Selamat Datang Di Website Resmi Paroki Singkawang - Terima Kasih Atas Kunjungan Anda
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri dalam gereja. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut tanggal untuk kueri dalam gereja. Urutkan menurut relevansi Tampilkan semua postingan

3 Jun 2022

TIGA TAHUN BERSAMA KOMSOS PAROKI SINGKAWANG

 

TIGA TAHUN BERSAMA KOMSOS PAROKI SINGKAWANG

 

Komsos Paroki Singkawang merayakan 3 Tahun kebersamaaannya bersama umat Paroki Singkawang bertepatan dengan Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-56 (28/5/2022) yang bertema “Mendengarkan dengan Telinga Hati”. Dengan ini, sudah tiga tahun komsos dipercayai sebagai sarana pewartaan kabar paroki kepada seluruh umat serta bertanggungjawab atas pemanfaatan media cetak serta internet, seperti website, twitter, Instagram, dan Email.

Melalui dukungan umat, akun sosial media Paroki Singkawang berkembang begitu pesat. Data statistik menunjukan bahwa media sosial khususnya Instagram selama 1 tahun  memiliki  kenaikan drastis. Ditinjau melalui laman sosial media paroki singkawang, dilaporkan bahwa pengikut Instagram paroki memiliki kenaikan sebesar 1.500 dari tahun sebelumnya, bahkan jumlah pengunjung mencapai angka 648.000.

Siapa sangka bahwa buah pembicaraan yang layaknya basa-basi oleh beberapa pemuda gereja bersama pastor paroki terdahulu, Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap. Ternyata menghasilkan buah manis. Liputan dan konten yang dihadirkan oleh komsos mendapat sambutan hangat dari umat Paroki Singkawang. Bermacam reaksi serta apresiasi sering menghiasi kolom komentar Instagram yang dikelola oleh komsos paroki singkawang. Hingga tak terasa, tiga tahun sudah kita berjalan bersama, mewartakan kasih Allah menggunakan teknologi yang juga turut berkembang pesat.

Sebagai ucapan syukur atas perjalanan 3 tahun bersama, KOMSOS merayakan ulang tahunnya. Dihadiri oleh Pastor Paroki, Pastor Joseph Juwuno, OFMCap. Pastor Paschalis Soedirjo, OFMCap. Dan Ketua PSE Paroki Singkawang, Bapak Hermanto Halim. Pastor paroki menyampaikan ungkapan terimakasihnya kepada KOMSOS Paroki yang senantiasa menyajikan konten dan informasi seputar gereja hingga dapat diakui bahwa media sosial Paroki Singkawang menjadi salah satu sosial media terupdate di Keuskupan Agung Pontianak. Ketua PSE, Bapak Hermanto Halim juga menyampaikan apresiasi atas hasil kerja Komsos Paroki Singkawang. Banyak harapan dan juga tujuan yang akan dicapai Komsos Paroki Singkawang dikemudiah hari.

Terimakasih sedalam-dalamnya kepada para senior yang mau memberikan arahan dan bimbingan kepada Anggota Komsos. Rintisan dan usaha untuk mewartakan kasih Allah yang awalnya melalui media cetak hingga sekarang beralih ke media sosial. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah menyumbangkan tenaga, waktu, ide, dan dukungan dalam bentuk moril maupun materi. Segala apresiasi dan antusiasme umat membuat kami, KOMSOS Paroki Singkawang berusaha untuk berbenah dan bertekad menyajikan karya yang lebih lagi dikemudian hari.

Selamat tiga tahun KOMSOS Paroki Singkawang. Mari menyongsong masa depan gereja dalam bidang teknologi dan komunikasi. Dunia berubah seiring waktu, namun kasih Allah kekal adanya. Semoga kita bertemu kembali ditahun yang akan datang, sampai jumpa.

 

Seksi Komunikasi Sosial Paroki Singkawang

(28 Mei 2019-28 Mei 2022)

6 Okt 2021

Misa Hari Raya Santo Fransiskus dari Assisi, Pelindung Paroki Singkawang Tahun 2021

 




















Dokumentasi Misa Hari Raya Santo Fransiskus dari Assisi, Pelindung Paroki Singkawang.

Pastor Paroki Singkawang P. Joseph Juwono, OFMCap memimpin Perayaan Misa Syukur di Gereja St. Fransiskus Assisi Singkawang. Misa Syukur diselenggarakan pada hari  Senin (04/10/2021) Pukul 18.00 WIB.

Hadir pula Pastor Paschalis Soedirjo, OFMCap, Pastor Maximillian Bernards Kimsong, OFMCap, dan Pastor Frederick Samri, OFMCap yang juga ikut  dalam Misa Konselebrasi tersebut.
.

