Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri katolik. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

26 Feb 2017

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK

PERATURAN PANTANG DAN PUASA PRAPASKAH MENURUT GEREJA KATOLIK




Semua orang beriman diajak untuk merefleksikan pengalaman hidup dan mengadakan pembaharuan untuk semakin setia sebagai murid Yesus.
Dalam rangka pertobatan dan pembaharuan hidup beriman, Gereja Katolik mengajak kita semua untuk mewujudkannya, terutama dalam masa prapaskah ini dengan memperhatikan beberapa ketentuan berikut ini.

Dalam Masa Prapaskah kita diwajibkan:

Berpantang dan berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jum`at Agung. Pada hari Jumat lain-lainnya selama Masa Prapaskah hanya berpantang saja.
Yang diwajibkan berpuasa menurut Hukum Gereja yang baru adalah semua yang sudah dewasa sampai awal tahun ke enam puluh (KHK k. 1252). Yang disebut dewasa adalah orang yang genap berumur 18 tahun (KHK k. 97 § 1).
Puasa artinya: makan kenyang satu kali sehari.
Untuk yang biasa makan tiga kali sehari, dapat memilih
- Kenyang, tak kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, kenyang, tak kenyang, atau
- Tak kenyang, tak kenyang, kenyang
Yang diwajibkan berpantang: semua yang sudah berumur 14 tahun ke atas (KHK k. 1252).
Pantang yang dimaksud di sini: tiap keluarga atau kelompok atau perorangan memilih dan menentukan sendiri, misalnya: pantang daging, pantang garam, pantang jajan, pantang rokok, gula dan semua manisan (permen, minuman manis), serta hiburan (bioskop, film)


Karena begitu ringannya, kewajiban berpuasa dan berpantang, sesuai dengan semangat tobat yang hendak dibangun, umat beriman, baik secara pribadi, keluarga, atau pun kelompok, dianjurkan untuk menetapkan cara berpuasa dan berpantang yang lebih berat. Penetapan yang dilakukan diluar kewajiban dari Gereja, tidak mengikat dengan sangsi dosa.

Ketentuan tobat dengan puasa dan pantang, menurut Kitab Hukum Gereja Katolik:

Kan. 1249 – Semua orang beriman kristiani wajib menurut cara masing-masing melakukan tobat demi hukum ilahi; tetapi agar mereka semua bersatu dalam suatu pelaksanaan tobat bersama, ditentukan hari-hari tobat, dimana umat beriman kristiani secara khusus meluangkan waktu untuk doa, menjalankan karya kesalehan dan amal-kasih, menyangkal diri sendiri dengan melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara lebih setia dan terutama dengan berpuasa dan berpantang, menurut norma kanon-kanon berikut.

Kan. 1250 – Hari dan waktu tobat dalam seluruh Gereja ialah setiap hari Jumat sepanjang tahun, dan juga masa prapaskah.

Kan. 1251 – Pantang makan daging atau makanan lain menurut ketentuan Konferensi para Uskup hendaknya dilakukan setiap hari Jumat sepanjang tahun, kecuali hari Jumat itu kebetulan jatuh pada salah satu hari yang terhitung hari raya; sedangkan pantang dan puasa hendaknya dilakukan pada hari Rabu Abu dan pada hari Jumat Agung, memperingati Sengsara dan Wafat Tuhan Kita Yesus Kristus.

Kan. 1252 – Peraturan pantang mengikat mereka yang telah berumur genap empat belas tahun; sedangkan peraturan puasa mengikat semua yang berusia dewasa sampai awal tahun ke enampuluh; namun para gembala jiwa dan orangtua hendaknya berusaha agar juga mereka, yang karena usianya masih kurang tidak terikat wajib puasa dan pantang, dibina ke arah cita-rasa tobat yang sejati.

Kan. 1253 – Konferensi para Uskup dapat menentukan dengan lebih rinci pelaksanaan puasa dan pantang; dan juga dapat mengganti-kan seluruhnya atau sebagian wajib puasa dan pantang itu dengan bentuk-bentuk tobat lain, terutama dengan karya amal-kasih serta latihan-latihan rohani.

MAKNA PUASA DAN PANTANG

Secara kejiwaan, Berpuasa memurnikan hati orang dan mempermudah pemusatan perhatian pada saat meditasi dan doa.

Puasa juga dapat merupakan korban atau persembahan.

Puasa pantas disebut doa dengan tubuh karena dengan berpuasa orang menata hidup dan tingkah laku rohaninya.

