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Allah yang mahakuasa: utuslah malaikat-Mu yang kudus mengantar persembahan ini ke altar-Mu yang luhur, ke hadapan keagungan ilahi-Mu, agar kami semua yang mengambil bagian dalam perjamuan ini, dengan menyambut Tubuh dan Darah Putra-Mu, dipenuhi dengan segala berkat dan rahmat surgawi. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Ingatlah juga, ya Tuhan, akan hamba-hamba-Mu (.... dan ...) yang telah mendahului kami dengan meterai iman dan beristirahat dalam damai.          
 
I. Kami mohon kepada-Mu, ya Tuhan, perkenankanlah mereka dan semua orang yang telah beristirahat dalam Kristus mendapatkan kebahagiaan, terang dan damai. Demi Kristus, Tuhan kami.
U. Amin.

I. Perkenankanlah juga kami, hamba-hamba-Mu yang berdosa ini, yang berharap atas kerahiman-Mu yang melimpah, mengambil bagian dalam persekutuan dengan para rasul dan para martir-Mu yang kudus: dengan Yohanes Pembaptis, Stefanus, Matias dan Barnabas, (Ignasius dan Aleksander, Marselinus dan Petrus, Felisitas dan Perpertua, Agata, dan Lusia, Agnes, Sesilia, dan Anastasia) dan semua orang kudus-Mu: perkenankanlah kami menikmati kebahagiaan bersama mereka, bukan karena jasa-jasa kami, melainkan kelimpahan pengampunan-Mu. Demi Kristus, Tuhan kami.
       
I. Dengan pengantaraan Dia, Engkau senantiasa menciptakan menguduskan, menghidupkan, memberkati, dan menganugerahkan segala yang baik kepada kami.
 
I. Dengan pengantaraan Kristus, - bersama Dia dan dalam Dia, - bagi-Mu,- Allah Bapa yang mahakuasa, - dalam persekutuan Roh Kudus, segala hormat dan kemuliaan sepanjang segala masa.
U. Amin.
         
(Apabila akhir Doa Syukur Agung ini dinyanyikan Imam, maka "Amin" dinyanyikan umat, lihat TPE hlm 57)
 

C. KOMUNI


BAPA KAMI  -berdiri-
I. Atas petunjuk Penyelamat kita dan menurut ajaran ilahi, maka beranilah kita berdoa
I+U. Bapa kami yang ada di surga, dimuliakanlah nama-Mu, datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga. Berilah kami rezeki pada hari ini dan ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami; dan janganlah masukkan kami ke dalam pencobaan, tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.

I. Ya Bapa, bebaskanlah kami dari segala kemalangan dan berilah kami damai-Mu. Kasihanilah dan bantulah kami, supaya selalu bersih dari noda dosa dan terhindar dari segala gangguan, sehingga kami dapat hidup dengan tenteram sambil mengharapkan kedatangan Penyelamat kami, Yesus Kristus.
U. Sebab Engkaulah Raja yang mulia dan berkuasa untuk selama-lamanya.

DOA DAMAI -berdiri-
I. Tuhan Yesus Kristus, Engkau bersabda kepada para rasul, "Damai Kutinggalkan bagimu, damai-Ku Kuberikan kepadamu." Jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu, dan restuilah kami supaya hidup bersatu dengan rukun sesuai dengan kehendak-Mu. Sebab Engkaulah pengantara kami kini dan sepanjang masa.
U. Amin.
I. Damai Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu

ANAK DOMBA ALLAH  -berdiri-

PERSIAPAN KOMUNI -berlutut/berdiri-
Ajakan menyambut Komuni
I. Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Berbahagialah kita yang diundang ke perjamuan-Nya
U. Ya Tuhan, saya tidak pantas, Engkau datang kepada saya, tetapi bersabdalah saja, maka saya akan sembuh.

KOMUNI

LAGU KOMUNI

SAAT HENING -duduk-

DOA SESUDAH KOMUNI -berdiri-
I. Marilah kita berdoa:
I. Ya Allah, dengan terang surgawi berjalanlah di depan kami selalu dan di mana pun. Semoga dengan pandangan yang jernih dan kasih yang pantas kami mampu melihat dan menyambut misteri yang kami rayakan ini sesuai dengan kehendak-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa.
U. Amin.
   
RITUS PENUTUP


PENGUMUMAN

BERKAT -berdiri-
I. Tuhan bersamamu
U. Dan bersama rohmu.
 
I. Tundukkanlah kepalamu untuk menerima berkat Tuhan.
 
I. Saudara sekalian, Tuhan telah memanggil Saudara keluar dari kegelapan masuk terang-Nya yang mengagumkan. Semoga Ia melimpahi Saudara dengan berkat dan meneguhkan Saudara dengan iman, harapan dan kasih.
U. Amin.
I. Kristus yang Saudara ikuti dengan setia hari ini menampakkan diri sebagai cahaya yang memancar dalam kegelapan. Semoga Ia menjadikan Saudara terang bagi sesama.
U. Amin.
I. Dengan bimbingan bintang, para majus menemukan Kristus Tuhan, terang segala terang. Semoga sesudah peziarahan di dunia ini, Saudara pun sampai kepada-Nya.
U. Amin.
I. Semoga Saudara sekalian dilindungi, dibimbing, dan diberkati oleh Allah yang mahakuasa: (+) Bapa dan Putra dan Roh Kudus.
U. Amin.

PENGUTUSAN -berdiri-
D/I. Saudara sekalian, Perayaan Ekaristi sudah selesai
U. Syukur kepada Allah.
D/I. Marilah pergi! Kita diutus.
U. Amin.