12 Apr 2021

PENGALAMAN MENARIK MISA DI GEREJA CAHAYA KRISTUS STASI SARANGAN PAROKI SINGKAWANG

 

 




Paroki Singkawang. Hari ini, Minggu, 11 April 2021, penulis berkesempatan merayakan Misa di Gereja Katolik Cahaya Kristus Stasi Sarangan. Penulis belum pernah datang ke tempat ini. Penulis hanya mengandalkan google map untuk menuju ke lokasi ini. Setelah penulis masuk sekitar 2 km dari jalan raya Pontianak - Bengkayang, ternyata tidak ada sinyal seluler. Penduduk di jalan tersebut juga sangat jarang. Dengan berbekal tekad yang kuat, dan usaha untuk bertanya pada penduduk, akhirnya penulis bisa sampai di Stasi sarangan dalam kondisi baik dan selamat. Saat melewati jalan perkampungan, sebagian besar jalan rusak berat. Aspal banyak terkelupas. Perlu ekstra hati-hari saat melewati jalan tersebut. Penulis menempuh waktu 2,5 jam perjalanan.

Gereja Cahaya Kristus ini masuk wilayah kabupaten Bengkayang. Tetapi, secara administrasi Gereja Katolik, masuk Paroki Fransiskus Assisi Singkawang. Jarak dari Paroki Singkawang ke Stasi Sarangan adalah 60 km. Dapat ditempuh dalam 2 jam perjalanan dengan kendaraan. 

Pagi ini, Misa di Stasi Sarangan dimulai sekitar pukul 09.45. Pada minggu ini, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Kerahiman Ilahi. Perayaan ini biasanya dirayakan tiap minggu ke 2 masa Paskah. Di tempat ini, juga sekaligus dilangsungkan penerimaan Sakramen Perkawinan untuk 2 pasang. Misa ini dipersembahkan oleh Pastor Samri, OFMCap. Umat yang hadir dalam perayaan Ekaristi ini, ada lebih dari 100 orang. Umat sangat antusias mengikut Misa pagi ini. Sedangkan, jumlah umat Katolik di Stasi Sarangan adalah 200 orang lebih. (EHN)

13 Sep 2020

30 HARI PASCAPATAH HATI UMAT PAROKI SANTO FRANSISKUS ASSISI





KANGEN 

Kau tak akan mengerti bagaimana kesepianku 
menghadapi kemerdekaan tanpa cinta.

Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya.

Membayangkan wajahmu adalah siksa.
Kesepian adalah ketakutan dalam kelumpuhan.

Engkau telah menjadi racun bagi darahku.
Apabila aku dalam kangen dan sepi.
Itulah berarti.
Aku tungku tanpa api.

WS. Rendra

Puisi Rendra: Kangen, melintas begitu rupa usai berita kepindahan itu aku terima. Meski kepindahannya itu belum terjadi, namun aku sudah bisa membayangkan bagaimana perasaan kangen atau rindu akan membayangi benak umat paroki ini.

Sebenarnya berita kepindahan itu telah sampai di tanganku sejak 3 Juli 2020. Seorang rekan kerja sesama tim komunikasi sosial paroki yang begitu rapat dengan kehidupan pastoral mengabarkan kepindahannya per 1 Agustus 2020 melalui aplikasi pesan singkat, Whatsapp. Mungkin begitulah rasanya istilah bagai disambar petir di siang bolong terjadi. Ya, siang itu, kira-kira 12 menit menjelang jam istirahat makan siang, kuterima berita kepindahan beliau yang hampir sewindu menjadi gembala kami, umat Paroki Singkawang.

Sedih, pasti. Terperanjat, sangat! Merasa kehilangan, rasanya tak terkatakan. Bagaimana tidak, sosok gembala yang luar biasa sederhana, hampir tak bercacat cela seolah begitu saja dirampas dari batin umat yang selama ini sudah demikian rapat, lekat, dan hangat dengan pribadinya. 

Sejak awal beliau datang, hampir delapan tahun silam, kala itu paroki berumur lebih dari seabad ini seolah sejuk disirami dengan candaan ringan yang rasanya, 'receh' istilah anak gaul milenial. 

"Perkenalkan, nama saya, Gathot, singkatan dari ganteng total!"

Bayangkan, dengan nada polos dan jenaka kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir seorang gembala dan tentunya segera disambut gelak tawa umat seantero gereja. Dengan kalimat sesederhana namun jenaka itu ia seolah menjelma menjadi kelebat kilatan blitz, dengan cara begitu instan beliau mampu mencuri hati umat yang tentu sebelumnya diliputi gundah gulana karena ditinggalkan pastor paroki sebelumnya, Amandus Ambot, OFMCap, yang mendapat tugas baru sebagai propinsial.