Dengan berpuasa, orang mengungkapkan rasa lapar akan Tuhan dan kehendakNya. Ia mengorbankan kesenangan dan keuntungan sesaat, dengan penuh syukur atas kelimpahan karunia Tuhan. Demikian, orang mengurangi keserakahan dan mewujudkan penyesalan atas dosa-dosanya di masa lampau.

Dengan berpuasa, orang menemukan diri yang sebenarnya untuk membangun pribadi yang selaras. Puasa membebaskan diri dari ketergantungan jasmani dan ketidakseimbangan emosi. Puasa membantu orang untuk mengarahkan diri kepada sesama dan kepada Tuhan.Itulah sebabnya, puasa Katolik selalu terlaksana bersamaan dengan doa dan derma, yang terwujud dalam Aksi Puasa Pembangunan.Semangat yang sama berlaku pula untuk laku PANTANG.

Yang bukan semangat puasa dan pantang Katolik adalah:

Berpuasa dan berpantang sekedar untuk kesehatan: diet, mengurangi makan dan minum atau makanan dan minuman tertentu untuk mencegah atau mengatasi penyakit tertentu.

Berpuasa dan berpantang untuk memperoleh kesaktian baik itu tubuh maupun rohani.


Penerapan puasa dan pantang adalah:
1. Kita berpantang setiap hari Jumat sepanjang tahun (contoh: pantang daging, pantang rokok dll) kecuali jika hari Jumat itu jatuh pada hari raya, seperti dalam oktaf masa Natal dan oktaf masa Paskah. Penetapan pantang setiap Jumat ini adalah karena Gereja menentukan hari Jumat sepanjang tahun (kecuali yang jatuh di hari raya) adalah hari tobat. Namun, jika kita mau melakukan yang lebih, silakan berpantang setiap hari selama Masa Prapaska.
2. Jika kita berpantang, pilihlah makanan/ minuman yang paling kita sukai. Pantang daging adalah contohnya, atau yang lebih sukar mungkin pantang garam. Tapi ini bisa juga berarti pantang minum kopi bagi orang yang suka sekali kopi, dan pantang sambal bagi mereka yang sangat suka sambal, pantang rokok bagi mereka yang merokok, pantang jajan bagi mereka yang suka jajan. Jadi jika kita pada dasarnya tidak suka jajan, jangan memilih pantang jajan, sebab itu tidak ada artinya.
3. Pantang tidak terbatas hanya makanan, namun pantang makanan dapat dianggap sebagai hal yang paling mendasar dan dapat dilakukan oleh semua orang. Namun jika satu dan lain hal tidak dapat dilakukan, terdapat pilihan lain, seperti pantang kebiasaan yang paling mengikat, seperti pantang nonton TV, pantang ’shopping’, pantang ke bioskop, pantang ‘gossip’, pantang main ‘game’ dll. Jika memungkinkan tentu kita dapat melakukan gabungan antara pantang makanan/ minuman dan pantang kebiasaan ini.
4. Puasa minimal dalam setahun adalah Hari Rabu Abu dan Jumat Agung, namun bagi yang dapat melakukan lebih, silakan juga berpuasa dalam ketujuh hari Jumat dalam masa Prapaska (atau bahkan setiap hari dalam masa Prapaska).
5. Waktu berpuasa, kita makan kenyang satu kali, dapat dipilih sendiri pagi, siang atau malam. Harap dibedakan makan kenyang dengan makan sekenyang-kenyangnya. Karena maksud berpantang juga adalah untuk melatih pengendalian diri, maka jika kita berbuka puasa/ pada saat makan kenyang, kita juga tetap makan seperti biasa, tidak berlebihan. Juga makan kenyang satu kali sehari bukan berarti kita boleh makan snack/ cemilan berkali-kali sehari. Ingatlah tolok ukurnya adalah pengendalian diri dan keinginan untuk turut merasakan sedikit penderitaan Yesus, dan mempersatukan pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib demi keselamatan dunia.
6. Maka pada saat kita berpuasa, kita dapat mendoakan untuk pertobatan seseorang, atau mohon pengampunan atas dosa kita. Doa-doa seperti inilah yang sebaiknya mendahului puasa, kita ucapkan di tengah-tengah kita berpuasa, terutama saat kita merasa haus/ lapar, dan doa ini pula yang menutup puasa kita/ sesaat sebelum kita makan. Di sela-sela kesibukan sehari-hari kita dapat mengucapkan doa sederhana, “Ampunilah aku, ya Tuhan. Aku mengasihi-Mu, Tuhan Yesus. Mohon selamatkanlah …..” (sebutkan nama orang yang kita kasihi)
7. Karena yang ditetapkan di sini adalah syarat minimal, maka kita sendiri boleh menambahkannya sesuai dengan kekuatan kita. Jadi boleh saja kita berpuasa dari pagi sampai siang, atau sampai sore, atau bagi yang memang dapat melakukannya, sampai satu hari penuh. Juga tidak menjadi masalah, puasa sama sekali tidak makan dan minum atau minum sedikit air. Diperlukan kebijaksanaan sendiri (prudence) untuk memutuskan hal ini, yaitu seberapa banyak kita mau menyatakan kasih kita kepada Yesus dengan berpuasa, dan seberapa jauh itu memungkinkan dengan kondisi tubuh kita. Walaupun tentu, jika kita terlalu banyak ‘excuse’ ya berarti kita perlu mempertanyakan kembali, sejauh mana kita mengasihi Yesus dan mau sedikit berkorban demi mendoakan keselamatan dunia.


Sumber: www.imankatolik.or.id dan www.katolisitas.org




13 Sep 2016

Peresmian dan Pemberkatan `Santo Mikael` Pangmilang



Peresmian dan Pemberkatan `Santo Mikael` Pangmilang


Di ambang sore 18 Juni 2016, nun pada kilometer 12 kecamatan Singkawang Selatan dihelat gawe besar peresmian sekaligus pemberkatan Gereja Katolik Santo Mikael Pangmilang. Di tengah guyuran hujan yang tanpa ampun mendera sebagian besar wilayah Kota Singkawang ternyata tak menyurutkan iring-iringan kendaraan walikota, Drs. Awang Ishak, M.Si yang didaulat meresmikan gereja yang pengerjaannya memakan waktu menahun ini. Kala rombongan walikota hadir, Bapa Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus yang telah tiba terlebih dahulu dengan sigap menyambut kehadiran orang nomor satu di kota Singkawang tersebut.

Berjarak beberapa meter dari gereja, rombongan walikota bersama uskup diarak dengan tarian penyambutan yang menampilkan kebolehan dan aksi bujang dan dara-dara Dayak dalam gemulai gerakannya. 

Prosesi awal walikota yang didampingi uskup didapuk menebas bambu penanda gereja yang dikunjungi oleh walikota terbuka bagi umat Katolik pada umumnya maupun warga yang berkepentingan. Tak berhenti sampai di situ, walikota dalam sambutannya juga menggarisbawahi mengenai dana bantuan sosial yang akan dialirkan kembali guna menyempurnakan Gereja Pangmilang. Sontak hal tersebut mendapat tepukan meriah dari hadirin. Usai menyampaikan sambutannya walikota yang masih didampingi Bapa Uskup Agustinus Agus meresmikan Gereja Santo Mikael. Peresmian ini ditandai dengan dibukanya tirai yang menutup nama gereja sekaligus penandatanganan prasasti. 

Usai peresmian yang dilakukan oleh pemerintah kota, prosesi selanjutnya diambil alih oleh Bapa Uskup. Pemberkatan gereja dimulai dengan pembukaan pintu gereja oleh tokoh setempat lantas seluruh bagian gereja didupai dan direciki air suci oleh Bapa Uskup. 

Ditemui di tempat yang sama, Angguang, S.H., selaku ketua panitia pembangunan Gereja Santo Mikael Pangmilang mengungkapkan harapan atas dibangunnya Gereja Santo Mikael ini, “Semoga dengan dibangunnya gereja ini umat Katolik di Pangmilang dapat lebih mudah dalam beribadah sekaligus lebih bersemangat dalam membangun iman Katolik. Terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya juga kami haturkan kepada pemerintah kota Singkawang  dalam hal ini Bapak Walikota yang berkenan hadir meresmikan dan juga memberikan bantuan yang selama ini sudah kami terima dan kami manfaatan secara bertanggung jawab dalam pembangunan gereja ini, juga Bapa Uskup Keuskupan Agung Pontianak yang sudah menyiapkan waktu khusus untuk memberkati. Di samping itu terima kasih juga untuk seluruh umat dan donatur yang telah membantu secara moril maupun materil,” pungkasnya mengakhiri wawancara singkat. (7539)                

1 Jun 2015

LEBIH DEKAT DENGAN SANG GEMBALA UMAT


LEBIH DEKAT DENGAN SANG GEMBALA UMAT


“Perkenalkan, nama saya Gathot, singkatan dari Ganteng Total…”, umat yang awalnya meraba, menerka-terka seperti  apa sifat sang gembala barunya, sontak tak dapat menahan tawa mendengar celetukan bernada humor dari dia yang pagi itu memimpin misa di Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang.
Sosoknya sederhana, ramah dan begitu menyejukkan dalam tutur kata serta tindakan, layaknya paradigma umum  khas gembala umat. Terlahir di salah satu desa yang begitu terkenal dengan lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda, Kweekschool  (kini SMA Pangudi Luhur Van Lith, Muntilan) pada 16 April 1969, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap, terlahir sebagai anak pertama dari tujuh bersaudara, putra pasangan (alm.) Yohanes Sardjo dan (almh.) Elisabet Sunatri. Ia menghabiskan sebagian masa kecilnya di Ngawen, Muntilan sebelum akhirnya harus mengikuti  jejak sang ayah yang berpindah tugas ke kota Gethuk, Magelang.