Berikutnya dapat ditebak, seiring berjalannya waktu, sinergi mampu diciptakannya di Fransiskus Assisi.  Ia begitu lembut, memberi dan menanggapi. Ia begitu sederhana, terampil namun tetap bersahaja. Persis seperti kesan seorang ketua lingkungan pada saat menyampaikan pidato perpisahan, "Selama beliau memimpin paroki ini, tak pernah sekalipun kami mendapati beliau marah atau bicara dengan nada tinggi." Rasanya untuk seorang manusia itu adalah hal yang luar biasa. Memang yang tampak pada kami adalah sosoknya yang tenang, tidak pernah terpancing emosi. Namun siapa yang mampu menyangka gejolak dalam hati. Ada kalimat bijak mengungkap, tidak semua orang tahu bahwa ruangan yang hening kadang menyimpan rasa paling bergemuruh. Ya, tidak semua orang tahu dan mau memahami. Hanya dia dan penciptanya saja yang tahu gejolak batinnya. Namun ekspektasi orang tentang gembala yang menjadi pengayomnya dibingkai utuh dalam sosok sederhana, tenang, bijaksana, tak bercacat cela sanggup dipersembahkannya. Hampir delapan tahun beliau memang mampu mewujudnyatakan itu pada umat yang digembalakannya.

Selama hampir sewindu itu juga beliau hanya mengambil hitungan jari pada kedua telapak tangan untuk merasakan istirahat cuti melayani tugas kegembalaan. Pun dalam istirahat cutinya itu beliau tetap tak lepas memonitor geliat paroki tempatnya menggembala. Dering ponselnya seolah tak pernah ikhlas melepasnya beristirahat. Ada saja sapaan, aduan, keluhan, atau sekadar pernyataan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus tetap selalu dilayaninya. Jika merujuk pada iklan brand salah satu minuman berkarbonasi, maka tak lebih tak kurang pada beliau dapat disematkan jargon, "Kapan saja, di mana saja!" Begitulah dia, mau dan mampu melayani umat kapan saja dan di mana saja. 

Hei rupanya tidak hanya umatnya saja yang dilayaninya sekuat pikir dan tenaga. Saudara-saudara seper-imam-annya pun tak luput dari pantauannya selama tinggal di Fransiskus Assisi. Betapa diam-diam beliau selalu memastikan keadaan kesehatan senior-senior yang seatap dengannya (Pastor Marius, Pastor Yeri {almarhum}, Romo Agus, dan Pastor Pasifikus). Pernah suatu masa, kala itu beliau sedang bersama kami sebagian kecil panitia tahun acara ulang tahun 111 tahun paroki melepas penat seusai giat. Kami memutuskan untuk sekadar bersantap di luar sekaligus menyegarkan pikiran. Usai bersantap salah seorang dari kami menawarkan untuk melanjutkan menikmati malam dengan menyesap kopi di kedai kopi. Jawaban beliau tak terduga. Beliau menolak halus ajakan kami dengan ujaran, "Saya harus pulang, asuhan saya ada empat di rumah, khawatir beliau-beliau butuh sesuatu atau butuh saya." Seketika kami semua memutuskan balik kanan, bubar jalan. Masing-masing akhirnya memilih pulang tak jadi melanjutkan menikmati malam. Oh ya, ada sedikit bocoran ketika Sang Meneer Belanda yang keras kepala (alm Pastor Yeremias Mellis, OFMCap) meninggal dunia. Saat itu mantan pastor paroki ini baru saja kembali ke pastoran. Mendengar kabar Pastor Yeri berpulang, beliau berlari sekencang-kencangnya sambil berurai air mata menuju rumah sakit yang bersebelahan dengan pastoran dan gereja. Beliau total merasakan duka kehilangan.  

Baik, mari tepiskan kenangan yang menyesakkan tentang kisah duka kehilangan pastor dari tanah Nederland, kita kembali pada geliat kegembalaan beliau di Paroki Singkawang. Hampir sewindu beliau mencurahkan segala tenaga dan pikiran demi harmonisasi umat Fransiskus Assisi. Banyak perubahan dihasilkan, banyak kemajuan dirasakan, banyak mata dan perhatian dari pihak luar menyorot ke Paroki Singkawang. 

Atmosfer hangat begitu nyata dirasakan ketika siapapun menyambangi gereja yang berposisi di jalur urat nadi kota paling tinggi toleransi ini. Dalam senyap beliau bekerja, mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, menyatukan yang tercerai, memperbaiki yang luka hati. Coba tanya pada umat Paroki Singkawang, acak, siapa saja, bagaimana sosok beliau di mata mereka. Siap-siap jawaban serupa akan Anda terima, dan garansi jawabannya adalah: beliau itu sederhana dan kehadirannya sungguh mendatangkan suka cita!