Sejak kecil, ia telah begitu dekat dengan kehidupan para biarawan, tak mengherankan memang, selain karena Muntilan dikenal sebagai daerah yang kental dengan nafas Kristiani, almarhum ayahandanya merupakan salah satu prodiakon di lingkungan gereja Katolik stasi Ngawen. Pria yang ketika remaja begitu menggemari lantunan suara emas Dian Pramana Putra, Dedi Dukun dan memiliki kesan mendalam terhadap tembang Nostalgia SMA-nya Paramitha Rusadi ini mengaku, ketertarikannya terhadap kehidupan membiara  semacam love at the first sight (cinta pada pandangan pertama). Segalanya bermula ketika  ia melihat Romo (Pastor) yang memimpin misa mengenakan jubah putih, tampak begitu gagah dan tentunya mangkus memesona Gathot kecil. Keterpesonaan itu yang menggiringnya memilih jalan yang kini mendapuknya menjadi Pastor Paroki Gereja Santo Fransiskus Assisi Singkawang. 
Dalam perjalanan karirnya, silih berganti hal tak terlupa dan menarik seolah membentuk bingkai tersendiri bagi slide kehidupan pria berkulit sawo matang pehobi jogging ini, di antaranya saat pentahbisan imam pada  10 Oktober 1998, manakala ia tiarap memeluk bumi, mengantarnya pada kesadaran tentang esensi kerendahan hati, atau sepenggal kisah yang sulit diterjemahkan dari segi perasaan saat ia tak dapat melihat sang ayahanda untuk terakhir kali karena tengah menuntaskan studi di Roma, atau ketika sosoknya harus memimpin misa tanpa altar, umat duduk hanya beralas tikar dan masih berbonus umat yang mengikuti misa sambil merokok, syahdan sekelumit cerita jenaka tatkala ia seperti kebanyakan remaja pada umumnya yang memiliki sifat jail “menyelundupkan” radio ke Seminari padahal hal tersebut dilarang keras untuk dilakukan. Segalanya terasa sangkil membentuk pribadinya sebagai gembala.  
“Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30) motto itu yang selalu menjadi pegangannya dimanapun ia berada. Di sela-sela obrolan, Pastor Gathot mengungkapkan, “Terkadang dari sisi manusiawi saya selaku romo atau pastor, kerap muncul rasa eksklusivisme,  ingin diperlakukan lebih istimewa dari orang lain. Saya masih terus-menerus mempelajari esensi rendah hati”. Ia mengakui, perasaan tersebut hingga kini masih seringkali menjadi batu sandungan dalam kehidupan membiara dan hal itu murni berasal dari internalnya.
Ketika ditanya mengenai harapan terhadap paroki yang kini digembalainya, beliau secara tenang dan penuh bijaksana mengungkap keinginan agar umat yang digembalai lebih militan terutama dalam hal keluarga. Ini secara otomatis akan berpengaruh pada kehidupan gereja. Hal serupa diungkapnya untuk kaum muda, “Saya berharap kaum muda Katolik menjaga militansi ke-Katolikannya.”, pungkasnya. (Hes)
Riwayat Pendidikan:
SD Kanisius Ngawen, Muntilan.
SMP Santo Yosef Mertoyudan, Magelang.
SMA Seminari Menengah Mertoyudan, Magelang.
Postulat Sanggau Kapuas, Kalimantan Barat.
Novisiat Parapat, Sumatera Utara.
STFT Santo Yohanes Pematang Siantar, Sumatera Utara.
Universitas Gregoriana Roma, Italia.