Sepengakuan beliau ketika dulu mendapat tugas kegembalaan di Paroki Singkawang, dan ketika menjejakkan kaki pertama kali dengan status pastor paroki, di pundaknya seolah disampirkan beban yang tak terukur beratnya. Belum lagi adaptasi lingkungan baru, mengenal wajah-wajah baru, karakter-karakter baru, pola pendekatan yang juga baru, menyesuaikan apa, siapa, bagaimana, dan kemana arah lawan bicara. Memang, suatu pekerjaan rumah yang tidak mudah. Namun sekali lagi berbekal teladan Fransiskus Assisi yang diikuti, ditambah sifat hangat dan jiwa bersahaja, tembok tinggi benteng umat paroki berhasil ia lompati. Sinergi, ya akhirnya hanya sinergi yang tercermin dari paroki ini. Betapa dengan kekuatan sinergi segala hal mampu diatasi, segala gawe akbar dikemas menjadi gebyar, segala keberhasilan mampu diwujudnyatakan.

Pilu membayangkan sosoknya duduk di muka pintu gereja yang digembalainya hampir sewindu dengan jutaan kenangan yang mengembara dalam benaknya. Seperti yang ia sampaikan ketika hampir meninggalkan Paroki Singkawang, di suatu sore duduk tepat di depan gereja, melayangkan ingatan pada kenangan-kenangan yang mungkin saja sanggup ia tepiskan namun tidak akan terlupakan. Menapak tilas seorang putra kelahiran Muntilan yang mampu menaklukkan hati umat Paroki Singkawang dalam karya kegembalaan. Dialah Pastor Stephanus Gathot Purtomo, OFMCap atau yang akrab disapa Romo Gathot. Seorang romo yang berita kepindahannya menjadi hari patah hati umat paroki.

Romo, kini kami telah mendapat gembala pengganti. Yang dari suaranya selalu tampak riang hati, yang dari tutur katanya sungguh mencerminkan kecerdasaannya, yang dari penampilannya pun tak kalah bersahaja. Seperti penggalan puisi Rendra di atas, 

"Kau tak akan mengerti segala lukaku 
karena cinta telah sembunyikan pisaunya."

Ya, cinta kasih gembala baru yang kiranya akan sanggup meredam luka kehilangan gembala sepertimu. 

Pinta kami, umat paroki, bawa kami selalu dalam doa, Romo. Terima kasih untuk segala keringat dan buah pemikiran yang sudah Romo curahkan bagi Paroki Singkawang. Selamat berkarya di tempat baru, semoga selalu mampu menjelma sebagai pelita agar sekitarmu semakin merasakan benderang cahaya-Nya. (Hest)



11 Jun 2020

PENGUMUMAN TERKAIT NEW NORMAL LIFE



Shalom Aleichem, umat sekalian yang terkasih.

Mulai tanggal 13 Juni 2020, Paroki Singkawang diberi kemungkinan untuk merayakan Ekaristi di gereja
dengan persyaratan yang sangat ketat dan selalu melaksanakan Protokol
Kesehatan. Kemungkinan tersebut didasarkan pada :

1. Surat Edaran Menteri Agama RI No 15 Tahun 2020 tentang Panduan
Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah.

2. Surat Edaran dari Kemenag Kota Singkawang No B-664 Tahun 2020
tentang SOP Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah.

3. Surat Edaran Walikota Singkawang No 400 Tahun 2020 tentang
Penyelenggaraan Kegiatan Keagamaan di Rumah Ibadah dalam
Mewujudkan Masyarakat Produktif dan Aman Covid-19 di Masa
Pandemi.

4. Surat Edaran dari Keuskupan Agung Pontianak No 141 Tahun 2020
tentang Pembukaan Kembali Gereja untuk Perayaan Ekaristi dan Ibadah
– Ibadah lain di Keuskupan Agung Pontianak.

5. Rapat Dewan Pastoral Paroki Singkawang Bersama Bapak Camat, Bapak
Lurah, dan Ketua-Ketua Lingkungan pada hari Jumat, 05 Juni 2020.
Namun demikian ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian kita
semua, antara lain :

1. Kemungkinan ini bukan dimaksudkan bahwa kita bisa merayakan Ekaristi
seperti sebelum adanya Wabah Covid-19. Tetapi kita merayakan Ekaristi
dengan Tatanan Hidup yang baru. Itulah yang dimaksudkan sebagai
New Normal Life. Kita harus menerapkan gaya hidup sehat sesuai
dengan Protokol Kesehatan. Kita tidak boleh main-main dan
menyepelekan. Ini adalah perkara yang sangat serius.

2. Maka Perayaan Ekaristi di gereja, kita lakukan dengan mengikuti
Protokol Kesehatan secara ketat dan disiplin tinggi. Untuk itu kita
semua yang mau mengikuti Perayaan Ekaristi di gereja WAJIB memakai
masker, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah Misa, selalu
menjaga jarak minimal 1, 5 Meter baik di luar maupun di dalam gereja
dan menghindari kerumunan.