Riwayat Karir
Tahbisan 10 Oktober 1998 di Bengkayang
Paroki Jangkang, Keuskupan Sanggau (1998 − 2001)
Melanjutkan pendidikan di Universitas Gregoriana Roma, Italia (2001− 2003)
Post Novisiat Singkawang (2003 − 2004)
Biara Kapusin St. Lorenzo (2004 − 2011)
Balai Karangan, Sanggau (2011 − 2013)
Paroki Singkawang (2013 – sekarang)



    


14 Mar 2016

Kasih Natal dalam Sembako untuk Alverno

Kasih Natal dalam Sembako untuk Alverno

 

 

Semangat berbagi rasanya tak pernah mati. Sikap toleransi dan peduli menjelma menjadi jati diri. Masih dalam rangka perayaan Natal 2015, seksi sosial Gereja katolik Santo Fransiskus Assisi kali ini menyambangi Rumah Sakit Kusta Alverno Singkawang. Kehadiran seksi sosial yang dimotori oleh Hermanto Halim, S.E., dan juga melibatkan beberapa anggota OMK (Orang Muda Katolik)  ini merupakan kali kedua setelah tahun lalu sukses menggelar acara serupa. Sambutan hangat datang dari suster pengurus dan penghuni kompleks Rumah Sakit Kusta yang juga tercatat sebagai satu-satunya Rumah Sakit bagi penyandang kusta di regional Kalimantan.   

Penyampaian bantuan dilaksanakan pada Minggu, 27 Desember 2015. Dalam sambutannya Hermanto menuturkan bahwa kegiatan bakti sosial ini merupakan wujud nyata Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi dalam cinta dan kepedulian terhadap sesama. Pria berkacamata ini juga menegaskan bahwa bantuan yang diberikan tanpa memandang  latar belakang si penerima , “Kegiatan baksos ini merupakan rangkaian kegiatan perayaan Natal 2015. Maksud dari kegiatan ini adalah kita dapat bersilaturahmi saling mengenal satu sama lain hingga diharapkan tumbuh kasih di antara sesama umat beragama juga demi mempererat jalinan kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Kami berharap semoga bantuan ini dapat berguna bagi saudara saudari terkasih di Alverno ini. Semoga semua dapat merasakan sukacita dan penuh berkah dalam semangat natal,” paparnya. 

Bantuan yang disampaikan oleh seksi sosial kepada suster pengurus Rumah Sakit Kusta Alverno kali ini berupa sembako. Dalam kesempatan yang sama Suster Cristine, SFIC menyampaikan terima kasihnya mewakili pihak Rumah Sakit Kusta Alverno. “Puji Tuhan kami haturkan ke hadirat Yang Maha Kuasa atas  kasih karunia yang boleh kami terima di sini bersama pasien-pasien rumah sakit kusta alverno ini saya dari pihak suster SFIC dalam hal ini mewakili Sr Anjelita sebagai perngurus dan pendamping  harian nyang sedang berhalangan karena kondisi kesehatan dan atas nama perawat-perawat di sini. Dengan kedatangan pihak gereja katolik santo fransiskus assisi singkwang Kami mengucapkan banyak terima kasih atas makanan dan sembako yag disampaikan. Kami tidak dapat membalasnya tapi kasih Tuhanlah yang bekerja di sini dan dengan aksi ini kiranya telah mewartakan karya agung tuhan kepada orang yang miskin dan lemah. Bukan hanya lemah secara fisik juga secara psikologis. Dengan kegiatan ini juga diharapkan dapat menghapus stigma yang berkembang di masyarakat mengenai penderita penyakit kusta ini, ” pungkas suster berwajah teduh ini.
(Hes)                    


19 Agu 2018

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA

KURSUS MEMBANGUN RUMAH TANGGA DALAM LINGKUP GEREJA





Pernikahan Katolik, monogami dan tak terceraikan. Berlatar belakang itulah Kursus Persiapan Pernikahan (KPP) yang kini berubah nama menjadi Kursus Membangun Rumah Tangga (MRT) digelar oleh gereja Katolik, tidak terkecuali Gereja Katolik Santo Fransiskus Assisi Singkawang.

Bertempat di Gedung Dewan Pastoral Paroki, kegiatan yang sudah memasuki angkatan ke XIII ini digelar pada Sabtu-Minggu, 18-19 Agustus 2018, dan kali ini diikuti oleh 9 pasang calon mempelai yang hendak membangun bahtera rumah tangga.

Dijumpai di kesempatan yang sama pada saat kegiatan berlangsung, Helaria Helena, A.Ma., selaku koordinator menyampaikan bahwasanya aktivitas yang kini rutin digelar beberapa kali dalam setahun ini merupakan salah satu program gereja di seluruh Indonesia. "Kegiatan ini berisi berbagai hal, yang pertama membahas tentang hukum kanonik, pernikahan dalam Katolik, ekonomi keluarga, kesehatan alat reproduksi, dan psikologi keluarga yang dalam hal ini membahas keseluruhan rangkuman dan diasuh oleh saya sendiri. Seluruh hal yang tim kami sampaikan bersumber dari buku Amoris Laetitia. Kegiatan ini juga dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dalam setiap pertemuan dan kita mengambil kebijakan menggelar kegiatan setiap Sabtu dan Minggu. Hal ini mengingat hari lain adalah hari kerja, " ujar wanita cantik yang juga merupakan pegawai Departemen Agama.