Hal-hal Praktis demi tertibnya Perayaan Ekaristi kita di gereja, antara lain :


1. Umat yang mau mengikuti Misa dimohon menyesuaikan diri dengan
Jadwal Lingkungannya demi menghindari penumpukkan umat. Akan ada
4 kali Misa, yakni :

- Sabtu Sore, Pukul 18.00 Wib.

- Minggu Pagi, Pukul 07.00 Wib dan Pukul 10.00 Wib.

- Minggu Sore, Pukul 18.00 Wib.

Mohon diperhatikan ada perubahan Jadwal Misa pada hari Minggu
pagi, yakni Pukul 07.00 Wib dan 10.00 Wib. 

Paroki kita mempunyai
13 Lingkungan. Maka setiap Ekaristi dihadiri oleh 3 atau 4 Lingkungan
saja. Perayaan Ekaristi ini juga tetap akan disiarkan secara online
demi mereka yang merayakan Ekaristi di rumah.

2. Mereka yang boleh menghadiri Ekaristi harus benar-benar sehat. Maka
mereka yang menderita sakit demam, batuk, pilek serta mereka yang
memiliki penyakit penyerta, dimohon untuk tidak pergi ke gereja.

3. Batasan umur yang boleh mengikuti Perayaan Ekaristi adalah anak usia
SMP ke atas sampai 60 Tahun ke bawah. Mereka yang usianya masih di
bawah SMP dan di atas 60 Tahun dimohon untuk tidak pergi ke gereja.

4. Setiap umat yang mau mengikuti Ekaristi di gereja wajib memakai
masker dan membawa Madah Bakti, tisu atau lap tangan dan hand
sanitizer sendiri. Selain Petugas Liturgi, umat tetap memakai masker
selama Perayaan Ekaristi berlangsung.

5. Umat dihimbau untuk tidak membawa hiasan yang terbuat dari logam
seperti kalung, gelang, cincin dan arloji.

6. Diharapkan umat datang ke gereja minimal 30 menit sebelum Perayaan
Ekaristi dimulai.

7. Baik di luar maupun di dalam gereja, umat wajib menaati arahan dari
Petugas.

8. Sebelum dan sesudah Ekaristi umat dihimbau untuk tidak membuat
kerumunan. Maka selesai mengikuti Protokol Kesehatan umat langsung
masuk gereja. Begitu juga selesai Ekaristi umat dihimbau untuk segera
pulang.

9. Pelaksanaan Perayaan Ekaristi akan selalu kami evaluasi.

10. Alur dari Perayaan Ekaristi di gereja kita akan kami sampaikan dalam
tayangan video yang dapat diakses di chanel Youtube Paroki Singkawang dan akun Instagram Paroki Singkawang.

Mari kita budayakan gaya hidup yang sehat. Tetap semangat. Damai
bagimu! +








16 Apr 2020

SELAMAT ULANG TAHUN SINFU DAN ROMO



Segenap tim komunikasi sosial Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sinfu Pasifikus Wiadi, OFM.Cap dan Romo Stephanus Gathot Purtomo, OFM.Cap.

Semoga sehat selalu, panjang usia, dan selalu setia dalam panggilan imamat. Tuhan memberkati.

SELAMAT ULANG TAHUN SINFU DAN ROMO


Segenap tim komunikasi sosial Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sinfu Pasifikus Wiadi, OFM.Cap dan Romo Stephanus Ganthot Purtomo, OFM.Cap.

Semoga sehat selalu, panjang usia, dan selalu setia dalam panggilan imamat. Tuhan memberkati.





SELAMAT ULANG TAHUN SINFU DAN ROMO

Segenap tim komunikasi sosial Gereja Paroki Santo Fransiskus Assisi Singkawang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Sinfu Pasifikus Wiadi, OFM.Cap dan Romo Stephanus Ganthot Purtomo, OFM.Cap.

Semoga sehat selalu, panjang usia, dan selalu setia dalam panggilan imamat. Tuhan memberkati.






14 Apr 2020

KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (Bagian II)


Kabar gembira tentang berhasilnya Paroki Singkawang menembus angka 1000 subscriber youtube menjadi perbincangan hangat di antara kami, tim komunikasi sosial Paroki Singkawang. Tak habis-habisnya aku dan temanku terus memantau perkembangan subscriber yang signifikan terus beranjak naik. Saat itu tercatat sudah lebih dari 1200 subscriber.

"Hebat, Bro. Paroki kita akan segera mengudara di youtube!" kata temanku yang biasa menyapaku dengan sebutan bro hingga terkesan tak ada jarak lagi di antara kami.

"Eitss, jangan gembira dulu. Masih harus dibuktikan. Apakah bisa live atau tidak!" ungkap romo parokiku dengan nada yang terdengar agak pesimis namun kurasa sekuat tenaga berusaha beliau tepis.

"Akan saya coba dulu, Mo. Saya sudah dapat aplikasi yang disarankan," ungkapku dengan penuh optimis.

"Kalau begitu saya pindahkan wiffi dulu bagaimana? Biar tidak repot ke sana-sini, jadi nanti kalau sudah beres tinggal jalankan?" tanya romo kepada kami.

"Baiklah, saya coba dulu ya, Mo." 

Beberapa menit pertama ketika aku mencoba untuk memulai mengotak-atik aplikasi live ini, memang awalnya terasa gampang-gampang susah, namun aku mencoba memulainya dengan perlahan-lahan seolah orang yang baru belajar bagaimana cara mengotak-atik ilmu teknologi melalui gawai yang tersedia. Orang IT atau orang yang bisa dikatakan profesional saja butuh berminggu atau bahkan berbulan-bulan untuk mengotak-atik ini, sedangkan aku harus berhadapan dengan H-1 menjelang misa hari Minggu esok, yang sudah harus live, karena kalau tidak maka umat yang ada di Paroki Singkawang pun kecewa. 

Dua puluh menit awal masih bisa kuikuti berbagai petunjuk aktivasi akun youtube dengan baik, sembari tak lepas dari pantauan romo yang juga tak putus mengajukan pertanyaan, "Apakah sudah bisa live?!" Pertanyaan yang terdengar sesederhana itu namun mampu membuatku menjadi gugup dan membuat tidak percaya diri akan kemampuan yang kami miliki. Memang, aku ini bukanlah orang yang ahli IT atau hal sejenis media sosial. Aku hanya bisa menulis!

Di menit menuju 40, aku sudah mulai kewalahan, karena tingkatan ataupun caranya semakin sulit untuk dimengerti, dan pada akhirnya ketika kamera sudah menunjukkan terkoneksi, seketika aku sempat merasa senang dan mencoba membuka youtube apakah berhasil atau tidak. Segera kuambil piranti komunikasi yang ada di dekatku, dan mencari laman youtube bernama Paroki Singkawang, aku sudah terkoneksi dan ternyata live streaming sudah aktif tetapi gambar tidak muncul di layar kamera alias gelap tanpa suara, sama seperti hatiku yang suram tanpa kata-kata ketika melihat hal itu. 

Seketika, romo kembali menanyakan kepada saya, "Bagaimana, Bro? Sudah berhasil?"

Jawabku kepada beliau, "Belum, Mo, masih belum ter-connect"

"Atau kita tetap pakai Instagram saja, ya?" ujar romo dengan nada cemas.

"Jangan, Mo, tunggu dulu, saya coba lagi."

"Baiklah, coba sampai bisa ya, pasti bisa kok!" sambung romo memberikan semangat kepadaku.

Aku terus mengikuti tutorial dari awal hingga 6 kali dan kenyataanya permasalahan masih saja sampai di gagalnya terkoneksi antara gambar dan suara. Aku sempat memegang kepala yang sudah mulai pusing dan berat, sembari meminum secangkir teh yang ada di hadapanku. 
Romo kemudian datang lagi, untuk yang ketiga kalinya memastikan apakah kali ini benar-benar bisa dan berhasil, 

"Bagaimana? Sudah bisa?"

Kendalanya tidak ter-connect ke kamera, Mo. Haduh bagaimana ya?" jawabku dengan nada mulai pesimis seakan tak mempunyai harapan lagi untuk live.

Pada saat yang sama teman-temanku yang ada di pastoran datang, mereka kembali setelah memasang jaringan internet nirkabel di dalam gereja. Mereka sudah menyelesaikan tugasnya, sedangkan aku yang masih diliputi kegalauan. 

Saya memberitahu kepada mereka, bahwa kendalanya ada di bagian koneksi kamera ke laptop yang masih belum berhasil. Akhirnya teman-temanku juga berjuang dan berusaha bagaimana caranya dengan menanyakan kepada teman-teman mereka, bahkan ke frater novis yang ahli IT sekalipun tidak sanggup menanganinya. 

Sejurus kemudian aku mengambil hp, mencari secercah harapan sambil memantau akun Youtube Paroki Singkawang yang sudah mencapai 2000 subscriber kala itu. Tak lama berselang aku  mendapat pesan dari seorang teman bahwa bisa menggunakan aplikasi lain untuk live streaming. Aku langsung mencoba mencari dan mengunduhnya. Dua puluh menit awal aku mempelajari aplikasinya, dan ketika sudah sampai ke bagian koneksi antar hp dengan wifi, hatiku mulai dag dig dug tak karuan. 

'Ready' muncul tulisan Ready untuk live. Terasa ada yang meledak Bahagia dalam hati ketika membaca tulisan itu. Seketika aku membuka youtube paroki, dan ternyata bisa! 