Di samping itu beliau juga menegaskan bahwa kursus MRT ini tidak hanya melingkupi pasangan yang akan segera melaksanakan pernikahan, namun boleh juga diikuti oleh pasangan dewasa yang berada dalam taraf penjajakan. "Jika sudah mengikuti kursus ini akan mendapat sertifikat, karena tanpa sertifikat maka tidak akan bisa mendaftar pernikahan kanoniknya nanti," lanjut wanita yang juga aktif dalam wadah WKRI cabang Singkawang ini.


Dicecar mengenai harapan digelarnya kegiatan bimbingan ini beliau mengungkap, "Kita mengadakan bimbingan ini untuk memperkecil kemungkinan perceraian antarpasangan dalam keluarga dan tentunya memberikan berbagai arahan bagaimana menjaga keharmonisan rumah tangga, karena belakangan ini banyak pasangan muda yang baru menikah sudah bercerai, jadi kita berusaha untuk bisa mengatasi dan menghindari hal-hal semacam itu," pungkasnya. (Hes)



29 Mei 2016

Kursus Persiapan Perkawinan: Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia

Kursus Persiapan Perkawinan:  Langkah Awal Menggapai Keluarga Bahagia


Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang yang belum genap setahun dilantik  merintis program baru bagi keluarga-keluarga Katolik. Dengan prasarana dan sarana yang masih terbatas dan minim, seksi ini berani membuka gebrakan dengan mengadakan Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) bagi mereka yang ingin membangun rumah tangga. Kursus ini dilatarbelakangi oleh tugas panggilan mereka yang memang diutus untuk mendampingi keluarga-keluarga Katolik. Selain juga karena tantangan hidup berkeluarga yang semakin hari semakin kompleks. Kursus ini diharapkan mampu membekali para calon keluarga baru dalam mengarungi bahtera rumah tangga di tengah arus yang semakin beragam geloranya.

Gayung pun bersambut. Respon dari kaum muda yang mau membangun keluarga baru pun sangat positif. Sejatinya mereka juga mendambakan bimbingan dan tuntunan dalam menapaki babak baru yang akan mereka rengkuh.  Semenjak diumumkan, terkumpul sebanyak 12 pasang yang mendaftarkan diri sebagai angkatan pertama. Bahkan ada peserta yang berasal dari luar Paroki Singkawang. Ini tentu membawa angin segar bagi Seksi Pastoral Keluarga karena langkah awal yang dirintisnya diterima dengan baik. 

Mengambil tempat di Gedung Paroki Singkawang, KPP dilaksanakan pada hari Sabtu dan Minggu, 2 dan 3 April 2016. Melalui perencaan yang cukup matang KPP dikemas dan dibahas dari berbagai ilmu yang ada kaitannya dengan perkawinan. Untuk itu  sengaja  dihadirkan orang yang memiliki kompetensi di bidangnya. Materi tentang perkawinan menurut Gereja Katolik dan Moralitas Perkawinan disampaikan oleh Pastor  Stephanus Gathot selaku pastor Paroki Singkawang. Bpk Benediktus yang bergiat dalam credit union mencoba mengupas ekonomi rumah tangga. Bahan yang disampaikan sangat sederhana, tetapi sangat ‘mengena’ bagi calon pasangan. Mereka dibantu untuk me-manage keuangan rumah tangga. Sementara Ibu Susana Darti yang berprofesi sebagai bidan juga dihadirkan untuk menjelaskan masalah kesehatan alat-alat reproduksi. Dan bahan terakhir disampaikan oleh Ibu Helaria Helena. Beliau membahas tema tentang  Keluarga Beriman. Inti yang mau disampaikan adalah sharing tentang suka duka menjalani hidup berkeluarga.

Kursus yang bedurasi  dua hari ini memberikan kepuasan tersendiri bagi para calon pembina rumah tangga.  Meskipun terasa letih karena harus  ‘menelan’ banyak tema dalam waktu yang relatif singkat namun tergambar wajah-wajah puas dari peserta kursus. “Terimakasih kepada Seksi Pastoral Keluarga Paroki Singkawang. Kami sudah dibekali dengan banyak hal,” ungkap seorang peserta kursus ketika dimintai tanggapannya. Dari pihak peserta sendiri terungkap keinginan agar pendampingan masalah keluarga bukan hanya terjadi sebelum perkawinan saja. Tetapi agar pendampingan ini terus berlanjut dan terprogram secara berkesinambungan.