"Horeeeeee…" teriakku penuh kegirangan. Aku segera menghambur ke pastoran menemui romo untuk memberitahu romo terkait hal itu dan mengajak romo untuk membuktikannya. Romo juga tak kalah gembira sambil melihat, 

"Loh kok ada muka saya di situ?" ujar romo. 

"Iya, Mo, kita kan sedang live!" ujarku bersemangat. 

Seketika, perasaan dan situasi yang suram tanpa harapan itu membuat kami semuanya bersorak, terlebih lagi ada salah satu umat yang menyatakan kegirangannya lewat live chat kami. 

"Hore! Mantap Paroki Singkawang!" kalimat sederhana itu seketika membuat kami kembali bersemangat untuk kembali melayani serta berperan aktif. Bagaimana mungkin? Hal yang hampir membuat kami putus asa pada akhirnya bisa membuahkan hasil untuk kami. 

Hal yang bisa kita pelajari adalah, bahwa dalam keadaan apapun percayalah pada usaha kita, jangan pernah mengeluh dan berputus asa, walau harapan itu hanya sedikit tetapi, kita bisa mengubah yang sedikit itu menjadi sebuah momentum bagi kita untuk memecahkan kebuntuan yang kita alami. 

Mari, jangan takut untuk mencoba sesuatu yang baru, karena dengan mencoba kita mengetahui. Dengan kita mengetahui kita mempelajari. Dengan mempelajari kita membuahkan hasil. Dengan adanya hasil kita memberikan buah kepada orang-orang yang membutuhkan. Izinkan aku sedikit mengambil kutipan motto salah seorang kebangganku yang kujadikan pedoman hidup. Begini kalimatnya, "Ubi ego sum ibi Deo Servio" yang artinya "Di manapun aku berada, aku akan mengabdi kepada-Mu ya Tuhan." 

Akhir kata kuucapkan terima kasih dan mari bersama kita tak putus asa mempelajari hal-hal dan menjalani pengalaman baru. Selamat Paskah, Tuhan memberkati! (Leo)




4 Apr 2020

KASIH-MU INDAH DAN NYATA ADANYA (BAGIAN I)



Jari-jemariku tengah  menari-nari di atas tuts keyboard komputerku yang sudah mulai kusam dengan huruf-huruf yang juga sudah mulai memudar. Ketika tengah asyik bekerja, tiba-tiba kudengar ada nada panggilan masuk pada smartphoneku.  Langsung saja kuambil  smartphoneku dan kuangkat. Seketika aku mendengar sapaan ramah dari seberang sana. Suara itu begitu akrab di telingaku, karena pemilik suara itu adalah gembalaku sendiri. Beliau memintaku agar jaringan misa live streaming di parokiku bisa diperluas. Sebaiknya tidak memakai akun Instagram, karena pengguna akun ini masih sangat sedikit dan jangkauannya pun terbatas. Ia menyarankan  sebaiknya pindah ke channel Youtube saja, karena pengguna Youtube itu jauh lebih banyak dan jangkauannya pun semakin luas, bahkan bisa terkoneksi hingga ke Greenland ataupun Antartika. Dengan demikian semakin banyak orang bisa mengikuti misa secara online dari mana saja.

"Kalau Pastor ada kesulitan, bisa menghubungi kami di Pontianak," pungkas Bapa Uskup mengakhiri pembicaraannya denganku. Sejenak aku termenung dan tak tahu langkah apa yang harus kuambil. Di satu sisi aku bersyukur karena Bapa Uskup sangat memperhatikan apa yang terjadi di parokiku. Beliau memang selalu menaruh perhatian yang besar kepada parokiku. Tetapi di sisi lain aku binggung karena sejujurnya aku tidak terlalu menguasai soal teknologi komunikasi dan jejaring sosial terkini. Rasanya pikiranku sudah mentok dan tak mampu lagi mengikuti lajunya perkembangan zaman. Namun, sesegera mungkin kutepis keraguanku. Pasti ada jalan keluar! Lagi pula ini juga bisa menjadi ajang untuk berbagi kepada umatku. Akan lebih banyak lagi orang yang tersapa oleh Tuhan meski hanya lewat dunia maya.

Aku segera menghambur ke luar kamar. Kutinggalkan komputer dengan seabrek pekerjaanku. Kucari temanku yang menjadi team kecil di parokiku. Aku beruntung mengenal dan mempunyai teman-teman sehebat mereka. Mereka inilah yang menjadi bagian dari team kreatif di parokiku, sehingga apa yang terjadi dalam parokiku bisa dengan mudah tersiar keluar melampaui batas ruang dan waktu. Kutemukan teman-temanku sedang asyik dengan smartphone-nya. Sudah seminggu ini mereka bekerja keras untuk merancang unggahan konten yang membantu umat agar tidak mengalami kebosanan karena tinggal di rumah saja.

"Sorry ganggu kesibukan kalian," kataku memecah keasyikan mereka. "Barusan Bapa Uskup telepon saya. Beliau meminta Paroki Singkawang untuk memperluas jaringan misa live streaming. Bukan lagi pakai Instagram, tetapi harus lewat Youtube".

"Waduh, susah, Mo," jawab seorang dari mereka. 
        
        "Akun Youtube paroki kita baru dapat 200-an subscriber. Untuk bisa live pun kita harus mencapai minimal 1.000 subscriber," jawabnya dengan nada pesimis.

"Harus dapat seribu subscriber?!" Sontak aku terperanjat mendengar penuturannya. Berarti masih harus cari 800-an subscriber lagi. Bagaimana mungkin dalam waktu yang sangat singkat ini? Kataku dalam hati.

"Padahal, Youtube paroki kita sudah lama dibuat, sekitar pertengahan tahun 2019. Tapi baru dapatnya segitu. Saya gak yakin, Mo, kita bisa dapat tambahan 800 lagi dalam waktu  yang sesingkat ini," kata temanku yang lain yang semakin menambah keraguanku.

"Kamu harus coba kumpulkan 800 subscriber lagi. Entah bagaimana caranya. Harus bisa," kataku sedikit memaksa sembari mengusir kegundahan hatiku.

"Tapi, Mo. Rasanya sulit," jawabnya ragu-ragu.

"Ah, Coba saja. Pasti ada jalannya. Tolong buatkan pengumuman dan bagikan ke grup whatsapp yang kita miliki. Minta tolong sama mereka agar mereka membantu paroki kita mendapatkan 1000 Subscriber," kataku lagi sambil memberikan harapan kepada mereka.

Sejujurnya aku sendiri pun tak yakin bisa mengumpulkan subscriber hingga 1000. Temanku di dunia maya tidaklah banyak. Aku sendiri orang yang kurang pergaulan. Duniaku sempit. Tapi kucoba tepis keraguanku dengan kembali ke kamarku. Maksud hati hendak meneruskan pekerjaan. Tapi konsentrasiku sudah buyar. Pikiranku dipaksa untuk selalu kembali pada persoalan tentang bagaimana caraku bisa mendapatkan 1000 subscriber. Aku coba bunuh rasa gundahku dengan hanya berdiam dan termenung di depan komputerku.

Tak terasa waktu menunjukkan hampir saatnya makan siang. Segera kumatikan komputerku dan aku beranjak hendak menuju ruang makan. Kulirik sebentar smartphone-ku, siapa tahu ada berita penting untukku. Benar saja, seorang Ibu yang selama ini kukenal memberi perhatian pada gereja, ia memberitahu bahwa subscriber Paroki Singkawang sudah mencapai 770. Seolah tak percaya, aku membaca sekali lagi pesan singkat darinya. Tertulis angka 770. Masih juga belum yakin, aku buka Youtube Paroki Singkawang. Di sana malah sudah kudapati angka 801. Itu berarti sudah tembus 800-an. Spontan aku meluapkan rasa syukurku kepada-Nya. Tuhan, Engkau memang sungguh baik!



"Romo, sebelum pukul 12.30 WIB, akun Youtube kita harus sudah capai 1000," tulisnya lagi dalam pesan singkat berikutnya. Aku bisa membayangkan bagaimana semangatnya ibu ini memberikan dukungan yang luar biasa untuk gereja. Aku kenal betul ibu ini punya banyak relasi dan karena beliau inilah, Paroki Singkawang mendapatkan banyak subscriber. Aku yakin dia menjadi salah satu alat Tuhan untuk menaburkan kebaikan-Nya bagi gereja.

"Luar biasa, Mo. Hampir tembus 1000!" kata kawanku, seolah tak percaya.

"Tuh kan apa kubilang. Pokoknya kita pasti bisa," jawabku sambil memberi acungan jempol kepadanya.

"Berarti malam ini kita pesta, Mo!
" katanya menggoda sambil tertawa lepas.

Aku hanya tersenyum. Ada nada haru dan syukur dalam kalbuku. Tuhan memang sungguh baik. Di tengah kebingunganku, Dia menyatakan kasih-Nya. Hanya dalam waktu kurang dari tiga jam, Paroki Singkawang sudah mendapatkan 800-an subscriber. Dengan cara-Nya sendiri Dia berkarya karena Dia ingin hadir di tengah umat-Nya yang sedang 'menderita'. Walau hanya lewat dunia maya, Dia ingin memberi daya. 

Tuhan, aku berterima kasih kepada-Mu atas segala karya-Mu yang sedemikian indah dan nyata dalam hidupku serta  berkat yang sudah Engkau berikan pada paroki kecilku ini, ucapku dalam hati. (Purtomo)


(Bersambung....)