Apa yang menjadi harapan peserta kursus sebenarnya juga merupakan program dari Seksi Pastoral Keluarga. KPP akan tetap dilanjutkan secara berkala dan ini sudah sudah diancangkan sebagai program 2 bulanan. Selain dari itu Seksi Pastoral Keluarga juga akan tetap concern terhadap masalah keluarga. Maka pendampingan hidup berkeluarga tetap akan dilanjutkan. Bukan hanya kepada calon-calon pengantin, tetapi juga kepada mereka yang telah membangun rumah tangga. Kita tunggu gebrakan baru dari seksi ini dalam mendampingi keluarga. Harapannya semoga keluarga katolik bisa mewujudkan diri seperti layaknya Keluarga Kudus di Nasareth. (Steph)

15 Jan 2016

KETIKA INDULGENSI MENGALIR DERAS DI SETIAP ‘PINTU’ YANG DIBUKAKAN

KETIKA INDULGENSI MENGALIR DERAS DI SETIAP ‘PINTU’ YANG DIBUKAKAN


8 Desember 2015 bisa jadi menjadi hari yang begitu dinantikan oleh umat Katolik seluruh dunia. Pada tanggal tersebut Bapa Paus Fransiskus menetapkannya menjadi tanggal pembuka Tahun Kerahiman Ilahi. Tahun Kerahiman Ilahi sendiri dimulai sejak tanggal 8 Desember 2015 dan berakhir pada 20 November 2016. Pembukaan Tahun Kerahiman yang jatuh pada 8 Desember 2015 disebabkan tanggal tersebut bertepatan dengan peringatan Maria dikandung tanpa noda dan peringatan 50 tahun penutupan Konsili Vatikan II.



Menandai pembukaan Tahun Kerahiman Ilahi, setiap gereja Katolik di penjuru dunia melakukan prosesi pembukaan pintu yang menjadi simbol jalan masuk untuk beroleh berkat indulgensi. Demikian pula yang terjadi di Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Umat Katolik Singkawang boleh berbangga karena untuk regional Kalimantan Barat, selain Katedral Pontianak, Gereja Paroki Singkawang ditetapkan Bapa Uskup Mgr. Agustinus Agus sebagai salah satu pusat pemerolehan rahmat  indulgensi. Pada Minggu, 13 Desember 2015, prosesi misa yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak, Pastor William Chang, OFMCap didampingi tiga pastor lain yakni P.Gathot, P. Cosmas, dan P. Agus berjalan khusyuk. Diawali perarakan dari Sakristi menuju halaman gereja, di depan gereja telah terpasang gerbang tambahan yang begitu apik sengaja disiapkan oleh panitia Tahun Kerahiman Ilahi. Usai prosesi pemberkatan gerbang, Pastor Willi yang juga merupakan rektor STT Pastor Bonus Pontianak lantas membuka pintu gereja, simbol dibukanya jalan menuju kerahiman Ilahi.

Pada homilinya, Pastor Willi menegaskan bahwa pembukaan pintu gereja hanya merupakan simbol jalan Kerahiman Ilahi,  hal yang lebih esensi adalah kesediaan setiap orang untuk membuka hati agar beroleh rahmat dalam kehidupan dan iman gerejawi. Pada kesempatan yang sama dibagikan pula pin cinderamata Tahun Kerahiman Ilahi oleh panitia. (Hes)



17 Agu 2019

PETANG BENDERANG HARI KEMERDEKAAN DI GEREJA KATOLIK PAROKI SINGKAWANG



Sabtu, 17 Agustus 2019. Petang yang benderang di halaman Gereja St Fransiskus Assisi Singkawang digelar upacara penurunan Bendera Merah Putih. Upacara penurunan bendera kali ini merupakan tahun ke-tiga digelar di Gereja Katolik Paroki Singkawang. Hal ini mengukuhkan semboyan 100% 100% Indonesia yang merupakan nafas seluruh gereja Katolik di Indonesia.

Bertindak sebagai inspektur upacara adalah pastor paroki, Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap, sementara komandan upacara tahun ini mendapuk Serma Matius yang dalam kesehariannya bertugas di Rindam XII Tanjungpura. Untuk petugas upacara maupun Ekaristi sendiri dipercayakan pada SMA Santo Ignasius Singkawang.

Upacara penurunan bendera yang digelar tepat pukul 17.30 ini berjalan lancar dan khidmat, dilanjutkan dengan misa Ekaristi yang juga dipimpin oleh Pastor Gathot selaku selebran utama. Selama misa berlangsung tak putus lagu-lagu wajib nasional dinyanyikan menambah kental astmosfer nasionalisme dalam gereja yang berusia lebih dari seabad ini.

Dalam homilinya, Pastor Gathot mengajak untuk mensyukuri karunia kemerdekaan yang telah dianugrahkan bagi bangsa ini. Tak lupa Pastor Gathot juga mengajak seluruh umat yang hadir untuk mengisi kemerdekaan dengan karya-karya yang berdampak positif bagi bangsa ini, hal ini sesuai dengan tema kemerdekaan RI ke-74 yang dicanangkan pemerintah yaitu, "SDM Unggul Indonesia Maju"

Terpantau gereja berkapasitas 1200 orang ini hampir seluruhnya penuh. Hal ini menandakan bahwa umat Katolik Paroki Singkawang memiliki jiwa nasionalisme yang sungguh tak perlu diragukan. (Hes)




26 Agu 2018

BUGAR RAGA WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA DI PERTAMBAHAN USIANYA

BUGAR RAGA WANITA KATOLIK REPUBLIK INDONESIA DI PERTAMBAHAN USIANYA






Minggu 26 Agustus 2018 ada pemandangan berbeda di halaman Gereja Katolik St Fransiskus Assisi Singkawang. Tepat pukul 16.00 WIB, 70-an ibu-ibu yang tergabung dalam wadah WKRI (Wanita Katolik Republik Indonesia) cabang Singkawang dan ranting-rantingnya berbaris rapi dikomandoi oleh Ibu Helaria Helena, A.Ma., selaku ketua WKRI cabang Singkawang.

Melalui pelantang suara, ibu-ibu cantik ini diarahkan untuk melakukan senam bersama sebagai pembuka rangkaian giat ulang tahun WKRI sekaligus dalam rangka peringatan HUT RI yang ke-73.

Suasana senam berlangsung semarak dengan diiringi berbagai lagu yang tengah booming akhir-akhir ini. Terlihat para ibu begitu menikmati aktivitas senam bersama. Sejenak mereka melupakan berbagai rutinitasnya dan masing-masing bergerak mengikuti irama lagu yang terdengar mengentak. Seolah tak ingin ketinggalan beberapa suami dari anggota WKRI yang mengantar istrinya turut serta bergoyang dalam olah tubuh.

Usai senam bersama masih di seputar gereja yang beralamat di Jalan P. Diponegoro ini seluruh anggota WKRI diarahkan menuju Gedung Pastoral Paroki guna mengikuti penyuluhan mengenai bahaya kanker yang kali ini mendatangkan Yayasan Kanker Indonesia sebagai narasumbernya. Kegiatan ini diakhiri dengan santap bersama hidangan yang telah disiapkan oleh panitia. (Hes)




12 Apr 2021

PENGALAMAN MENARIK MISA DI GEREJA CAHAYA KRISTUS STASI SARANGAN PAROKI SINGKAWANG

 

 




Paroki Singkawang. Hari ini, Minggu, 11 April 2021, penulis berkesempatan merayakan Misa di Gereja Katolik Cahaya Kristus Stasi Sarangan. Penulis belum pernah datang ke tempat ini. Penulis hanya mengandalkan google map untuk menuju ke lokasi ini. Setelah penulis masuk sekitar 2 km dari jalan raya Pontianak - Bengkayang, ternyata tidak ada sinyal seluler. Penduduk di jalan tersebut juga sangat jarang. Dengan berbekal tekad yang kuat, dan usaha untuk bertanya pada penduduk, akhirnya penulis bisa sampai di Stasi sarangan dalam kondisi baik dan selamat. Saat melewati jalan perkampungan, sebagian besar jalan rusak berat. Aspal banyak terkelupas. Perlu ekstra hati-hari saat melewati jalan tersebut. Penulis menempuh waktu 2,5 jam perjalanan.

Gereja Cahaya Kristus ini masuk wilayah kabupaten Bengkayang. Tetapi, secara administrasi Gereja Katolik, masuk Paroki Fransiskus Assisi Singkawang. Jarak dari Paroki Singkawang ke Stasi Sarangan adalah 60 km. Dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dengan kendaraan. 

Pagi ini, Misa di Stasi Sarangan dimulai sekitar pukul 09.45. Pada minggu ini, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Kerahiman Ilahi. Perayaan ini biasanya dirayakan tiap minggu ke 2 masa Paskah. Di tempat ini, juga sekaligus dilangsungkan penerimaan Sakramen Perkawinan untuk 2 pasang. Misa ini dipersembahkan oleh Pastor Samri, OFMCap. Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi ini, ada lebih dari 100 orang. Umat sangat antusias mengikut Misa pagi ini. Sedangkan, jumlah umat Katolik di Stasi Sarangan adalah 200 orang lebih. (EHN)